Anda di halaman 1dari 37

NAMA : INDAH MUFIDAH NURDIN

NIM : 10031009

PRODI : PSIKM 1

MAPEL : BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN EYD
1. EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf
capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah
perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam
sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.

2. Kaidah/Aturan

 Pelambangan bunyi bahasa

 Pemisahan,penggabungan dan penulisan dalam suatu bahasa.

3. Suatu sistem yang lebih luas dari sekedar pelafalan.

4. Harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keseragaman bentuk dan keteraturan terutama
bahasa tulis.

5. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atas Ejaan Soewandi.
SEJARAH EYD

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia , Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan
Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden
No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu
Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Dari Ejaan van Ophuijsen Hingga EYD

1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen(misalnya oe = u, dj = j), ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen
dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.

a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


b. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer,
'akal, ta', pa', dinamai'.

2. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu
diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum,
rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan
di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir
bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian


Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah”.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai
unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f maaf,fakir

v valuta, universitas
z zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai

a:b=p:q
Sinar-X
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu
di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan
di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)

Ditulis di kampus

Dibakar di rumah

Dilempar di jalan

Dipikirkan di sini

Ketua ke kampus

Kekasih ke luar negeri

Kehendak ke atas

6. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2, contoh: anak-anak,
berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci


 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
 awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di
rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli,
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Perubahan:

Indonesia Malaysia
Sejak 1972
(pra-1972) (pra-1972)

tj ch C

dj j J

ch kh Kh

nj ny Ny

sj sh Sy

j y Y

oe* u U

 Catatan: Tahun 1947 “oe” sudah digantikan dengan “u”.


LATAR BELAKANG EYD

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan
yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 Agustus 1972. Ejaan ini masih
tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati
dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu
penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik
koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elips, dan tanda garis miring.

Setelah menguasai EYD barulah seseorang baru bisa membuat sebuah kalimat. Kalimat-
kalimat tersebut dibuat berdasarkan EYD yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972.
Semua orang tentu bisa membuat sebuah kalimat,tetapi tidak semua orang bisa membuat sebuah
kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi dari
pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam
penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau
pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan.

Paragraf merupakan gabungan dari beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan.
Dengan adanya paragraf pembaca dapat dengan mudah mengenali topik-topik yang dibahas
dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu paragraf sangat diperlukan karena memudahkan pembaca
dalam memahami suatu tulisan. Tetapi tidak semua paragraf membantu pembaca dalam
memahami bacaan, karena suatu paragraf yang baik mempunyai standar-standar tertentu agar
para pembaca dengan mudah memahami suatu bacaan.

Dalam pembuatan karya ilmiah seperti skripsi, makalah, buku diperlukan pemahaman
yang baik tentang tata bahasa Indonesia. Syarat yang paling utama yang harus dikuasai oleh
seorang penulis adalah pemahaman tentang EYD, kalimat efektif serta cara membuat paragraf
yang baik.

Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah
paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf
tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada
kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan.

Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat).
Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir.
Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-
olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran
pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga
kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

Kegunaan Paragraf

Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau
pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Kegunaan lain dari paragraf ialah
untuk menambah hal-hal yang penting untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf
terdahulu.

Syarat-syarat Pembentukan dan Pengembangan Paragraf


Dalam pembentukan / pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-
persyaratan berikut :
1. Kesatuan
Sebagaimana telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu
gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut.
Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh
menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah
paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang
terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.

2.Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan.
Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-
masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai
hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan,
dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda
hubungan.
3.Kelengkapan
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf
dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan
kalimat topik/gagasan utama

Letak Kalimat Topik dalam Sebuah Paragraf


Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa sebuah paragraf dibangun dari beberapa
kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan
pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok
dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh
paragraf itu. Berikut ini secara urut akan dipaparkan contoh-contoh paragraf dengan kalimat
topik yang terletak di awal, di akhir, di awal dan akhir, serta dalam seluruh paragraf.

Pengertian Kalimat Efektif


Sebelum dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita
perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis kepada lawan
bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan
hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang
disampaikan. Lawan bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau
menghayati setiap kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat
atau tuturan tersebut.
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba
membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun
kalimat antara lain:
1. Pleonastis. Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan) yang
sebenarnya tidak perlu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat
topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan,
di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu.
2. Salah pemilihan kata
4. Salah nalar
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
6. Kata depan yang tidak perlu

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan
gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya
kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada
contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk
tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk
melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-
kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam
kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika
diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan
dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam
bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
RUANG LINGKUP EYD
Agar tulisan ini tidak melenceng dari pembahasan yang sudah ditetapkan maka penulis
merasa perlu menetapkan ruang lingkup masalah yang akan dibahas yaitu :
a) Pemakaian huruf
b) Penulisan huruf
c) Penulisan kata
d) Penulisan unsure serapan
e) Penulisan tanda baca

A. Pemakaian huruf

Abjad-Vokal-Konsonan-Pemenggalan-Nama diri

 Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

Aa a Jj Je Ss es

Bb be Kk Ka Tt te

Cc ce Ll El Uu u
Dd de Mm Em Vv fe

Ee e Nn En Ww we

Ff ef Oo O Xx eks

Gg ge Pp Pe Yy ye

Hh ha Qq Ki Zz zet

Ii i Rr Er

 Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan
u.

Contoh Pemakaian dalam Kata

Huruf Vokal

Di Awal Di Tengah Di Akhir

a api Padi lusa

e* enak petak sore


emas Kena tipe

i itu simpan murni

o oleh Kota radio

u ulang bumi ibu

* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.

 Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Contoh Pemakaian dalam Kata

Huruf Konsonan

Di Awal Di Tengah Di Akhir

b bahasa sebut adab


c cakap kaca –

d dua ada abad

f fakir kafir maaf

g guna tiga balig

h hari saham tuah

j jalan manja mikraj

k kami paksa sesak

– rakyat* bapak*

l lekas alas kesal

m maka kami diam

n nama anak daun

p pasang apa siap


q** Quran Furqan –

r raih bara putar

s sampai asli lemas

t tali mata rapat

v varia lava –

w wanita hawa –

x** xenon – –

y yakin payung –

z zeni lazim juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.


** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

 Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata


Di Awal Di Tengah Di Akhir

ai ain syaitan pandai

au aula saudara harimau

oi – boikot amboi

 Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan


konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir

Kh khusus Akhir tarikh

Ng ngilu Bangun senang

Ny nyata Hanyut –

Sy syarat Isyarat arasy


 Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata
tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la Bukan a-u-la
sau-da-ra Bukan sa-u-da-ra
am-boi Bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal.
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan
sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan

(1) di antara unsur-unsur itu atau


(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen

Keterangan:
Nama orang,badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan
khusus.
B. Penulisan huruf
1. Huruf kapital atau huruf besar
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai
Saya tertidur
Kapan kita bisa bertemu
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa
dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf
kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa;
sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf
kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
menjawakan bahasa Indonesia
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah Benar
teluk Jakarta Teluk Jakarta
gunung Gunung Semeru
Semeru
danau Toba Danau Toba
selat Sunda Selat Sunda

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
Jangan membuang sampah ke sungai.
Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama
resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional RI
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
m)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. : doktor
M.M. : magister manajemen
Jend. : jendral
Sdr. : saudara
o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah kegemaran Anda?
Usulan Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Surat kabar Kompas
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata Allah ialah a
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu
garis di bawahnya.
C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.


Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
berlipat ganda, lipat gandakan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan

3. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.


Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara,
lauk-pauk, mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit,
terima kasih, mata kuliah.
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru
(sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-
tangan penguasa (alat penguasa)
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra,
daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari,
olahraga, radioaktif, saputangan.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme,
paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua
unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi

5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

6. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada.
Misalnya:
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan.
Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

7. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya:
Sang pemimpin
Sang pejuang
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

8. Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
c. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

9. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:

A.S.
Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau


organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP Sekolah Menengah Tingkat Pertama
PT Perseroan Terbatas
KTP Kartu Tanda Penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:

dll. dan lain-lain


dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. (Sdr.
Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Moh. Hasan)

Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
s.d. sampai dengan

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:

Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp
(lima ribu) rupiah
(5.000,00)

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat Izin Mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Misalnya:

Akademi Angkatan Bersenjata Republik


Akabri
Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:

pemilu pemilihan umum


radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran

Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:

1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata
Indonesia
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

10. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam


tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : ٠,١,٢,٣,٤,٥,٦,٧,٨,٩


Angka I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
:
Romawi (1.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.


2. Angka digunakan untuk menyatakan:

(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv)
kuantitas
Misalnya:
0,5 1 jam 20 Rp5.000,00 50 dolar
sentimeter menit US$3.50* Amerika
5 kilogram pukul 15.00 $5.10* 10 paun
4 meter tahun 1928 ¥100 Inggris
persegi 17 Agustus 2.000 100 yen
10 liter 1945 rupiah 10 persen
27 orang

* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.


3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:

 Jalan Tanah Abang I No. 15


 Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:

 Bab X, Pasal 5, halaman 252


 Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:

a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh dua 22
dua ratus dua puluh dua 222

b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah 1/2
tiga perempat 3/4
seperenam belas 1/16
tiga dua pertiga 3 2/3
seperseratus 1/100
satu persen 1%
satu dua persepuluh 1,2

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang


berikut.
Misalnya:
 Paku Buwono X  di daerah tingkat II itu
 pada awal abad XX  di tingkat kedua gedung
 dalam kehidupan pada abad ke- itu
20 ini  di tingkat ke-2 itu
 lihat Bab II, Pasal 5  kantornya di tingkat II itu
 dalam bab ke-2 buku itu

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti


Misalnya:
tahun '50-an (tahun lima puluhan)
uang 5000-an (uang lima ribuan)
lima uang 1000-an (lima uang seribuan)

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus,
100 helicak, 100 bemo.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

Anda mungkin juga menyukai