Disusun oleh:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI dan Polemik yang Terjadi Kaitannya dengan
RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Zaki
Mubarrak, S.H., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah “Hukum Tata Negara”
sekaligus guru pembimbing dalam tugas pembuatan makalah ini yang
alhamdulillah saya diberikan kelancaran dalam penyusunannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Tata Negara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membantu
pembaca dalam memahami pengetahuan dengan lebih terkait pemindahan ibu kota
baru NKRI dan polemik yang terjadi kaitannya dengan RUU IKN dalam Prolegnas
Prioritas Tahun 2021.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan hukum pembaca. Aamiin.
Penyusun
Anisah Karim
ii
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………….……..…… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI …………………………………………...………………..…… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………..…………….. 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………... 3
1.3. Tujuan …………………………………...……………..…………… 3
BAB II DASAR HUKUM
2.1. Sejarah Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI …………...……….…… 4
2.2. Peraturan Perundang-undangan terkait Pemindahan Ibu Kota
Negara (IKN) …………………………………………….………… 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Jakarta Saat Ini dan Dampak yang Dapat Terjadi Dilihat
Dari Kondisinya ……………………………………………………. 7
3.2. Polemik Dalam Rencana Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI Kai-
tannya dengan RUU IKN Dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021 … 9
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ……………………………………………….………… 13
4.2. Saran ………………………………………………………...……… 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………...………………… 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
M Yahya, “Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera”, Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat, Vol.14, No.1, Juni, 2018, hlm. 25.
1
2
Adanya RUU tentang Ibu Kota Negara yang dimuat dalam Prolegnas
Prioritas Tahun 2021 memunculkan kembali polemik terkait pemindahan ibu
kota negara. Jika sebelumnya isu yang dilontarkan para penentang kebijakan
ini adalah isu regulasi, anggaran, dan lingkungan, maka isu saat ini berubah
menjadi pandemi Covid-19. Pemerintah diminta untuk fokus memikirkan
penanganan pandemi Covid-19 daripada memindahkan ibu kota negara.
Tiga fraksi dari sembilan fraksi di DPR RI, yakni Fraksi PKS, Fraksi
Partai Demokrat, dan Fraksi PAN mengritik rencana pembahasan RUU di
tengah pandemi. Fraksi Demokrat berpendapat bahwa pembangunan ibu kota
negara harus ditunda karena menyedot anggaran yang besar, Pemerintah
seharusnya fokus menggunakan anggaran untuk penanganan Covid-19.
Namun, pemerintah melalui Kepala Bappenas menjawab bahwa anggaran
pemindahan ibu kota 99 persen berasal dari swasta. Sebelumnya pemerintah
menyatakan bahwa pembiayaan pembangunan ibu kota negara menggunakan
skema APBN, Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan melalui
pihak swasta. Pemerintah berpendapat bahwa pembangunan ibu kota negara
dapat menjadi penggerak ekonomi dan bermanfaat memulihkan ekonomi
warga yang anjlok akibat pandemic Covid-19. Bertentangan dengan pendapat
itu, peneliti INDEF menilai bahwa proyek pembangunan ibu kota negara tidak
terlalu mendesak (urgent). Pemulihan ekonomi dapat dilakukan melalui
pemerataan ekonomi di berbagai daerah, tidak harus dengan memindahkan ibu
kota negara. 2
DPR RI dan pemerintah telah menetapkan RUU tentang Ibu Kota
Negara sebagai prioritas RUU tahun 2021, sementara masih banyak pihak yang
menentang menjadikan alasan pandemi Covid-19 sebagai alasan untuk
menunda pembahasan RUU Ibu Kota Negara. Pemindahan ibu kota negara
bukanlah hal yang sederhana, perlu dipertimbangkan dengan matang. Dalam
hal ini penyusunan kebijakan pemindahan ibu kota negara dalam perspektif
kebijakan publik sangatlah penting.
2
Riris Katharina, “Keberlanjutan Pemindahan Ibu Kota Negara Baru pada Masa Pandemi”, Jurnal
Politik, Vol. XIII, No.7, April, 2021, hlm. 25.
3
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui alasan dibalik rencana pemindahan Ibu Kota dengan
melihat kondisi Jakarta saat ini dan dampak yang dapat terjadi kedepannya
apabila tidak dilakukan pemindahan Ibu Kota
b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca terkait polemik
yang terjadi dalam rencana pemindahan ibu kota baru NKRI kaitannya
dengan RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021 (di tengah
Pandemi Covid-19).
BAB II
DASAR HUKUM
3
Sutrisno Kutoyo, 1997, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan
Kebudayan RI, Jakarta, hlm. 338.
4
Fikri Hadi, “Kewenangan Presiden Republik Indonesia Terkait Pemindahan Ibu Kota RI”, Journal
Political Science, September, 2020, hlm. 2.
4
5
5
Antonius Purwanto (Kompas: Minggu, 4 April 2021, 12.00.55 WIB), https://kompaspedia.kom
pas.id/baca/paparan-topik/ibu-kota-baru-indonesia-kilas-balik-regulasi-tahapan-persiapan-pembi
ayaan-dan-dampak-ekonomi .
6
Samarinda; (4) infrastruktur yang relatif lengkap; (5) tersedia lahan 180 ribu hektare
yang dikuasai pemerintah. 6
6
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 26.
7
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/131386/per
pres-no-18-tahun-2020 .
8
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 27.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Jakarta Saat Ini dan Dampak yang Dapat Terjadi Dilihat Dari
Kondisinya
Dilihat dari sejarahnya, kota Jakarta berawal dari pekan pelabuhan kecil
yang dikenal sebagai Sunda Kelapa, kemudian dikenal menjadi Kota Batavia.
Seorang pengembara Inggris terkenal yaitu Kapten James Cook menyebutkan
pelabuhan tersebut merupakan kawasan labuhan kapal besar dan kecil terbaik
di dunia saat itu. Kota yang telah berumur hampir 500 tahun tersebut secara
bertahap telah mengalami banyak perkembangan yang positif, namun sering
kali terlanda banjir. Menurut catatan sejarah, akibat meluapnya Sungai
Ciliwung pada tahun 1872 mengakibatkan jebolnya pintu air sehingga
merendam kawasan Batavia. Peristiwa yang sama pernah terjadi pada 9
Januari 1932, akibat hujan yang turun deras sepanjang malam menyebabkan
hamper seluruh wilayah kota Batavia terendam banjir. Salah satu upaya
penanggulangan banjir Jakarta sebenarnya telah direncanakan sejak masa
pemerintahan Belanda tahun 1920 oleh seorang insiyur Belanda bernama Van
Breen yang saat itu memimpin pembangunan sejumlah pintu air dan saluran
(banjir kanal), untuk mengakomodasi datangnya air.
Masalah banjir di Jakarta memang sulit untuk diatasi tanpa ada suatu
usaha menyeluruh dan terpadu. Amblesan tanah akibat penurapan air tanah
yang berlebih menjadi salah satu penyebab daerah menjadi sasaran banjir.
Secara alami Jakarta memang rawan terhadap banjir, karena terletak pada kipas
alluvial yang berkembang dari Selatan (Bogor) dan dialiri oleh 13 sungai
dengan daerah hulunya bercurah hujan tinggi, yang sebagian lahannya telah
terbangun. Faktor alami lainnya adalah di bagian Utara terdapat beting gisik
(beach ridges) yang dapat menghambat aliran ke laut Teluk Jakarta.
Sebenarnya pada beting gisik sudah terdapat cekungan antar beting yang dapat
berfungsi sebagai penampung air, namun itupun sudah terbangun pemukiman.
Demikian juga sebagian besar situ-situ yang berfungsi sebagai penampung dan
pengendali air hujan lokalpun sudah menjadi lahan pemukiman.
7
8
Hampir setiap tahun terjadi banjir yang besarnya bervariasi. Banjir yang
terjadi tahun 2007 merupakan yang terbesar, hampir mencakup 70% wilayah
Jakarta. Akibat banjir 2007 tersebut menimbulkan pemikiran atau gagasan
untuk memindahkan Ibu Kota Jakarta. Banjir dijadikan salah satu pemicu ide
untuk memindahkan ibu kota. Gagasan untuk memindahkan ibu kota negara
telah mengemuka dalam berbagai kesempatan antara lain tanggal 20 Mei 1988
ketika gerakan reformasi. Waktu itu kondisi Jakarta sangat mengkhawatirkan
sehingga muncul gagasan spontan, agar Yogya untuk menerima kembali
fungsi ibu kota pemerintahan. Pemikiran untuk memindahkan ibu kota negara
juga datang dari Ketua DPR Agung Laksono dengan argumentasi sedikit
berbeda, dan menyatakan bahwa Jakarta sudah saatnya kantor presiden yang
menjadi pusat pengendali pemerintahan dipindahkan ke tempat yang lebih
kondusif. Jakarta saat ini dinilai sudah kelebihan beban, baik secara ekonomi
maupun sosial, sehingga Jakarta mempunyai multi fungsi. Ibu kota negara
yang mempunyai multi fungsi umumnya akan menimbulkan berbagai
dampak.9
Multi fungsi Jakarta merupakan dampak dari sistem pemerintahan
sentralistis (sistem multi fungsi yang memusat di Jakarta). Akibatnya sejumlah
dampak sosial, politik, ekonomi dan ekologi menjadi beban Jakarta, berikut
dampak yang dimaksud: 10
a. Pemerintahan sentralitis yang dikendalikan secara otoriter dan serba
seragam telah mengabaikan kemajemukan sosial budaya masyarakat dan
keseragaman ekosistem wilayah negara kepulauan. Sistem kekuasaan yang
memusat, membuat sistem pemerintahan daerah kehilangan kemandirian
dan fungsi birokrasi tidak dapat berkembang melayani dan memfasilitasi
partisipasi masyarakat, tetapi lebih melayani atasan atau pimpinan elitenya.
b. Kedekatan sumber pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang mengerucut
pada elite dan hampir tanpa kontrol dari rakyat secara konstitusional
9
Ayuningtyas R.N dan Rahayu S., “Kajian Pemahaman Masyarakat Terhadap Banjir di Kelurahan
Ulujami, Jakarta”. Journal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), Vol. 3, No. 2, hlm. 351-
358.
10
Muhammad Baiquni, 2004, Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran, Ideas, Yogyakarta.
9
3.2. Polemik Dalam Rencana Pemindahan Ibu Kota Baru NKRI Kaitannya
dengan RUU IKN Dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021
Menurut KBBI, polemik ialah perdebatan mengenai suatu masalah yang
dikemukakan secara terbuka dalam media massa.
Kebijakan memindahkan ibu kota negara merupakan sebuah kebijakan
publik untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi DKI Jakarta.
Menurut Kay, kebijakan publik memindahkan ibu kota negara membutuhkan
formal otorisasi dalam bentuk undang-undang, tidak hanya sebuah keputusan
pemerintah atau sebuah program kegiatan semat. Untuk keberhasilan
implementasi kebijakan, penting untuk memastikan tahap formulasi kebijakan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, yaitu memperhatikan seluruh suara
para pihak. Tahap formulasi merupakan fase kritis dari sebuah proses
kebijakan. Formulasi kebijakan yang buruk akan menghasilkan kegagalan
dalam implementasi (Sidney dalam Fisher, 2007: 79). Fase formulasi ini terdiri
atas agenda setting (pengenalan masalah); proposal terhadap solusi; dan
pilihan solusi (Kay, 2006: 8-9).11
Polemik yang muncul dalam penyusunan kebijakan publik merupakan
hal yang wajar, karena banyaknya pihak yang terlibat dalam proses
11
Op.Cit., (Riris Katharina), hlm. 27.
10
rehabilitasi hutan dan lahan serta pemulihan ekosistem; pengadaan lahan untuk
akses jalan dan sarana prasarana; perencanaan teknis dan studi kelayakan detail
engineering design (DED) kawasan, dan penyiapan KPBU. Selanjutnya pada
semester II Tahun 2021 akan dilakukan pembangunan sarana prasarana sumber
daya air dan energi; ground breaking pembangunan; pembangunan bangunan
strategis dan sarana prasarana dasar penunjang; dan pembangunan
infrastruktur transportasi.12
Sikap pemerintah ini boleh jadi diambil karena adanya pendapat Mahfud
MD sebagai ahli hukum tata negara yang menyatakan bahwa berdasarkan
hukum tata negara, Presiden memiliki hak dan kewenangan membuat
kebijakan untuk memindahkan IKN. Oleh karena itu, Presiden dapat
mengambil semua tindakan terkait pemindahan IKN, dan undang-undang
dibutuhkan pada saat semuanya sudah siap dipindahkan. 13 Namun, sikap ini
justru akan menimbulkan polemik yang mengganggu implementasi sebuah
kebijakan.
Pembicaraan mengenai IKN vakum selama setahun, seiring dengan
pandemi Covid-19, setelah itu isu mengenai IKN kembali mengemuka setelah
masuknya RUU IKN dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2021. Kalangan DPR
RI yang tidak setuju mengemukakan persoalan situasi pandemi Covid-19
sebagai alasan untuk menunda pembahasan RUU IKN. Anggaran untuk
pembangunan IKN sebaiknya dialokasikan untuk penanganan Covid-19.
Demikian pula pendapat kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa
berbagai manfaat yang diperoleh dari pemindahan IKN dapat ditempuh dengan
cara lain. Pemerintah diminta tetap fokus mengatasi pandemi Covid-19.
Terkait persoalan yang dikemukakan pihak-pihak yang tidak sepakat
untuk membahas RUU IKN dapat dijawab dengan mudah oleh pemerintah.
Terkait regulasi, pemerintah optimistik bulan Mei 2021 sudah akan
mengirimkan draf RUU dan naskah akademik IKN. Menyangkut anggaran,
pemerintah akan membebankan 99 persen pembiayaan pembangunan IKN
pada dana swasta, meskipun sebelumnya Bappenas menyatakan proyek
12
Ibid. hlm. 28.
13
Mahfud MD Bicara Ibu Kota Baru Indonesia : metrotvnews : https://youtu.be/HgLwHoiUqFE
12
4.1. Kesimpulan
Ibu Kota Negara DKI Jakarta sebagai simbol kewibawaan negara dan
jati diri bangsa saat ini dan masa depan dapat dianggap sudah kurang layak
untuk dipertahankan, karena sebagai pemusatan kekuasaan dan pemusatan
ekonomi, Jakarta memiliki beban yang cukup berat dengan multi fungsi yang
di embannya sehingga menimbulkan beberapa kondisi kurang baik yang terus
terjadi, seperti: pencemaran, masalah banjir yang sulit diselesaikan setiap
tahunnya, penduduk sangat padat, tata ruang tidak tersusun rapi, kemacetan
lalu lintas, rawan konflik kepentingan, rawan kekerasan dan kejahatan
(kriminalitas), sanitasi lingkungan kurang memadai, kemudian karena sebagai
pemusatan ekonomi dan kekuasaan banyak menimbulkan KKN, dapat
beresiko tinggi dalam kondisi kritis (perang, ibu kota menjadi sasaran untuk
diserang).
Dilihat dari rencana kegiatan pemerintah yang sudah dilakukan terkait
pemindahan IKN, tampaknya sulit untuk membendung pembahasan RUU
IKN. Namun, agar implementasi kebijakan nantinya berjalan dengan baik,
sepanjang tahapan formulasi belum selesai, pemerintah menghentikan segala
aktivitas yang masuk dalam kategori pelaksanaan, seperti kegiatan pengadaan
lahan. Dalam perspektif kebijakan publik, proses formulasi sejak agenda
setting hingga solusi yang dipilih, lebih menekankan pada proses searah dari
pemerintah. Bahkan, sebelum kebijakan ditetapkan secara formal melalui
penetapan undang-undang, pemerintah telah mengambil berbagai langkah
yang mengesankan bahwa persetujuan sudah diperoleh dari lembaga legislatif.
Proses semacam ini dikhawatirkan akan dapat menimbulkan persoalan di tahap
pelaksanaannya (implementasi). Bahkan, apabila proses politik di DPR RI
belum selesai, masa jabatan Presiden berakhir, bisa saja terjadi pembahasan
berhenti. Sementara, sudah banyak sumber daya yang dihabiskan dalam
prosesnya selama ini.
13
14
1.2. Saran
Untuk Pemeritah mungkin dapat mengubah pola penyusunan kebijakan
terkait Ibu Kota Negara (IKN) dengan memberikan ruang sebesar-besarnya
bagi berbagai pihak (baik di masyarakat maupun di kalangan politik). Bisa
dimulai dari DPR RI sebagai lembaga aspirasi masyarakat untuk mengambil
sikap dengan membuka ruang diskusi mengenai IKN baru.
Untuk masyarakat, dapat ikut serta (berpartisipasi aktif kaitannya dengan
rencana pemindahan Ibu Kota NKRI). Dukung pilihan yang dirasa lebih
menghasilkan dampak positif atau bermanfaat untuk negara dan masyarakat di
masa mendatang. Jika tidak sependapat dengan pemerintah kaitannya dengan
rencana pemindahan ibu kota negara, hendaknya berikan solusi dan pendapat
yang logis, tidak melebih-lebihkan, nyata/ada bukti/dapat di pertanggung-
jawabkan bukan membesarkan isu yang salah/negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Katharina, R. 2021. Keberlanjutan Pemindahan Ibu Kota Negara Bari pada Masa
Pandemi. Jurnal Politik. Vol. XIII. No.7. http://berkas.dpr.go.id/puslit/
files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-7-I-P3DI-April-2021-176.pdf.
Diakses pada Jumat, 25 Juni 2021, pukul 20.05 WIB.
15
16
Yahya, M. 2018. Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat. Vol.14. No.1. https://e-journal.iain-palangka
raya.ac.id/index.php/jsam/article/viewFile/779/812. Diakses pada Jumat,
25 Juni 2021, pukul 20.27 WIB.