Anda di halaman 1dari 14

Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan

Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

KAJIAN YURIDIS PENGAKUAN MASYRAKAT HUKUM ADAT DI


WILAYAH IKN DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
HAK ATAS TANAH MASYARKAT HUKUM ADAT

Nadya Dwi Cahyani


Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
nadya.18008@mhs.unesa.ac.id

Indri Fogar Susilowati


Program Studi Ilmu Hukum,Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
indrifogar@unesa.ac.id

Abstrak
Keberadaan masyarakat hukum adat sudah ada di Indonesia sejak dulu.di Indonesia sendiri telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 18B. Bentuk
pengamanatan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pedoman peraturan perundang-
undangan,walaupun pada kenyataanya hingga kini belum terbentuk undang-undang tentang
masyarakat adat, sehingga peraturan lingkup daerah jika ada yang terbentuk maka dapat dijadikan
acuan pengakuan dan mengatur masyarakat adat di wilayah daerahnya masing-masing seperti di
wilayah Ibukota Nusantara. Sehingga menyebabkan adanya kekaburan norma hukum. Dengan
tujuan penelitian mengetahui seperti apa bentuk pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum
adat di ibu Kota Negara (IKN) dalam upaya memberi perlindungan hak atas tanah masyarakat
hukum adat. Dan Untuk mengetahui aspek hukum tentang pengakuan masyarakat hukum adat
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat. Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan
perundang-undangan dan penedekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukan walaupun Yang
saat ini undang-undang tersebut masih berbentuk RUU atau rancangan undang-undang masyarakat
hukum adat dalam tahap proses pembahasan harmonisasi prolegnas DPR RI 2020-2024 yang
belum selesai. Tetapi setidaknya dengan adanya peraturan daerah kabupaten Paser Nomor 4 tahun
2019 tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat, hal ini tidak menjadikannya
sebagai kekosongan norma hukum. Meskipun masih berbentuk peraturan daerah bukan undang-
undang.
Kata kunci: Masyrakat Hukum Adat,Ibukota Nusantara, Pengakuan.

Abstract

The existence of customary law communities has existed in Indonesia for a long time. In Indonesia
itself, it has been mandated in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Article 18B. This
form of safeguarding can be used as a basis for guiding legislation, although in reality until now
there has been no law on indigenous peoples, so that regional scope regulations, if any are formed,
can be used as a reference for recognizing and regulating indigenous peoples in their respective
regions such as in the capital region of the archipelago. With the aim of knowing what form the
recognition and protection of indigenous peoples in the capital city (IKN) takes in an effort to
provide protection for the land rights of indigenous peoples. And to find out the legal aspects of
the recognition of indigenous peoples on the rights of indigenous peoples. In this study using the
type of legislative approach and conceptual approach. The results showed that although the
current law is still in the form of a bill or draft law on indigenous peoples in the stage of the
discussion process of harmonization of the 2020-2024 prolegnas of the Indonesian Parliament
which has not yet been completed. But at least with the existence of Paser district regulation
Number 4 of 2019 concerning the recognition and protection of indigenous peoples, this does not
make it a legal norm vacuum. Although it is still a regional regulation, it is not a law.
Keywords: Capital of the archipelago, indigenous people,Confession

37
pengakuan yang dipertegas pada ketentuan dalam
PENDAHULUAN Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
Ibu kota (a capital; capital city; political capital) merupakan
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
sebuah kota yang dirancang sebagai pusat pemerintahan
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
suatu negara; secara fisik ibu kota negara umumnya
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
difungsikan sebagai pusat perkantoran dan tempat
negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
berkumpul para pimpinan pemerintahan. Ibu kota berasal
dalam undang-undang”. Selain diatur dalam
dari bahasa Latin caput yang berarti kepala (head) kemudian
amandemen UUD 1945, pada peraturan lain yang
dikaitkan dengan kata capitol yang berarti letak bangunan
baru saja disahkan tahun ini juga mengatur tentang
pusat pemerintahan utama dilakukan. Ibu kota merupakan
masyarakat hukum adat yakin pada Undang-Undang
pusat ekonomi, budaya atau intelektual (Yahya 2018). Ada
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara Pasal
3 faktor penting yang membuat perbedaan dalam
21 yang berbunyi “Penataan ruang, pertanahan dan
pengembangan sebuah ibu kota di antaranya yaitu, ukuran
pengalihan hak atas tanah, lingkungan hidup,
dan struktur pemerintahan, kondisi ekonomi suatu negara,
penanggulangan bencana, serta pertahanan dan
dan waktu dari pembentukan ibu kota terhadap pembentukan
keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
politik dan pembangunan ekonomi negara (Campbell 2003).
sampai dengan Pasal 20 dilaksanakan dengan
Sebagaimana pada tanggal 29 April 2019 Presiden Joko
memperhatikan dan memberikan perlindungan
Widodo (Jokowi) menyampaikan rencana pemindahan ibu
terhadap hak-hak individu atau hak-hak komunal
kota negara dalam rapat terbatas dengan para menteri di
masyarakat adat dan nilai- nilai budaya yang
kantor presiden. Pemindahan ibu kota tersebut di dasari
mencerminkan kearifan lokal”.
alasan karena kondisi kota Jakarta dinilai tidak lagi
Karena masyarakat hukum adat merupakan
memungkinkan untuk beberapa tahun kedepan. Jokowi
salah satu subjek hukum bagi penduduk Kalimantan
menyebutkan, DKI Jakarta untuk saat ini memikul dua beban
Timur, wilayah utama negara, ruang bumi yang
berat, yaitu sebagai kota pusat pemerintahan dan layanan
telah ada secara turun-temurun. Oleh karena itu,
publik serta pusat bisnis. Ia mempertanyakan kemampuan
transparansi pemerintah selaku penyelenggara
kota ini di masa depan untuk memikul beban berat
rencana pemukiman kembali ibu kota harus
tersebut(Nugroho 2022) .(sumber : berita Detik.com)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan berbagai
Kalimantan Timur sebagai pulau yang letak kepentingan di dalamnya. Selain para pengambil
geografisnya berada di bagian tengah negara Indonesia di keputusan pemerintah dan pemerhati politik
jadikan salah satu dasar pemilihan sebagai wilayah ibukota akademisi, pemerintah juga memiliki kewajiban
baru. Secara geografis wilayah ibu kota negara baru (IKN) untuk menjawab kebutuhan warganya yang tetap
memiliki wilayah daratan seluas 256.142 hektare dan wilayah tinggal di Daerah Ibu Kota Baru (IKN). Masyarakat
perairan laut seluas 68.189 hektare. Dengan tanah di adat menjadi bagian dari kepentingan dalam
dominasi oleh kekayaan alam berupa hutan, perkebunan, megaproyek baru untuk membangun National
tambang dan sejenisnya yang diikuti dengan pemukiman Capital Region (NCR). Selayaknya tamu yang baik
warganya baik masyarakat biasa dan masyarakat hukum adat sebelum mendatangi sebuah rumah , ia harus
yang telah menetap lama secara turun temurun dalam wilayah melakukan izin dengan tuan rumah. Pemerintah
hutan, memberikan ruang cukup besar dalam sebuah proyek pusat sebagai tamu atas tanah di wilayah ibu kota
pembangunan ibu kota negara. Hal inilah yang sudah di negara baru hendaknya turut andil melibatkan
pertimbangkan oleh pemerintah dalam rencana kehadiran masyarakt adat setempat dalam forum-
memindahkan wilayah ibu kota negara yang baru. forum diskusi penyelenggaraan rencana
Di Kalimatan sendiri merupakan wilayah yang luas pembangunan ibu kota negara baru.
akan hutan dan perkebunannya tak lepas dari subjek hukum Keberadaan tanah yang terkena dampak
yang menempati wilayah tersebut sejak zaman nenek moyang. pembangunan proyek ibu kota negara dan
Subjek hukum tersebut yakni masyarakat hukum adat yang sebaliknya terkait dengan pembebasan tanah yang
secara faktual sudah lama ada sejak zaman nenek moyang digunakan untuk kepentingan umum, mau tidak
sampai saat ini. Secara normatif, beberapa peraturan mau akan memaksa penduduk yang tinggal di
perundang-undangan telah mengamanatkan adanya daerah tersebut dan bergantung pada tanah untuk
pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum pindah ke tempat lain. Hal itu tertuang dalam Pasal
adat, meskipun secara implementasinya belum sesuai seperti 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
yang diharapkan. Melalui amandemen Undang-undang Dasar Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
1945 keberadaan masyarakat hukum adat mendapat

38
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

Kepentingan Umum. Perhatikan bahwa perhatian khusus kajiannya”. Dalam penelitian hukum normatif,
akan diberikan pada penjelasan Pasal 40 (d) dan (e) hukum tidak lagi dipandang sebagai sebuah hal
sehubungan dengan "Kompensasi yang dibayarkan kepada yang bersifat utopia semata tetapi telah terlembaga
pihak yang berhak, termasuk pemilik bekas daerah komunal dan telah ditulis dalam bentuk norma, asas dan
dan masyarakat biasa". Dengan demikian, penjelasan lebih lembaga hukum yang ada. Penelitian hukum
lanjut Pasal 40 memberikan alasan bagi pemerintah dan normatif disebut juga sebagai penelitian hukum
pihak-pihak yang berkepentingan dengan proyek dogmatik yang mengkaji, memelihara dan
pembangunan IKN untuk mengkhawatirkan keberadaannya. mengembangkan bangunan hukum positif dengan
Kondisi lokal yang berbeda dapat menimbulkan bangunan logika.Berdasarkan penjelasan di atas,
permasalahan gesekan antara warga dengan pemerintah, peneliti memutuskan menggunakan metode
bahkan sampai konflik. Kecemasan masyarakat adat tersebut penelitian hukum normatif sebagai metode
nampak jelas pada saat kedatangan Presiden Jokowi dalam penelitian hukum untuk meneliti dan menulis
kegiatan bermalam camping pertama dengan jajaran pejabat mengenai Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat
lainnya yang berada di wilayah kaupaten Penajam Paser Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya
Utara. Berdasarkan keterangan Yati Dahlia dari Suku Balik Memberikan Perlindungan Hak Atas Tanah
Paser, warga asli Kabupaten Penajam Paser Utara, Masyarakat Hukum Adat. Dalam penelitian ini
Kalimantan Timur, kecewa ketika melihat lahan rumahnya penliti akan menggunakan dua jenis pendekatan
tiba-tiba dipasangi patok untuk pembangunan proyek Ibu penlitian. Pendekatan yang pertama, yaitu memakai
Kota Negara (IKN) Nusantara. Yati pun meminta pemerintah pendekatan perundang- undangan. Pendekatan ini
memberikan penjelasan terkait pencaplokan tanahnya itu. umumnya digunakan untuk mengkaji peraturan
Yati mengatakan, rumahnya berjarak sekitar 10-15 kilometer yang masih memiliki kekurangan atau kesalahan
dari Titik Nol IKN. Awalnya, Gubernur Kaltim mengatakan dalam penormaannya sehingga melahirkan praktik
bahwa tanah warga tak masuk area IKN. "Tapi yang kami penyimpangan hukum dalam konteks teknis dan
alami di sini, plangnya sudah ke permukiman warga," kata pelaksanaannya dilapangan. Pendekatan
Yati dalam webinar Bersihkan Indonesia, Selasa (15/3/2022). Pendekatan perundang-undangan secara singkat
Dari uraian di atas sekilas menunjukan bagaimana langkah dilakukan dengan memahami dan mengkaji segala
pemerintah dalam menangani proyek pembangunan IKN peraturan hukum yang relevan dengan isu penelitian
yang masih berlangsung dalam tahap awal tidak dapat yang sedang ditulis. Juga dilakukan dengan melihat
menyenangkan semua pihak di sekitarnya, bahkan konsistensi antara peraturan yang satu dengan yang
memberikan efek rugi kepada masyarakat adat yang lainnya. Pendekatan kedua yang digunakan oleh
mendiami di sekitar proyek IKN. Hal yang tertulis secara peneliti adalah pendekatan konseptual (conceptual
normatif dalam peraturan perundang-undangan tak semuanya approach) pendekatan konseptual dilakukan
dapat dijadikan acuan dalam melindungi kepentingan manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum
masyarakat hukum adat di wilayah IKN. Norma tersebut yang ada. Hal itu dilakukan karena memang belum
bernilai kabur karena terbukti dengan adanya contoh atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang
pelanggaran yang dilakukan dengan tidak memberi ganti rugi dihadapi(Marzuki 2014). pendekatan konseptual
kepada masyarakat adat yang berhak. Sehingga dalam hal ini dilakukan dengan melihat aspek konsep hukum
membuat peneliti mempertanyakan hal tersebut dan tertarik yang melatarbelakanginya, atau bahkan dapat
untuk membahasnya dalam penelitian tugas akhir ini dilihat nilai yang menjadi penormaan sebuah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang
permasalahan hukum yang dapat dirumuskan ialah : digunakan. Secara umum jenis pendekatan ini
1. Apakah bentuk pengakuan dan perlindungan digunakan dalam memahami konsep yang berkaitan
masyarakat hukum adat di Ibu Kota Negara (IKN) dengan penormaan dalam suatu perundang-
dalam upaya memberi perlindungan hak atas tanah undangan apakah telah sesuai dengan ruh yang
masyarakat hukum adat ? terkandung dalam konsep hukum yang
2. Apakah aspek hukumnya tentang pengakuan mendasarinya.
masyarakat hukum adat terhadap hak-hak Pada penelitian ini peneliti menggunakan bahan
masyarakat hukum adat ? hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
METODE hukum tersier yakni :
E. Saefullah Wiradipradja menguraikan bahwa, Bahan Primer, adalah bahan hukum utama yang
penelitian hukum normatif merupakan “penelitian hukum digunakan peneliti untuk menjawab masalah pada
yang mengkaji norma hukum positif sebagai obyek penelitian ini. Menurut Peter Mahmud Marzuki

39
bahan hukum primer ialah bahan hukum dengan sifat 6) Artikel media online mengenai
otoritatif yang berarti memiliki kuasa (authority). Bahan permasalahan yang terkait penelitian ini
hukum primer secara umum terdiri dari peraturan perundang- Bahan hukum tersier, “yaitu bahan-bahan yang
undangan, putusan hakim, dan risalah dalam pembuatan memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
peraturan perundang-undangan (Ishaq 2017). Bahan Primer bahan hukum primer dan sekunder, misalnya
yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia kumulatif, dan sebagainya.”(Ishaq 2017). Yang
Tahun 1945 berarti bahan-bahan lain diluar hukum yang dapat
(2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang memberikan pemahaman lebih mendalam terhadap
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
(3) Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang berupa :
Kehutanan 1) Kamus
(4) Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang 2) Ensiklopedia
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk 3) Bahan referensi terkait lainnya yang dapat
Kepentingan Umum mendukung penelitian ini
(5) Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Demi memecahkan satu permasalahan hukum,
Perkebunan peneliti diharuskan untuk menelusuri dan
(6) UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengumpulkan berbagai bahan hukum yang sesuai
(7) Undang – Undang No 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota dengan isu yang dikaji. Ketika permasalahan hukum
Negara telah ditentukan secara konkrit, maka selanjutnya
(8) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang peneliti diharuskan menelusuri literatur hukum
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk mendapatkan berbagai bahan hukum guna
Untuk Kepentingan Umum menjawab isu hukum penelitian (Bachtiar 2019).
(9) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Penyelenggaraan Kehutanan pendekatan perundang-undangan, maka tentu
(10) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 Kabupaten peneliti harus mencari peraturan perundang-
Paser tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat undangan yang relevan terkait dengan isu hukum
Hukum Adat yang sedang dikaji. Peneliti juga menggunakan
(11) Keputusan Bupati Paser Nomor 413.3/KEP- pendekatan konseptual, sehingga peneliti juga harus
924/2019 Tentang Pengakuan dan Perlindungan melakukan penelusuran buku-buku hukum. Karena
Masyarakat Hukum Adat Paring Sumpit Desa Muara di dalam buku-buku hukum itu banyak terkandung
Andeh di Kabupaten Paser. konsep-konsep hukum. Teknik pengumpulan bahan
Bahan hukum sekunder “merupakan bahan hukum hukum primer dan bahan hukum sekunder,
yang terdiri atas; buku hukum, jurnal hukum yang berisi menggunakan “tehnik studi dokumen (documenter)
prinsipprinsip dasar (asas hukum), pandangan para ahli dan dilakukan dengan menggunakan sistem kartu
hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum, (card system), kemudian diinventarisir dan
ensiklopedia hukum.”(Muhaimin 2020). Dalam arti bahan dikelompokkan (klasifikasi) sesuai dengan masing-
hukum lainnya yang sekiranya bisa memberikan penjelasan masing rumusan masalah.”(Muhaimin 2020).
yang lebih komprehensif kepada bahan hukum primer yang “Analisis bahan hukum dilakukan sebagai kegiatan
digunakan pada penelitian ini sehingga peneliti dapat memberikan telaahan yang dapat berarti menentang,
melakukan analisa dan pemahaman yang lebih mendalam mengkritik, mendukung, menambah, atau
terhadap topik yang akan dikaji. yang terdiri atas : memberikan komentar dan kemudian membuat
1) Penjelasan peraturan perundang-undangan yang suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan
digunakan sebagai bahan hukum primer; pikiran sendiri dengan bantuan teori yang telah
2) Buku-buku literatur dan bacaan yang berkaitan dengan digunakan.”(Muhaimin 2020) Teknik analisis yang
topik yang dibahas oleh penulis dalam penelitian ini; penulis gunakan dalam penelitian ini ialah teknik
3) Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan topik analisis bersifat kualitatif. Yaitu dengan
penulisan; menafsirkan undang-undang sebagai bahan hukum
4) Pendapat ahli yang berkompeten dalam bidang yang yang utama. Penggunaan teknik penafsiran ini
dibahas oleh penulis dalam penelitian ini; adalah untuk menafsirkan bahan hukum yang
5) Artikel atau tulisan para ahli; dimaksud khususnya bahan hukum yang primer,
apakah didalam bahan hukum tersebut terdapat

40
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

kekosongan, pertentangan, dan kekaburan norma hukum. 1. Pengakuan dan Perlindungan Terhadap
Sifat analisis penelitian normatif adalah preskriptif yang Masyarakat Hukum Adat di Wilayah
berarti bertujuan untuk menciptakan argumentasi yang tepat Ibukota Nusantara
dari permasalahan penelitian yang dikaji. Argumentasi dalam Pengakuan dan perlindungan masyarakat
hal ini dilakukan dengan tujuan memberikan preskripsi hukum adat dalam konstitusi dipertegas dalam Pasal
(prescription) atau penilaian mengenai apakah fakta atau 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan
peristiwa hukum yang diteliti diteliti tersebut telah sesuai menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
dengan yang seharusnya menurut hukum (norma hukum, asas adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
dan prinsip hukum, doktrin atau teori hukum). masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.
Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat Kerangka hukum di Indonesia masih
yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun- memprasyaratkan pengakuan dan perlindungan
temurun di wilayah adat yang memiliki kedaulatan atas tanah masyarakat adat melalui penetapan oleh produk
dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum daerah. Penetapan masyarakat adat tersebut
hukum adat, serta lembaga adat yang mengelola merupakan bentuk pendelegasian fungsi negara
keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Pengaturan kepada pemerintah daerah akibat belum adanya
mengenai keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat di undang-undang khusus mengenai masyarakat
Indonesia terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, hukum adat. Konsekuensinya, pengaturan tentang
undang-undang, dan peraturan perundang-undangan lainnya. hak masyarakat adat terpisah-pisah dalam undang-
Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan keberadaan undang sektor. Masing-masing pengaturan sektoral
masyarakat hukum adat yang tertuang dalam Pasal 18 B ayat ini memiliki kriteria-kriteria sendiri tentang
(2) sebagai hasil amandemen kedua yang menyatakan bahwa keberadaan masyarakat hukum adat yang tidak
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan terpadu. (Gusa 2021).
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya Skema hukum tentang penetapan
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat hukum adat oleh produk hukum daerah
masyrakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak mewajibkan adanya persetujuan masyarakat
yang di atur dalam undang-undang” (Gusa 2021). hukum adat untuk menerima dan menolak substansi
Catatan AMAN di awal tahun lalu menyebut, ada 21 norma yang mengatur mereka. Dalam konteks ini,
komunitas adat di wilayah rencana pembangunan IKN. Ada maka secara substansi dan proses penetapan sangat
19 komunitas adat di Penajam Paser Utara, sisanya di Kutai bertumpu pada Pemerintah Daerah dan Dewan
Kartanegara. Diantaranya nama-nama suku yang mendiami Perwakilan Rakyat Daerah melalui proses-proses
di wilayah tersebut yakni Suku Paser Luangan, Suku Paser politik yang ada. Peraturan Daerah yang menjamin
Telake, Suku Paser Telake terbagi lagi menjadi dua bagian keberadaan masyarakat hukum adat di Kabupaten
yakni Suku Paser Nyawo, Suku Paser Adang. Suku Paser Penajam Paser Utara tertuang dalam Peraturan
Adang terbagi lagi menjadi Suku Paser Semunte dan Suku Daerah Kabupaten Paser Nomor 4 Tahun 2019
Paser Tajur), Suku Paser Migi, Paser Leburan atau Paser tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat
Pembesi, Paser Peteban atau Paser Keteban, Paser Bukit Bura Hukum Adat dan Peraturan Daerah Kabupaten
Mato, Paser Balik, Suku Kutai, Suku Berau, Suku Punan Kutai Barat Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Batu, . Suku Punan Basap, Suku Modang, Suku Wehea. Penyelenggaraan Pengakuan dan Perlindungan
Keberadaan suku di wilayah Ibukota Nusantara yang Masyarakat Hukum Adat.
digabungkan dengan kenyataan serupa di wilayah yang lain 1.1 Pengakuan terhadap masyarakat
merupakan sumber kekayaan budaya Indonesia yaitu paduan hukum adat di wilayah Ibukota Nusantara
dari seluruh kekayan nasional Indonesia di segala bidang Penyelenggaraan pengakuan dan perlindungan
kehidupan. Konsep- konsep pemerintahan asli di penajam masyarakat hukum adat bertujuan untuk
paser utara dan kutai serta kearifan lokal dalam pengelolaan mewujudkan masyarakat hukum adat yang
sumber daya alam dan tradisi-tradisi yang berkembang sejahtera, aman, tumbuh dan berkembang sebagai
disadari ataupun tidak telah memberikan sumbangan yang warga masyarakat sesuai dengan harkat dan
cukup besar pada perkembangan sosial, politik, ekonomi dan martabat kemanusiaannya dan terlindungi dari
hukum di Indonesia. tindakan diskriminasi, serta mengakui dan
melindungi masyarakat hukum adat dan segala hasil
karyanya sebagai modal dasar dalam

41
penyelenggaraan pemerintahan dan pengembangan program disebut hutan rakyat, hutan marga, hutan pertuanan,
pembangunan. Pengakuan mengenai masyarakat hukum adat atau sebutan lainnya. Hutan yang dikelola
diberikan oleh negara kepada eksistensi pada suatu masyarakat hukum adat dimasukkan di dalam
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional yang pengertian hutan negara sebagai konsekuensi
dimilikinya. adanya hak menguasai oleh Negara sebagai
Upaya negara dalam memberi bentuk pengakuan ke organisasi kekuasaan seluruh rakyat pada tingkatan
masyarakat hukum adat didasari dengan semangat penerapan yang tertinggi dan prinsip Negara Kesatuan
amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat Republik Indonesia. Dengan dimasukkannya hutan
sesuai dengan ketentuan Pasal 18 B ayat (2) untuk diatur adat dalam pengertian hutan negara, tidak
dalam susunan pemerintahan UUD 1945 yang berbunyi meniadakan hak-hak masyarakat hukum adat
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya keberadaannya, untuk melakukan kegiatan
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan pengelolaan hutan. Hutan negara yang dikelola oleh
masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia, desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa
yang diatur dalam undang-undang”. Ketentuan Pasal 18 B disebut hutan desa. Hutan negara yang pemanfaatan
ayat (2) UUD 1945 diperkuat dengan ketentuan pasal 281 utamanya ditujukan untuk memberdayakan
ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Identitas budaya dan masyarakat disebut hutan kemasyarakatan. Hutan
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik
perkembangan zaman dan peradaban”. Dalam pasal ini lazim disebut hutan rakyat. Disini dapat dilihat
memberikan landasan konstitusional kepada masyarakat bahwa bentuk pengakuan terhadap masyarakat
hukum adat dalam hubungannya dengan negara sehingga hukum adat berupa diberikannya akses hak
kehadiran masyarakat hukum adat merupakan bagian dari pengelolaan hutan adat berupa pemanfaatan hutan
sejarah secara faktual yang tidak dapat dihindari bahkan adat sesuai dengan fungsi semestinya seperti
disangkal oleh pihak manapun. Dengan ini spirit penerapan bertanam untuk mencari sumber kehidupan.
amanat konstitusi di atur lebih lanjut dan dimasukkan dalam 2. UU No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
susunan pemerintahan dengan berbagai bentuk peraturan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
yang berkaitan dengan masyarakat hukum adat, terutama Kepentingan umum
yang berhubungan langsung dengan wilayah ibukota Disebutkan dalam Pasal 40 yang berbunyi
nusantara(IKN). Beberapa perturan perundang-undangan “Pemberian Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan
yang turut memasukan unsur masyarakat hukum adat dalam Tanah diberikan langsung kepada Pihak yang
susunannya beserta pengulasan mengenai bentuk pengakuan Berhak”. Dalam penjelasan Pasal 40 adalah
dalam masing-masing peraturaannya, yakni ; berbunyi ;
1. UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pemberian Ganti Kerugian pada prinsipnya harus
Bentuk pengakuan masyarakat hukum adat didalam Undang- diserahkan langsung kepada Pihak yang Berhak atas
Undang ini disebutkan dalam pasal Pasal 5 Ganti Kerugian. Apabila berhalangan, Pihak yang
(1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: Berhak karena hukum dapat memberikan kuasa
a. hutan negara; dan kepada pihak lain atau ahli waris. Penerima kuasa
b. hutan hak. hanya dapat menerima kuasa dari satu orang yang
(2) Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf berhak atas Ganti Kerugian. Yang berhak antara
a, dapat berupa hutan adat. lain:
(3) Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana a. pemegang hak atas tanah;
dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2), dan hutan adat b. pemegang hak pengelolaan;
ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat c. nadzir, untuk tanah wakaf;
hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui d. pemilik tanah bekas milik adat;
keberadaannya. (4) Apabila dalam perkembangannya e. masyarakat hukum adat;
masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, f. pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad
maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada baik;
Pemerintah. g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau
Dengan penjelasan pasal 5 ayat (1) Ayat (1) Hutan negara h. pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang
dapat berupa hutan adat, yaitu hutan negara yang diserahkan berkaitan dengan tanah.
pengelolannya kepada masyarakat hukum adat Sehingga bentuk pengakuan masyarakat hukum adat
(rechtsgemeenschap). Hutan adat tersebut sebelumnya dalam peraturan ini diberikannya ganti rugi atas

42
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

tanah yang telah lama ditinggali berupa tanah pengganti, aktivitas pemanfaatan lahan ddi wilayah
pemukiman kembali atau bentuk lain selama dalam perkebunan yang didiami oleh masyarakat adat
kesepakatan sama-sama dengan pihak masyarakat hukum pemegang hak atas tanah ulayat. Dengan cara
adatnya. musyawarah untuk menemukan kesepakatan hasil
3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2021 Tentang bersama. Tetapi dengan poin tambahan dengan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk memperhatikan peraturan perundang-undangan.
Kepentingan Umum 5. UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Dalam Pasal 23 Dalam Pasal 96 Pemerintah, Pemerintah Daerah
(1) masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud dalam Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 18 ayat (2) huruf e merupakan secara turun-temurun melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum
dalam bentuk kesatuan ikatan asal usul leluhur dan/atau adat dan ditetapkan menjadi Desa Adat.
kesamaan tempat tinggal di wilayah geografis tertentu, Pasal 97
identitas budaya yang kuat dengan tanah dan lingkungan (1) Penetapan Desa Adat sebagaimana dimaksud
hidup, serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, dalam Pasal 96 memenuhi syarat:
politik, sosial, budaya dan hukum. a. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
(2) masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yang
(1), keberadaanya diperkuat sesuai dengan ketentuan bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat
peraturan perundang-undangan. fungsional;
(3) tanah ulayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
merupakan tanah yang berada di wilayah penguasaan tradisionalnya dipandang sesuai dengan
kesatuan masyarakat hukum adat dan tidak dilekati dengan perkembangan masyarakat; dan
sesuatu Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan. c. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
Peraturan Pemerintah (PP No 19 Tahun 2021) diatas tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara
merupakan peraturan turunan dari Undang-Undang No 2 Kesatuan Republik Indonesia.
Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan (2) Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
Untuk Kepentingan Umum. Dimana dalam pembahasannya tradisionalnya yang masih hidup sebagaimana
mengatur lebih lanjut terkait masalah teknis termasuk salah dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memiliki
satunya pembahasan mengenai masyarakat hukum adat. wilayah dan paling kurang memenuhi salah satu
Bentuk pengakuan masyarakat hukum adat disini dapat atau gabungan unsur adanya: a. masyarakat yang
diakui selama keberadaanya masih ada dan di perkuat dengan warganya memiliki perasaan bersama dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini kelompok; b. pranata pemerintahan adat; c. harta
peraturan perundang-undangan yang masih spesifik kekayaan dan/atau benda adat; dan/atau d.
mengatur masyarakat adat masih dalam berbentuk rancangan perangkat norma hukum adat.
undang-undang yang di tahap pembahasan harmonisasi di (3) Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
DPR untuk saat ini. tradisionalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4. UU No 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan huruf b dipandang sesuai dengan perkembangan
Dalam pasal 12 ayat masyarakat apabila:
(1) Dalam hal tanah yang diperlukan untuk usaha perkebunan a. keberadaannya telah diakui berdasarkan
merupakan tanah hak ulayat masyarakat hukum adat, pelaku undangundang yang berlaku sebagai pencerminan
usaha perkebunn harus melakukan musyawarah dengan perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam
masyarakat hukum adat pemegang hak ulayat untuk masyarakat dewasa ini, baik undang-undang yang
memperoleh persetujuan mengenai pernyerahan tanah dan bersifat umum maupun bersifat sektoral; dan
imbalannya. b. substansi hak tradisional tersebut diakui dan
(2) Musayawarah dengan masyarakat hokum adat pemegang dihormati oleh warga kesatuan masyarakat yang
hak ulayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan bersangkutan dan masyarakat yang lebih luas serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.
Pasal 13 Masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud (4) Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta
dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan seseuai dengan ketentuan hak tradisionalnya sebagaimana dimaksud pada ayat
peraturan perundang-undangan. (1) huruf c sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
Bentuk pengakuan masyarakat hukum adat didalam peraturan Republik Indonesia apabila kesatuan masyarakat
ini yakni dengan tetap mengindahkan keberadaan masyarakat hukum adat tersebut tidak mengganggu keberadaan
hukum adat bagi para pengusaha yang ingin melakukan Negara Kesatuan Republik lndonesia sebagai

43
sebuah kesatuan politik dan kesatuan hukum yang: a. tidak keberadaan masyarakat adat dalam
mengancam kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan mempertahankan eksistensi mereka.
Republik lndonesia; dan b. substansi norma hukum adatnya 1.2 Perlindungan terhadap masyarakat hukum
sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan adat di wilayah Ibukota Nusantara
perundang-undangan. Perlindungan hukum adalah memberikan
Pasal 98 (1) Desa Adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah pengayoman kepada hak asasi manusia yang
Kabupaten/Kota. dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
Bentuk pengakuan masyarakat adat dalam peraturan ini adalh diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat
dengan adanya kalusula yang menyatakan bahwa Pemerintah menikmati semua hakhak yang diberikan oleh
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota hukum. Berbagai upaya harus diberikan oleh aparat
melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum adat dan penegak hukum untuk memberikan rasa aman baik
ditetapkan menjadi Desa Adat. Penataan kesatuan secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan
masyarakat adat ini digunakan sebagai pencatatan berbagai ancaman dari pihak manapun.
administrasi terkait keberadaan masyarakat adat yang masih Dewasa kini tidak sedikit dijumpai mengenai
ada dan diketauhi keberadaanya guna mempermudah beragam informasi terkait dengan perkembangan
tinjauan pemerintah berikutnya dalam melakukan pendataan Ibukota Nusantara (IKN) ,mulai dari progres
termasuk dalam rencana membuat kebijakan baru pembangunan infrastruktur fasilitas umum, hingga
kedepannya yang berkaitan dengan masyrakat adat. pembebasan lahan kosong yang siap digarap untuk
6. Peraturan Daerah No 4 Tahun 2019 Tentang dijadikan batas penguasaan negara yang menjadi
Pengakuan dan Perlindungan Adat Paser bagian bangunan Ibukota Nusantara. Hingga kini
Bentuk pengakuan dari peraturan daerah ini dapat di jumpai konflik pembebasan lahan tersebut belum seutuhnya
pada klausula pasal 6 yang berbunyi ; dapat dikatakan telah diselesesaikan dengan baik.
(1) MHA di Daerah memiliki hak yang berasal dari adanya Mengingat dari sekian berita yang menyajikan
pengakuan negara adalah sebagai berikut: informasi terkait keluhhan warga masyarakat adat
a. hak atas pembangunan; yang tinggal di wilayah sekitar proyek
a. hak atas lingkungan hidup; pembangunan Ibukota Nusantara(IKN).
b. hak untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus; Bagi masyarakat yang mempunyai lahan atau tanah
c. hak untuk mendapatkan layanan kesehatan; yang akan digunakan untuk kepentingan umum,
d. hak untuk mendapatkan layanan administrasi pelepasan hak atas tanah miliknya kepada
kependudukan; dan pemerintah tentu membawa konsekwensi baik
e. hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. secara ekonomi maupun sosial, terlebih jika tanah
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup hak tersebut merupakan bidang tanah satu-satunya
untuk penentuan pengembangan, pemenuhan, pemulihan, sekaligus sumber mata pencahariannya. Oleh
dan perlindungan sesuai dengan ketentuan peraturan karenanya pengambilalihan tanah untuk
perundang-undangan. kepentingan umum harus dilakukan berdasarkan
Dilanjut dengan tata cara pengakuan dan perlindungan prinsip-prinsip kemanusiaan dan tidak boleh
masyarakat hukum adat pada Pasal 10 yang berbunyi merugikan hak-hak dari pemilik tanah. Oleh karena
“Pengakuan dan perlindungan MHA dilakukan melalui itu untuk mengatur hal tersebut diperlukan adanya
penetapan oleh Bupati”. suatu peraturan hukum yang dapat memberikan
Dalam hal ini tertuang dalam Keputusan Bupati Paser Nomor perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
413.3/KEP-924/2019 Tentang Pengakuan dan Perlindungan tanah. Pengaturan hukum yang lebih spesifik yang
Masyarakat Hukum Adat Paring Sumpit Desa Muara Andeh berkaitan dengan pengadaan tanah untuk
di Kabupaten Paser. kepentingan umum adalah dengan diterbitkannya
Penggunaan kata hak dalam peraturan daerah diatas dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
dilanjut dengan keputusan bupati dapat menjadi dasar dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
upaya negara yang difokuskan oleh pemerintah daerah dalam Kepentingan Umum.
memenuhi kebutuhan hak-hak masyarakat hukum adat Mengacu pada ketentuan Pasal 33 Ayat (3) Undang-
melanjutkan kehidupannya tanpa intervensi kepentingan dari Undang Dasar 1945 hasil amandemen keempat
pihak manapun. dinyatakan bahwa :”bumi, air dan kekeayaan alam
Dengan harapan tujuan dari dibuatnya peraturan ini sebagai yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
upaya pemerintah daerah dalam bentuk memperhatikan, dan di pergunakan untuk sebesar-besar
memberi pengakuan dan dukungan dengan adanya kemakmuran rakyat”. Untaian kata ini mengandung

44
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

bahwa di dalamnya memberikan kekuasaan (baca sebuah wilayah di engara beragam dengan
kewenangan) pada negara (baca pemerintah) untuk mengatur kekhasaanya, termasuk masyarakat hukum adat
(memanage) sumber daya alam yang terkandung di wilayah yang sudah mendiami wilayah-wilayah tertentu di
negara kesatuan Republik Indonesia yang diabdikan bagi Indonesia.
kesejahteraan segenap rakyat Indonesia. Dalam amanat Undang-Undang Dasar RI 1945
Konsep dasar hak menguasai tanah oleh negara (disingkat Pasal 18 B ayat (2) yang berbunyi “Negara
menjadi HMN) termuat dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang- mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
Undang Dasar 1945 hasil amandemen keempat dinyatakan masyarakat hukum adat serta hak-hak
bahwa :”bumi, air dan kekeayaan alam yang terkandung di tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.Menurut Pasal 2 UUPA, Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
hak menguasai negara (HMN) hanya memberi wewenang dalam undang-undang”. Menjadi modal dasar kunci
kepada negara untuk mengatur : terbentuknya peraturan selanjutnya yang turut
a).mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, memperhatikan adanya keberadaan masyarakat
persediaan, dan pemeliharaan bumi , air dan ruang angkasa; hukum adat yang tetap harus dihargai hak-haknya
b).menentukana dan mengatur hubungan-hubungan hukum tanpa mencurangi sediktipun apa yang telah mereka
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; diami selama bertahun-tahun sebelumnya hingga
c).menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum membentuk generasi ke generasi kesekian kalinya.
antra orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang Untuk itu salah satu peraturan perundang-undangan
mengenai bumi, air dan ruang angkasa. yang cakupan kebijakannya menyentuh wilayah
Peraturan perundang-undangan di bidang agraria, memberi kediaman masayarakat hukum adat salah satunya
kekuasaan yang besar kepada negara untuk menguasai semua yakni undang-undang Kehutanan.
tanah yang ada di wilayah Indonesia, sehingga berpotensi Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999,
melanggar hak ulayat dan hak perorangan atas tanah. Oleh serta dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala
karena itu, di kalangan ahli hukum timbul gagasan untuk Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999
membatasi wewenang negara yang bersumber pada hak ditetapkan bahwa pengukuhan terhadap suatu
menguasai negara (HMN). Beberapa kesalahan pemaknaan kesatuan masyarakat adat dilakukan dengan
oleh negara dalam hal ini dilakukan oleh intitusi pemerintah peraturan daerah kabupaten. Sudah barang tentu,
telah diteliti oleh Mohammad Bakri (2006) dalam adanya peraturan daerah kabupaten ini tidak bisa
disertasinya mengemukakan keharusan pembatasan hak dan tidak boleh dianggap sebagai sumber hukum
menguasai tanah oleh negara dalam mengemukakan untuk keberadaan kesatuan masyarakat adat, atau
keharusan pembatasan hak menguasai tanah oleh negara haknya atas tanah ulayat, oleh karena dasar hukum
dalam hubungannya dengan hak ulayat dan hak perorangan untuk eksistensi kesatuan masyarakat adat serta
atas tanah (Bakri 2006). hak-haknya tersebut sudah tercantum dalam
Kewenangan yang dimiliki oleh negara atas pengelolaan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga dengan
bumi, kekeyaan alam yang pada realita dilaksanakan oleh adanya peraturan daerah kabupaten sebagai
pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah melalui persyaratan legal formal yang tercantum dalam
kebijakan-kebijakan (policy making/ beleid maken) dilandasi kedua produk legislatif ini perlu dipahami sekedar
nilai-nilai filosofi Pancasila seperti ; ke Tuhanan, sebagai suatu persyaratan administratif belaka.
kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan. Nilai-nilai Beberapa perturan perundang-undangan yang turut
sebagaimana disebut menurut segolongan ahli hukum memasukan unsur masyarakat hukum adat dalam
merupakan serangkaian nilai-nilai fundamental ( a susunannya beserta pengulasan mengenai bentuk
fundamental values )karena bisa diketemukan di semua perlindungan masyarakat hukum adat dalam
sistem hukum di dunia Soedikno Mertokoesoemo, 196: 35- masing-masing peraturaannya, yakni ;
36, Satjipto Rahardjo seperti dikutip oleh E Fernando M 1. UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Manullang, 2007:98, John Rawls 1971 seperti dikutip E Dalam Pasal 67 Ayat (1) Masyarakat hukum adat
Fernando M Manullang 2007:99. Satjipto Rahardjo, 2006:60, diakui keberadaannya, jika menurut kenyataannya
Munir Fuady, 2007: 118-127). memenuhi unsur antara lain:
Pembatasan tersebut perlu dipertegas sebagai bentuk saling a. masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban
menghormati hak antara kepentingan (pemerintah) negara (rechsgemeenschap);
dan kepentingan masyarakat (warga negara). Hal ini b. ada kelembagaan dalam bentuk perangkat
mengingat warga negara / masayarakat yang mendiami penguasa adatnya;

45
c. ada wilayah hukum adat yang jelas; Pasal 41 ayat (3) dalam hal terdapat objek
d. ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan pengadaan tanah yang berstatus tanah ulayat,
adat, yang masih ditaat; dan instansi yang memerlukan tanah berkoordinasi
e. masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah dengan pemerintah daerah setempat dengan
hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari- melibatkan tokoh masyarakat adat untuk
hari. Ayat (2) Peraturan Daerah disusun dengan mendapatkan kesepakatan dan penyelesaain untuk
mempertimbangkan hasil penelitian para pakar hukum adat, mendapat kesepakatan dan penyelesaian dengan
aspirasi masyarakat setempat, dan tokoh masyarakat adat masyarakat yang bersangkutan yang dituangkan
yang ada di daerah yang bersangkutan, serta instansi atau dalam berita acara kesepakatan.
pihak lain yang terkait. Makna dari frasa melibatkan tokoh masyarakat adat
Bentuk diakui keberadaanya dan dilanjut dengan ayat (2) di dalam penyebutan pasal diatas, sebagai bentuk
peraturan daerah meyusun dengan memepertimbangkan hasil negara masih memeperhatikan adanya keberadaan
penelitian pakar hukum adat, masyarakat yang bersangkutan akan subjek tersebut. dengan tetap melibatkannya
dapat dikategorikan sebagai wujud perlindungan . karena didalam hal pengadaan tanah apabila tanah tersebut
upaya dengan dibuatnya dan disahkannnya peraturan daerah berstatus tanah ulayat dimana notabene menjadi
yang bernilai sektoral jaduh lebih fokus dan teliti memahami tempat yang didiami oleh masyarakat adat setempat.
akan keberedaan dari masyarakt hukum adat di wilayahnya Memeberikan perlindungan kepada masyarakat adat
sendiri. setempat dengan tidak langsung mengambil
2. UU No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah keputusan sepihak, melainkan dengan melakukan
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum perundingan musyawarah dalam sebuah pertemuan
Pasal 40 yang berbunyi “Pemberian Ganti Kerugian atas untuk mendapatkan kesepakatan hasil akhir.
Objek Pengadaan Tanah diberikan langsung kepada Pihak 4. UU No 39 Tahun 2014 Tentang
yang Berhak”. Dalam penjelasan Pasal 40 adalah berbunyi ; Perkebunan
Pemberian Ganti Kerugian pada prinsipnya harus diserahkan Dalam Pasal 17 ayat (1) yang berbunyi “pejabat
langsung kepada Pihak yang Berhak atas Ganti Kerugian. yang berwenang dilarang menerbitkan izin usaha
Apabila berhalangan, Pihak yang Berhak karena hukum perkebunan diatas tanah hak ulayat masyarakat
dapat memberikan kuasa kepada pihak lain atau ahli waris. hukum adat ketentuan larangan sebagaimaa
Penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari satu orang dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam hal telah
yang berhak atas Ganti Kerugian. Yang berhak antara lain: di capai persetujuan antara masyarakt hukum adat
a. pemegang hak atas tanah; dan pelaku usaha perkebunan mengenai penyerahan
b. pemegang hak pengelolaan; tanah dan imbalannya sebagaimana dimaksud
c. nadzir, untuk tanah wakaf; dalam pasal 12 ayat (1)” .
d. pemilik tanah bekas milik adat; Pasal 55 setiap orangsecara tidak sah dilarang :
e. masyarakat hukum adat; a. Mengerjakan, menggunakan, menduduki
f. pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik; dan/atau menguasai lahan perkebunan
g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau b. Mengerjakan, menggunakan, menduduki
h. pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan dan/atau menguasai tanah masyarakat atau
dengan tanah. tanah hak ulayat masyarakat hukum adat
Pada ketentuannya, Ganti Kerugian diberikan kepada dengan maksud untuk usaha perkebunan.
pemegang Hak atas Tanah. Untuk hak guna bangunan atau Dalam kedua pasal diatas disebutkan pelarangan
hak pakai yang berada di atas tanah yang bukan miliknya, kepada pejabat yang berwenang dilarang
Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang hak guna melakukan penerbitan izin penggunaan lahan
bangunan atau hak pakai atas bangunan, tanaman, atau benda perkebunan diatas tanah ulayat hak masyarakat
lain yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki atau hukum adat. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagai
dipunyainya, sedangkan Ganti Kerugian atas tanahnya upaya bentuk perlindungan dari negara akan
diberikan kepada pemegang hak milik atau hak pengelolaan. keberadaan dan eksistensi masyarakat hukum adat
Ganti Kerugian atas tanah hak ulayat diberikan dalam bentuk yang terlebih dahulu mendiami wilayah tersebut.
tanah pengganti, permukiman kembali, atau bentuk lain yang sehingga apabila disuatu hari terjadi penggunaan
disepakati oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan. lahan sepihak oleh subjek lain hingga mendapat
3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2021 Tentang akses kemudahan berupa perizinan tanpa
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk sepengetahuan pihak masyarakat hukum adatmaka
Kepentingan Umum

46
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

dapat dikatakn hal tersebut telah melanggar ketentuan Dengan tahapan yang masih kurang dalam menuju
peraturan yanag ada. ketuk palu penyeelsaian dan pengesahan RUU
5. UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa masayarakat hukum adat.
Pasal 6 (1) Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat. (2) Walaupun demikian secara bentuk undang-undang
Penyebutan Desa atau Desa Adat sebagaimana dimaksud khusus yang membahas terkait masyarakat hukum
pada ayat (1) disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di adat secara keseluruhan belum disahkan. Tetapi
daerah setempat. pilihan peraturan daerah “sebagai syarat
Penjelasan Pasal 6 Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya administratif” dapat dijadikan dasar aturan bentuk
tumpang tindih wilayah, kewenangan, duplikasi perlindungan dan pengakuan masyarakat hukum
kelembagaan antara Desa dan Desa Adat dalam 1 (satu) adat agar tidak terjadi kekosongan norma hukum
wilayah maka dalam 1 (satu) wilayah hanya terdapat Desa yang ada.
atau Desa Adat. Untuk yang sudah terjadi tumpang tindih 2. Aspek Hukum pengakuan masyarakat
antara Desa dan Desa Adat dalam 1 (satu) wilayah, harus hukum adat terhadap hak-hak masyarakat
dipilih salah satu jenis Desa sesuai dengan ketentuan hukum adat
Undang-Undang ini. Aspek hukum terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu
Dalam penjelasan pasal 6 disebutkan bahwa ketentuan ini aspek dan hukum, aspek yang dimaksud disini ialah
mencegah terjadinya tumpang tindih wilayah, kewenangan, melihat dari sudut pandang atau suatu sisi
duplikasi kelembagaan anatara desa dan desa adat. Frasa hal,sedangkan hukum merupakan peraturan yang
tumpang tindih disini dapat disoroti sebagai bentuk negara dibuat oleh Pemerintah yang berlaku bagi semua
dslam memberikan perlindungan kepada masyarakat hukum orang di suatu masyarakat (Negara). Hukum juga
adat yang masih hidup dan keberadaanya masih ditemui dapat dikatakan sebagai undang-undang, peraturan
menjadikan eksistensinya berhak untuk dilindungi dan dijaga dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
sebagaimana mestinya dengan aman tanpa gangguan maupun masyarakat. Sehingga yang dimaksud aspek hukum
intervensi dari pihak manapun. ialah mengkaji atau menelaah suatu kegiatan
6. Peraturan Daerah No 4 Tahun 2019 Tentang ataupun suatu hal dari sudut pandang/sisi hukum
Pengakuan dan Perlindungan Adat Paser (peraturan-perundang-undangan) yang berlaku.
Bentuk perlindungan masyarakat hukum adat dapat dilihat Pengaturan terkait masyarakat hukum adat sendiri
pada Pasal 2 yang berbunyi ; bersumber dari Pasal 18B UUD RI 1945 yang
Pengakuan dan perlindungan MHA di Daerah dilaksanakan berbunyi “Negara mengakui dan menghormati
berdasarkan asas: kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta
a. keadilan sosial; hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
b. kesetaraan dan non-diskriminasi; sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
c. keberlanjutan lingkungan; prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
d. transparansi; diatur dalam undang-undang”. Dari sinilah tercipta
e. partisipasi; produk hukum turunan yang membawahi terkait
f. kepentingan Umum; pengaturan mengerucut terlebih khusus mengenai
g. manfaat; dan bentuk perlindungan dan pengakuan masyarakat
h. kepastian hukum. hukum adat. Berhubung masyarakat hukum adat
Dalam penjeleasan huruf h Yang dimaksud dengan yang mendiami wilayah ibukota nusantara
“kepastian hukum” adalah berlakunya hukum secara tepat merupakan wilayah di daerah hutan, maka peraturan
dan memberikan jaminan perlindungan secara nyata bagi yang menaungi keberadaan masyarakat hukum adat
masyarakat hukum adat. tersebut salah satunya adalah undang-undang
Mengenai peraturan undang-undang tentang masyarakat kehutanan.
hukum adat dimana dalam hal ini sementara peraturan Dalam undang-undang kehutanan Pasal 67 Ayat (1)
perundang-undangan yang terkhusus membahas hanya untuk Masyarakat hukum adat diakui keberadaannya, jika
masyarakat hukum adat masih berbentuk rancangan undang- menurut kenyataannya memenuhi unsur antara lain:
undang atau disebut RUU masyarakat hukum adat. Yang saat a.masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban
ini pembahasan mengenai RUU masyarakat hukum adat (rechsgemeenschap);
masih pada harmonisasi sejak pertama kali masuk b. ada kelembagaan dalam bentuk perangkat
pembahasan rapat pada tanggal 6 februari 2020, dengan penguasa adatnya;
rekam jejak 6 kali progres pembahasan dan terakhir berhenti c. ada wilayah hukum adat yang jelas;
pada tahap harmonisasi pada tanggal 4 november 2020.

47
d. ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan bahwa tanah warga tak masuk area IKN. "Tapi yang
adat, yang masih ditaat; dan kami alami di sini, plangnya sudah ke permukiman
e. masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah warga," kata Yati dalam webinar Bersihkan
hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari- Indonesia, Selasa (15/3/2022). Ini merupakan salah
hari. satu contoh kasus dari beberapa orang yang bernasib
Dalam Pasal 5 disebutkan bahwa ; sama di wilayah Ibukota nusantara (IKN).Untuk itu
(1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: dengan adanya kalimat dalam pasal yang berpotensi
a. hutan negara; dan besar merugikan hak masyarakat hukum adat,
b. hutan hak. pegiat AMAN (aliansi masyarakat adat nusantara)
(2) Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf melakukan judicial review terkait undang-undang
a, dapat berupa hutan adat. kehutanan. Karena merasa bahwa masyarakat
(3) Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana hukum adat merupakan subjek marjinal yang
dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2), dan hutan adat terpinggirkan aksesnya dalam menyapaikan
ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat pendapatnya dalam memperjuangkan tempat
hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui penghidupannya selama ini.
keberadaannya. (4) Apabila dalam perkembangannya Melalui judicial review tesebut yang diajukan oleh
masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, AMAN (aliansi masyarakat adat nusantara) sebagai
maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada pemohon I. Dan dikeluarknnya amar putusan
Pemerintah. Mahkamah Konstitusi RI Nomor 35/PUU-X/2012,
Penggunaan frasa ‘sepanjang menurut kenyataannya dengan amar putusan yang mengabulkan pokok
masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan permohonan para pemohon untuk sebagian.
diakui keberadaannya’. Menjadi salah satu polemik yang Terutama poin 1.2 yang menyatakan Kata ―negara‖
dikritisi oleh pegiat Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41
dalam mmpertanyakan terkait kejelasan maksud dari frasa Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
tersebut. Karena menurut sudut pandang mereka sebagai Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
pegiat yang memperjuangkan suara masyarakat hukum adat Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
merasa dengan adanya frasa tersebut berpotensi suatu saat Nomor 3888) tidak mempunyai kekuatan hukum
kelak akan menghilangkan atau terjadinya peralihan hak mengikat, sehingga Pasal 1 angka 6 Undang-
kepemilikan atas tanah. Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Dalam Pasal 1 angka 6; Hutan adat hutan negara yang berada dimaksud menjadi “Hutan adat adalah hutan yang
dalam wilayah masyarakat hukum adat. Dengan berada dalam wilayah masyarakat hukum adat”.
dimasukkannya kalimat hutan ada hutan negara beradadalam Menjadi spirit tersendiri bagi masyarakat hukum
wilayah masyarakat hukum adat menjadi seolah-olah adat untuk tetap dapat memepertahnkan hak atas
peleburan dua hak dua kepentingan oleh dua subjek yang tanahnya yang sudah didiami sebelumnya sejak
berbeda dengan dua kekuatan yang berbeda juga dalam satu bertahun-tahun yang lalu.(Indonesia 2012)
wilayah. Menyebbakan kekhawatiran tersendiri karena rawan
terjadinya peralihan, tindakan diskriminatif atas akses PENUTUP
masyrakat hukum adat dalam berkegiatan di tempat Simpulan
tinggalnya sendiri. Mengingat beberapa dari mereka tidak Eksistensi masyarakat Hukum adat di wilayah
mampu membuktikan secara tertulis atas kepemilkan hak atas ibukota nusantara (IKN) Secara de facto atau
tanah. Yang pada sejatinya hutan tidak akan lepas dari kenyataanya di lapangan jumlah masyarakat hukum
kehidupan mereka. adat yang mendiami wilayah dalam hutan maupun
Fakta hukum di lapangan ada yang bertolak belakang yang sekitar hutan yang sekarang dijadikan sebagai
mengatakan sebaliknya dari peraturan, sebagaimana kasus proyek pembangunan ibukota nusantara masih dapat
yang dialami Yati Dahlia dari Suku Balik Paser, warga asli dijumpai keberadaannya. Hal tersebut dibuktikan
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kecewa dengan masih dijumpai aktivitas kehidupan
ketika melihat lahan rumahnya tiba-tiba dipasangi patok masyarakat yang masih menggantungkan
untuk pembangunan proyek Ibu Kota Negara (IKN) penghidupannya dalam upaya bertahan diri di
Nusantara. Yati pun meminta pemerintah memberikan tengah segala keterbatasan akses yang notabene
penjelasan terkait pencaplokan tanahnya itu. Yati mereka yang dapat dikatakan sebagai kaum marjinal
mengatakan, rumahnya berjarak sekitar 10-15 kilometer dari yang terpinggirkan.
Titik Nol IKN. Awalnya, Gubernur Kaltim mengatakan

48
Kajian Yuridis Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di Wilayah IKN Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Hak
Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

1. Bentuk pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum banyak dijumpai masyrakat adat yang hak-haknya
adat di wilayah ibukota nusantara (IKN) dikuasai oleh pihak-pihak penguasa uuntuk
Secara de jure amanat dari Undang-Undang Dasar RI kepentingan penguasa tersebut yang berakibat
1945 dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi“Negara dengan tersingkirkannya masayrakat adat dari
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat tempat kediamannya.
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih 2.Pemerintah Daerah Kabupaten Paser harus
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan memberikan pengakuan secara yuridis formal
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur terhadap masyarakat hukum adat yang ada di
dalam undang-undang”. Kunci dasar inilah yang menjadi Kabupaten Paser, serta mampu mengatasi
landasan dibentuknya peraturan perundang-undangan persoalan-persoalan dari faktor hukum, faktor
lainnya yang turut memperhatikan keberadaan atas penegak hukum, faktor sarana atau fasilitasi, faktor
pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat di masyarakat, dan faktor budaya yang menyebabkan
Indonesia. walaupun secara spesifik peraturan khusus bentuk terhambatnya proses pengakuan dan pelindungan
undang-undang masyarakat hukum adat. Namun masih masyarakat hukum adat di Kabupaten Paser.
dijumpai produk hukum turunan lainnya yang mewadahi hal Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
tersebut.melalui peraturan daerah Nomor 4 tahun 2019 pengakuandan perlinudngan terhadap masyarakat
kabupaten Paser tentang Pengakuan dan Perlindungan adat sesuai dengan Perda Kabupaten Paser No. 4
Masyarakat Hukum Adat. Terlebih di wilayah ibukota Tahun 2019 tentang Pengakuan dan Perlindungan
nusantara ini yang kelak akan siap dihuni oleh pendatang Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten Paser.
baru dari berbagai luar kota . maka masyarakat hukum adat
sebagai warga penduduk asli yang sudah mendiami wilayah
tersebut berhak untuk diperhatikan keberadaaanya jangan
DAFTAR PUSTAKA
sampai mereka terpinggirkan karena tidak mempunyai akses
yang sama dengan pendatang warga lainnya kelak. Andhika Prasetia “Jokowi : Pemindahan Ibu Kota
Dikonsultasikan ke DPR hingga Tokoh
Masyarakat”. Detik.com diakses melalui
2. Aspek hukum pengakuan masyarakat hukum adat di
https://news.detik.com/berita/d-4530626/jokowi-
wilayah Ibukota Nusantara pemindahan-ibu-kota-dikonsultasikan-ke-dpr-
Dengan adanya bentuk peraturan daerah kabupaten hingga-tokoh-masyarakat pada 23 Oktober 2022.
paser Nomor 4 tahun 2019 tentang pengakuan dan
perlindungan masyarakat hukum adat. Sebagai wujud
representasi dari Undang-Undang Dasar RI 1945 menjadi Bachtiar. 2019. Metode Penelitian Hukum. First.
spirit tersendiri bagi pegiat dan masyarakat hukum adat untuk edited by O. Yanto. Pamulang – Tangerang
Selatan: UNPAM PRESS.
mempertahankan hak atas tanah yang telah mereka diami.
Walaupun sebenarnya jika berkaca untuk menemukan makna Bakri, Muhammad. 2006. “ADLN - Perpustakaan
sesungguhnya mengenai perlindungan konstitusional yang Universitas Airlangga Disertasi Pembatasan
Hak Menguasai Tanah Oleh Negara ...
dimaksud oleh Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang dapat
Muhammad Bakri.”
dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia.
Yang saat ini undang-undang tersebut masih berbentuk RUU Campbell, Scott. 2003. “The Enduring Importance
atau rancangan undang-undang masyarakat hukum adat of National Capitals in the Global Era.” Urban
and Regional Research Collaborative -
dalam tahap proses pembahasan harmonisasi prolegnas DPR Working Papers Series 32.
RI 2020-2024 yang belum selesai. Tetapi setidaknya dengan
adanya peraturan daerah kabupaten Paser Nomor 4 tahun Gusa, Lutgardis Junita. 2021. “Pengakuan Dan
Perlindungan Pemerintah Daerah Terhadap
2019 tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat
Eksistensi Masyarakat Hukum Adat Di
hukum adat, hal ini tidak menjadikannya sebagai kekosongan Kabupaten Ende.” Universitas Nusa Cendana.
norma hukum. Meskipun masih berbentuk peraturan daerah
bukan undang-undang. Indonesia, Mahkamah Konstitusi Republik. 2012.
“Putusan Nomor 35/PUU-X/2012 Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia.” 1–188.

Saran Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum Dan


Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi.
1. Negara terutama pemerintah di bidang legislatif
Bandung: Alfabeta.
seharusnya dapat memberikan perhatian lebih mengenai
kedudukan tanah hak ulayat atau tanah adat karena masih Marzuki, Peter Mahmud. 2014. Penelitian Hukum.
Edisi Revi. Jakarta: Kencana.

49
Muhaimin. 2020. METODE PENELITIAN HUKUM. First. Yahya, Muhammad. 2018. “Pemindahan Ibu Kota
Mataram: Mataram Univesity Press. Negara Maju Dan Sejahtera.” Jurnal Studi
Agama Dan Masyarakat 14(1):21. doi:
Nugroho, Bhakti Eko. 2022. “Perlindungan Hak Masyarakat
10.23971/jsam.v14i1.779.
Adat Dalam Pemindahan Ibukota Negara.” Jisip-Unja
6(1):64–78.

50

Anda mungkin juga menyukai