Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RESONED ACTION DAN PLANED BEHAVIOR

DISUSUN OLEH

Ajibah Umi Kalsum 14120200161

Andi Tenri Sanda Datu 14120200169

Nur Linda Sainung 14120200176

DOSEN PENGAMPU

Dr. Fairus Prihatin Idris, S.K.M.,Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
Kata Pengantar

Bismillahirohmanirohim,

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita semua dari jalan kegelapan menuju jalan yang benar.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Fairus Prihatin Idris, S.K.M.,Kes selaku dosen
dalam mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan dan juga dukungan orang tua yang selalu
mendukung dalam moral maupun materi.

Penyusunan makalah yang berjudul “Strategi Promkes Gerakan Pemberdayaan


Masyarakat” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan
Masyarakat. Berharap dengan makalah ini kami dapat sedikit banyaknya mengetahui seputar
ilmu Dasar promos kesehatan masyarakat.

saya menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan menyediakan tempat untuk melakukan penelitian ini. saya menyadari
dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Maka, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membantu memperbaiki lagi karya tulis agar menjadi lebih baik.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih
dalam mengembangkan pengetahuan pembaca.

Makassar, 30 oktober 2021

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
Latar Belakang Masalah.............................................................................................................4
Rumusan Masalah......................................................................................................................5
Tujuan.........................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
A. Definisi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior..............................7
B. Sejarah Theory of Reasoned Action..................................................................................12
C. Pengembangan Theory of Reasoned Action.....................................................................13
D. Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action............................................................15
E. FaktorTheory of Planned Behavior..................................................................................16
F. Komponen Theory of Planned Behavior...........................................................................17
G. Bagaimana Aplikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior........18
H. Kelebihan dan kekurang Theory of reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. 20
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................23
Kesimpulan...............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Definisi promosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
perkenalan (dilakukan secara intensif dan terus menerus), sedangkan kesehatan menurut
Undang-Undang didefinisikan sebagai situasi sejahtera, dari tubuh, jiwa, serta sosial yang
sangat mungkin untuk tiap-tiap orang bisa hidup secara produktif dengan cara sosial serta
ekonomis.

Menurut WHO (1986) “Health is the process of enabling people to control over and
improve their health”, artinya promosi kesehatan adalah proses yang bisa dilaksanakan
oleh orang untuk mengontrol kesehatannya. Promosi kesehatan tidak hanya untuk
perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan
perilaku tersebut.

Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk mmeneliti tentang
perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku
manusia. Dalam teori – teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang
bagaimana suatu prilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.

Skiner dalam Notoarmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa


perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar).
Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-OrganismeRespon). Namun
dalam kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu
menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan dalam munculnya
perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku tertentu dari suatu individu.
Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang mempengaruhi.
Teori ini dijelaskan oleh Atzen dalam teorinya yang dikenal dengan Theory Of Reasoned
Action / Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ).

Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention)


dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori tersebut untuk
mengetahui bagaimana perilaku muncul karena adanya niat dari orang tersebut.

Berawal dengan nama Theory of Reasoned Action (TRA),dikembangkan di tahun


1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia
dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988,
hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian
dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangadekuatan yang
ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan
menggunakan TRA.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk
yang rasional dan menggunakan informasiinformasi yang mungkin baginya, secara
sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.

Planned behavior theory menjelaskan bahwa sikap terhadap perilaku merupakan


pokok penting yang sanggup memperkirakan suatu perbuatan, meskipun demikian perlu
dipertimbangkan sikap seseorang dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol
perilaku persepsian orang tersebut. Bila adasikap yang positif, dukungan dari orang
sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berperilaku
maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi.

Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang penting karena
untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di berikan berjalan efektif.
Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan perilaku dari
penerima promosi kesehatan. Dengan demikian, makalah ini membahas Theory of
Planned Behavior.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Theory of reasoned Action dan Theory of Planned Behavior
2. Apa Sejarah Theory of Reasoned Action
3. Bagaimana Pengembangan Theory of Reasoned Action
4. Apa Tujuan dan manfaat Theory of Reasoned Action
5. Bagaimana Faktor Theory of Planned Behavior
6. Apa saja Komponen Theory of Planned Behavior
7. Bagaimana Aplikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior
8. Apa saja Kelebihan dan kekurang Theory of reasoned Action dan Theory of Planned
Behavior
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa definisi Theory of reasoned Action dan Theory of Planned
Behavior
2. Untuk mengetahui Sejarah Theory of Reasoned Action
3. Untuk mengetahui Pengembangan Theory of Reasoned Action
4. Untuk mengetahui Tujuan dan manfaat Theory of Reasoned Action
5. Untuk mengetahui Faktor Theory of Planned Behavior
6. Untuk mengetahui Komponen Theory of Planned Behavior
7. Untuk mengatahui Aplikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned
Behavior
8. Untuk mengatahui Kelebihan dan kekurang Theory of reasoned Action dan Theory of
Planned Behavior
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior


1. Definisi Theory of Reasoned Action
Pada Tahun 1969, Wicker memimpin survei dan review literatur secara luas
terhadap hubungan sikap dan perilaku. Fishbein dan Ajzen ikut dalam survei dan
review tersebut. Mereka ingin mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan
hasil (outcome). Mereka berasumsi bahwa individu biasanya cukup rasional dan
menggunakan informasi yang tersedia secara sistematis dan Individu akan
mempertimbangkan akibat dari tindakannya sebelum Ia memutuskan menampilkan
atau tidak suatu perilaku. Setelah mereview semua penelitian yang pernah dilakukan
oleh para ahli sebelumnya, mereka mengembangkan teori yang dapat memprediksi
dan memahami perilaku dan sikap. Teori ini yang disebut Theory of Reasoned
Action.
Theory of Reasoned Action adalah studi tentang sikap terhadap perilaku,
mendefinisikan sikap sebagai sumber ekspresi physical dari emosi. (Charles Darwin,
1872).
Menurut (Gordon Allport, 1935), konsep sikap dan perilaku adalah
multidimensional daripada unidimensional. Sistem multidimensional sika terhadap
kepercayaan tentang objek sikap, perasaan tentang objek sikap, perasaan tentang
objek sikap, dan kecenderungan terhadap objek.
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin
Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980. Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak
merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan
dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori
ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang
dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif
(Jogiyanto, 2007). Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap
ini merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut (outcome of the
behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi
yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome).
Di lain pihak, komponen norma subyektif atau sosial mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap
penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori Aksi
Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknyaterbatas hanya pada
tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap
yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap
tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita
mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap
suatu perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat
berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar,
yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi
individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
perilaku yang disebut dengan norma subyektif.
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto
2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori
ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi
dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan
dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan
tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan
kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).
Sesuai dengan namanya, teori tindakan beralasan (TRA) didasarkan kepada
asumsi bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar, mempertimbangkan
informasi yang tersedia dan juga mempertimbangkan implikasi-implikasi dari
tindakan yang dilakukan. Menurut teori tindakan beralasan (TRA) ini, niat merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu tindakan. Niat adalah keinginan untuk
melakukan perilaku (Lu et al.,2010). Niat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu
faktor pribadi dan faktor pengaruh sosial. Kedua faktor tersebut berpengaruh positif
terhadap niat perilaku individu yang secara positif menyebabkan perilaku. Perilaku
merupakan tindakan aktual individu akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Ajzen, 1991).
Faktor pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap. Sikap
(attitude) adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Lu et al., 2010).
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi yang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan
diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua
kutub misal baik atau buruk, setuju atau menolak, dan sebagainya. Sikap seseorang
terhadap sistem informasi menunjukkan seberapa jauh sistem informasi tersebut
dirasa baik atau buruk, serta setuju atau menolaknya individu tersebut terhadap
penggunaan sistem informasi yang ada .
Faktor kedua yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subyektif.
Norma subyektif (subjective norm) adalah persepsi individu mengenai kepercayaan
orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang sedang dipertimbangkan (Lu et al., 2010). Sikap dan norma subyektif
yang membentuk niat merupakan penentu utama dari perilaku, namun terdapat juga
kemungkinan variabel – variabel lain mempengaruhi perilaku (Fishbein dan Ajzen,
1975). Variabel variabel ini disebut dengan variabel eksternal yang mempengaruhi
perilaku secara tidak langsung. Contoh variabel eksternal tersebut misalnya variabel
demografi, karakteristik personalitas, kepercayaan mengenai obyek, dan sebagainya.
Hubungan antara konstruk-konstruk TRA seperti ditunjukkan oleh Gambar 11.
Teori tindakan beralasan (TRA) hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku-
perilaku yang dikerjakan secara sukarela, bukan perilaku-perilaku yang diwajibkan di
mana individu mempunyai tingkat kontrol kemauan yang tinggi . Oleh karena itu,
model ini sebenarnya kurang tepat jika digunakan untuk memprediksi perilaku-
perilaku spontan, kebiasaan yang diinginkan, sudah diatur atau kurang bersemangat.
Hal ini dikarenakan perilaku-perilaku ini tidak dilakukan secara sukarela dan juga
perilaku yang dikerjakan tanpa atau kurang niat dari pelakunya.

2. Definisi Theory of Planned Behavior


Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of
Reasoned Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap
perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan
subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan
satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991).
Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari Theory
of Reasoned Action (TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007)
Mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA.
Konstruk ini di sebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral
control). Konstruk ini ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual
yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari
kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melekukan perilakuny (Hsu
and Chiu 2002).

TPB yang menjelaskan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam
kepercayaan, yaitu (a) kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), yaitu kepercayaan
tentang kemungkinan ter-jadinya perilaku, (b) kepercayaan normatif (normative
beliefs), yaitu kepercayaan tentang ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi
untuk menyetujui ekspektasi tersebut, (c) kepercayaan kontrol (control beliefs), yaitu
kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau
merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktorfaktor tersebut.

Secara keseluruhan, kepercayaan-kepercayaan perilaku membentuk suatu sikap


menyukai atau tidak menyukai terhadap peri-laku, kepercayaan normat if
menghasilkan tekanan sosial atau norma subyektif, dan kepercayaan kontrol akan
memberikan kontrol perilaku persepsian. Bersama-sama, sikap ter-hadap perilaku,
norma subyektif, dan kontrol perilaku persepsian, akan menimbulkan niat perilaku
(behavioral intention) dan selanjut-nya terbentuk perilaku (behavior).

Theory of Planned Behavior adalah teori yang meramalkan pertimbangan


perilaku karena perilaku dapat dipertimbangkan dan direncanakan (Filadelfia
2015).Peachetal., (2006); Wellington etal,. (2006) dalam Nuary (2010), menyatakan
bahwa Theory of Planned Behavior memiliki keunggulan dibandingkan
teorikeperilakuan yang lain, karena Theory of Planned Behavior merupakan teori
perilaku yang dapat mengidentifikasikan keyakinan seseorang terhadap
pengendalian atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil perilaku, sehingga
membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dan yang tidak
berkehendak.

B. Sejarah Theory of Reasoned Action


Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan Tahun
1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia
dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada Tahun 1988,
hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian
dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangan yang
ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitianpenelitian mereka dengan
menggunakan TRA.
Icek Ajzen adalah seorang profesor psikologi di University of Massachusetts. Ia
menerima gelar Ph.D di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama
beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak
menulis artikel, dan bersama Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan
bukubuku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen
dan Fishbein menulis buku Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang
telah banyak dipakai di kalangan akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang
diterbitkan pada tahun 1980.
Martin Fishbein adalah seorang profesor pada Department of Psychology and the
Institute of Communications Research pada University of Illinois di Urbana. Ia seorang
konsultan pada the International Atomic Energy Agency, The Federal Trade Commission
and Warner Communications, Inc. Bersama dengan Ajzen, ia telah menulis buku Belief,
Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research pada tahun
1975. Ia juga telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir
mengenai peran sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal 1970-
an berkolaborasi dengan Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan Theory
of Planned Behavior.

C. Pengembangan Theory of Reasoned Action


Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dirumuskan pada tahun 1967
dalam upaya untuk memberikan konsistensi dalam studi hubungan antara perilaku dan
sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang Direncanakan
(Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai perluasan dari teori
tindakan beralasan, (Werner 2004). Asumsi utama dari teori tindakan beralasan dan teori
perilaku yang direncanakan adalah individu rasional dalam mempertimbangkan tindakan
mereka dan implikasi dari tindakan mereka (pengambilan keputusan). Rasionalitas
pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa keputusan tersebut dibuat di bawah
ketidakpastian, (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional
menyiratkan bahwa diharapkan adanya hasil yang optimal atau unit pengambilan
keputusan menyadari semua dampak dan konsekuensi, (Basu 1996; Bazerman 2002;
Eppen et al. 1998). Gambar 1.2 berikut ini tentang teori tindakan beralasan:
Teori Tindakan Beralasan dikembangkan untuk menguji hubungan antara sikap dan
perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988;, Werner 2004). Konsep utama dalam
Teori Tindakan Beralasan adalah “prinsip-prinsip kompatibilitas" dan konsep "intensi
perilaku," (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988;). Prinsip kompatibilitas menetapkan
dalam rangka untuk memprediksi satu perilaku tertentu diarahkan ke target tertentu
dalam konteks dan waktu tertentu, sikap khusus yang sesuai dengan waktu, target dan
konteks yang harus dinilai, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Konsep yang menyatakan keinginan perilaku yang memotivasi individu untuk terlibat
dalam perilaku yang didefinisikan oleh sikap yang mempengaruhi perilaku, (Fishbein dan
Ajzen 1975). Keinginan berperilaku menunjukkan berapa banyak usaha individu ingin
berkomitmen untuk melakukan perilaku dengan komitmen yang lebih tinggi dengan
kecenderungan perilaku itu akan dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ditentukan oleh
sikap dan norma subyektif, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau tidak
menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma subjektif mengacu
pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain dan dukungan untuk berperilaku,
(Werner 2004). Theory of Reasoned Action dikritik karena mengabaikan pentingnya
faktor-faktor sosial yang dalam kehidupan nyata bisa menjadi penentu untuk perilaku
individu, (Grandon dan Mykytyn 2004; Werner 2004).
Faktor sosial berarti semua pengaruh lingkungan sekitarnya (seperti norma individu)
yang dapat mempengaruhi perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan
beralasan, Ajzen (1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku
individu dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang dirasakan.
Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada betapa mudahnya perilaku
tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku kontrol yang dirasakan secara tidak
langsung dapat mempengaruhi perilaku.

D. Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action


Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk meramalkan
dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku 19 yang bukan
dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana dan
kemana mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk
menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa
seseorang membeli rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak
masuk kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.
Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku.
Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah intensi untuk
berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari
sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap
perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku,
norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari menampilkan suatu perilaku tersebut
positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga
dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang-orang lain yang
relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu yang positif
dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang-orang lain yang
relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika orang-orang
lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang
tersebut ingin memenuhi harapan orangorang lain tersebut, itu yang disebut dengan
norma subjektif negatif. Sikap dan norma subjektif diukur dengan skala (misalnya skala
Likert) menggunakan frase suka/tidak suka, baik/buruk, dan setuju/tidak setuju.
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi berperilaku
yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh dua faktor
yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan) dan
perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu
perilaku). PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana
ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku
tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi
yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut
akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki
control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini
dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang,
dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu. Theory of
Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional
dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang
memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.

E. FaktorTheory of Planned Behavior


a) Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk
tindakan yang mengarah pada perilaku (Lubis,2010). Individu akan melakukan
sesuatu sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap
perilaku yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk
berperilaku dalam kehidupannya. Oleh karena itu sikap merupakan suatu wahana
dalam membimbing seorang individu untuk berperilaku.
b) Persepsi kontrol perilaku
Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya
perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat
sebaliknya dimana seorang individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali
individu tersebut. Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari dalam diri individu tersebut seperti keterampilan, kemauan, informasi,
dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada
disekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana
seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil
pengendalian yang dilakukan oleh dirinya.

c) Norma Subyektif
Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya dapat
diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam kehidupannya dapat
menerima apa yang akan dilakukannya. Sehingga, normative beliefes menghasilkan
kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau Norma Subyektif.

F. Komponen Theory of Planned Behavior


Kepercayaan perilaku yang memengaruhi sikap terhadap perilaku. Keyakinan perilaku
adalah hal-hal yang mendorong individu untuk bertindak. Sedangkan sikap terhadap
perilaku yaitu sikap individu terhadap perilaku yang diperoleh dari keyakinan yang
ditimbulkan oleh perilaku tersebut.

1) Keyakinan normatif yang mempengaruhi norma subjektif.


Kepercayaan normatif adalah norma yang digunakan orang orang yang akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan norma-norma subyektif
menjadi sebagai individu persepsi terhadap sosialisasi yang ada untuk
menunjukkan atau tidak perilaku. Norma-norma subyektif ini identik dengan
keyakinan dari seseorang tentang perbuatan atau orang lain atau orang lain yang
perlu, harus, atau tidak boleh melakukan perilaku, dan memotivasi orang untuk
mengetahui orang lain tersebut (Michener, Delamater, & Myers, 2004).

2) Kontrol keyakinan yang memengaruhi kontrol perilaku yang dirasakan.


Pengendalian keyakinan adalah pengalaman pribadi, atau orang-orang yang
akan mempengaruhi hasil individu. Kontrol perilaku yang dirasakan adalah
keyakinan bahwa individu pernah melakukan atau tidak pernah melaksanakan
perilaku tertentu. Kontrol perilaku cerdik dan diartikan persepsi individu yang
berhubungan dengan tingkah laku tertentu (Ismail dan Zain: 2008).
G. Bagaimana Aplikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior
1. Aplikasi Theory of Reasoned Action
Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk meramalkan
perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang
berkelainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, dan
narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan
kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan
kebugaran (fitness) dan praktik olahraga. Norma subjektif menjadi perhatian
penelitian (mengenai) dukungan sosial dan analisis jaringan sosial. Theory of
Reasoned Action juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan dalam
pertambangan batubara, absenteism karyawan dan perilaku konsumen.
Contoh aplikasi Theory of Reasoned Action dalam analisa beberapa faktor yang
berhubungan dengan niat seorang pengguna narkoba suntik untuk berkunjung ke
klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT). Seorang pengguna narkoba suntuk
percaya bahwa berkunjung ke klinik VCT memberikan manfaat bagi orang yang
berisiko HIV dan AIDS seperti mendapat informasi tentang penggunaan narkoba
suntik yang aman (keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama
pengguna narkoba suntik (kerugian). Pengguna narkoba suntik akan
mempertimbangkan mana yang paling penting diantara keduanya. Kemudian ia juga
akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT, seperti
setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, ia tidak diperbolehkan untuk
bekerja meskipun mampu untuk bekerja. Nilai dan norma di lingkungan masyarakat
tidak mendeskriminasipengguna narkoba suntik setelah berkunjung ke klinik VCT.
Orang yang dianggap penting (teman sesama pengguna narkoba suntik yang telah
berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke
klinik VCT dan pengguna narkoba suntik termotivasi untuk patuh mengikuti petunjuk
tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk berkunjung ke klinik
VCT.

2. Aplikasi Theory of Planned Behavior


Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam mengetahui ada tidaknya
pengaruh hubungan independen antara indentitas diri individu dengan niatan atau
rencana berperilaku. Hal ini dilakukan karena keragu-raguan terhadap pengaruh sikap
individu dalam konsumsi sayuran organik yang dihasilkan negara. Hal ini berart
intensi dan perilaku yang diteliti adalah konsumsi sayuran organik.
a) Attitude Toward Behavior
Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran organik. Sayuran organik
dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis yang telah
meningkat enam kali lipat dan produksi pestisida telah meningkat sekitar dua
puluh kali (Andow dan Davis: 1989).
b) Subjective Norms
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi
secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini
diperkirakan perintah harga premium semakin mengingkat. (Chadwick dkk:
1990). Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi
keputusan individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi
konsumsi sayuran organik.

c) Perceived Behavioral Control


Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir
perand dunia II di United States. Hal ini membuat wapsada individu dan
memutuskan mengkonsumsi yang aman.Dewasa ini, teori ini juga dapat
diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti pencegahan perilaku
merokok. Komponen attitude toward behavior dari pencegahan perilaku merokok
adalah membuat perokok percaya akan hal postitif dan negative dari merokok
sehingga ia memiliki kecenderungan untuk sadar akan konsekuensi merokk.
Komponen subjective norms adalah orang-orang disekitar perokok yang diminta
atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti merokok; perokok juga
distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus berhenti merokok. Lalu,
komponen perceived behavioral control adalah penggalian pengalaman buruk
akibat merokok serta mendukung perokok agar mengkontrol perilaku
merokoknya.

H. Kelebihan dan kekurang Theory of reasoned Action dan Theory of Planned


Behavior
1. Kelebihan dan kekurang Theory of reasoned Action
a) Kelebihan Theory of Reasoned Action
Kelebihan Theory of Reasoned Action yaitu memberikan pegangan untuk
menganalisis komponen perilaku dala item yang operasional. Fokus sasaran adalah
prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada
dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi
secara jelas. Tuntunan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan,
sasaran, konteks, dan perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk
intensi, sikap norma subyektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam Theory of Reasoned Action adalah fokus perhatian
(salience). Artinya, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama
harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku
populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang
diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi
sikap, kehendak dan perilaku).
Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu
penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal tersebut
berarti masyarakat memandang diare bukan fokus perhatian yang penting. Contoh
lain yaitu fokus perhatian perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama
antara kelompok homoseksual dan kelompok lain tentang penggunaan kondom.
Kelompok homoseksual percaya kondom dapat mencegah mereka terkena AIDS,
tetapi bagi kelompok lain, penggunaan kondom justru akan menyebarluaskan
perilaku seksual.

b) Kelemahan Theory of Reasoned Action


Kelemahan Theory of Reasoned Action adalah bahwa kehendak dan perilaku
hanya berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri,
terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau mempengaruhi kehendak dan
perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994). Theory of Reasoned Action tidak
mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan
akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan
keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan kehendak perilaku.
Meskipun demikian, kelebihan Theory of Reasoned Action dibandingkan HBM
adalah bahwa pengaruh Theory of Reasoned Action berhubungan dengan norma
subjektif. Menurut Theory of Reasoned Action, seseorang dapat membuat
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti
keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-
pertimbangan kesehatan.

2. Kelebihan dan kekurang Theory of Planned Behavior


a) Kelebihan Theory of Planned Behavior
 Dibanding dengan teori sebelumnya yaitu Theory of Reasoned Action (TRA),
Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki kelebihan karena terdapat
perceived behavioral control (PBC), sehingga TPB lebih dapat menjelaskan
perilaku secara akurat dibanding TRA.
 Theory of Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk menjelaskan tiap
aspek penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang memilih
calon pada pemilu, mengapa melakukan hubungan pra-nikah, mengapa
membeli mobil baru, mengapa tidak masuk kerja dan lain sebagainya
(Achmad, 2010).
 Theory of Planned Behavior (TPB) dapat memprediksi dan memahami
pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali /
kemauan individu sendiri (Achmat, 2010).
 Theory of Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
bagaimana dan kemana arah strategi-strategi untuk perubahan perilaku
(Achmat, 2010).
 Dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item
yang operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat
dipertimbangkan. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati
secara langsung dan dibawah kendali seseorang.
 Relative mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti
rokok, narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain
sebagainya.

b) kekurang Theory of Planned Behavior


 Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan dalam berbagai penelitian,
namun dalam memprediksi menggunakan teori ini, kebanyakan berhenti pada
intensi berperilaku, sehingga belum jelas bagaimana hubungan intensi dengan
perilaku aktual / sesungguhnya (Achmat, 2010).
 Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak
dikenal. Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan bantuan atau control
dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Theory of Reasoned Action adalah teori yang dapat memprediksi dan memahami
perilaku dan sikap.Theory of Reasoned Action adalah bahwa sikap mempengaruhi
perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas.
2. Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan Tahun
1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari
perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih
mengena. Pada Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang
sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk
mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-
penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
3. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dirumuskan pada tahun 1967
dalam upaya untuk memberikan konsistensi dalam studi hubungan antara perilaku
dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang
Direncanakan (Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai
perluasan dari teori tindakan beralasan, (Werner 2004).
4. Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk meramalkan
dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku 19 yang bukan
dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana
dan kemana mengarahkan strategistrategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk
menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa
seseorang membeli rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak
masuk kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.
5. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku.
Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah intensi untuk
berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi
dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu
terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap
hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi
untuk patuh.
6. Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk meramalkan perilaku
preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berkelainan,
seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, dan narkotik),
perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom,
perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan
kebugaran (fitness) dan praktik olahraga.
7. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned
Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku
dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective
norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor
lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991).
8. TPB menjelaskan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan,
yaitu (a) kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), yaitu kepercayaan tentang
kemungkinan ter-jadinya perilaku, (b) kepercayaan normatif (normative beliefs),
yaitu kepercayaan tentang ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk
menyetujui ekspektasi tersebut, (c) kepercayaan kontrol (control beliefs), yaitu
kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau
merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktorfaktor tersebut.
9. Jadi, Theory of Planned Behavior sangat memungkinkan untuk diaplikasikan dan atau
dijadikan landasan teoritis untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang.
Namun, kebanyakan penelitian menggunakan teori tersebut sebagai dasar teori. Dan
teori tersebut masih relevan dan cukup menantang untuk digunakan sebagai dasar
teori dalam melakukan penelitian dengan tinjauan kultural, dan untuk lebih
dikembangkan, misalnya untuk dijadikan model rancangan pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA

Azjen, I. (1991). The Theory of Planned Behaviour. Organizational Behaviour


and Human Decision Processes Vol. 50, No. 2, Halaman 179-211 (1991).
Diakses pada 11 April 2020 pukul 10.00 GMT+7.
Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: A theory of planned behavior (pp.
11-39). Springer Berlin Heidelberg. Diperoleh dari http:// people. Umass.
edu/ aizen/ pdf/ tpb.intervention.pdf. Diakses pada 11 April 2020 pukul12.08
GMT+7.
Karen Glanz, Barbara K. Rimer, K. Viswanath. (2008). Health Behaviour and
Health Education. The United States of America : Jossey-Boss.

Dr. Mahyarni, Journal of “Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned


Behavior” (Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku).
Wardani Novita Ika dkk, 2016. Buku Ajar Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
http://www.digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%2520II.pdf
http://ejournal.uin-suska.ac.id
http://academia.edu/8552037/Theory_of_Reasoned_Action&ved=0ahUKEwi17dTEnanT
AHVGPo8KHW1CAWcQFggpMAU&usg=AFQjCNH9SVabQb78kkBANGDPTnjQnnh
9w&sig2=59sVl1Usg2JEqVIoaS1ruw

Anda mungkin juga menyukai