Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMINDAHAN IBU KOTA BARU NKRI DAN POLEMIK YANG


TERJADI KAITANNYA DENGAN RUU IKN DALAM PROLEGNAS
PRIORITAS TAHUN 2021

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum tata negara


Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Zaki Mubarrak, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Nama : Anisah Karim


NIM: 202302003

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
Jl. Siliwangi, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55293, Telp. (0274) 552489, Fax. (0274) 557228
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI dan Polemik yang Terjadi Kaitannya dengan
RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Zaki
Mubarrak, S.H., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah “Hukum Tata Negara”
sekaligus guru pembimbing dalam tugas pembuatan makalah ini yang
alhamdulillah saya diberikan kelancaran dalam penyusunannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Tata Negara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membantu
pembaca dalam memahami pengetahuan dengan lebih terkait pemindahan ibu kota
baru NKRI dan polemik yang terjadi kaitannya dengan RUU IKN dalam Prolegnas
Prioritas Tahun 2021.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan hukum pembaca. Aamiin.

Purbalingga, 27 Mei 2021

Penyusun
Anisah Karim

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………….……..…… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI …………………………………………...………………..…… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………..…………….. 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………... 3
1.3. Tujuan …………………………………...……………..…………… 3
BAB II DASAR HUKUM
2.1. Sejarah Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI …………...……….…… 4
2.2. Peraturan Perundang-undangan terkait Pemindahan Ibu Kota
Negara (IKN) …………………………………………….………… 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Jakarta Saat Ini dan Dampak yang Dapat Terjadi Dilihat
Dari Kondisinya ……………………………………………………. 7
3.2. Polemik Dalam Rencana Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI Kai-
tannya dengan RUU IKN Dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021 … 9

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ……………………………………………….………… 13
4.2. Saran ………………………………………………………...……… 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………...………………… 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ibu kota merupakan sebuah kota yang dirancang sebagai pusat
pemerintahan suatu negara. Secara fisik ibu kota negara umumnya difungsikan
sebagai pusat perkantoran dan tempat berkumpul para pimpinan pemerintahan.
Dalam sejarahnya, ibu kota terbentuk melalui suatu penaklukan atau
penggabungan. Ibu kota sebagai pusat perekonomian utama dari suatu wilayah
juga senantiasa dijadikan titik pusat dari kekuatan politik, sehingga
mempunyai daya tarik tersendiri yang diperlukan untuk efisiensi administrasi
pemerintahan. Ibu kota telah menjadi symbol pemerintahan dan kenegaraan,
serta menjadi tempat berkembangnya muatan politik, perekonomian, budaya
maupun intelektual. 1
Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam
UUD NRI 1945 dan amandemennya tidak diatur secara tegas. Dalam Bab II
ayat (2) UUD NRI tertulis “Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara”. Dalam UUD tersebut
tidak ada pasal yang menyebutkan di mana dan bagaimana ibu kota negara
diatur. Dengan demikian terdapat fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur ibu
kota negara termasuk memindahkannya. Di samping itu ibu kota saat ini yakni
Jakarta sudah memiliki beban yang cukup berat dengan multi fungsi yang di
embannya serta beberapa kondisi kurang baik yang terus terjadi, seperti:
masalah banjir yang sulit diselesaikan, penduduk sangat padat, tata ruang tidak
tersusun rapi, kemacetan lalu lintas, rawan konflik (baik konflik yang
menyangkut kepentingan maupun dalam bentuk kriminalitas), sanitasi
lingkungan kurang memadai, karena sebagai pemusatan ekonomi dan
kekuasaan banyak menibulkan KKN dan beresiko tinggi dalam kondisi kritis
(perang, ibu kota menjadi sasaran untuk diserang).

1
M Yahya, “Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera”, Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat, Vol.14, No.1, Juni, 2018, hlm. 25.

1
2

Adanya RUU tentang Ibu Kota Negara yang dimuat dalam Prolegnas
Prioritas Tahun 2021 memunculkan kembali polemik terkait pemindahan ibu
kota negara. Jika sebelumnya isu yang dilontarkan para penentang kebijakan
ini adalah isu regulasi, anggaran, dan lingkungan, maka isu saat ini berubah
menjadi pandemi Covid-19. Pemerintah diminta untuk fokus memikirkan
penanganan pandemi Covid-19 daripada memindahkan ibu kota negara.
Tiga fraksi dari sembilan fraksi di DPR RI, yakni Fraksi PKS, Fraksi
Partai Demokrat, dan Fraksi PAN mengritik rencana pembahasan RUU di
tengah pandemi. Fraksi Demokrat berpendapat bahwa pembangunan ibu kota
negara harus ditunda karena menyedot anggaran yang besar, Pemerintah
seharusnya fokus menggunakan anggaran untuk penanganan Covid-19.
Namun, pemerintah melalui Kepala Bappenas menjawab bahwa anggaran
pemindahan ibu kota 99 persen berasal dari swasta. Sebelumnya pemerintah
menyatakan bahwa pembiayaan pembangunan ibu kota negara menggunakan
skema APBN, Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan melalui
pihak swasta. Pemerintah berpendapat bahwa pembangunan ibu kota negara
dapat menjadi penggerak ekonomi dan bermanfaat memulihkan ekonomi
warga yang anjlok akibat pandemic Covid-19. Bertentangan dengan pendapat
itu, peneliti INDEF menilai bahwa proyek pembangunan ibu kota negara tidak
terlalu mendesak (urgent). Pemulihan ekonomi dapat dilakukan melalui
pemerataan ekonomi di berbagai daerah, tidak harus dengan memindahkan ibu
kota negara. 2
DPR RI dan pemerintah telah menetapkan RUU tentang Ibu Kota
Negara sebagai prioritas RUU tahun 2021, sementara masih banyak pihak yang
menentang menjadikan alasan pandemi Covid-19 sebagai alasan untuk
menunda pembahasan RUU Ibu Kota Negara. Pemindahan ibu kota negara
bukanlah hal yang sederhana, perlu dipertimbangkan dengan matang. Dalam
hal ini penyusunan kebijakan pemindahan ibu kota negara dalam perspektif
kebijakan publik sangatlah penting.

2
Riris Katharina, “Keberlanjutan Pemindahan Ibu Kota Negara Baru pada Masa Pandemi”, Jurnal
Politik, Vol. XIII, No.7, April, 2021, hlm. 25.
3

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana kondisi Jakarta saat ini dan dampak yang dapat terjadi dari
kondisinya tersebut?
b. Bagaimana polemik yang terjadi dalam rencana pemindahan ibu kota baru
NKRI kaitannya dengan RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui alasan dibalik rencana pemindahan Ibu Kota dengan
melihat kondisi Jakarta saat ini dan dampak yang dapat terjadi kedepannya
apabila tidak dilakukan pemindahan Ibu Kota
b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca terkait polemik
yang terjadi dalam rencana pemindahan ibu kota baru NKRI kaitannya
dengan RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021 (di tengah
Pandemi Covid-19).
BAB II
DASAR HUKUM

2.1. Sejarah Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI


Sejarah pemindahan ibu kota negara kaitannya dengan ketatanegaraan
bukanlah hal yang baru di Indonesia. Kebijakan untuk memindahkan ibu kota
negara telah lama di gegas, bahkan sejak pemerintah Kolonial Belanda. Sejak
kemerdekaan Indonesia yakni pada tahun 1945, Indonesia pernah melakukan
pemindahan ibu kota sebagai pusat pemerintahan sebanyak 2 kali. Pada 4
Januari 1946, ibu kota pindah ke Yogyakarta. Hal ini dikarenakan pada saat itu
Jakarta diduduki oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA). 3 Pada
19 Desember 1948, ibu kota Indonesia pindah ke Bukit Tinggi, Sumatera
Barat. Hal ini dikarenakan Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, kemudian
pada saat itu juga presiden, wakil presiden, dan sejumlah petinggi negara
ditawan dan diasingkan ke luar jawa sehingga berdasarkan hasil rapat kabinet
sebelum terjadi serangan, Presiden dan Wakil Presiden memberikan mandat
kepada Menteri Kemakmuran yakni Syafruddin Prawiranegara yang ketika itu
berada di Bukit Tinggi untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera. 4
Setelah tahun 1949, rencana pemindahan ibu kota negara juga terus di
wacanakan dari presiden ke presiden. Pada zaman Presiden Soekarno (Orde
Lama), mewacanakan agar ibu kota dipidahkan ke Palangkaraya, Kalimantan
Tengah. Namun, setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan
pemindahan ibu kota negara terlupakan. Pada saat itu, pemerintah
memfokuskan pembangunan Jakarta yang menjadi simbol kebangkitan
Indonesia sebagai pemimpin Dunia Ketiga. Sementara, untuk mengenang
memori wacana relokasi ibu kota negara di Palangkaraya dibangunlah Tugu
Soekarno pada 17 Juli 1957. Tugu tersebut terletak di dekat istana Isen Mulang
dan hanya berjarak 50 meter dari bibir Sungai Kahayan, tempat Presiden
Soekarno meletakkan batu pertama pembangunan Kota Palangkaraya.

3
Sutrisno Kutoyo, 1997, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan
Kebudayan RI, Jakarta, hlm. 338.
4
Fikri Hadi, “Kewenangan Presiden Republik Indonesia Terkait Pemindahan Ibu Kota RI”, Journal
Political Science, September, 2020, hlm. 2.

4
5

Selanjutnya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto (Orde Baru), mucul


wacana guna pengurangan beban Jakarta akan dilakukan pemindahan ibu kota
ke Jonggol. Hal ini ditandai dengan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997
tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri.
Namun, rencana relokasi ibu kota ke Jonggol tidak berlanjut seiring jatuhnya
pemerintahan Soeharto pada Mei 1998. Pada masa Presiden SBY gagasan
pemindahan ibu kota disampaikan oleh pemerintah di rapat kerja nasional
Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Palangkaraya
awal Desember 2009. Presiden SBY mengemukakan bahwa beban Jakarta
sebagai fungsi pelayanan dan kelayakan sebagai ibu kota negara sudah
semakin berat. Pada awal September 2010, Presiden SBY membentuk tim
khusus untuk mengkaji relokasi ibu kota negara dan menghasilkan 3
rekomendasi: (1) Jakarta sebagai ibu kota negara tetap dipertahankan dan perlu
dilakukan pembenahan atas semua permasalahan yang ada di Jakarta, (2)
relokasi ibu kota negara tetap berada di pulau Jawa, (3) relokasi ibu kota negara
di luar pulau Jawa. Namun, selama 2 periode kepemimpinan Presiden SBY,
gagasan ini tidak terlaksana. 5
Pada periode kedua Presiden Jokowi, pemindahan ibu kota negara
kembali digagas. Kebijakan untuk memindahkan ibu kota negara dilakukan
lebih serius dengan melakukan pengkajian secara mendalam dengan melihat
berbagai macam aspek. Pada tanggal 26 Agustus 2019, Presiden
mengumumkan keputusan pemerintah memindahkan ibu kota negara ke
Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan
sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara. Lokasi ini merupakan hasil kajian
yang telah dilakukan sejak tahun 2016. Ada lima pertimbangan yang dijadikan
alasan pemilihan kedua wilayah tersebut, yaitu: (1) risiko bencana di kedua
wilayah itu jauh lebih minim dibandingkan wilayah lain di Indonesia; (2)
lokasi terletak di tengah-tengah wilayah Indonesia; (3) lokasi berdekatan
dengan wilayah perkotaan yang berkembang, yakni Balikpapan dan

5
Antonius Purwanto (Kompas: Minggu, 4 April 2021, 12.00.55 WIB), https://kompaspedia.kom
pas.id/baca/paparan-topik/ibu-kota-baru-indonesia-kilas-balik-regulasi-tahapan-persiapan-pembi
ayaan-dan-dampak-ekonomi .
6

Samarinda; (4) infrastruktur yang relatif lengkap; (5) tersedia lahan 180 ribu hektare
yang dikuasai pemerintah. 6

2.2. Peraturan Perundang-undangan Terkait Pemindahan Ibu Kota Negara


(IKN)
Rencana pemindahan ibu kota negara dimuat dalam Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024. Dalam lampiran Perpres tersebut
dinyatakan manfaat pemindahan ibu kota negara, antara lain: (1) memberikan
akses yang lebih merata bagi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (2) mendorong pemerataan pembangunan ke luar Jawa, dan (3)
reorientasi pembangunan dari Jawa sentris menjadi Indonesia sentris, sehingga
mengurangi beban Pulau Jawa. Secara umum, Bappenas mengemukakan
bahwa pemindahan ibu kota negara tidak hanya memindahkan pusat
pemerintahan, namun juga berdampak pada pemerataan ekonomi nasional.7
Mengacu pada kajian Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementrian
Dalam Negeri, setidaknya terdapat 5 UU yang perlu di revisi (UU Nomor 29
Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota NKRI,
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala
Daerah), dan 2 UU bisa direvisi atau dibuat baru (UU tentang Penataan Ruang
di Ibu Kota Negara, UU tentang Penataan Pertanahan di Ibu Kota Negara, UU
yang benar-benar harus dimulai sejak awal adalah UU tentang nama daerah
yang dipilih sebagai ibu kota negara dan UU tentang kota.
Untuk dapat mewujudkan pemindahan ibu kota negara baru, sejak 17
Desember 2019 pemerintah telah memasukkan RUU tentang Ibu Kota Negara
ke dalam Prolegnas. Menurut Bappenas, hingga November 2019 setidaknya
ada 43 peraturan perundang-undangan yang harus direvisi atau dicabut terkait
pemindahan ibu kota negara. Regulasi tersebut terdiri atas peraturan
perundang-undangan, peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan
menteri. Bappenas melihat kemungkinan dilakukannya pendekatan Omnibus
Law dalam merespons persoalan regulasi dalam pemindahan ibu kota negara.
Namun, hingga saat ini naskah RUU Ibu Kota Negara beserta naskah
akademiknya, belum disampaikan ke DPR RI. 8

6
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 26.
7
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/131386/per
pres-no-18-tahun-2020 .
8
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 27.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kondisi Jakarta Saat Ini dan Dampak yang Dapat Terjadi Dilihat Dari
Kondisinya
Dilihat dari sejarahnya, kota Jakarta berawal dari pekan pelabuhan kecil
yang dikenal sebagai Sunda Kelapa, kemudian dikenal menjadi Kota Batavia.
Seorang pengembara Inggris terkenal yaitu Kapten James Cook menyebutkan
pelabuhan tersebut merupakan kawasan labuhan kapal besar dan kecil terbaik
di dunia saat itu. Kota yang telah berumur hampir 500 tahun tersebut secara
bertahap telah mengalami banyak perkembangan yang positif, namun sering
kali terlanda banjir. Menurut catatan sejarah, akibat meluapnya Sungai
Ciliwung pada tahun 1872 mengakibatkan jebolnya pintu air sehingga
merendam kawasan Batavia. Peristiwa yang sama pernah terjadi pada 9
Januari 1932, akibat hujan yang turun deras sepanjang malam menyebabkan
hamper seluruh wilayah kota Batavia terendam banjir. Salah satu upaya
penanggulangan banjir Jakarta sebenarnya telah direncanakan sejak masa
pemerintahan Belanda tahun 1920 oleh seorang insiyur Belanda bernama Van
Breen yang saat itu memimpin pembangunan sejumlah pintu air dan saluran
(banjir kanal), untuk mengakomodasi datangnya air.
Masalah banjir di Jakarta memang sulit untuk diatasi tanpa ada suatu
usaha menyeluruh dan terpadu. Amblesan tanah akibat penurapan air tanah
yang berlebih menjadi salah satu penyebab daerah menjadi sasaran banjir.
Secara alami Jakarta memang rawan terhadap banjir, karena terletak pada kipas
alluvial yang berkembang dari Selatan (Bogor) dan dialiri oleh 13 sungai
dengan daerah hulunya bercurah hujan tinggi, yang sebagian lahannya telah
terbangun. Faktor alami lainnya adalah di bagian Utara terdapat beting gisik
(beach ridges) yang dapat menghambat aliran ke laut Teluk Jakarta.
Sebenarnya pada beting gisik sudah terdapat cekungan antar beting yang dapat
berfungsi sebagai penampung air, namun itupun sudah terbangun pemukiman.
Demikian juga sebagian besar situ-situ yang berfungsi sebagai penampung dan
pengendali air hujan lokalpun sudah menjadi lahan pemukiman.

7
8

Hampir setiap tahun terjadi banjir yang besarnya bervariasi. Banjir yang
terjadi tahun 2007 merupakan yang terbesar, hampir mencakup 70% wilayah
Jakarta. Akibat banjir 2007 tersebut menimbulkan pemikiran atau gagasan
untuk memindahkan Ibu Kota Jakarta. Banjir dijadikan salah satu pemicu ide
untuk memindahkan ibu kota. Gagasan untuk memindahkan ibu kota negara
telah mengemuka dalam berbagai kesempatan antara lain tanggal 20 Mei 1988
ketika gerakan reformasi. Waktu itu kondisi Jakarta sangat mengkhawatirkan
sehingga muncul gagasan spontan, agar Yogya untuk menerima kembali
fungsi ibu kota pemerintahan. Pemikiran untuk memindahkan ibu kota negara
juga datang dari Ketua DPR Agung Laksono dengan argumentasi sedikit
berbeda, dan menyatakan bahwa Jakarta sudah saatnya kantor presiden yang
menjadi pusat pengendali pemerintahan dipindahkan ke tempat yang lebih
kondusif. Jakarta saat ini dinilai sudah kelebihan beban, baik secara ekonomi
maupun sosial, sehingga Jakarta mempunyai multi fungsi. Ibu kota negara
yang mempunyai multi fungsi umumnya akan menimbulkan berbagai
dampak.9
Multi fungsi Jakarta merupakan dampak dari sistem pemerintahan
sentralistis (sistem multi fungsi yang memusat di Jakarta). Akibatnya sejumlah
dampak sosial, politik, ekonomi dan ekologi menjadi beban Jakarta, berikut
dampak yang dimaksud: 10
a. Pemerintahan sentralitis yang dikendalikan secara otoriter dan serba
seragam telah mengabaikan kemajemukan sosial budaya masyarakat dan
keseragaman ekosistem wilayah negara kepulauan. Sistem kekuasaan yang
memusat, membuat sistem pemerintahan daerah kehilangan kemandirian
dan fungsi birokrasi tidak dapat berkembang melayani dan memfasilitasi
partisipasi masyarakat, tetapi lebih melayani atasan atau pimpinan elitenya.
b. Kedekatan sumber pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang mengerucut
pada elite dan hampir tanpa kontrol dari rakyat secara konstitusional

9
Ayuningtyas R.N dan Rahayu S., “Kajian Pemahaman Masyarakat Terhadap Banjir di Kelurahan
Ulujami, Jakarta”. Journal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), Vol. 3, No. 2, hlm. 351-
358.
10
Muhammad Baiquni, 2004, Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran, Ideas, Yogyakarta.
9

maupun publik menyebabkan mewabahnya korupsi, kolusi dan nepotisme


(KKN).
c. Pemusatan fungsi tersebut akhirnya membawa beban bagi Jakarta yang
ditandai dengan ledakan jumlah penduduk, kemacetan lalu lintas,
kesenjangan ekonomi, kerawanan sosial, kekerasan dan kejahatan
(kriminalitas).
d. Permasalahan tersebut diikuti krisis ekologi, yang berupa pencemaran
udara, pencemaran air tanah, air bersih, banjir rutin, tata ruang yang
semrawut, munculnya kawasan kumuh, lingkungan hidup yang kurang
nyaman.
e. Konflik mudah terjadi antara kepentingan ekonomi dan ekologi,
kepentingan sesaat dan jangka panjang, kepentingan elit dan masyarakat.

3.2. Polemik Dalam Rencana Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI Kaitannya
dengan RUU IKN Dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021
Menurut KBBI, polemik ialah perdebatan mengenai suatu masalah yang
dikemukakan secara terbuka dalam media massa.
Kebijakan memindahkan ibu kota negara merupakan sebuah kebijakan
publik untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi DKI Jakarta.
Menurut Kay, kebijakan publik memindahkan ibu kota negara membutuhkan
formal otorisasi dalam bentuk undang-undang, tidak hanya sebuah keputusan
pemerintah atau sebuah program kegiatan semat. Untuk keberhasilan
implementasi kebijakan, penting untuk memastikan tahap formulasi kebijakan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, yaitu memperhatikan seluruh suara
para pihak. Tahap formulasi merupakan fase kritis dari sebuah proses
kebijakan. Formulasi kebijakan yang buruk akan menghasilkan kegagalan
dalam implementasi (Sidney dalam Fisher, 2007: 79). Fase formulasi ini terdiri
atas agenda setting (pengenalan masalah); proposal terhadap solusi; dan
pilihan solusi (Kay, 2006: 8-9).11
Polemik yang muncul dalam penyusunan kebijakan publik merupakan
hal yang wajar, karena banyaknya pihak yang terlibat dalam proses

11
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 27.
10

penyusunan kebijakan publik. Pihak yang terlibat biasanya memiliki berbagai


kepentingan yang harus dipertemukan. Pihak yang menentang RUU IKN
mengemukakan persoalan pada aspek regulasi dan anggaran. Dalam perspektif
regulasi, sebelum ada UU IKN, pemerintah tidak boleh melakukan aktivitas
pembangunan dalam rangka pemindahan IKN. Terkait anggaran,
pembangunan IKN harus menggunakan APBN, tidak boleh dari pihak swasta,
karena menyangkut kedaulatan negara (https://nasional.kompas.com/ , 28
Agustus 2019).
Sejak tahun 2016 rencana Ibu Kota Negara sudah mulai dikaji dan baru
mengemuka ke publik pada Agustus 2019 (https://www.kompas.id/ , 4 April
2021). Tampak bahwa proses pemindahan IKN kurang dibicarakan dalam
ranah publik. Menurut analisis Hamdani, berita mengenai IKN lebih searah
dari pemerintah. Bahkan, proses partisipasi publik dalam membahas persoalan
IKN dikhawatirkan bersifat semu. Hal ini ditandai dengan proses penentuan
lokasi, di mana masyarakat setempat tidak dilibatkan, namun hanya
diinformasikan saja. Sekalipun tokoh masyarakat menerima dengan baik
rencana pemindahan IKN ke wilayahnya, Koalisi Masyarakat Sipil menilai
pemindahan IKN ke Kalimantan justru akan merusak ekosistem dan
berdampak pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya di tanah tempat
IKN baru (https://tirto.id/ , 20 Desember 2019).
Di ranah politik tampaknya juga terjadi informasi searah dari pemerintah.
DPR RI bersikap menunggu masuknya RUU IKN dari Presiden, sehingga
sekalipun sudah dimuat dalam prioritas tahun 2020, naskah RUU IKN beserta
naskah akademik tidak kunjung dikirimkan ke DPR RI. Sementara itu
pemerintah sudah melakukan berbagai aktivitas dalam rangka pemindahan
IKN, seperti mengadakan sayembara desain tata kota IKN yang baru;
penentuan dewan penasihat; penentuan konsultan asing; rekrutmen pegawai
khusus pemindahan IKN; hingga mencari investor (Hamdani, 2020:44). Pada
tahun 2020 pemerintah telah melaksanakan tiga agenda besar pemindahan
IKN, yakni penyusunan dan penyelesaian rencana induk; penyusunan kajian
lingkungan hidup strategis; serta penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang. Pada Semester I Tahun 2021, pemerintah juga telah melakukan
11

rehabilitasi hutan dan lahan serta pemulihan ekosistem; pengadaan lahan untuk
akses jalan dan sarana prasarana; perencanaan teknis dan studi kelayakan detail
engineering design (DED) kawasan, dan penyiapan KPBU. Selanjutnya pada
semester II Tahun 2021 akan dilakukan pembangunan sarana prasarana sumber
daya air dan energi; ground breaking pembangunan; pembangunan bangunan
strategis dan sarana prasarana dasar penunjang; dan pembangunan
infrastruktur transportasi.12
Sikap pemerintah ini boleh jadi diambil karena adanya pendapat Mahfud
MD sebagai ahli hukum tata negara yang menyatakan bahwa berdasarkan
hukum tata negara, Presiden memiliki hak dan kewenangan membuat
kebijakan untuk memindahkan IKN. Oleh karena itu, Presiden dapat
mengambil semua tindakan terkait pemindahan IKN, dan undang-undang
dibutuhkan pada saat semuanya sudah siap dipindahkan. 13 Namun, sikap ini
justru akan menimbulkan polemik yang mengganggu implementasi sebuah
kebijakan.
Pembicaraan mengenai IKN vakum selama setahun, seiring dengan
pandemi Covid-19, setelah itu isu mengenai IKN kembali mengemuka setelah
masuknya RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021. Kalangan DPR
RI yang tidak setuju mengemukakan persoalan situasi pandemi Covid-19
sebagai alasan untuk menunda pembahasan RUU IKN. Anggaran untuk
pembangunan IKN sebaiknya dialokasikan untuk penanganan Covid-19.
Demikian pula pendapat kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa
berbagai manfaat yang diperoleh dari pemindahan IKN dapat ditempuh dengan
cara lain. Pemerintah diminta tetap fokus mengatasi pandemi Covid-19.
Terkait persoalan yang dikemukakan pihak-pihak yang tidak sepakat
untuk membahas RUU IKN dapat dijawab dengan mudah oleh pemerintah.
Terkait regulasi, pemerintah optimistik bulan Mei 2021 sudah akan
mengirimkan draf RUU dan naskah akademik IKN. Menyangkut anggaran,
pemerintah akan membebankan 99 persen pembiayaan pembangunan IKN
pada dana swasta, meskipun sebelumnya Bappenas menyatakan proyek

12
Ibid. hlm. 28.
13
Mahfud MD Bicara Ibu Kota Baru Indonesia : metrotvnews : https://youtu.be/HgLwHoiUqFE
12

pembangunan IKN akan menelan biaya hingga Rp466,98 triliun dengan


pembiayaan menggunakan skema APBN Rp91,29 triliun; KPBU Rp252,46
triliun; dan pihak swasta Rp123,23 triliun (https://www.kompas.id/ , 4 April
2021). Terkait lingkungan, Kepala Bappenas menyampaikan bahwa aspek
lingkungan juga merupakan elemen utama dalam pembangunan IKN
(https://www.jawapos.com/ , 5 April 2021). Terakhir, Kepala Bappenas
menyampaikan bahwa kesuksesan menghadapi pandemi Covid-19 menjadi
salah satu prasyarat yang harus dipenuhi agar pembangunan IKN dapat
terlaksana (https://www.antaranews.com/ , 7 April 2021).
Jika dilihat dari proses formulasi kebijakan IKN yang terjadi, dapat
dikatakan bahwa masih terdapat persoalan dalam proses formulasi yang dapat
menghambat implementasi IKN nantinya. Kekhawatiran berbagai pihak
dijawab dengan jawaban yang tidak konsisten oleh pemerintah. Hal ini justru
dapat menimbulkan pandangan negatif terhadap rencana pemindahan IKN.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Ibu Kota Negara DKI Jakarta sebagai simbol kewibawaan negara dan
jati diri bangsa saat ini dan masa depan dapat dianggap sudah kurang layak
untuk dipertahankan, karena sebagai pemusatan kekuasaan dan pemusatan
ekonomi, Jakarta memiliki beban yang cukup berat dengan multi fungsi yang
di embannya sehingga menimbulkan beberapa kondisi kurang baik yang terus
terjadi, seperti: pencemaran, masalah banjir yang sulit diselesaikan setiap
tahunnya, penduduk sangat padat, tata ruang tidak tersusun rapi, kemacetan
lalu lintas, rawan konflik kepentingan, rawan kekerasan dan kejahatan
(kriminalitas), sanitasi lingkungan kurang memadai, kemudian karena sebagai
pemusatan ekonomi dan kekuasaan banyak menimbulkan KKN, dapat
beresiko tinggi dalam kondisi kritis (perang, ibu kota menjadi sasaran untuk
diserang).
Dilihat dari rencana kegiatan pemerintah yang sudah dilakukan terkait
pemindahan IKN, tampaknya sulit untuk membendung pembahasan RUU
IKN. Namun, agar implementasi kebijakan nantinya berjalan dengan baik,
sepanjang tahapan formulasi belum selesai, pemerintah menghentikan segala
aktivitas yang masuk dalam kategori pelaksanaan, seperti kegiatan pengadaan
lahan. Dalam perspektif kebijakan publik, proses formulasi sejak agenda
setting hingga solusi yang dipilih, lebih menekankan pada proses searah dari
pemerintah. Bahkan, sebelum kebijakan ditetapkan secara formal melalui
penetapan undang-undang, pemerintah telah mengambil berbagai langkah
yang mengesankan bahwa persetujuan sudah diperoleh dari lembaga legislatif.
Proses semacam ini dikhawatirkan akan dapat menimbulkan persoalan di tahap
pelaksanaannya (implementasi). Bahkan, apabila proses politik di DPR RI
belum selesai, masa jabatan Presiden berakhir, bisa saja terjadi pembahasan
berhenti. Sementara, sudah banyak sumber daya yang dihabiskan dalam
prosesnya selama ini.

13
14

1.2. Saran
Untuk Pemeritah mungkin dapat mengubah pola penyusunan kebijakan
terkait Ibu Kota Negara (IKN) dengan memberikan ruang sebesar-besarnya
bagi berbagai pihak (baik di masyarakat maupun di kalangan politik). Bisa
dimulai dari DPR RI sebagai lembaga aspirasi masyarakat untuk mengambil
sikap dengan membuka ruang diskusi mengenai IKN baru.
Untuk masyarakat, dapat ikut serta (berpartisipasi aktif kaitannya dengan
rencana pemindahan Ibu Kota NKRI). Dukung pilihan yang dirasa lebih
menghasilkan dampak positif atau bermanfaat untuk negara dan masyarakat di
masa mendatang. Jika tidak sependapat dengan pemerintah kaitannya dengan
rencana pemindahan ibu kota negara, hendaknya berikan solusi dan pendapat
yang logis, tidak melebih-lebihkan, nyata/ada bukti/dapat di pertanggung-
jawabkan bukan membesarkan isu yang salah/negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas R.N dan Rahayu S. 2014. Kajian Pemahaman Masyarakat Terhadap


Banjir di Kelurahan Ulujami, Jakarta. Teknik PWK (Perencanaan
Wilayah Kota). Vol. 3, No. 2. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/
pwk/article/view/5068 . Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul 16.22
WIB.

Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran. Yogyakarta: Ideas.


https://books.google.co.id/books?id=Ze14AAAACAAJ&dq=Baiquni+
M.+Membangun+Pusat-pusat+di+Pinggiran.+Yogyakarta:+Ideas,+200
4&hl=jv&sa=X&redir_esc=y . Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul
16.07 WIB.

Hadi, F. 2020. Kewenangan Presiden Republik Indonesia Terkait Pemindahan Ibu


Kota RI. Tesis Program Studi Magister Fakultas Hukum Universitas
Airlangga, Surabaya. http://repository.unair.ac.id/97292/4/BAB%20I%
20PENDAHULUAN%20.pdf . Diakses pada Sabtu, 26 Juni 2021, pukul
15.26 WIB.

Katharina, R. 2021. Keberlanjutan Pemindahan Ibu Kota Negara Bari pada Masa
Pandemi. Jurnal Politik. Vol. XIII. No.7. http://berkas.dpr.go.id/puslit/
files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-7-I-P3DI-April-2021-176.pdf.
Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul 20.05 WIB.

Kutoyo, S. 1997. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pen-


didikan dan Kebudayan RI. https://books.google.co.id/books?id=2kOo
CgAAQBAJ&pg=PA338&dq=pemindahan+ibu+kota+ke+yogyakarta&
hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwj95oDVvsTxAhVHfX0KHSdoCZIQ6AE
wBnoECAkQAg#v=onepage&q=pemindahan%20ibu%20kota%20ke%
20yogyakarta&f=false . Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul 20.18
WIB.

KBBI. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/polemik . Diakses pada Sabtu, 26 Juni


2021, pukul 16.04 WIB.

15
16

Mahfud MD Bicara Ibu Kota Baru Indonesia : metrotvnews : https://youtu.be


/HgLwHoiUqFE . Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul 21.19 WIB.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020. https://peraturan.bpk.go.id/Home/De


tails/131386/per pres-no-18-tahun-2020. Diakses pada Sabtu, 26 Juni
2021, pukul 09.07 WIB.

Purwanto, A. (Kompas: Minggu, 4 April 2021, 12.00.55 WIB). https://kompaspedia


.kompas.id/baca/paparan-topik/ibu-kota-baru-indonesia-kilas-balik-regu
lasi-tahapan-persiapan-pembiayaan-dan-dampak-ekonomi. Diakses pa-
da Sabtu, 26 Juni 2021, pukul 09.21 WIB.

Surat Kabar : https://www.antaranews.com/, https://www.jawapos.com/,


https://tirto.id/, https://www.kompas.id/ , https://nasional.kompas.com/ .

Yahya, M. 2018. Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat. Vol.14. No.1. https://e-journal.iain-palangka
raya.ac.id/index.php/jsam/article/viewFile/779/812. Diakses pada Jumat,
25 Juni 2021, pukul 20.27 WIB.

Anda mungkin juga menyukai