Anda di halaman 1dari 16

POLITIK HUKUM PENGESAHAN UNDANG-UNDANG DI MASA PANDEMI

DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH (STUDI TERHADAP UU


NO. 3 TAHUN 2022 TENTANG IKN)

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK
MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA
SATU DALAM HUKUM TATANEGARA

Oleh:
SYAHRUL MUNAWAR
NIM. 19103070059

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
A. Latar Belakang

Ibu kota (a capital; capital city; political capital) merupakan sebuah kota yang

dirancang sebagai pusat pemerintahan suatu negara. Secara fisik, ibu kota negara

umumnya difungsikan sebagai pusat perkantoran dan tempat berkumpul para pimpinan

pemerintahan. Ibu kota berasal dari bahasa Latin caput yang berarti kepala (head)

kemudian dikaitkan dengan kata capitol yang berarti letak bangunan pusat pemerintahan

utama dilakukan. Ibu kota merupakan pusat ekonomi, budaya atau intelektual.1

Ibu kota mempunyai peran yang penting bagi segala aspek kegiatan pemerintahan. Ibu

kota mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pusat kekuasaan politik maupun

perekonomian suatu negara. Tidak hanya itu ibu kota juga mencerminkan sisi kebudayaan

dari negara tersebut yang menunjukkan sebuah karakter unik dan khas dari negara

tersebut.

Pemindahan ibu kota di suatu negara khususnya di Indonesia sangat dimungkinkan.

Karena di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak

diatur secara tegas. Dalam UUD 1945 Bab II Pasal 2 ayat (2) tertulis: “Majelis

Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota

negara.” Dalam konstitusi tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan

bagaimana ibu kota negara diatur. Disini dapat dilihat bahwa terdapat fleksibilitas dalam

mengatur termasuk memindah ibu kota negara. Dalam pemindahan ibu kota negara, tentu

sangat diperlukan alasan yang kuat dan mendasar tentang efektifitas fungsinya.2

Di Indonesia, gagasan wacana untuk memindahkan ibu kota telah lama dan telah

berulangkali muncul. Wacana ini timbul dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan

Jakarta yang sangat kompleks.3

1
H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera (Jurnal Studi Agama dan Masyarakat),
(Universitas Merdeka Malang, 2018), h. 25.
2
Ibid, h. 22.
3
Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemindahan Ibu kota Negara”, (Skripsi S-1 Departemen
1
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2013), h. 2.

2
Pada akhirnya, wacana pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota baru

diresmikan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan disahkannya undang-

undang nomor 3 tahun 2022 tentang Ibu kota Negara yang menetapkan wilayah

pemindahan ibu kota yang baru ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan

sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

Sebagaimana diketahui bahwa produk-produk hukum di Indonesia merupakan produk

politik. Presiden sebagai perwakilan pemerintah yang menjalankan roda pemerintahan

(eksekutif) dan DPR sebagai wakil rakyat yang membidangi Legislasi pasti mempunyai

kepentingan-kepentingan politis yang pada titik-titik tertentu kepentingan-kepentingan

politik tersebut dapat terkonkritisasi dalam peraturan perundang-undangan.

Politik Hukum dapat dijabarkan sebagai kemauan atau kehendak negara terhadap

hukum. Artinya, untuk apa hukum itu diciptakan, apa tujuan penciptaannya dan kemana

arah yang hendak dituju. Politik Hukum adalah kebijakan pemerintah mengenai hukum

mana yang akan dipertahankan, hukum mana yang akan diganti, hukum mana yang akan

direvisi dan hukum mana yang akan dihilangkan. Apabila aroma politis sangat kuat

tercium dalam peraturan perundang-undangan maka yang sangat dikhawatirkan adalah

timbulnya pengkaburan terhadap tujuan dibentuknya hukum itu sendiri yaitu untuk

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum rakyat.

Politik hukum pembentukan undang-undang merupakan kajian yang sangat menarik

karena selama 20 tahun terakhir, lembaga legislatif merupakan institusi kunci (key

institutions) dalam perkembangan politik negara-negara modern.4 Kemudian penyusun

mencoba untuk mengintegrasi dan menginterkoneksikan dengan perspektif maslahah

mursalah dengan tujuan agar mengetahui apakah pengesahan undang-undang terebut

sudah

4
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial
3
Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 1

4
sesuai dan menciptakan kemaslahatan bagi umat serta tidak bertentangan dengan Alquran

dan Sunnah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun terdorong untuk mengkaji lebih lanjut

terhadap proses pembentukan undang-undang yang ditinjau dari segi politik hukumnya.

Penelitian ini difokuskan pada pengesahan undang-undang pada masa pandemi khususnya

undang-undang nomor 3 tahun 2022 yang telah disahkan pada tanggal 15 Februari 2022

sebagai bahan studi kasus penelitian, sehingga peneliti tertarik dan mengangkat judul

yaitu “Politik Hukum Pengesahan Undang-UndaDng Di Masa Pandemi Dalam

Perspektif Maslahah Mursalah (Studi Terhadap Uu No. 3 Tahun 2022 Tentang IKN)”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa rumusan

masalah, diantaranya:

1. Bagaimana Politik Hukum pengesahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022

tentang Ibukota Negara (IKN)?

2. Bagaimana implikasi penerapan Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 tentang

Ibukota Negara (IKN) dalam perspektif Maslahah Mursalah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Upaya untuk mengetahui politik hukum pembentukan undang-undang nomor 3

tahun 2022 tentang Ibukota Negara (IKN)

2. Upaya untuk menjelaskan implikasi penerapan terhadap Undang-Undang No. 3

Tahun 2022 tentang Ibukota Negara (IKN) dalam perspektif Maslahah Mursalah

Manfaat dari penelitian ini adalah:

5
1. Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru dalam bingkai hukum

ketatanegaraan, khususnya dalam konteks wawasan politik hukum pembentukan

peraturan perundang-undangan.

2. Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi terkait implikasi penerapan undang-

undang no 3 tahun 2022 dalam perspektif maslahah mursalah pada masyarakat

luas.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka digunakan untuk menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan

oleh penulis bersifat orisinil dan baru. Peneliti telah berusaha melakukan penelusuran

terhadap berbagai karya ilmiah baik dalam bentuk skripsi, thesis, jurnal dan sebagainya

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapun hasil penelusuran yang didapatkan

oleh peneliti sebagai berikut:

1. “Kebijakan Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia Dalam Perspektif

Fikih Siyasah”, oleh Abdul Jabbar Ridho mahasiswa fakultas syari’ah dan hukum

di UIN Sunan Gunung Jati Bandung. Skripsi ini membahas mengenai analisis

kebijakan pemindahan ibu kota yang lebih difokuskan dengan pendekatan fiqih

siyasah.

2. “Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera”, oleh H. M Yahya, Jurnal

Studi Agama dan Masyarakat Universitas Merdeka Malang. Jurnal ini membahas

wacana untuk memindahkan ibu kota Indonesia yang telah berulang kali muncul

dengan berbagai analisis berbagai pendekatan.

3. “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibu Kota Negara”,

oleh Ecky Agassi mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang Pemindahan

6
ibukota yang didesain dan dieksekusi dengan baik dapat menjadi solusi dalam

mengatasi permasalahan ibukota negara.

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini fokus

dengan sudut pandang politik hukum yang juga di interkoneksikan dengan

pendekatan maslahah mursalah dalam pengesahan Undang-Undang No 3 Tahun

2022 tentang IKN.

E. Kerangka Teori

Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan pengesahan

Undang-Undang Pada Masa Pandemi (Studi Kasus UU No. 3 Tahun 2022 Tentang

IKN). Adapun kerangka teori tersebut tersusun sebagai berikut:

1. Teori Politik Hukum Dalam Pembentukan Undang-Undang

Peraturan perundang-undangan merupakan bagian atau subsistem dari sistem

hukum. Oleh karena itu, membahas mengenai politik peraturan perundang-undangan

pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari membahas politik hukum. Istilah politik

hukum atau politik perundang-undangan didasarkan pada prinsip bahwa hukum

dan/atau peraturan perundang-undangan pada dasarnya merupakan rancangan atau

hasil desain lembaga politik (politic body).5

M. Mahfud MD mengemukakan bahwa politik hukum meliputi: Pertama,

pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaharuan terhadap materi-

materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan. Kedua, pelaksanaan ketentuan

hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para

penegak hukum.6 Sebagai Negara hukum, tentunya Indonesia dalam pembentukan

peraturan perundang-undang tidak dapat terlepas dari politik hukum. Menurut M.

5
HM. Laica Marzuki, Kekuatan Mengikat Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Undang-Undang, Jurnal
Legislasi Vol. 3 Nomor 1, Maret 2006, hlm. 2
6
M. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cet. II (Jakarta: LP3ES, 2001) hlm. 9.

7
Mahfud MD, politik hukum adalah kebijakan resmi (legal policy) negara tentang

hukum yang akan diberlakukan atau tidak akan diberlakukan (pembuat aturan yang

baru atau mencabut aturan yang lama) untuk mencapai tujuan negara.7

2. Teori Maslahah Mursalah

Prof. DR. Rachmat Syafe’i dalam bukunya yang berjudul Ilmu Ushul Fiqh‛

menjelaskan arti maslahah mursalah secara lebih luas, yaitu suatu kemaslahatan yang

tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalnya. Jika terdapat suatu

kejadian yang tidak ada ketentuan syari’at dan tidak ada ‘illat yang keluar dari syara’

yang menentukan kejelasan hukum kejadian tersebut, kemudian ditemukan sesuatu

yang sesuai dengan hukum syara’, yakni suatu ketentuan yang berdasarkan

pemeliharaan kemudharatan atau untuk menyatakan suatu manfaat maka kejadian

tersebut dinamakan maslahah mursalah. Tujuan utama maslahah mursalah adalah

kemaslahatan, yakni memelihara dari kemudharatan dan menjaga kemanfaatannya.8

Menurut ahli ushul fiqh, maslahah al-mursalah ialah kemaslahatan yang telah

disyari’atkan oleh syari’ dalam wujud hukum, di dalam rangka menciptakan

kemaslahatan, di samping tidak terdapatnya dalil yang membenarkan atau

menyalahkan. Karenanya, maslahah al-mursalah itu disebut mutlak lantaran tidak

terdapat dalil yang menyatakan benar dan salah.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, pembentukan hukum berdasarkan

kemaslahatan ini semata-mata dimaksudkan untuk mencari kemaslahatan manusia.

Artinya, dalam rangka mencari sesuatu yang menguntungkan, dan juga menghindari

kemudharatan manusia yang bersifat sangat luas. Maslahat itu merupakan sesuatu

yang berkembang berdasar perkembangan yang selalu ada di setiap lingkungan.

Mengenai

7
Ibid., hlm. 2.
8
8
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 117.

9
pembentukan hukum ini, terkadang tampak menguntungkan pada suatu saat, akan

tetapi pada suatu saat yang lain justru mendatangkan mudharat. Begitu pula pada

suatu lingkungan terkadang menguntungkan pada lingkungan tertentu, tetapi

mudharat pada lingkungan lain.9

F. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya metode untuk melakukan langkah-

langkah sebagai upaya untuk mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data,

mengambil kesimpulan, dan cara memecahkan masalah.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Hukum normatif. Penelitian

hukum normatif adalah penelitian yang mengkaji pelaksanaan implementasi ketentuan

hukum positif (perundangan-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang

telah ditentukan.10

Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan

baku utama, mengenai hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum,

konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem

hukum.11

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif adalah prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dalam menggambarkan atau melukiskan keadaan

yaitu obyek atau subyek penelitian, pada saat sekarang berdasarkan faktor-faktor yang

tampak atau sebagaimana adanya.12

9
Miftahul Arifin, Ushul fiqh Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam (Surabaya: Citra Media, 1997), hlm. 143.
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 53
11
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada, 2006), hlm. 24.
10
12
Suprapto, Metode Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran (Fakultas Ekonomi, Jakarta, 1981), hlm.11.

11
3. Sumber Data

Penulis menggunakan sumber data dari tiga kateori, yaitu sumber data primer,

sekunder dan bahan non-hukum. Sumber data primer meliputi bahan hukum yang

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Adapun dalam sumber data

sekunder, penulis menggunakan semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupkan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku

teks, kamus- kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar (respon) atas

putusan pengadilan, skripsi, thesis, dll. Adapun dalam bahan non-hukum, dapat

berupa buku- buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan

atau laporan- laporan penelitian non hukum sepanjang semua itu memiliki relevansi

dengan topik penelitian.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Aprroach)

Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan

yang bersangkut paut dengan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia

yaitu Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 Tentang IKN

b. Konseptual (Conceptual Aprroach)

Dalam pendekatan ini peneliti beranjak dari pandangan-pandangan dan

doktrin- doktrin dalam ilmu hukum ketatanegaraan dan pandangan-pandangan dan

doktrin- doktrin ketatanegaraan Islam terutama pada konsep maslahah mursalah

dan fiqih siyasah dalam pengambilan kebijakan seorang pemimpin. Dengan

pemahaman terhadap doktrin-doktrin tersebut peneliti akan mampu membangun

argumentasi dalam memecahkan permasalahan yang sedang ditangani.

12
c. Pendekatan Historis

Pendekatan ini dilakukan untuk peneliti membuat rekonstruksi masa lampau

dengan mengumpulkan, memverifikasi, dan menganalisis serta menyintesiskan

bukti atau fakta yang ada dengan teliti sehingga mendapatkan gambaran yang

tepat pada masa lampau.13

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

Studi pustaka (library research) yaitu mencari bahan-bahan kajian di perpustakaan

untuk menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Teknik ini dilakukan

dengan cara mempelajari buku atau bahan bacaan lainnya yang berhubungan atau

terkait dengan judul, penelitian ini guna untuk mendapatkan petunjuk yang

mendukung penelitian.

6. Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun

secara sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu

dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif,

sehingga dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis dan mengolah data.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan di dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang saling

berkaitan dan disusun secara sistematis. Adapun penjelasan dari masing-masing bab

adalah sebagai berikut:

13
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014), h.
328

13
Bab I berisi pendahuluan, meliputi latar belakang penulis mengangkat tema

ini; rumusan masalah yang menjadi batasan permasalahan yang akan dijawab oleh

peneliti, telaah pustaka sebagai acuan untuk membedakan penelitian sebelumnya

dengan penelitian ini dalam kajian yang serupa; kerangka teori berisikan model

konseptual sebagai acuan dalam penelitian ini; dan diakhiri metode penelitian serta

sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teoritis dan Konsep, bab ini menjelaskan mengenai definisi

politik hukum, konsep maslahah mursalah dalam Islam, konsep serta proses

penyususunan undang-undang di Indonesia.

Bab III Politik Hukum Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia, pada

bab ini penulis menyajikan bahasan tentang kebijakan pemerintah dalam pemindahan

Ibu Kota Jakarta, latar belakang pengesahan undang-undang pemindahan Ibu Kota

Negara Republik Indonesia, urgensi pemindahan Ibu Kota Negara Republik

Indonesia, serta gagasan dan polemik pemindahan Ibu Kota Jakarta.

Bab IV Analisis Kebijakan Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia

Perspektif Maslahah Mursalah. Pada bab ini berisi implikasi penerapan undang-

undang No. 3 Tahun 2022 tentang IKN Ibu dengan analisis Perspektif Maslahah

Mursalah terhadap negara dan masyarat secara luas.

Bab V Penutup, pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran terhadap penelitian ini.

14
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Skripsi:
Ecky Agassi, Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemindahan Ibu kota Negara,
Skripsi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2013

Jurnal:

HM. Laica Marzuki, Kekuatan Mengikat Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Undang-
Undang, Jurnal Legislasi, Vol. 3 Nomor 1, 2006

H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera, Jurnal, Studi Agama dan
Masyarakat), (Universitas Merdeka Malang, 2018)

Buku:

Arifin, Miftahul, Ushul fiqh Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam, Surabaya: Citra Media,
1997

Isra, Saldi, Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam
Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
M. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cet. II, Jakarta: LP3ES, 2001

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada, 2006

Suprapto, Metode Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran, Jakarta: Fakultas Ekonomi, 1981

Syafe’i Rachmat, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media Group, 2010

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Jakarta:
Kencana, 2014

15

Anda mungkin juga menyukai