Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-unit kecil yang
disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses atau perubahan yang
terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang menunjang fungsi organ-
organ dalam makhluk hidup itu dan dengan demikian juga merupakan penunjang
terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri. Fenomena kehidupan yang ditandai oleh
adanya pertumbuhan dan reproduksi serta hal-hal yang berkaitan, merupakan ruang
lingkup Biologi dan ilmu-ilmu yang relevan, misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan .

Di sisi lain Ilmu kimia adalah suatu ilmu tentang benda-benda serta proses
perubahannya yang ditinjau berdasarkan susunan dan sifat atom-atom atau molekul
yang membentuknya. Jadi Ilmu kimia menitikberatkan pembahasannya pada hubungan
antara struktur kimia benda-benda dengan fungsi dan reaksi-reaksinya dengan benda
lain.Interseksi sudut pandang ilmu kimia dengan biologi merupakan disiplin ilmu yang
meninjau organisme hidup serta proses yang terjadi di dalamnya secara kimia. Disiplin
ilmu tersebut yaitu Biokimia. Biokimia berasal dari kata bio artinya organisme hidup,
sedangkan kimia adalah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
perilaku dari bahan-bahan kimia. Ilmu Kimia juga menitikberatkan terhadap komposisi
bahan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan komposisi. Juga mengkonsentrasikan
perbedaan interaksi senyawa satu dengan senyawa lainnya dalam reaksi kimia untuk
membentuk zat- zat baru (Brady dan Humiston, 1986).

Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses kimia dalam organisme hidup. Biokimia
mengatur semua organisme hidup dan proses hidup. Dengan mengontrol arus informasi
melalui sinyal biokimia dan aliran energi kimia melalui metabolisme, proses biokimia
menimbulkan fenomena yang tampaknya magis kehidupan. Sebagian besar berkaitan
biokimia dengan struktur dan fungsi komponen seluler seperti protein, karbohidrat,
lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya meskipun semakin proses, bukan molekul
individu fokus utama. Selama 40 tahun terakhir biokimia telah menjadi begitu sukses
dalam menjelaskan proses hidup yang sekarang hampir semua bidang ilmu kehidupan
dari botani untuk obat yang terlibat dalam penelitian biokimia. Hari ini fokus utama
biokimia murni adalah memahami bagaimana molekul biologis menimbulkan proses-
proses yang terjadi dalam sel-sel hidup yang pada gilirannya sangat berhubungan
dengan studi dan pemahaman seluruh organisme.
Biokimia, berasal dari dua kata, yaitu bio (artinya kehidupan) dan kimia. Biokimia dapat
diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang dasar-dasar kimia dari kehidupan.
Biokimia juga dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang zat-zat kimia
penyusun tubuh makhluk hidup, serta reaksi-reaksi dan proses kimia, yang berlangsung
di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi dan proses kimia yang berlangsung didalam
tubuh makhluk hidup atau didalam sel, kita namakan metabolisme. Dengan definisi ini
dapat dipahami bahwa biokimia mencakup atau bersinggungan dengan sebagian
bahasan dalam biologi sel dan biologi molecule.

Saat ini penemuan-penemuan biokimia digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari
genetika hingga biologi molecular dan dari pertanian hingga kedokteran. Penerapan
biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam pembuatan roti menggunakan
khamir, sekitar 4000 tahun yang lalu.Kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan
pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Payen. Tahun 1828,
Friedrich Wöhler menerbitkan sebuah buku tentang sintesis urea, yang membuktikan
bahwa senyawa organik dapat dibuat secara mandiri. Penemuan ini bertolak belakang
dengan pemahaman umum pada waktu itu yang meyakini bahwa senyawa organik
hanya bisa dibuat oleh organisme. Istilah biokimia pertama kali dikemukakan pada
tahun 1903 oleh Karl Neuber, seorang kimiawan Jerman.

Sejak saat itu, biokimia semakin berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20,
dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X,
elektroforesis, RMI (nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop,
mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekular. Teknik-teknik ini memungkinkan
penemuan dan analisis yang lebih mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel,
seperti glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika juga
banyak membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul raksasa.Saat ini,
penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang, mulai dari genetika
hingga biologi molekular dan dari pertanian hingga kedokteran. Penerapan biokimia
yang pertama kali barangkali adalah dalam pembuatan roti menggunakan khamir,
sekitar 5000 tahun yang lalu.

Penemuan penting lain di bidang biokimia adalah penemuan gen dan perannya dalam
mentransfer informasi di dalam sel. Bagian biokimia ini terkadang juga disebut dengan
biologi molekuler. Pada tahun 1950-an, James D. Watson, Francis Crick, Rosalind
Franklin, dan Maurice Wilkins menemukan bagaimana struktur DNA dan mencoba
mencari hubungannya dengan transfer informasi genetik. Pada tahun 1958, George
Beadle dan Edward Tatum berhasil memenangkan Hadiah Nobel akibat penelitian
mereka mengenai jamur yang menunjukkan bahwa satu gen memproduksi satu enzim.
Pada tahun 1988, Colin Pitchfork adalah orang pertama yang terbuktimelakukan tindak
kriminal melalui bukti DNA. Belum lama ini, Andrew Z. Fire dan Craig C. Mello
memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 2006 atas penemuan fungsi dari RNA
interferensi (RNAi)

Biokimia yang merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen
seluler,seperti proteinmkarbohidrat,lipid ,asam nukleat,dan biomolekul isinya. Saat ini
biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat
protein. Saat ini pertemuan-pertemuan biokimia digunakan dalam berbagai bidang
mulai dari genetika hingga biologi molecular dan dari pertanian hingga kedokteran
penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam pembuatan roti
menggunakan khamir,sekitar 4000 tahun yang lalu. Ada 4 kelas molekul utama biokimia
yaitu : lipid,karbohidrat, protein,dan asam nukleat.

Bioteknologi merupakan integrasi dari ilmu mikrobiologi, biokimia dan teknik


kimia dengan tujuan untuk memperoleh teknologi aplikasi yang mempunyai
kemampuan untuk mengkulturkan mikroba, sel atau jaringan untuk penerapan industri,
kesehatan, agrikultur dan pengelolaan lingkungan. Sehingga bioteknologi merupakan
area aktifitas yang melibatkan banyak ilmuan dan teknologi.

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengerti ”bioteknologi” karena
pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan keseharian kita, dari penelitian-penelitian
yang kemudian menghasilkan teknik diagnosis baru, terapi penyakit sampai
pemanfaatan untuk industri dan lingkungan. Sebagai hasilnya terdapat ketertarikan
yang
tinggi terhadap bioteknologi pada tingkat sarjana dibidang biologi, kimia, farmasi,
kedokteran dan pertanian.

Teknologi DNA rekombinan yang merupakan dasar dari semua produk berbasis
bioteknologi sangat cepat berkembang akhir-akhir ini. Untuk mengerti apa yang ada
dibalik suatu produk bioteknologi, maka sangat penting bagi mahasiswa untuk
memahami teknologi DNA rekombian. Buku ini dimulai dengan ilmu-ilmu dasar di
balik bioteknologi, yaitu DNA sebagai pembawa informasi genetik. Kemudian
dilanjutkan beberapa teknik yang biasa dilakukan dalam teknologi DNA rekombinan
dan diakhiri dengan aplikasi dan produk-produk bioteknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang biologi molekuler dan bioteknologi


membawa pengaruh besar dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
manusia dalam berbagai bidang. Bidang kajian biologi molekuler mulai berkembang
setelah Watson dan Crick pada tahun 1953 berhasil menemukan struktur untai ganda
(double helix) DNA yang menjadi dasar perkembangan cabang ilmu bioteknologi.
Berdasarkan struktur untai ganda DNA, ilmuwan-ilmuwan di bidang biologi molekuler
dapat melakukan serangkaian eksperimen terkait struktur unik tersebut. Keingintahuan
para ilmuwan akhirnya mendorong terwujudnya sebuah proyek besar yang dinamai
Proyek Genom Manusia pada tahun 1990. Genetics Home Reference (2017) dari
Amerika Serikat menyatakan bahwa genom adalah set lengkap DNA yang dimiliki oleh
suatu organisme termasuk gen-gen orisinalnya. Setiap genom memiliki semua informasi
yang diperlukan organisme untuk tumbuh, berkembang, dan mengatur seluruh aktivitas
tubuhnya.

Proyek Genom Manusia memiliki target utama untuk mengetahui rangkaian atau
sekuen lengkap gen manusia, fungsi masing-masing gen, dan inisiasi genom struktural
sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia kesehatan (Moraes & Góes, 2016). Proyek
mulai dipublikasikan pada tahun 2001, namun ilmuwan kembali mempublikasikan
bahwa Proyek Genom Manusia telah berhasil mendapatkan sekuen
keseluruhan gen manusia di tahun 2003.

Terselesaikannya Proyek Genom Manusia membuka kesempatan dalam identifikasi


adanya keabnormalan urutan gen yang mungkin terjadi. Genom manusia memiliki 23
pasang kromosom termasuk 2 kromosom kelamin sehingga apabila terdapat kesalahan
urutan genom tersebut, dapat mengakibatkan terjadinya penyakit atau ketidaknormalan
dalam tubuh. Dengan diketahuinya urutan genom pada manusia, maka adanya
kesalahan dalam urutannya akan lebih mudah diidentifikasi. Salah satu keuntungan
diketahuinya urutan genom manusia adalah dapat mengidentifikasi adanya kelainan-
kelainan genetik yang mengakibatkan adanya penyakit genetik. Penyakit akibat kelainan
genetik dapat diturunkan apabila kelainan tersebut terjadi
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dimakalah ini adalah:

1. Apa itu Gen dan ekspresi gen?


2. Apa itu struktur gen dan genom?
3. Apa itu DNA dan RNA?
4. Bagaimana rekayasa genetika pada manusia?
5. Apa itu terapi gen?
6. Apa saja jenis mutasi?
7. Apa itu karbohidrat, lemak dan protein?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan makalah ini agar dapat :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui gen dan ekspresi gen


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui struktur gen dan genom
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui DNA dan RNA
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui rekayasa genetika pada manusia
5. Agar mahasiswa dapat mengatahui terapi gen dan jenis mutase
6. Agar mahasiswa dapat mengatahui karbohidrat, lemak, dan protein
7. Agar mahasiswa dapat mengatahui klasifikasi karbohidrat, lemak dan protein.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. GEN DAN EKSPRESI GEN


A. PENGERTIAN GEN

Gen adalah bagian dari kromosom atau salah satu kesatuan kimia (DNA) dalam
kromosom yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri-ciri genetis dari suatu
makhluk hidup. Gen diturunkan atau diwariskan oleh satu individu kepada
keturunannya, yaitu melalui suatu proses reproduksi. Oleh karena itu, informasi
yang menjaga keutuhan bentuk serta fungsi kehidupan suatu organisme dapat
terpelihara/terjaga. Gen terdapat berpasangan dalam satu lokus pada kromosom
homolog. Dari masing-masing gen dalam pasangan tersebut disebut dengan alel.
Kedua alel dapat membawa ciri sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda,
seperti misalnya sifat tangkai panjang dan tangkai pendek.

Gen merupakan suatu unit pewarisan untuk organisme hidup. Bentuk fisiknya
ialah urutan DNA yang menjadi sebuah protein, polipeptida, atau seuntai RNA
yang mempunyai fungsi untuk organisme yang memilikinya. Batasan modern gen
merupakan lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan
sifat serta bisa dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali),
peran-peran fungsional, atau sasaran transkripsi lainnya.

Pemakaian gen dalam percakapan sehari-hari (contohnya “gen cerdasan” atau


“gen warna rambut”) yang dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang ada oleh
suatu gen. Wwalaupun alel bisa serupa, orang lebih sering memakai istilah alel
sebagai ekspresi gen secara fenotitik berbeda. Gen diwariskan oleh suatu
individu kepada keturunanna lewat suatu proses reproduksi, bersamaan dengan
DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan
bentuk dan fungsi kehidupan organisme bisa berjaga.

B. SEJARAH GEN

Gregor Mandel telah berspekulasi terhadap adanya suatu bahan yang terkait
dengan suatu karakter atau sifat didalam tubuh suatu individu yang bisa
diwariskan dari satu generasi ke kenerasi selanjutnya. Ia menyebtnya ‘faktor’.
Oleh Hugo de Vries, konsep yang sama ia namakan pengen (pan-gen) pada buku
yang ia karang Intracellular Pangenesis (terbit 1889). Belum membaca tulisan
model, de Vries mendefinisikan pangen sebagai “partikel terkecil yang mewakili
satu penciri terwariskan”. Wilhelm Johannsen lalu menyingkat sebagai gen dua
puluh tahun kemudian.

Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukan bahwa gen terletak di kromosom.
Dan selanjutnya, terjadi sebuah ‘perlombaan’ seru untuk menemukan subtansi
yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian terjatuh pada
penelitian yang terlibat dalam subjek ini.

Pada saat itu DNA telah ditemukan serta diketahui hana berada pada kromosom
(1869), namun orang belum menyadari bahwa DNA terkait dengan gen. Lewat
penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943), dan Alfred
Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, setelah
orang mengetahui bahwa DNA merupakan bahan genetik.

Pada tahun 1940an, George Beadle dan Edward Tatum melakukan sebuah
percobaan dengan Neurospora crassa. Dari sebuah percobaan itu, Beadle dan
tatum bisa menarik hipotesis bahwa gen mengkode enzim, serta mereka
menympulkan bahwa suatu gen menyentesis satu enzim (one gene-one enzyme
theory).

Setelah beberapa puluh tahun, ditemukan bahwa gen mengkode protein yang
tidak hanya berfungsi sebagai enzim saja, serta sejumlah protein tersusun dari
dua atau lebih polipeptida. Dengan adanya sebuah penemuan-penemuan itu,
pendapat Beadle dan Tatum, one gene-one enzyme theory, telah dimodifikasi
menjadi teori satu gen-satu polipeptida (one gene-one polypetide theory)

C. EKSPRESI GEN

Ekspresi gen merupakan proses dimana kode-kode informasi yang terdapat pada
gen diubah menjadi protein-protein yang beroperasi hanya di dalam sel. Ekspresi
gen terdiri dari dua tahap:

 Translasi, proses sintesis polipeptida yang spesifik di dalam ribosom.


 Transkripsi, proses pembuatan salinan RNA.

Proses transkripsi DNA menjadi mDNA serta translasi mDNA menjadi sebuah
polipeptida disebut dogma sentral (central dogma). Dogma sentral berlaku
pada prokariot dan eukariot. Tetapi pada eukariot terdapat tahapan
tambahan yang menjadi di antara transkripsi dan translasi yang disebut
tahapa pre-mRNA.

Tahap pre-mRNA merupakan untuk menyeleksi mRNA yang akan dikirim


keluar nukleus untuk ditranslasikan di ribosom. Ekson adalah mRNA yang
akan dikirim keluar nukleus untuk ditranslaasikan, sedangkan nitron adalah
mRNA yang akan tetap berada didalam nukleus sebab kemungkinan mRNA
itu akan membentuk protein yang tidak fungsional (tidak berguna) bila
ditranslasikan. Intron kemudian akan terurai kembali untuk membentuk
rantai mRNA baru. Ketahui pula bahwa beberapa kesalahan yang disebut
mutasi dapat terjadi pada proses ekspresi gen ini.

D. FUNGSI GEN DAN SIFAT GEN

Gen-gen merupakan substansi hereditas, yang memiliki fungsi seperti berikut ini:

Menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi.


Mengontrol, mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh.
Menentukan sifat-sifat pada keturunannya. Seperti yang di contohkan pada fakta
di depan. Sifat-sifat itu dapat berupa bentuk rambut, bentuk badan, warna kulit
dan lain sebagainya.

Proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Pada setiap
tahap reaksinya dibutuhkan enzim. Pembentukan dan juga pengontrolan kerja
enzim tersebut dilakukan oleh gen. Pada proses perkembangan yang
membutuhkan hormon juga diatur oleh gen.
Gen yang menampakkan senyawa kimia merupakan substansi hereditas,
memiliki sifat sebagai berikut dibawah ini:

1. Mengandung informasi genetik.


2. Tiap gen memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
3. Ketika waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan duplikasi.
4. Sifat gen yang ke empat, kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi basa
nitrogennya.
5. Dan sebagai zarah yang terdapat di dalam kromosom.

E. INTERAKSI GEN

Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe
yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara genetik.
Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya peristiwa
aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel
yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-
fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen menurut (Suryo:
2001). Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C.
Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam.

Menurut William D. Stansfield (1991 : 56) fenotipe adalah hasil produk gen yang
dibawa untuk diekspresikan ke dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini tidak
hanya meliputi berbagai faktor eksternal seperti: temperatur dan banyaknya
suatu kualitas cahaya. Sedangkan faktor internalnya meliputi: Hormon dan
enzim. Gen merinci struktur protein. Semua enzim yang diketahui adalah
protein. Enzim melakukan fungsi katalis, yang menyebabkan pemecahan atau
penggabungan berbagai molekul. Semua reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel
merupakan persoalan metabolisma. Reaksi – reaksi ini merupakan reaksi
pengubahan bertahap satu substansi menjadi substansi lain, setiap langkah
(tahap) diperantarai oleh suatu enzim spesifik. Semua langkah yang mengubah
substansi pendahulu (precursor) menjadi produk akhir menyusun suatu jalur
biosintesis.Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein
enzim yang mengkatalis langkah – langkah dalam suatu jalur bersama.

Interaksi beberapa gen, gen yang bersifat menutup disebut (epistasis) dan gen
yang bersifat tertutupi (hipostasis). Epistasis-hipostasis pertama kali ditemukan
oleh (Nelson dan Ehle). Interaksi gen bisa berupa gen-gen dominan (epistasis
dominan), dan jika interaksi terjadi antar gen-gen resesif (epistasis resesif)

 EPISTATIS DOMINAN

Epistasis dominan : gen dengan alel dominan yang menutupi kerja gen lain. Pada
peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen
dominan yang bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada generasi F2 dengan adanya
epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.

Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah
waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan
buah berwarna kuning dan alelnya y yang menyebabkan buah berwarna hijau.
Selain itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w yang tidak
menghalangi pigmentasi. Persilangan antara waluh putih (WWYY) dan waluh
hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi F2

 EPISTASIS RESESIF

Epistasis resesif : gen dengan alel homozigot resesif yang mempengaruhi gen
lain. Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi
ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini, pada generasi F2
akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.

Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Mus
musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada
mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan
bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c
menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara mencit berbulu kelabu
(AACC) dan albino (aacc

F. MUTASI GEN

Seperti telah kita pelajari dalam Bab 3 bahwa pasangan basa nitrogen (basa N)
padaDNA. Antara timin dan adenine atau antara guanin dan sitosin dihubungkan
oleh ikatanhidrogen yang lemah ” Atom-atom hidrogen dapat berpindah dari
satu posisi ke posisilain pada purin atau pirimidin. Perubahan kimia sedemikian
disebut perubahan tautomer.Misalnya, secara tidak normal, adenin berpasangan
dengan sitosin dan timin denganguanin. peristiwa perubahan genetic seperti ini
disebut mutasi gen karena hanya terjadi didalam gen. Mutasi gen disebut juga
mutasi titik (point mutation). Mutasi gen dapat terjadikarena substitusi basa
N.Macam-macam mutasi gen antara rain:

Mutasi tak bermakna (nonsense mutatton);


terjadi perubahan kodon (triplet) darikode basa N asam amino tetapi tidak
mengakibatkan kesalahan pembentukan protein.Misalnya, uuu diganti uus yang
sama -sama kode fenilalanin.

Mutasi ganda tiga (triplet mutations);


terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan tiga basa secara bersama
– sama.

Mutasi bingkai (frarneshift mutattons);


terjadi karena adanya penambahan sekaligus pengurangan satu atau beberapa
pasangan basa secara bersama – sama.
G. Komponen Penyusun Gen

 Rekon
Rekon merupakan sebuah komponen yang lebih kecil dari gen dan terdiri atas
satu atau dua pasang nukleotida saja.
 Muton
Muton yakni salah satu komponen yang memiliki lebih dari dua nukleotida.
 Sistron
Sistron ialah suatu komponen yang terdiri dari ratusan nukleotida

2. STRUKTUR GEN DAN GENOM


A. STRUKTUR GEN

Pada sel eukariot, gen terdiri dari:

 Domain regulasi inisiasi transkripsi, yang terdiri dari : deret GCCACACCC,


ATGCAAAT, kotak GC, kotak CCAAT dan kotak TATA.
 Intron
 Ekson merupakan area kondisi protein yang bisa ditranskripsi secara
overlapping atau nonoverlapping. Misalnya pada kode dengan tiga deret
nukleotida (kodon triplet) AUU GCU CAG, bisa secara dibaca nonoverlapping
sebagai AUU GCU CAG atau dibaca secara overlapping sebagai AUU UUG
UGC GCU CUC CAG. Walaupun pada sekitar tahun 1961, sudah diketahui
bahwa:
 asam amno dikondisi oleh kodon secara nonoverlapping, sudah ditemukan
protein berbeda hasil transkripsi dengan pergeseran overlapping kodon.
 Domain regulasi akhir transkrips

B. PENGERTIAN GENOM

Genom adalah satu set DNA komplit dari suatu organisme, gen termasuk
di dalamnya. Genom mengandung semua informasi yang diperlukan
untuk membentuk dan menjalankan fungsi organisme. Ukuran genom
merupakan jumlah total DNA yang terkandung dalam satu salinan
lengkapgenom.
Genom manusia disebut genom Homo Sapiens yang terdiri dari 23
kromosom yang berpasangan dengan lebih dari 3 miliar base pair DNA
(pasangan basa). Pada tubuh manusia, setidaknya ada 3 juta pasangan
DNA, dan semuanya ini terdapat di dalam inti setiap sel.

3. DNA DAN RNA


A. STRUKTUR DAN FUNGSI DNA

Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan makromolekul berupa benang


sangat panjang yang terbentuk dari sejumlah besar deoksiribonukleotida,
yang masing-masing tersusun dari satu basa, satu guladan satu gugus fosfat.
Apabila kita ibaratkan suatu tubuh, maka DNA diibaratkan sebagai otak yang
dapat mengatur segala proses di dalam tubuh. Di samping itu, DNA juga
mempunyai peran penting dalam pewarisan sifat. DNA merupakan suatu
senyawa kimia yang penting pada makhluk hidup. Tugas utamanya
membawa materi genetik dari suatu generasi ke generasi berikutnya. DNA
juga merupakan senyawa polinukleotida yang membawa sifat-sifat
keturunan yang khas pada kromosom.

DNA penting dalam hal hereditas. Paket semua informasi genetik dan
dibagikan pada generasi berikutnya. Dasar untuk ini terletak pada kenyataan
bahwa DNA membuat gen dan gen membuat kromosom. Manusia memiliki
23 pasang kromosom – total 46 kromosom. Dua puluh dua dari pasangan ini,
yang disebut autosom, terlihat sama pada laki-laki dan perempuan. Ke 23
Pasangan disebut kromosom seks dan berbeda antara pria dan wanita.
Wanita memiliki dua salinan dari kromosom X atau XX, sedangkan pria
memiliki satu X dan satu kromosom Y.

Kedua orang tua memiliki sel reproduksi – sperma di dalam ayah dan
ovum atau telur pada ibu. Sperma dan telur mengandung setengah jumlah
kromosom – 23 masing-masing. Ketika telur dan sperma membuahi, ini
menimbulkan sebuah sel yang memiliki set lengkap. Jadi seseorang mewarisi
setengahnya gen dari masing-masing orang tua.

Istilah kromosom dipopulerkan oleh Waldeyer (1888), asal katanya:


chroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Jadi, kromosom
adalah benda-benda halus berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan
terdiri dari zat yang mudah mengikat zat warna di dalam nukleus.
Kromosom berfungsi membawa sifat individu dan membawa informasi
genetik karena di dalam kromosom terdapat gen.
B. BENTUK KROMOSOM

Bentuk kromosom berbeda-beda, tergantung pada species, namun bentuk


kromosom tetap untuk setiap spesies m = 0,2-20m, Ukuran: p = 0,2-50

Lengan berjumlah satu atau dua; sama panjang atau tidak sama panjang;
bentuk simetris atau tidak simetris.

Bagian-bagian Kromosom terdiri dari; (1) Kromomer adalah struktur


berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi materi kromatin, (2)
Sentromer adalah daerah lekukan (kontriksi) disekitar daerah pertengahan
kromosom, dimana juga dijumpai kinetokor, (3) Kinetokor adalah daerah
tempat perlekatan benang-benang spindel dan tempat melekatnya lengan
kromosom, (4) Telomer adalah daerah terujung kromosom fungsinya
menjaga stabilitas bagian ujung kromosom agar DNA tidak terurai.
Satelit adalah bagian kromosom yang berbentuk bulatan dan terletak di
ujung lengan kromatid

Gambar 3.1. Kromosom

Berdasarkan letak sentromer dan lengan, bentuk kromosom dibedakan menjadi


empat macam; (1) Bentuk telosentrik, yaitu jika letak sentromer berada di ujung,
(2) Bentuk akrosentrik, yaitu letak sentromer mendekati ujung, (3) Bentuk
submetasentrik, yaitu jika letak sentromer agak jauh dari ujung kromosom dan
biasanya membentuk huruf L atau J (4) Bentuk metasentrik, yaitu jika letak
sentromer berada di tengah sehingga panjang masing-masing lengan sama.
Istilah lain yang erat kaitannya dengan pembahasan DNA adalah gen. Menurut
Morgan, gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati suatu lokus pada
kromosom yang mengandung satuan informasi genetika dan mengatur sifat
menurun tertentu. Fungsi dari gen adalah untuk; (1) mengatur pertumbuhan/
perkembangan dan metabolisme individu, dan (2) menyampaikan informasi
genetik dari generasi ke generasi berikutnya.

Sedangkan tempat gen dalam kromosom yang homolog (kromosom berada


dalam pasangan) disebut lokus. Secara kimia gen dibangun oleh DNA

Gambar 3.2. Bentuk-bentuk kromosom berdasarkan letak sentromer

DNA pertama kali ditemukan oleh F. Miescher (1869) dari sel spermatozoa dan
sel eritrosit burung, selanjutnya dinamakan sebagai nuklein. Penemuan lain
dilakukan oleh Fischer (1880), yaitu tentang adanya zat pirimidin (yang berupa
Sitosin dan Timin) dan dua purin (Adenin dan guanin). Setelah penemuan
tersebut, dilengkapi pula dengan penemuan Levine (1910) tentang gula 5 karbon
ribosa, gula deoksiribosa, dan asam fosfat dalam inti. Keberadaan DNA tersebut
sebagian besar di dalam nucleus (inti sel). Tetapi ada juga yang terdapat pada
mitokondria.

Pada tahun 1953, Frances Crick dan James Watson menemukan model molekul
DNA sebagai suatu struktur heliks beruntai ganda, atau yang lebih dikenal
dengan heliks ganda Watson-Crick.DNA merupakan makromolekul
polinukleotida yang tersusun atas polimer nukleotida yang berulang-ulang,
tersusun rangkap, membentuk DNA haliks ganda dan berpilin ke kanan.
Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu; (1) gula 5 karbon (2-
deoksiribosa), (2) basa nitrogen yang terdiri golongan purin yaitu adenin
(Adenin = A) dan guanin (guanini = G), serta golongan pirimidin, yaitu
sitosin (cytosine = C) dan timin (thymine = T), dan (3) gugus fosfat

Basa pada molekul DNA membawa informasi genetik, sedangkan gula


dan gugus fosfat mempunyai peranan struktural. Gula dalam
deoksiribonukleotida merupakan deoksiribosa. Awalan deoksi menunjukkan
bahwa gula ini kekurangan satu atom oksigen yang ada pada ribosa, senyawa
induknya. Basa nitrogen merupakan derivat purin dan pirimidin. Purin dalam
DNA adalah adenin (A) dan Guanin (G), serta pirimidinnya adalah timin (T)
dan sitosin (C).

Sebuah nukleosida terdiri dari basa dan purin atau pirimidin yang
berikatan dengan gula. Keempat unit nukletida dalam DNA disebut
deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksitimidin, dan deoksitidin. Dalam
sebuah deoksiribonukleosida, N-9 dalam purin atau N-1 dalam pirimidin
terikat pada C-1 deoksiribosa. Konfigurasi ikatan N-glikosida ini adalah ikatan
(basanya terletak di atas bidang gulanya). Suatu nukleotida merupakan sebuah
ester fosfat dari suatu ester fosfat dari suatu nukleosida. Tempat esterifikasi
yang paling umum dalam nukleotida yang terdapat di alam secara alamiah
adalah gugus hidroksil C-5 pada gula. Senyawa seperti itu disebut nukleosida 5-
fosfat atau 5-nukleotida. Misalnya, deoksiadenosin 5’-trifosfat (dATP)
merupakan prekursor yang diaktifkan pada sintesis DNA; nukleotida itu
diaktifkan kalau ada dua ikatan fosfoanhidrida dalam unit trifosfatnya. Bilangan
dengan tanda menunjukkan atom pada gula, sedangkan bilangan tanpa tanda
menunjukkan bahwa gulanya berupa deoksiribosa untuk membedakan senyawa
ini dari ATP gula dalam bentuk ribosa.

Tulang punggung DNA, yang bersifat tetap di sepanjang molekul, terdiri


dari deoksiribosa yang berikatan dengan gugus-gugus fosfat. Khususnya 3'-
hidroksil pada bagian gula sebuah deoksiribonukleotida disambungkan pada
5’-hidroksil gula yang berdekatan melalui jembatan fosfodiester. Bagian
yang bervariasi pada DNA adalah urutan keempat macam basa (A, G, C dan
T). Unit-unit nukleotida tersebut dinamakan dioksidenilat, deoksiguanilat,
deoksisitidilat, dan deoksitimidilat.
Gambar 3.3a. Mekanisme kerja DNA.

Gambar 3.13b. Perbedaan antara Deoxyribonucleotide dan Ribonucleotide .

C. STRUKTUR DOUBLE HELIX DNA

Friederich Miescher untuk pertama kali memisahkan DNA dari inti sel dalam
tahun 1896 dan menamakan zat yang baru ditemukan itu "nuklein", suatu awal
dari istilah asam nukleat. Walaupun DNA secara luas dipelajari selama tahu-
tahun berikutnya, namun peranan biologiknya sebagai pembawa informasi
genetik tetap tidak jelas hingga selama masa akhir tahun 1940-an ketika Averi
dan kawan-kawan menunjukkan bahwa DNA yang dimurnikan dapat
memindahkan khasiat keturunan dari suatu turunan bakteri ke yang lain. Pada
tahun 1953, penelitian kristalografik dengan sinar-X oleh James Watson dan
Francis Crick mengungkapkan struktur tiga dimensi DNA dan segera
menyimpulkan replikasinya. Pencapaian yang menakjubkan ini merupakan salah
satu yang paling berarti dalam sejarah biologi karena membuka jalan untuk
pemahaman tentang fungsi gen pada tingkat molekul. Watson & Crick
melakukan analisis gambaran difraksi sinar-X serat-serat DNA yang dibuat oleh
Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins dan menetapkan satu model struktural
yang pada dasarnya terbukti benar. Ciriciri penting model DNA mereka adalah:
1. Dua rantai heliks polinukleotida melingkar mengelilingi satu sumbu.

2. Basa purin dan pirimidin terdapat di bagian dalam heliks, sedangkan unit-unit
fosfat dan deoksiribosa terdapat di bagian luar. Bidang-bidang basa tegak
lurus terhadap sumbu heliks. Bidang-bidang gula hampir tegak lurus
terhadap bidang basa.
3. Diameter heliks adalah 20 A. Jarak antara basa yang bersebelahan ialah 3,4 A
pada poros heliks dengan sudut rotasi sebesar 36°. Dengan demikian,
putaran heliks berulang setelah 10 residu pada setiap rantai, yaitu pada
interval 3,4 A.
4. Kedua rantai saling berhubungan melalui ikatan hidrogen antara pasangan-
pasangan basa. Adenin selalu berpasangan dengan timin; guanin selalu
berpasangan dengan sitosin.
5. Urutan basa sepanjang rantai polinukleotida tidak dibatasi dengan cara
apapun. Urutan yang tepat basa-basa itu mengandung informasi genetik.
Gambar 3.5a

Aspek yang paling penting pada DNA heliks ganda adalah pasangan
basa yang spesifik. Watson dan Crick menyimpulkan bahwa adenin harus
berpasangan dengan timin, dan guanin dengan sitosisn, karena faktor-faktor
sterik ikatan hidrogen. Pembatasan sterik ini disebabkan oleh sifat heliks
tulang punggung gula fosfat yang teratur pada setiap rantai polinukleotida.
lkatan-ikatan glikosidik antara gula dan. basa yang berpasangan berjarak
kira-kira 10,8 A. Pasangan basa purinpirimidin sesuai benar dalam ruangan
itu. Sebaliknya disitu tidak terdapat cukup ruangan untuk dua purin.

Terdapat ruangan lebih dari cukup untuk dua pirimidin, tetapi keduanya akan
terlalu jauh terpisah untuk memberikan ikatan hidrogen. Karena itu satu
anggota pasangan basa dalam suatu heliks DNA harus selalu berupa purin
dan yang lain berupa pirimidin, karena faktor-faktor sterik. Pasangan basa ini
lebih jauh dibatasi oleh kebutuhan pengikatan hidrogen. Atom-atom
hydrogen dalam basa purin dan pirimidin mempunyai posisi yang sudah
tertentu.

Adenin tidak dapat berpasangan dengan sitosin karena akan terdapat dua
hidrogen di dekat salah satu tempat pengikatan dan tidak ada hidrogen di
tempat yang lainnya. Demikian pula guanin tidak berpasangan dengan timin.
Sebaliknya adenin membentuk dua ikatan hidrogen dengan timin, sedangkan
guanin membentuk tiga ikatan hidrogen dengan sitosin. Daya tarik antara
kedua pasangan basa paling kuat pada orientasi dan jarak ikatan hidrogen ini.

Skema pasangan basa ini sangat didukung oleh hasil kajian terdahulu
tentang komposisi basa DNA pada berbagai species. Pada tahun 1950, Erwin
Chargaff menemukan bahwa rasio adenin terhadap timin dan guanin
terhadap sitosin mendekati 1,0 pada semua species yang diamati. Arti
penemuan ini baru menjadi nyata pada waktu Watson-Crick dikemukakan.
Baru pada waktu itu dapat dilihat bahwa penemuan-penemuan di atas
mencerminkan segi esensial struktur dan fungsi DNA species pasangan basa.
Struktur DNA heliks ganda yang diperlihatkan pada Gambar 3.3 adalah DNA
bentuk B (B-DNA).

Model heliks ganda segera menyarankan metode replikasi DNA. Watson


& Crick mengemukakan hipotesis sebulan setelah mereka menyajikan model
struktural DNA dalam risalah sederhana dan mudah dimengerti sebagai
berikut:

Bila susunan basa yang sebenarnya pada salah satu rantai diketahui,
dapat dituliskan dengan tepat susunan basa pada rantai pasangannya
karena pembentukan pasangan adalah spesifik. Jadi, satu rantai
merupakan komplemen rantai yang lain, dan inilah gambaran yang
menunjukkan bagaimana molekul asam deoksiribonukleat dapat
melakukan duplikasi.
Bahasan-bahasan terdahulu mengenai duplikasi diri biasanya
mengemukakan konsep cetakan. Baik salah satu cetakan dianggap menyalin
dirinya secara langsung atau cetakan itu menghasilkan suatu cetakan
"negatif” yang akan menjadi cetakan untuk menghasilkan "positif' yang asli
lagi. Sama sekali tidak dijelaskan secara rinci bagaimana itu kiranya terjadi
dipandang dari segi atom dan molekul.

Kini kita pelajari model untuk asam deoksiribonukleat, yang pada


hakikatnya, merupakan sepasang cetakan, yang saling komplementer. Kita
bayangkan bahwa sebelum duplikasi ikatan-ikatan hidrogen terputus, dan
kedua rantai membuka dan berpisah. Kemudian masing-masing rantai
berperan sebagai cetakan untuk pembentukan rantai pasangan yang baru
bagi dirinya sendiri sehingga akhirnya di dapat dua pasangan rantai, yang
sebelumnya hanya ada satu pasang rantai. Selain itu, urutan-urutan
pasangan basa tersebut akan di duplikasi secara tepat.

D. STRUKTUR RNA

Gen pada semua organisme prokariot dan eukariot terbuat dari DNA.
Pada virus gen terbuat dari DNA atau RNA (asam ribonukleat). RNA, seperti
halnya DNA, merupakan polimer panjang tidak bercabang yang terdiri dari
nukleotidanukleotida yang bersambung dengan ikatan 3'= 5' fosfodiester
Struktur kovalen RNA berbeda dengan DNA dalam dua hal. Sebagaimana
terbaca dari namanya, unit-unit gula dalam RNA berupa ribose bukan
deoksiribosa. Ribosa mengandung sebuah gugus 2'-hidroksil yang tidak
terdapat deoksiribosa. Perbedaan yang lain ialah bahwa satu dari keempat
basa utama dalam RNA adalah urasil (U) yang menggantikan timin (T). Urasil,
seperti timin, dapat membentuk pasangan basa dengan adenin, tetapi tidak
mengandung gugus metil yang terdapat dalam timin. Molekul RNA dapat
berbentuk. Struktur bagian dari suatu untai tunggal atau untai ganda.

RNA tidak dapat membentuk heliks ganda tipe B-DNA karena interferensi
steril oleh gugus 2'-hidroksil pada unit-unit ribosanya. Akan tetapi, RNA
dapat membentuk modifikasi heliks ganda dan pasanganpasangan basanya
menjauh membuat sudut sekitar 20° lebih besar dari garis tegak lurus dengan
sumbu heliks, suatu struktur yang mirip dengan A-DNA.

RNA menyusun 5-10% dari berat kering sel. Pada dasarnya, terdapat
dua kelompok utama RNA yang menyusun makhluk hidup, yaitu RNA
genetik dan RNA nongenetik. Apakah perbedaan kedua RNA tersebut?
1. RNA genetik
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yakni merupakan
molekul genetik yang secara keseluruhan bertanggung jawab dalam
membawa segala materi genetis, seperti yang dimiliki oleh DNA. Dengan kata
lain, RNA ini berfungsi sebagai DNA. RNA genetik ini hanya dimiliki oleh
makhluk hidup tertentu yang tidak memiliki DNA, seperti pada beberapa
jenis virus.

2. RNA nongenetik
RNA nongenetik merupakan RNA yang tidak berperan sebagai DNA. RNA
nongenetik dimiliki oleh makhluk hidup yang materi genetiknya diatur oleh
DNA. Pada makhluk hidup kelompok ini, di dalam selnya terdapat DNA dan
RNA.

Berdasarkan letak serta fungsinya, RNA non-genetik dibedakan menjadi tiga


macam, yakni RNA duta, RNA ribosom, dan RNA transfer.

a. RNA duta atau “messenger RNA” (mRNA) merupakan asam nukleat yang
berbentuk pita tunggal dan merupakan RNA terbesar atau terpanjang
yang bertindak sebagai pola cetakan pembentuk polipeptida. Fungsi
utama mRNA adalah membawa kode-kode genetik dari DNA ke ribosom.
mRNA juga berfungsi sebagai cetakan dalam sintesis protein.

b. RNA transfer (tRNA) merupakan RNA terpendek yang bertindak sebagai


penerjemah kodon dari mRNA. Selain itu, tRNA berfungsi mengikat asam-
asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke
ribosom. Pada tRNA terdapat bagian yang berhubungan dengan kodon
yang disebut antikodon dan bagian yang berfungsi sebagai pengikat asam
amino.

c. RNA ribosom (rRNA) merupakan RNA dengan jumlah terbanyak dan


penyusun ribosom. RNA ini berupa pita tunggal, tidak bercabang, dan
fleksibel. Lebih dari 80% RNA merupakan rRNA. Fungsi rRNA sampai
sekarang masih belum banyak diketahui, tetapi diduga memiliki peranan
penting dalam proses sintesis protein.

RNA yang kompleks, maka virus-pun merupakan kumpulan asam nukleat


dan molekul-molekul protein.

Asam nukleat sering dijumpai di alam bergabung dengan protein. Dalam


sel somatik dari tumbuhan dan binatang. DNA kromosomal atau kromatin
tergabung dengan protein. Termasuk dalam gabungan protein DNA ini
terdapat suatu kelompok yang disebut histon. Histon ini mengandung
sebagian sisa-sisa lisin, arginin atau keduanya tergantung pada histon apa,
dan dengan demikian membuat sangat kompleks dengan gugus-gugus
fosfodiester yang bermuatan negatif dari tulang punggung DNA. Karena
interaksi antara DNA dan histon tidak sembarang dalam, maka kromosom
eukariotik merupakan kompleks asam nukleat-protein yang sebenarnya.
Kompleks-kompleks asam nukleat protein penting yang lainnya termasuk
ribosom dan virus.

E. SIFAT-SIFAT DAN FUNGSI RNA

Karena sel berkembang biak menurut proses pembelahan, maka DNA


harus membiak dalam bentuk tepat sama dalam tiap sel dari generasi ke
generasi. Tambahan pula berfungsinya suatu sel individu yang normal
diperlukan penggunaan informasi genetik yang terkandung dalam DNA
untuk mengarahkan biosintesis dari protein enzim. Kedua hal ini menentukan
peranan bahan genetik dalam sel dan menimbulkan dogma pusat genetika
molekuler. Pendapat ini merupakan garis besar mengenai peranan DNA dan
RNA pada pewarisan informasi genetik dari satu bentuk simpanan menjadi
struktur primer akhir dari suatu molekul protein, seperti tampak pada

Tiga proses utama terlihat pada Gambar 3.14, yaitu replikasi, transkripsi,
dan translasi:

1. Replikasi menyangkut perangkaian secara linier satuan-satuan monomer


DNA untuk membentuk replikat atau kopi yang tepat dari rangkaian
struktur DNA yang lama. Proses ini memungkinkan pembentukan dua
molekul anak DNA selama pembelahan sel, masing-masing satu kopi
yang tepat dari induk DNA.

2. Transkripsi menyangkut perangkaian secara linier satuan-satuan


monomer RNA., atau ribo-nukleotida, dengan menggunakan suatu
bagian khas yang kecil (gene) dari untaian DNA sebagai model. Molekul
RNA tidak saja menyediakan cetakan kerja bagi biosintesis protein, tetapi
juga bekerja sebagai pembawa istimewa untuk asam amino serta
juga memperlengkapi tempat tautan di mana sintesis protein akan
berlangsung.

3. Translasi meliputi perangkaian secara linier monomer-monomer asam


amino, dengan menggunakan satu jenis khas RNA sebagai cetakan dan
jenis khas RNA lain sebagai pembawa dan pengubah asam amino. Ini
sesuai dengan proses yang sesungguhnya dalam sintesis protein.

Bagan yang tampak pada Gambar 3.14. juga memuat proses lain, yang
ditemukan oleh penelitian baru-baru ini: dalam keadaan tertentu, RNA dapat
bertindak sebagai suatu cetakan untuk biosintesis DNA proses ini diistilahkan
transkripsi kebalikan. Dalam hal ini jelas bahwa asam-asam nukleat
memainkan peranan penting dalam biosintesis protein.

Dalam Gambar 3.14 telah kita lihat bagaimana arus informasi genetik
dalam suatu sel berlangsung dari DNA ke RNA. Transkripsi adalah suatu
satuan spesifik dari informasi genetik dalam DNA yang menyebabkan
pembentukan sebuah molekul RNA berserat tunggal dengan suatu urutan
asam basa komplementer terhadap bagian untai DNA yang ditranskripsikan.
Kita dapat membayangkan adanya suatu untai DNA yang terbagi menjadi
bagian-bagian pendek yang saling dihubungkan. Setiap bagian, atau gen
terdiri dari suatu urutan basa yang membuat suatu kode untuk molekul RNA
yang unik. Molekul RNA yang sesuai dengan suatu gene tertentu, mungkin
merupakan salah satu dari tiga tipe RNA, yaitu m-RNA, r-RNA dan t-RNA,
sebagaimana telah dibahas terdahulu.

Golongan terbesar yang maha luas dari gene dalam kromosom memberi
kode untuk molekul-molekul m-RNA, dengan demikian menyediakan
pengarahan utama untuk sintesis protein. Peta-peta genetik yang
menunjukkan tempat-tempat dari banyak gene yang sesuai dengan
proteinprotein tertentu, telah disimpulkan untuk bakteri tertentu, termasuk
E. Coli. Proses sintesis molekul RNA oleh transkripsi dari cetakan DNA yang
bersangkutan dapat dibagi menjadi beberapa tahap.
Tahap 1. Enzim RNA polimerase terikat pada urutan spesifik dari basa,
atau tanda permulaan, pada permulaan gene sedang mengalami
transkripsi. Tempat-tempat permulaan ini merupakan urutan
basa yang kaya akan pirimidin dan mempunyai sekitar 10
nukleotida. Pengikatan RNA polimerase pada tempat permulaan
menyebabkan terbukanya gulungan heliks rangkap DNA pada bagian
pendeknya. Untuk setiap gene tertentu, hanya satu untai heliks rangkap
berfungsi sebagai cetakan untuk transkripsinya. RNA polimerase dari E. Coli
menghasilkan semua dari tiga jenis RNA seluler. Pada sel mamalia terbukti
bahwa ada beberapa RNA polimerase yang berbeda. RNA polimerase E.
Coli mempunyai bobot molekuler kira-kira 5  105 dan terdiri dari lima sub
satuan.

Tahap 2. Substrat untuk reaksi RNA polimerase, yaitu ATP, GTP, UTP,
dan CTP, merupakan pasangan basa terhadap basa komplementernya pada
satu dari bagian-bagian DNA. Kekhususan dari pasangan basa memungkinkan
DNA untuk bertindak sebagai cetakan pada penambahan ribonukleosida
trifosfat dalam urutan yang benar kepada untai RNA yang sedang tumbuh.
RNA polimerase mengkatalisis pembentukan hubungan fosfodiester antara
ribonukleosida trifosfat dan ujung 3'-OH dari untai RNA yang sedang tumbuh.
Pembebanan yang diikuti hidrolisis pirofosfat membantu menyediakan gaya
pendorong untuk reaksi ini. Bekerjanya RNA polimerase sama dengan
bekerjanya DNA polimerase 1. Pertumbuhan untai RNA seperti halnya
dengan DNA, berlangsung dalam arah

Tahap 3. Sementara RNA polimerase bergerak ke bawah menuruti untai


DNA, maka hibrida RNA/DNA dupleks yang dihasilkan, membuka,
kumparannya, dan untai cetakan DNA membentuk kembali heliks rangkap
DNA/DNA yang lebih mantap dengan untai komplementer kromosomnya.
Pada ujung gene, suatu urutan basa khusus menyebabkan berhentinya
transkripsi dan RNA polimerase melepaskan diri dari molekul DNA. Dalam
beberapa hal terbukti bahwa protein khusus, yaitu faktor p, mungkin terlibat
dalam proses penyelesaian.

Tahap 4. Setelah molekul RNA disintesis, is mungkin dapat diubah secara


kimiawi. Misalnya telah diketahui bahwa 18 S dan 28 S r-RNA ribosom
mamalia merupakan hasil dari metilasi dan pembelahan pelopor 45 S yang
tunggal. Ini mengingatkan kepada pembentukan zimogen atau pelopor tak
aktif dari protein enzim tertentu. Ada bukti bahwa molekul t-RNA dihasilkan
oleh pembelahan selektif terhadap molekul RNA yang lebih besar. Tambahan
pula, basa-basa yang kurang penting terutama t-RNA biasa, mungkin
merupakan akibat dari perubahan kimia sesudah terjadi transkripsi dari
pelopor t-RNA.

1. Transfer RNA (t-RNA)

Transfer RNA (t- RNA) merupakan bentuk terkecil dari RNA. Karena
ukurannya, maka kadang disebut s-RNA (small-RNA), sebagai akibat bahwa
ia tinggal di dalam cairan bagian atas dari larutan, sedangkan bentuk RNA
yang lain (yang lebih berat) mengendap oleh sentrifugasi ultra.
Masingmasing dari ke-20 asam amino mempunyai sedikitnya satu molekul t-
RNA istimewa, yang berguna untuk mengangkut molekul t-RNA tadi ke
tempat sintesis protein dan menjamin penempatannya yang benar dalam
urutan asam amino dari protein yang sedang disintesis. Gambar 3.16
memberikan gambaran secara skematik molekul t-RNA. Lengkung antikodon
yang diperlihatkan dalam gambar ini mengandung sebuah basa triplet
(antikodon) yang komplementer terhadap salah satu kodon untuk alanin.
Antikodon memainkan peranan kunci dalam sintesis protein.

2. Messenger RNA (m-RNA)


Ukuran molekul m-RNA tergantung pada jumlah sisa asam amino dalam
protein yang memerlukan molekul m-RNA itu sebagai cetakan. Sintesis
suatu protein yang mengandung sisa asam amino sebanyak 500 jelas
harus diurus oleh molekul m-RNA yang mempunyai sedikitnya 1500 (3 
500 basa).

Dalam pembicaraan tentang struktur t-RNA terlihat bahwa suatu


antikodon istimewa dalam molekul t-RNA sesuai dengan asam amino
tertentu yang dibawa serta. Dalam urutan basa dari cetakan kerja untuk
sintesis protein, yaitu m-RNA terdapat basa triplet atau kodon yang
komplementer terhadap t-RNA antikodon. Letak setiap kodon pada untai
mRNA sesuai dengan letak asam amino yang bersesuaian di dalam
struktur primer protein, yang memerlukan m-RNA sebagai cetakan.

Perubahan m-RNA dalam bakteri berlangsung sangat cepat, dengan


memperlihatkan umur rata-rata sekitar 2 menit. Sementara transkripsi
suatu gen tertentu menghasilkan hanya satu molekul m-RNA sekali,
namun satu molekul m-RNA ini dapat mengarahkan biosintesis dari
banyak molekul protein secara serentak. Hubungan antara aminoasil t-
RNA dan m-RNA diperlihatkan secara skematik dalam Gambar 3.18.
Gambar ini mengikhtisarkan apa yang telah dikatakan tentang peranan
dari interaksi kodon-antikodon dalam penempatan secara benar dari
asam amino di dalam rantai protein. Karena sekarang telah dibicarakan
tentang "bagian-bagian" dan cetakan untuk sintesis protein, maka
tinggallah membicarakan letak berlangsungnya sintesis protein yaitu
ribosom.

3. Ribosomal RNA (m-RNA)

Sintesis protein terjadi di atas permukaan RNA-protein kompleks, yang


dikenal sebagai ribosom. Seluruh fungsi ribosom adalah menjamin
orientasi yang benar antara cetakan m-RNA dan molekul-molekul
amonosil t-RNA yang sedang diikatkan kepada cetakan. Karena itu,
ribosom secara khusus mengikat m-RNA, aminosil t-RNA yang datang
masuk, dan bagian dari rantai yang sedang tumbuh, semuanya pada
orientasi sterokimiawi yang betul. Tambahan pula, ribosom mengandung
enzim-enzim tertentu disebut translokase, yang menyebabkan ribosom
bergerak sepanjang untai m-RNA sewaktu sintesis protein berlangsung.

Pada suatu prokariot seperti E. Coli sekitar, 15.000 ribosom terdistribusi


ke seluruh sitoplasma. Ribosom E. Coli yang utuh mempunyai partikel
dengan berat 3 x 106 Dalton dan diistilahkan sebagai ribosom 70 S,karena
sifat sendimentasi di dalam ultrasentrifus. Tanpa adanya m-RNA dan
pada konsentrasi rendah Mg2+, ribosom 70 S berdisosiasi menjadi dua
subsatuan: satu subsatuan 50 S (berat partikel kirakira 2 x 106 Dalton)
dan satu subsatuan 30 S (berat partikel kira-kira 1 x 106 Dalton). RNA
robosomal dan komponen-komponen protein tiap subsatuan dapat
didisosiasikan dan diisolasikan dengan cara-cara kimia yang sesuai, dan
fraksionasi. Hasil pemisahan komponen-komponen dari tiap subsatuan
ribosomal E. Coli ditunjukkan dalam Gambar 3.17. Sangat menarik bahwa
pada keadaan yang tepat dimungkinkan untuk secara spontan terjadinya
penyusunan kembali subsatuan-subsatuan ribosomal 30 S dan 50 S yang
aktif. Jadi jelas bahwa penataan yang kompleks dan sangat spesifik dari
protein dan asam-asam nukleat dan ribosom disebabkan oleh perakitan
mandiri dari komponen-komponennya.

Pada sel eukariotik, sintesis protein tidak saja terjadi di dalam


sitoplasma, tetapi juga sampai ukuran terbatas di dalam mitokhondria
dan kloroplas. Ribosom dari kloroplas dan mitokhondria sama dengan
ribosom 70 S dari prokariot, sedang ribosom dalam sel sitoplasma sel
eukariotik lebih besar dan lebih kompleks. Seperti ribosom 70 S dari
prokariot, maka ribosom dari 80 S dari eukariot berdisosiasi menjadi satu
subsatuan besar (60 S) dan satu subsatuan kecil (40 S). subsatuan 60 S
mengandung tiga molekul RNA :
5 S, 7 S, dan 23 S. Subsatuan 40 S mempunyai satu molekul RNA 18 S
yang tunggal. Selain itu terdapat protein-protein ribosomal di dalam
nucleoprotein yang berstruktur kompleks dari ribosom eukariotik.
Dalam suatu sel eukariotik, seperti hepatosit, ribosom biasanya
ditemukan dalam persekutuan dengan retikulum endoplasmik, yaitu
suatu struktur yang tersusun dari banyak saluran terbentang ke segala
jurusan di dalam seluruh sitoplasma. Gambar 3.20 menunjukkan
retikulum endoplasmic dan ribosom.

Tidak memandang jenis sel apa, maka cara kerja ribosom dalam sintesis
protein adalah umum. Kedua subsatuan ribosomal membentuk suatu
ribosom lengkap apabila terikat pada m-RNA. Kompleks ribosom m-RNA
merupakan satuan penyebab sintesis protein yang aktif. Hubungan
antara ribosom, mRNA dan t-RNA biasanya lebih dari satu ribosom terikat
pada satu untai mRNA. Ini memungkinkan pembentukan serentak
beberapa protein dari

cetakan yang sama dengan cara "garis rakitan". Multi-ribosom/m-RNA


kompleks ini disebut polisom, dan telah diamati secara langsung dengan
mikroskop elektron. Pembentukan m-RNA dengan transkripsi dari DNA
dan penjelmaan dari urutan basa dari m-RNA ke dalam struktur protein
oleh sintesis protein ribosomal terkoordinasi secara ketat terhadap waktu
dan tempat, setidak-tidaknya di dalam E. Coli. Sementara ujung 5' dari m-
RNA yang baru terbentuk terkelupas dari cetakan DNA, maka subsatuan
ribosomal mengikatkan diri dan sintesis protein dimulai meskipun
cetakan m-RNA sedang dibuat.

Komponen penyusun DNA dan RNA memiliki banyak kemiripan.


Namun, karena fungsinya berbeda, keduanya juga memiliki beberapa
perbedaan, terutama dalam hal letak, struktur, kadar, fungsi, dan
komposisi kimianya.
4. REKAYASA GENETIKA PADA MANUSIA

Proyek genom manusia memicu penelitian-penelitian lanjutan dalam


bidang biologi molekuler dan bioteknologi modern. Pemetaan genom
manusia serta karyotyping memungkinkan adanya rekayasa gen-gen
tertentu demi menghasilkan ekspresi gen yang diharapkan. Rekayasa
genetika merupakan suatu sistem modifikasi genetik pada genom
organisme menggunakan metode-metode dalam bioteknologi. Rekayasa
genetika memungkinkan dilakukannya manipulasi gen-gen sehingga
ekspresi gen dapat dikontrol dan produknya dapat dimanfaatkan untuk
tujuan tertentu (Chaterine, 2010). Teknik ini sudah banyak dimanfaatkan
untuk merekayasa gen fungsional serta sudah banyak pula dimanfaatkan
untuk memproduksi organisme-organisme transgenik (Genetically
Modified Organism). Karyotipe manusia (Gambar 1) menggambarkan
keseluruhan genom manusia, memvisualisasi sel-sel, dan kromosom
individual (Biomnis, 2016). Modifikasi genetik memungkinkan adanya
perubahan pada pasangan basa, pemotongan fragmen DNA tertentu,
maupun penambahan atau insersi suatu gen. DNA dari suatu organisme
diisolasi untuk kemudian dikombinasi dengan DNA target lainnya.

Rekayasa genetika digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan atau


bahkan memodifikasi karakteristik ekspresi gen pada suatu organisme,
termasuk modifikasi gen yang memungkinkan adanya pencegahan dan
pengobatan penyakit tertentu. Dalam bidang kesehatan, rekayasa
genetika juga dapat dimanfaatkan untuk terapi penyakit-penyakit
dengan cara terapi gen. Ilmuwan dalam bidang bioteknologi banyak
melakukan penelitian di bidang terapi gen, meliputi penggantian gen
yang termutasi dengan salinan gen sehat, inaktivasi (knocking off) gen
yang termutasi, serta pengenalan gen baru untuk membantu mengatasi
penyakit tertentu (Johnson, 2017). Misra (2013) menyatakan bahwa
terapi gen banyak digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh
kelainan gen tunggal resesif, seperti fibrosis kistik (cystic fibrosis),
hemofilia, kelainan muscular, dan anemia sel sabit; serta penyakit lain,
seperti kanker maupun AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
5. TERAPI GEN

Teknologi terapi gen tidak terlepas dari prinsip rekayasa genetika untuk
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang biasa
dikenal sebagai organisme transgenik. Ide untuk terapi gen cukup unik
yaitu dengan menambahkan gen yang normal ke bagian genom yang
mengalami mutase ataupun kerusakan sehingga fungsi gen tersebut
dapat diperbaiki (Kachroo & Gowder, 2016). Proses rekayasa genetik
pada teknologi terapi gen meliputi tahapan berikut: isolasi gen target,
penyisipan gen target ke vektor transfer, transfer vektor yang telah
disisipi gen target ke organisme yang akan diterapi, transformasi pada sel
organisme target. Gen target yang telah disisipkan pada organisme yang
diterapi tersebut diharapkan mampu menggantikan fungsi gen abnormal
yang mengakibatkan penyakit pada penderita.

Penggunaan terapi gen harus disesuaikan dengan jenis penyakit yang


akan diterapi. Penyakit dan hubungan genetiknya harus diketahui
terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi gen. Apabila suatu gen yang
terkait pada penyakit tertentu telah dapat diidentifikasi, maka potensi
penyakit tersebut untuk diterapi akan semakin besar. Misra (2013)
menyatakan bahwa gen merupakan unit fungsional yang berkaitan
dengan hereditas yang memiliki sekuen basa tertentu. Sekuen basa
tersebut yang nantinya akan menentukan jenis dan fungsi protein yang
diekspresikan. Ketika suatu gen mengalami mutasi ataupun perubahan
dalam sekuen basa nitrogennya, maka protein yang dikode tidak akan
bias melaksanakan fungsi normalnya dan mengakibatkan suatu kelainan
genetik. Terapi genMhadir untuk menjadi solusi terapi terbaru pada
penyakit baik yang diturunkan maupun yang tidak. Jackson and Naber
(2017) menyatakan bahwa hingga bulan Desember 2016 telah ada
sebanyak 802 percobaan klinis menggunakan terapi gen di seluruh dunia.
Sebagian besar percobaan klinis terapi gen dilakukan pada pasien-pasien
kanker dan penyakit kardiovaskuler. Banyaknya penelitian dalam bidang
terapi gen memungkinkan pengembangan metode terapi ini sebagai
salah satu alternative pengobatan yang efektif.

Metode terapi gen mulai digunakan pada tahun 1990 ketika National
Health Institute dari Amerika Serikat memasukkan gen normal adenosine
deaminase (ADA) ke leukosit penderita defisiensi kekebalan kombinasi
akut yang berusia 4 tahun. Terapi gen ADA disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) di Amerika Serikat pada tahun yang sama
(Emengaha et al., 2015). Setelah inisiasi, penelitian-penelitian mengenai
terapi gen semakin berkembang. Terapi gen meliputi penggunaan asam
nukleat baik DNA ataupun RNA dalam perlakuan, pengobatan, dan
pencegahan penyakit pada manusia. Berdasarkan pada tipe penyakitnya,
terapi gen dapat dilakukan dengan mentransfer gen fungsional yan dapat
menggantikan gen yang hilang ataupun tidak berfungsi sehingga dapat
mengurangi efek negatif dari kondisi tersebut (Kaufmann et al., 2013).
Terapi gen pada manusia didefinisikan sebagai transfer asam nukleat
berupa DNA ke sel somatik pasien sehingga gen tersebut memiliki efek
pengobatan terhadap penyakit pasien, baik dengan mengoreksi
ketidaknormalan gen maupun over ekspresi protein yang dikode oleh gen
tersebut. Menurut Johnson (2017), terapi gen sudah banyak digunakan
untuk pengobatan kanker, penyakit kardiovaskuler, penyakit infeksius,
penurunan fungsi metabolisme tubuh, penyakit limfatik, hingga cedera
akibat radiasi dan penyembuhan pascabedah. Namun, tidak menutup
kemungkinan berkembangnya terapi gen untuk mengobati jenis penyakit
lainnya.

Rogers dan timnya merupakan orang yang pertama kali


mendemonstrasikan konsep transfer gen menggunakan virus sebagai
vektor. Rogers menggunakan virus Shope papilloma wild-type untuk
mentransfer gen arginase pada dua penderita penyakit kelainan siklus
urea yaitu hiperargininemia (Wirth & Ylä-Herttuala, 2014). SPV atau
Shope Papilloma Virus dikenal juga sebagai CRPV (Cottontail Rabbit
Papilloma Virus) atau Kappapapillomavirus 2. Virus ini mengakibatkan
karsinoma keratin yang mengalami metastasis dan mengganggu
kemampuan inang untuk makan. Papillomavirus termasuk ke dalam
Famili Papovaviridae yang merupakan virus DNA penginisiasi munculnya
tumor.

Hipotesis penelitian Rogers menyatakan bahwa virus Shope papilloma


tersebut dapat mengkode gen yang bertanggung jawab pada
aktivitas arginase dan gen ini dapat ditransfer ke tubuh penderita
hiperargininemia. Namun, hasil penelitian menyatakan sebaliknya. Tidak
ada perubahan pada level arginine maupun kondisi klinis dari penderita
(Wirth & YläHerttuala, 2014). Dengan adanya penelitian Rogers pada
tahun 1960, penelitian-penelitian lain terkait terapi gen yang meliputi
prosedur transfer gennya serta vektor transfer yang digunakan semakin
banyak. Terapi gen pertama yang tercatat dengan baik dilakukan pada
tahun 1990. Pada tahun 2005 telah tercatat sebanyak 1100 penelitian
mengenai terapi gen yang telah dilakukan di seluruh dunia, salah satunya
terfokus di Jerman. Pada tahun 2003 dan November 2005, China berhasil
menyetujui adanya obat terapi gen yang digunakan untuk pengobatan
tumor yang membahayakan. Obat untuk terapi gen pertama kali diajukan
ke the European Agency for the Evaluation of Medicinal Products (EMEA)
di Eropa pada tahun 2005 (Winnacker, 2006).

Tipe Terapi Gen

Terdapat dua tipe utama terapi gen, meliputi terapi gen sel embrional
(germ line gene therapy) dan terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy)
(Misra, 2013):

1. Terapi gen sel embrional (germ line gene therapy)


Pada terapi gen sel kelamin ini, digunakan sel kelamin jantan (sperma)
maupun sel kelamin betina (ovum) yang dimodifikasi dengan adanya
penyisipan gen fungsional yang terintegrasi dengan genomnya.

2. Terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy)


Pada terapi gen sel tubuh ini, dilakukan transfer gen fungsional ke dalam
sel tubuh pasien sehingga malfungsi pada organ dapat diperbaiki. Singhet
al. (2016) menyatakan bahwa terapi gen sel tubuh spesifik untuk setiap
pasien dan tidak diturunkan ke generasi berikutnya

Pada terapi gen dengan menggunakan germ line, gen akan ditransfer ke
dalam ovum ataupun zigot sehingga ketika ovum tersebut fertilisasi
dengan sperma membentuk zigot, maka zigot akan berkembang dengan
membawa gen yang telah disisipkan sebelumnya sehingga organisme
baru yang terbentuk telah memiliki gen yang berfungsi dalam terapi yang
dimaksudkan.

Terapi gen sel embryonal biasanya dilakukan pada hewan untuk


membentuk hewan transgenik. Terapi gen jenis ini memungkinkan
perbaikan secara genetic yang akan mulai terlihat ketika sel embrional
telah berkembang menjadi individu baru Gambar 2 menjelaskan tahapan
dalam terapi gen sel embrional pada monyet. Terdapat dua monyet, yaitu
monyet A yang memiliki kelainan pada mitokondrianya dan monyet B
yang merupakan monyet normal.

Untuk menghasilkan keturunan monyet A yang normal tanpa adanya


kelainan pada mitokondria, maka dilakukan terapi gen melalui sel
embrional. Kromosom pada ovum monyet A diambil kemudian disisipkan
ke dalam ovum monyet B yang memiliki mitokondria normal. Proses
pengambilan dan penyisipan tersebut dilakukan secara ex vivo. Ovum
monyet B yang telah disisipi materi genetik monyet A kemudian
difertilisasi oleh sperma dari monyet C yang sejenis dengan monyet A.
Ovum yang telah dibuahi sperma tersebut kemudian diinsersikan ke
dalam uterus monyet lain yang berperan sebagai induk inang untuk
kemudian memfasilitasi embrio tersebut untuk tumbuh dan berkembang.
Embrio tersebut kemudian akan dilahirkan dengan kondisi tanpa kelainan
mitokondria.

Pada terapi gen dengan sel somatik, DNA yang mengandung gen untuk
fungsi terapi ditransfer ke dalam sel somatik baik secara in vivo maupun
ex vivo. Transfer gen tersebut biasanya ditujukan secara langsung ke
organ atau jaringan spesifik sehingga gen dapat terekspresi dengan baik.
terapi gen dengan sel somatik juga tidak akan memberikan pengaruh
terhadap sel embrional.

Terapi gen secara in vivo tetap menggunakan bantuan vektor untuk


mentransfer gen target ke dalam jaringan atau organ pasien
penderita penyakit tertentu. Pada Gambar 3 terlihat adanya vektor
transfer gen berupa virus yang dimodifikasi menjadi virus rekombinan
dengan menyisipkan DNA dengan gen target untuk terapi melalui metode
teknologi DNA rekombinan. Vektor virus yang telah mengandung gen
target tersebut kemudian diinjeksikan ke dalam tubuh pasien secara
langsung menuju jaringan atau organ target dimana gen untuk terapi
tersebut dibutuhkan atau diekspresikan. Terapi gen secara in vivo
melibatkan proses transduksi secara langsung di dalam tubuh, lebih
mudah dilaksanakan dan dikembangkan dalam skala tertentu, dan tidak
membutuhkan fasilitas khusus karena injeksi atau transfer gen bisa
dilakukan dengan metode umum maupun menggunakan biolistic
gene gun. Namun, Wang et al. (2016) menyatakan bahwa terapi gen
secara in vivo memiliki spesifitas dan efisiensi yang lebih rendah
dibandingkan terapi gen secara ex vivo. Terapi gen secara ex vivo
memiliki tahapan yang lebih kompleks dibanding secara in vivo. Terapi ini
melibatkan transduksi dilaboratorium dengan kondisi spesifik tertentu
sehingga membutuhkan fasilitas laboratorium yang lebih lengkap.
Metode ex vivo ini juga mengakibatkan kurangnya populasi sel yang
diproliferasi. Gambar 4 menunjukkan tahapan dalam metode terapi gen
secara ex vivo yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

1. Isolasi sel yang memiliki gen abnormal dari pasien penderita


penyakit tertentu.
2. Sel hasil isolasi ditumbuhkan pada media kultur tertentu yang
sesuai dengan karakteristik sel

3. Sel target yang telah dikultur kemudian diinfeksi dengan


retrovirus yang mengandung rekombinan gen dalam bentuk gen
normal untuk menggantikan gen abnormal pada sel

4. Produksi rDNA dari RNA rekombinan (jika vektor virus merupakan


virus dengan materi genetik berupa RNA) dengan transkripsi balik
(reverse transcription)

5. Translasi gen normal pada sitoplasma sel menghasilkan protein


yang bertanggung jawab pada gen yang mengalami kerusakan
(terjadi integrasi antara gen target untuk terapi dengan gen pada
sel yang dikultur.

6. Seleksi, perbanyakan, dan pengujian sel yang telah ditransfeksi


untuk mendapatkan sel normal yang gen abnormalnya telah
berhasil digantikan oleh gen baru

7. Injeksi kembali sel yang telah berhasil direkayasa dengan terapi


gen ke dalam jaringan atau organ pasien.

6. Pengertian Mutasi

Mutasi berasal dari kata mutatus (bahasa latin) yang artinya perubahan. Mutasi
didefinisikan sebagai mutasi materi genetik (DNA) yang dapat diwariskan secara genetis
pada keturunannya. Mutagen adalah agen yang menyebabkan mutasi. Sedangkan Mutan
adalah manusia yang mengalamai mutasi. Perubahan sususan genetik menyebabkan
perubahan gen dan akhirnya menyebabkan perubahan alel dan fenotip pada makhluk
hidup. Tidak setiap perubahan DNA adalah mutasi.

Syarat mutasi diantara nya adalah :

Adanya perubahan materi genetik (DNA)


Perubahan tersebut bersifat dapat atau tidak dapat di perbaiki
Hasil perubahan tersebut diwariskan secara genetik pada keturunannya.
Tempat Terjadinya Mutasi
Berdasarkan Tempat Terjadinya Mutasi dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Mutasi Germinal
Mutasi yang terjadi pada sel gamet(ovum atau spermatozoa) dan mutasi tersebut
diwariskan pada keturunannya. Gen-gen yang mengalami mutasi di dalam gamet dapat
berupa mutasi autosomal (jika gen-gennya terdapat pada kromosom autosomal).

2. Mutasi Somatik
Mutasi yang terjadi pada sel-sel soma (sel tubuh atau selain sel gamet) dan mutasi tersebut
tidak diwariskan pada keturunannya. Kejadian mutasi somatik terjadi pada janin yang
sedang dikandung oleh ibunya dapat mengakibatkan cacat bawaan. Penyebabnya dapat
berupa si ibu terkena sinar radioaktif atau meminum obat-obatan atau ramuan jamu yang
bersifat mutagenik.

Jenis-Jenis Mutasi
1. Mutasi Berdasarkan Sumbernya
Ada 2 Jenis Mutasi Berdasarkan sumbernya, yaitu :

Mutasi Alami (Mutasi Spontan)


Mutasi alami (mutasi spontan) adalah mutasi yang terjadi di alam secara acak (random),
tanpa diketahui sebabnya secara pasti. Mutasi ini jarang terjadi, tingkat kemungkinannya
pun sangat kecil. Mutasi spontan mungkin terjadi karena mekanisme tertentu di dalam sel
yang tidak sempurna.

Mutasi spontan dapat disebabkan oleh beberapa alasan berikut: Ketidakstabilan


nukleotida,
Kesalahan replikasi,
Ketidaksempurnaan meiosis.
Umumnya mutasi spontan bersifat resesif sehingga jarang mampu bertahan hidup. Jika
mampu bertahan hidup maka mutan akan berkembang menghasilkan variasi baru.
Ketidakstabilan Nukleotida, Keempat basa nukleotida dapat bersifat tidak stabil dan berada
pada dua bentuk yang berbeda (tautomer). Saat suatu basa membentuk tautomernya, basa
ini dapat berpasangan dengan basa lainnya yang berbeda. Misalnya, basa G biasanya
berpasangan dengan basa S.

Namun, jika basa G pada kondisi tautomer saat replikasi DNA, maka basa G tersebut akan
berpasangan dengan basa T.Oleh karena itu, ada mutasi basa S ke basa T. Kesalahan
Replikasi DNA polimerase dapat melakukan kesalahan saat replikasi. Misalnya insersi basa S
yang seharusnya basa T. Kebanyakan kesalahan replikasi semacam ini akan diperbaiki oleh
kompleks DNA polimerase yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki
(proofreading). Namun, kemungkinan kesalahan semacam itu tetap ada dan menjadi
permanen. Ketidaksempurnaan Meiosis, Gagal berpisah dapat terjadi akibat
ketidaksempurnaan proses meiosis yang mengarah pada pembagian kromosom yang tidak
merata, terlalu banyak, atau terlalu sedikit.

Mutasi Buatan (Mutasi Terinduksi)


Mutasi Buatan (Mutasi Terinduksi) merupakan mutasi yang berasal dari luar atau kejadian
yang disengaja oleh manusia. Mutasi terinduksi merupakan program yang dikerjakan oleh
para pemulia tanaman dan hewan guna memperbaiki fenotip tanaman agronomi atau
holtikultura serta hewan budidaya.

2. Mutasi Berdasarkan Tingkat Mutasinya


Ada 2 Jenis Mutasi Berdasarkan Tingkat Mutasinya, yaitu :

Mutasi titik
Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik relatif
sering terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik
dapat berakibat berubahnya urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan
berkurangnya, berubahnya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini menggunakan
mutasi titik sebagai marker (disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen
dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe yang terjadi. Contoh mutasi gen adalah reaksi
asam nitrit (HNO2) dengan adenine (A) menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati
tempat adenin asli dan berpasangan dengan sitosin (C), bukan lagi dengan timin (T).

Mutasi kromosom
Mutasi kromosom adalah perubahan materi genetik yang disebabkan oleh perubahan
sususan atau jumlah kromosom. Mutasi kromosom dapat disebabkan oleh gangguan fisik
dan kimia yang menyebabkan kesalahan di dalam pembelahan sel (meiosis dan mitosis)
sehingga merusak susunan kromosom atau mengubah jumlah kromosom. Pada prinsipnya,
mutasi kromosom digolongkan rnenjadi dua, yaitu sebagai berikut :

Mutasi Komosom Akibat Perubahan Jumlah Kromosom

Euploidi yaitu terjadi perubahan pada seluruh kromosom (n/set) dan perubahannya diberi
akhiran ploidi, seperti : n=monoploidi (haploidi); 2n (2 set)=diploidi (normal); 3n (3 set)=
triploidi

Aneuploidi yaitu variasi jumlah kromosom yang diakibatkan adanya pengurangan atau
penambahan satu atau sejumlah kecil kromosom, tetapi tidak berlangsung pada seluruh
genom dan diberi akhiran somi, seperti: monosomi (2n-1), disomi (2n), trisomi (2n+1).
Idealnya, pada pembelahan benang spindel mendistribusikan kromosom pada sel-sel anak
tanpa kesalahan. Akan tetapi adakalnya kecelakaan yang disebut gagal berpisah. Bisa
terjadi pada tahap meiosis I atau di meiosis II.

Mutasi Komosom terjadi karena perubahan struktur kromosom


Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut
juga dengan istilah aberasi.

Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Delesi atau defisiensi adalah mutasi karena kekurangan segmen kromosom


Duplikasi adalah mutasi karena kelebihan segmen kromosom.
Translokasi ialah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke kromosom non
homolog.

Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis
kromosom terpilin danterjadi kiasma
lsokromosom ialah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri,
pembelahansentromernya mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah
dua kromosom yang masing– masing berlengan identik (sama).

Katenasi ialah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non homolog yang pada
waktu membelahmenjadi empat kromosom, salinq bertemu ujung-ujungnya sehingga
membentuk lingkaran.

Kelainan-Kelainan Pada Manusia Yang Disebabkan Oleh Perubahan Kromosom


Perubahan jumlah dan susunan kromosom berkaitan dengan sejumlah kelainan serius pada
manusia. Terdapatnya jumlah kromosom yang abnormal di dalam gamet yang diproduksi
dan kemudian di dalam zigot.

Syndrom down : Terdapat kelainan di kromosom 21, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

jari-jari tangan pendek dan tebal/ tapak monyet


leher pendek dan muka mongol
suka senyum, biasa cenderung terkena leukimia
gigi jarang / tidak teratur
biasa terdapat sidik loop radial pada puncak jari
Sindrom turner : Biasanya terjadi pada wanita, yaitu jumlah kromosomnya ada 45 buah
dengan kromosom seksnya cuma 1 X, bukan XX seperti umumnya. Otomatis, anak
perempuan yang mengalami sindrom ini tak bisa mentruasi.dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Mandul
 payudara kecil dan melebar
 ovarium tidak sempurna
 mempunyai gelambir leher yang lebar

Sindrom kleinefelter
Biasanya terjadi pada lelaki, yaitu jumlah kromosomnya 47 XXY. Padahal, kromosom lelaki
harusnya XY. Jadi, dalam kelainan ini, meski kromosomnya lelaki tapi fisiknya perempuan.
Soalnya, ia tak punya uterus atau rahim, hingga ia tak akan bisa mengalami menstruasi
apalagi punya anak. Hal ini disebabkan pertumbuhan hormon yang tak bisa ke testis,
hingga larinya ke payudara. Jadi, testis biasanya ada tapi kecil. Punya vagina sangat kecil
dan cetek.

Bahan-Bahan Penyebab Mutasi


Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Mutagen dibagi
menjadi tiga, yaitu:

- Mutagen bahan kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat
yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan
dapat menghambat pembelahan sel anafase.
- Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif, dll. Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan kanker kulit.
- Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakteri dapat menyebabkan terjadinya
mutasi. Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.

Pengaruh Mutasi
Mutasi dapat menjadi menguntungkan, mutasi yang menguntungkan adalah terdapat
varietas baru yang lebih unggul, baik hewan maupun tumbuhan. Mutasi dapat
merugikan juga yaitu dengan munculnya kelainan-kelainan genetik.

7. Karbohidrat, lemak, dan protein

1. KARBOHIDRAT
A. Pengertian karbohidrat
Karbohidrat merupakan makromolekul yang penting bagi tongkat kehidupan mahluk hidup.
Senyawa karbohidrat menyumbangkan 70 80% sumber energi untuk aktivitas manusia.
Konsumsi rata-rata karbohidrat dalam makanan sekitar 65% dan energi yang dihasilkan dari
metabolisme selular karbohidrat tersebut akan digunakan untuk metabolisme biomolekul
lainnya seperti protein, lemak dan asam nukleat. Selain itu, lebih dari 90% komponen penyusun
tumbuhan kering adalah karbohidrat. Secara umum,karbohidrat merupakan senyawa
polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan derivatnya dalam bentuk unit tunggal yang
sederhana maupun unit kompleks
B. . Klasifikasi dan Nomenklatur Karbohidrat

Klasifikasi karbohidrat yaitu:

1) Monosakarida
Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi gula yang
lebih sederhana. Berdasarkan gugus fungsinya, jenis monosakarida ada dua yaitu aldosa
yang memiliki gugus fungsi aldehid dan ketosa yang memiliki gugus fungsi keton.
Berdasarkan jumlah atom karbonnya, monosakarida terdiri dari triosa, tetrosa, pentosa,
dan heksosa.

2) Oligosakarida
Oligosakarida adalah hasil kondensasi dari dua sampai sepuluh monosakarida.
Oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan tetrasakarida. Disakarida
merupakan hasil kondensasi dua unit monosakarida. Contohnya adalah laktosa, maltosa
dan sukrosa. Trisakarida merupakan hasil kondensasi tiga unit monosakarida dan
tetrasakarida terdiri dari empat unit monosakarida.

3) Polisakarida
Polisakarida merupakan hasil kondensasi dari lebih dari lebih dari dua puluh unit
monosakarida. Polisakarida terdiri dari homopolisakarida dan heteropolisakarida.
Homopolisarida adalah polisakarida yang terdiri dari unit monosakarida yang sama
sedangkan heteropolisakarida terdiri dari unit monosakarida yang berbeda

Metabolisme karbohidrat adalah proses pencernaan yang memecah karbohidrat


untuk mendapatkan energi. Manusia memperoleh karbohidrat dari makanannya.
Makanan yang mengandung karbohidrat saat dikunyah akan dipecah oleh enzim
ptialin atau amilase dalam air liur menjadi glukosa. Glukosa kemudiam masuk
kedalam usus halus dan dihidrolisis oleh enzim maltase, laktase, dan sukrase dan
dilanjutkan kedalam usus besar. Semua zat yang dibutuhkan tubuh akan diserap,
sedangkan yang tidak dibutuhkan akan dibuang.

Karbohidrat tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O). Karbohidrat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Monosakarida : fruktosa, glukosa, dan galaktosa.
2. Disakarida : maltosa, sukrosa, dan laktosa.
3. Polisakarida : tepung (amilum), selulosa, dan glikogen.

C. Fungsi Karbohidrat

Sumber kalori (1 gram = 4,1 kalori)


a. Membentuk senyawa-senyawa organik seperti lemak dan protein.
b. Menjaga keseimbangan asam basadalam tubuh.

D. Sumber Karbohidrat
Beras, gandum, jagung, kentang, umbi-umbian, dan gula.

E. Metabolisme Karbohidrat
Di dalam sistem pencernaan, karbohidrat mengalami degradasi
dengan bantuan enzim, seperti:

a. Enzim amilase, menguraikan molekul amilum (pati) menjadi maltosa.


b. Enzim maltase, menguraikan molekul maltosa menjadi glukosa.
c. Enzim sukrase, mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
d. Enzim laktase, menguraikan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
e. Enzim selulose, menguraikan selulosa menjadi selobiosa.
f. Enzim pektinase, menguraikan pektin menjadi asam pektin.
g. Enzim dektrase, menguraikan amilum menjadi dektrin.

Proses metabolisme karbohidrat, yaitu:


Molekul karbohidrat o degradasi o molekul glukosa diabsorbsi o
dalam jonjot-jonjot usus, masuk pembuluh darah lewat vena porta
dialirkan o ke hati diubah o glikogen.
Bila jumlah glukosa yang dikonsumsi melebihi keperluan tubuh,
sebagian glukosa ditimbun di hati dan otot sebagai glikogen. Hal ini
disebabkan kapasitas pembentukan glikogen terbatas dan pola
penimbunan glikogen telah mencapai batasnya. Kelebihan glukosa akan
diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam jaringan dan lemak.

2. LEMAK

Lemak tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Terdiri atas asam lemak dan gliserin atau gliserol.
1. Macam Lemak
a. Lemak sederhana, misalnya lemak dan minyak.
b. Lemak campuran, yaitu campuran antara senyawa lemak dengan zat-zat lain,
misalnya fosfolipid dan protein.

Berdasarkan tingkat kejenuhannya, asam lemak dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Asam lemak jenuh


Contoh: makanan yang berasal dari hewan.

b. Asam lemak tak jenuh


Kolesterol dalam tubuh digunakan oleh hati sebagai bahan utama untuk mensintesis
asam empedu, dan garam empedu lainnya. Kadar kolesterol dalam darah yang melebihi
normal dapat menyebabkan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah sehingga
mempertinggi risiko penyakit jantung koroner.

2. Fungsi Lemak

Lemak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:


a. Sumber minyak, misalnya kacang tanah, dan zaitun.
b. Bahan penting membran sel.
c. Bahan baku pembuatan garam-garam empedu.
d. Bahan baku pembuatan hormon, seperti estrogen, progesteron,
dantestosteron.
e. Pelindung tubuh
f. Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
g. Sumber energi.

3. Sumber Lemak

Sumber lemak dibagi menjadi:


a. Hewani: keju, daging, mentega, susu, ikan basah, minyak ikan, dan telur.
b. Nabati: kelapa, kacang-kacangan, kemiri, dan buah alpukat.

4. Metabolisme Lemak

Sintesa lemak disebut lipogenesis, terjadi di sitoplasma, dibantu enzim lipase.


Secara umum sintesa lemak dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

a. Pembentukan gliserol
Dari senyawa antara glikolisis, yaitu dihidroksi aseton fosfat yang
diubah menjadi senyawa fosfogliseraldehida.

b. Pembentukan asam lemak


Dari penambahan berulang senyawa berkarbon dua (C2), yaitu
malonil CoA dari Asetil CoA dalam siklus Krebs.

c. Penggabungan gliserol dengan asam lemak


Proses:
Asetil CoA o Malonil CoA
Malonil CoA + Asetil CoA o asam lemak
Asam lemak + gliserol merembes ke plasma.
Di plasma gugus COOH pada asam lemak + gugus OH pada gliserol
lemak. Peristiwa pemecahan lemak menjadi asetil CoA dikenal
dengan nama b-oksidasi.

3. Protein

Protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (N), -kadang unsur
phosphor (P), dan sulfur (S).

1. Pembentuk Protein
Protein dibentuk dari asam amino, yaitu: a. Asam amino esensial, yaitu asam
amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Ada 8, yaitu: isoleusin, leusin, lisin,
metionin, valin, triptofan, treonin, dan fenilalanin.

2. Asam amino nonesensial, yaitu asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh.
Contoh: alanin, asparagin, glisin, glutamin, dan prolin.

2. Fungsi Protein

Dalam tubuh kita protein mempunyai beberapa fungsi, antara lain:


a. Bahan enzim untuk mengatalisis reaksi-reaksi biokimia, misalnya
tripsin.
b. Protein cadangan, disimpan dalam beberapa bahan sebagai
cadangan makanan, misalnya dalam lapisan aleuron ( biji jagung ),
ovalbumin (putih telur).
c. Protein transport, mentransfer zat-zat atau unsur-unsur tertentu,
misalnya hemoglobin untuk mengikat O2
d. Protein kontraktil, untuk kontraksi jaringan tertentu, misalnya
myosin untuk kontraksi otot .
e. Protein pelindung, melindungi tubuh terhadap zat-zat asing,
misalnya antibodi yang mengadakan perlawanan terhadap masuknya
molekul asing (antigen) ke dalam tubuh.

f. Toksin, merupakan racun yang berasal dari hewan, tumbuhan,


misalnya bisa ular.

g. Hormon, merupakan protein yang berfungsi sebagai pengatur


prosesproses dalam tubuh, misalnya hormon insulin, pada hewan
hormone auksin dan gibberellin pada tumbuhan.

h. Protein struktural, merupakan protein yang menyusun struktur sel,


jaringan dan tubuh organisme hidup, misalnya glikoprotein untuk
dinding sel, keratin untuk rambut dan bulu.

3. Sumber Protein
Berdasarkan sumbernya, protein ada 2 macam, yaitu:

a. Protein hewani
Yaitu protein yang berasal dari hewan, contohnya: daging, ikan, telur,
susu, dan keju.

b. Protein nabati
Yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, contohnya:
kacang-kacangan.
Kekurangan protein dapat menyebabkan busung lapar
(hongeroedem) dan kwashiorkor.

3. Metabolisme Protein
Metabolisme protein dikatalisis oleh beberapa enzim, yaitu:

a. Pepsin, merombak protein menjadi asam amino.


b. Renin, mengubah kaseinogen menjadi kasein (susu) yang diaktifkan
oleh susu.
c. Kemotripsin, menguraikan protein menjadi peptida dan asam-asam
amino.
d. Tripsin, mengubah protein menjadi peptida dan asam amino.
e. Erepsin, mengubah pepton menjadi asam amino.
f. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam-asam amino
Protein diserap oleh dinding usus dalam bentuk asam amino, melalui pembuluh darah vena
porta menuju ke hati. Pada proses metabolisme asam amino, proses dekarboksilasi yang
memisahkan gugusan karboksil dengan asam amino menjadi ikatan baru, yang merupakan
zat antara yang masih mengandung unsur nitrogen. Selanjutnya, terjadi proses
transaminase yang menghasilkan pemindahan gugusan asam amino (NH2) dari asam amino
ke ikatan lain, menjadi asam amino yang berbeda dengan asam amino yang pertama.

KESIMPULAN
pengertian rekayasa genetika dan prinsip-prinsip serta metode yang dipergunakan
dalam menghasilkan organisme transgenik. Lebih detail mata kuliah ini memberikan
informasi tentang metode isolasi gen target dan proses penyelipannya serta prinsip
analisis integrasi gen tersebut kedalam organisme target. Disamping itu, juga diuraikan
penggunaan beberapa teknologi analisis molekuler yang dapat dipergunakan untuk
keperluan analisis genom. Pad bagian akhir juga diuraikan tentang potensi resiko dan
upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil potensi resiko yang selama ini menjadi
kekuatiran masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
References
adiyanto, j. (2018). Mencari DNA Arsitektur di Nusantara. researchgate.net, 31-40.

chen, x. (2018). dna, rna,and protein tools for editing the genetic information human cells. ELSEVIER,
247-263.

co, t. (2017). rekayasa genetika manusia yang berhasil. sciencedirect, 50-61.

DAVID MEZLER, L. C. (2019). THE GENETIC OF HUMAN BEING. NATURE.COM, 88-101.

diana, f. m. (2019). fungsi-fungsi metabolisme protein dalam tubuh manusia. kesehatan masyarakat
andalas, 47-51.

Eddy Supriyanto, T. s. (2017). metabolisme protein. malang: book google.com.

Effendi, Y. (2020). genetikka dasar. magelang: pustaka rumah c1nta.

Firani, N. (2017). biokimia dan patologi. malang: book google.com.

hamida, b. (2019). PERBANDINGAN KONDENSASI KROMATIN DAN KADAR SMALL RIBONUCLEIC ACID
(RNA) ISOLAT SPERMATOZOA MANUSIA YANG DISIMPAN PADA BERBAGAI SUHU
PENYIMPANAN. e prints, 103-114.

jennifer l watts, m. r. (2017). Lipid and Carbohydrate Metabolism in Caenorhabditis elegans. oxford
academic, 413-446.

kathrina oot, l. m. (2020). Dynamics of the Buckling Transition in Double-Stranded DNA and RNA.
ScienceDirect, 1690-1701.

megavia, m. (2017). korelasi asupan karbohidrat dan lemak terhadap massa lemak tubuh. jurnal kristen
maranatha, 45-60.

Sutiman B Sumitro, s. w. (2017). biologi sel. malang: book google com.

wahyuni, s. (2017). biokimia enzim dan karbohidrat. jl sulawesi 1-2: unimal press.

wang xu, k. m. (2017). Fluorescent nucleobases as tools for studying DNA and RNA. nature.com, 1043-
1055.

Anda mungkin juga menyukai