Anda di halaman 1dari 25

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER PROGRAM STUDI MAGISTER

HUKUM PROGAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEMARANG


2023

DOSEN PENGAMPU : DR.H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H.

NAMA : RAGIL WAHYUNINGSIH, S.H


NIM : A.312.1521.076

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


PROGAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEMARANG
2023

i
POLITISASI PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
RENCANA USULAN PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN TESIS

Pada Progam Studi Ilmu Hukum


Universitas Semarang

Disusun Oleh:
Ragil Wahyuningsih, S.H
NIM : A.312.1521.076

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


PROGAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEMARANG

2023

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, maka negara

berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan

secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional

yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.1

Hukum adalah seperangkat peraturan tingkah laku yang berisi

perintah/anjuran, larangan, dan ada sanksi (upaya pemaksa) bagi para

pelanggarnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hukum bagi masyarakat

Indonesia di masa ini dan masa yang akan datang dalam rangka membangun

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945

yang mempunyai tujuan negara yang berorientasi pada konsep negara

kesejahteraan dengan sendirinya hukumnya akan mengarah pada

pencapaian tujuan hukum tersebut.

Hukum merupakan ranah yang nyata yang melihat sesuatu itu

berdasarkan norma hukum yang mempunyai sifat pemaksaan. Hukum adalah

wilayah “hitam putih” yang salah harus dihukum, yang benar harus

dibebaskan bahkan mendapat penghargaan (rewards). Sedangkan politik

adalah ranah “kepentingan” sebagai corestone nya, “politic is a goal


1
Konsiderans huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.

1
attainment” politik adalah alat untuk mencapai tujuan. Politik menggunakan

segala cara untuk mencapai tujuan, tak peduli legal atau illegal sepanjang

cara itu bisa mewujudkan tujuannya maka cara itulah yang ditempuh. Yang

menarik justru antara kedua topik yang berbeda itu ternyata mempunyai sifat

yang saling mempengaruhi. Pada tataran realitas kedua topik tersebut

kadang-kadang menunjukkan bahwa hukum dapat mempengaruhi politik atau

sebaliknya politik dapat mempengaruhi hukum.

Penegakan hukum yang professional, objektif, proporsional dengan

berbasis pada nilai-nilai keadilan, kebenaran, kejujuran, kepastian dan

kemanfaatan hukum seharusnya menjadi pegangan pemerintah dan seluruh

aparatur penegakan hukum. Salah satu amanah reformasi 1998 adalah

menjadikan hukum sebagai panglima dalam pengelolaan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Hal ini sejalan dengan komitmen para pendiri

bangsa dan negara ini (the Founding Fathers) yang meletakkan fondasi dasar

negara hukum (rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (machtstaat).2

Meminjam istilah negara hukum oleh A.V.Dicey “The Rule of Law”

meliputi tiga cakupan yaitu Supremacy of Law, Equality before the Law, Due

Process of Law. Untuk membuktikan apakah komitmen negara hukum masih

dijunjung tinggi atau tidak, salah satu indikatornya adalah bagaimana

pelaksanaan penegakan hukum (law enforcement) dalam praktiknya

Tanpa mengedepankan nilai-nilai dasar hukum dimaksud, negara

hanya “apologis semata”. Penegakan hukum sejatinya harus dilaksanakan

2
https://waspada.id/headlines/politisasi-penegakan-hukum/ di akses pada tanggal 1 agustus 2023 pukul 11.17 PM

2
objektif, professional, proporsional dengan tetap mengacu nilai dasar hukum.

Yaitu rasa keadilan, kebenaran, kejujuran, kepastian dan kemanfaatannya.3

Fakta politik yang didasarkan atas komposisi perolehan suara ini dapat

menjadi suatu isyarat dan sekaligus menjelaskan, terpilihnya Gus Dur

sebagai presiden merupakan bentuk dari suatu kompromi politik. Sehingga,

kekuasaan yang dipegangnya akan sangat bergantung kepada "deal" dan

dukungan koalisi dari para partai politik pemenang pemilu lainnya. Fakta ini

juga bisa memperlihatkan dengan tegas bahwa senyatanya kekuasaan Gus

Dur begitu rentan karena sangat bergantung kepada kemampuannya

mengelola kompromi politik dari partai lain pendukungnya.

Di dalam konteks politik seperti ini, segala kebijakan yang berkaitan

dengan proses penegakan hukum akan sangat ditentukan oleh seberapa

besar kebijakan itu mempunyai implikasi bagi kepentingan politik partai politik

pendukungnya. Itu sebabnya, tidaklah mengherankan bila penyidikan atas

kasus-kasus yang berkaitan dengan kejahatan kemanusian maupun

kejahatan korupsi selalu diletakkan dalam bagian "pertarungan" politik antar

kekuatan politik.

Dari permasalahan yang telah sebutkan, diketahui bahwa engaruh

kebijakan politik di era demokrasi berpengaruh dalam tujuan penegakan

hukum antara lain adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum yang

juga merupakan salah satu asas umum penyelenggaraan negara. mengingat

Politk hukum dijadikan sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan

3
Ibid, https://waspada.id/headlines/politisasi-penegakan-hukum/ di akses pada tanggal 1 agustus 2023 pukul
11.17 PM

3
nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum nasional di

Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis

tentang “POLITISASI PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA” saya

mengangkat judul ini karena di Indonesia pada era sekarang Pemerintah

harus memperhatikan aspirasi masyarakat dalam pelaksanaan

politik karena aspirasi masyarakat berguna untuk mengontrol dan mengawasi

kebijakan pemerintah agar terhindar dari tindakan penyelewengan yang

dapat merugikan masyarakat, maupun bagi pemerintahan untuk mengukur

tinggi atau rendahnya sistem demokrasi. sehingga judul yang penulis ambil

akan menelaah dalam apa saja yang menjadi faktor politasi di Indonesia serta

hambatan yang terjadi apakah sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku

atau tidak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis menarik rumusan

permasalahan sebagai berikut:

a. Apa saja faktor yang menjadi penyebab keberhasilan penegakan

hukum di Indonesia ?

b. Bagaimana pengaruh politik dalam pembentukan hukum di

Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif dari penelitian yang dilakukan :

4
a. Untuk mengetahui faktor penyebab penyebab keberhasilan

penegakan hukum di Indonesia

b. Untuk mengetahui pengaruh politik dalam pembentukan hukum di

Indonesia

2. Tujuan subyektif dari penelitian yang dilakukan :

a. Untuk mendapatkan informasi, data-data ataupun keterangan-keterangan

yang akurat guna menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa yang

diwujudkan dalam bentuk penulisan hukum. Penulisan hukum tersebut

sebagai syarat wajib untuk memperoleh gelar Magister Hukum

Universitas Semarang

D. Manfaat Penelitian

Peneletian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat

teoristis maupun manfaat praktis, yaitu:

a. Manfaat Teoristis

Seacara teoristis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memeberikan kontribusi kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya di Indonesia,

terkait “Politisasi Penegakan Hukum Di Indonesia

b. Manfaat Praktis

5
Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pemikiran baik di dalam praktisi maupun akademis

serta masyarakat luas terkait Politisasi Penegakan Hukum Di Indonesia

E. Kerangka Pemikiran

Politik hukum adalah ”legal policy atau garis (kebijakan) resmi

tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun

dengan penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan Negara

Politik dan hukum adalah dua hal yang mempengaruhi satu sama lain. Dalam

proses pembentukan aturan hukum oleh lembaga-lembaga politik, peran

kekuatan politik yang duduk di lembaga-lembaga politik sangat menentukan.

Hukum dan politik adalah berbicara bagaimana hukum bekerja dalam sebuah

situasi politik tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah hukum sebagai

perwujudan dari nilai-nilai yang berkembang dan nilai-nilai yang dimaksud

adalah keadilan. Dengan demikian idealnya hukum dibuat dengan

mempertimbangkan adanya kepentingan untuk mewujudkan nilai-nilai

keadilan tersebut Dengan ciri-ciri mengandung perintah dan larangan,

menuntut kepatuhan dan adanya sangsi, maka hukum yang berjalan akan

menciptakan ketertiban dan keadilan di masyarakat. Hukum sebagai salah

satu kaidah yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa negara adalah

sebuah produk dari kegiatan politik,

Perdebatan mengenai hubungan hukum dan politik memiliki akar

sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi kalangan penganut aliran

6
positivisme hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk

politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda dzatang dari

kalangan aliran sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari

dogmatika hukum dan undang-undang semata, akan tetapi dari kenyataan-

kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat dan berpandangan bahwa

hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam masyarakat dan setiap

kelompok menciptakan hukum yang hidup.4

Walaupun kemudian proses hukum yang dimaksud tersebut di atas

tidak diidentikan dengan maksud pembentukan hukum, namun dalam

prateknya seringkali proses dan dinamika pembentukan hukum mengalami

hal yang sama, yakni konsepsi dan struktur kekuasaan politiklah yang berlaku

di tengah masyarakat yang sangat menentukan terbentuknya suatu produk

hukum. Maka untuk memahami hubungan antara politik dan hukum di negara

mana pun, perlu dipelajari latar belakang kebudayaan, ekonomi, kekuatan

politik di dalam masyarakat, keadaan lembaga negara, dan struktur

sosialnya, selain institusi hukumnya sendiri. Pengertian hukum yang

memadai seharusnya tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu

perangkat kaidah dan azas-azas yang Indonesia masa kini, banyak

masyarakat yang tidak percaya terhadap lembaga dan penegakan hukum

karena di sebabkan persoalan-persoalan hukum yang tidak kunjung efektif

dalam penanganannya.

F. Kerangka Pemikiran

4
Abdul salam, Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,Jurnal Pemikiran Hukum Islam Mazahib,
Vol. XIV, No. 2 (Desember 2015)

7
1. Kerangka konseptual

Merupakan konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan konsep-

konsep yang terkandug dalam judul penelitian yang dijabarkan kedalam

permasalahan dan tujuan

a) Kerangka Konseptual

DAS SOLEN DAS SEIN

8
 Pasal 222 Undang-undang Nomor 7  Korupsi
Tahun 2017 tentang Pemilu tentang
ambang batas parlemen  Degredasi
 Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-  Keroposnya Paradigma
XI/2013 dan Pasal 6A Ayat (2) UUD
1945 bahwa setiap partai politil peserta Penegakkan Hukum
pemilu  kegagalan pemerintah untuk
 Pasal 28D ayat (1) UUD 1945,
mengatakan “setiap orang berhak atas mengambil atau melaksanakan
pengakuan, jaminan, perlindungan dan tindakan hukum kepada pelaku.
kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hada- pan  kasus pelanggaran HAM berat
hukum”. Hal ini lebih menegaskan
secara non yuridisial
secara implementatif dari pasal 27
ayat (1) UUD 1945  penyimpangan yang cukup
 Undang-Undang Dasar Negara
dominan
Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945.

Apa saja faktor yang menjadi penyebab Bagaimana pengaruh politik dalam
keberhasilan penegakan hukum di pembentukan hukum di Indonesia
Indonesia

Untuk mengetahui faktor yang menjadi Untuk mengetahui pengaruh politik dalam
penyebab keberhasilan penegakan hukum pembentukan hukum di Indonesia
di Indonesia

Teori
Teori kepastian Hukum
Teori perlindungan hukum

Simpulan

2. Kerangka Teoritik
Rekomendasi
1. Teori Kepatian Hukum Kelsen

9
Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma

adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das

sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus

dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif.

Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi

pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam

hubungan dengan sesamaindividu maupun dalam hubungannya dengan

masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam

membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu

dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.5

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan

dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir)

dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan

norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas,

tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan

keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual

mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil

bukan sekedar hukum yang buruk.

2. Teori Perlindungan Hukum

5
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158

10
Pengertian hukum menurut J.C.T Simorangkir yang dikutip oleh

C.S.T Kansil, “Hukum adalah peraturan yang memaksa yang mengatur

tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, dilaksanakan oleh

lembaga negara yang berwenang, pelanggaran terhadap peraturan

tersebut bermuara pada penerapan tindakan yaitu dengan hukuman

tertentu”.6

Menurut Kamus Hukum, hukum diartikan sebagai “peraturan-

peraturan wajib yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

sosial, yang dibuat oleh lembaga-lembaga negara yang berwenang,

pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut akan ditangani.

Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang utama

karena didasarkan pada pandangan bahwa hukum merupakan sarana

yang dengannya kepentingan dan hak konsumen dapat diperhatikan

secara menyeluruh. Lebih jauh lagi, undang-undang telah secara resmi

mengakui kekuatan koersif dalam negara, sehingga dapat dilaksanakan

untuk selama-lamanya. Berbeda dengan perlindungan kelembagaan

lainnya, seperti perlindungan ekonomi atau politik, yang bersifat

sementara atau sementara.7

Perlindungan hukum merupakan konsep universal dari negara

hukum. Pada dasarnya perlindungan hukum mencakup dua bentuk, yaitu

perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif, yaitu:

6
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet Ke-8, Balai Pustaka, Jakarta,
2018, hlm. 38.
7
Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas Lampung,
Bandar Lampung, 2017, hlm. 30

11
Perlindungan hukum merupakan prinsip dasar negara hukum dan

dapat dikategorikan menjadi dua jenis: preventif dan represif.

Perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah pelanggaran

dengan menetapkan aturan dan menetapkan batasan tindakan

pemerintah. Perlindungan hukum represif, di sisi lain, berfokus pada

penyelesaian sengketa dan penjatuhan sanksi atas pelanggaran yang

telah terjadi

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

12
Adapun kegiatan penelitian ini didasari rasa keingintahuan seseorang

yang kemudian disebut sebagai peneliti dalam menjalankan kegiatan

penelitiannya. Penelitian merupakan bentuk ungkapan dari rasa ingin tahu

yang dilakukan dalam bentuk atau kegiatan penelitian secara ilmiah.

Penelitian ini dilakukan dengan sebuah rasa percaya akan objek yang

menjadi penelitian akan diteliti dengan mencari tahu sebab akibat yang

timbul atau terjadi pada objek penelitian.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipakai adalah yuridis normatif yang artinya

pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah pendekatan teori-teori,

konsep-konsep, mengkaji peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan dengan penelitian ini atau pendekatan perundang-undangan.

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum

sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud

adalah mengenai asasasas, norma, kaidah dari peraturan perundangan,

perjanjian serta doktrin (ajaran). Penelitian normatif ini adalah penelitian

terhadap sistematika hukum, yaitu penelitian yang tujuan pokoknya adalah

untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian atau dasar

dalam hukum.8 Dalam penelitian ini dipergunakan karena peneliti ingin

mengkaji segala sesuatu yang berhubungan dengan Politisasi Penegakan

Hukum Di Indonesia

3. Spesifikasi Penelitian

8
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016) halaman 93

13
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek

pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang telah

dirumuskan.9 Penelitian deskriptif analistis berfungsi untuk mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap Politisasi Penegakan Hukum Di Indonesia

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan data sekunder atau studi kepustakaan, yang artinya

teknikpengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data

yang terdapat dalam buku- buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan,

laporan-laporan serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan objek yang diteliti. Adapun data sekunder yang digunakan meliputi:

a. Bahan Hukum Primer

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu tentang

ambang batas parlemen

2. Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 UUD 1945 bahwa

setiap partai politil peserta pemilu

3. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder diambil dari literatur, pendapat para

sarjana hukum, buku-buku dan makalah-makalah, serta jurnal-


9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press,2015), halaman 53.

14
jurnal yang relevan dengan judul ataupun penelitian terdahulu yang

relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier diambil dari bahan-bahan yang

membantu dari bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus

dan Ensiklopedia hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan penggunaan data primer dan data sekunder dalam

penelitian ini, maka pengumpulan data akan dilakukan dengan cara

mengumpul, menguji, dan mengolah secara sistematisbahan-bahan

kepustakaan serta dokumen dokumen yang berkaitan dengan Data

sekunder baik yang menyangkut bahan hukum primer, sekunder dan tersier

diperoleh dari bahan pustaka, dengan memperhatikan prinsip pemuktarian

dan rekavensi. Data tersebut disusun secara sistematis. Dalam penelitian ini

menggunakan studi kepustakaan. ( Data sekunder)

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat

ditafsirkan.10Bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara

normatif kualitatif, yaitu dengan cara menjabarkan dan membahas data hasil

penelitian yang diperoleh secara sistematis dengan didasarkan pada norma-

norma hukum yang relevan dan pokokpokok persoalan yang diteliti

10
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, CV Pustaka Setia, Bandung, 2019. hlm. 102

15
H. Keaslian Penelitian

Tabel 2.Keaslian Penelitian


NO Nama Penulis dan Judul tesis dan Materi Perbedaan Penelitian
Asal pengguruan Tahun Penelitian
tinggi
P.Terdahulu P.Sekarang

16
1. Anita Anita, Politik Hukum Mengumpulka  P.terdahulu  Tidak
universitas Dalam n Bahan Tidak menggun
Indonesia Penegakan Hukum Dan menggunakan akan
Hukum Di Bahan Non Teknik Teknik
Indonesia, 2022 Hukum, Serta wawancara wawancar
Melakukan  P.terdahulu di a
Telaah Atas Isu Universitas  Menggun
Hukum Yang Indonesia akan data
Diajukan  P.terdahulu di yuridis
Berdasarkan lakukan pada normatif
Bahan-Bahan tahun 2022  Dilakukan
Yang Telah pada
Dikumpulkan tahun
2023
 Dilak
ukan
di
unive
rsitas
sema
rang
2. Inda Sari Penegakan Mengumpulka  Membahas
Palinrungi, Hukum Tindak n Bahan tentang
Universitas Pidana Politik Hukum Dan legislative
Hasanuddin Uang (Money Bahan Non  Dilakukan
Makassar Politic) Pada Hukum, Serta pada tahun
Penyelenggaraan Melakukan 2021
Pemilihan Umum Telaah Atas Isu  Dilakukan di
Anggota Hukum Yang universitas
Legislatif, 2021 Diajukan hasanudin
Berdasarkan makassar
Bahan-Bahan
Yang Telah
Dikumpulkan
3. Rizki Muharlin Politisasi data yang  Penelitian ini
Rayadi,Universitas Birokrasi Pada diperoleh dilakukan di
Bina Widya Pemilihan Umum secara Kabupaten
Pekanbaru Kepala Daerah langsung dari Siak Provinsi
(Studi Mobilisasi informan Riau
Pegawai Negeri dengan  jenis
Sipil Di menggunakan penelitian
Pemerintah teknik digunakan
Daerah wawancara adalah jenis
Kabupaten Siak terbuka penelitian
Tahun 2011) dengan daftar deskriptif
2020 pertanyaan  penelitian

17
yang telah terdahulu
dipersiapkan dilakukan
agar terdapat pada tahun
konsistensi 2020
jawaban dan  dilakukan di
alur pikir serta universitas
kedalaman Bina Widya
informasi yang
diharapkan

I. Tinjauan Pustaka

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi

penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau

berfungsinya normanorma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku

dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk

mewujudkan ide-ide dan konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat

menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang

melibatkan banyak hal.11

Pengertian penegakan hukum pidana dapat diartikan sebagai

penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang

yang mempunyai kepentingan sesuai dengan kewenangannya masing-

masing menurut aturan aturan hukum yang berlaku. Bila dikaitkan dengan

penegakan hukum penistaan terhadap agama, maka saat ini seharusnya

hukum bisa diteggakan Penegakan hukum pidana untuk menanggulangi

11
Dellyana,Shant.2016,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32

18
kejahatan maupun pelanggaran terhadap penistaan agama tersebut jika

dihubungan dengan pendapat Hoefnagels.12

Keberhasilan penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang mempunyai arti yang netral, sehingga dampak negatif atau positifnya

terletak pada isi faktor tersebut. Faktor ini mempunyai hubungan saling

berkaitan dengan eratnya, yang merupakan esensi serta tolak ukur dari

efektivitas penegakan hukum. Ada beberapa faktor terkait yang menentukan

proses penegakan hukum menurut Lawrence M. Friedman yaitu komponen

struktur, substansi, kultur.

Teori penegakkan hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto

tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita

yaitu bahwa faktor-faktor yang menghambat efektifitas penegakan hukum

tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (Hakim,

Jaksa, Polisi dan Penasihat Hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor

sosialisasi hukum yang sering diabaikan

Lembaga penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik

dan sesuai dengan perannya masing-masing yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Dalam menjalankan tugasnya tersebut harus

mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan

masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk oleh anggota

masyarakat

12
Arief, Nawawi Barda. Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Semarang : Makalah
Seminar Kriminologi UI. 2017 Hukum Undip, Hlm. 42

19
J. Jadwal Penelitian

Jadwal dalam penelitian ini dilakukan secara terarah dan tepat waktu seperti

yang direncanakan pada waktu melakukan penelitian. Adapun jadwal

penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Jadwal Penelitian


NO. Kegiatan Bulan

Maret Maret Maret April

1. Penyusunan

Proposal

2. Review Proposal

3. Pengumpulan Data

4. Analisa Data

5. Ujian Tesis

6. Revisi

7. Pengadaan Laporan

k. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan tesis ini, penulis ini penulis

bermaksud memaparkan bentuk sistematika pemabahasan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan : Berisis mengenai alasan memilih judul penelitian pada

bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teoritik dan metode penelitian

20
Bab II Tinjauan Pustaka : Berisi konsep dan teori yang akan dipakai sebagai

pedoman konseptual dan teoritik meliputi Teori Teori penegakkan hukum

Kemudian diuraikan mengenai tinjauan umumnya.

Bab III Hasil dan Pembahasan: Berisi tentang faktor penyebab kesalahan

dalam penulisan faktor yang menjadi penyebab keberhasilan penegakan hukum

di Indonesia dan pengaruh politik dalam pembentukan hukum di Indonesia

Bab IV Penutup : Berisi tentang Kesimpulan dan saran

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arief, Nawawi Barda. Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
Semarang : Makalah Seminar Kriminologi UI. 2017 Hukum Undip, Hlm. 42

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2016) halaman 93

Dellyana,Shant.2016,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, CV Pustaka Setia, Bandung, 2019. hlm.
102

Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158

.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet Ke-8, Balai
Pustaka, Jakarta, 2018, hlm. 38.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press,2015), halaman 53.

Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen.


Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2017, hlm. 30.

Jurnal

Abdul salam, Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,Jurnal


Pemikiran Hukum Islam Mazahib, Vol. XIV, No. 2 (Desember 2015)

Internet

https://waspada.id/headlines/politisasi-penegakan-hukum/ di akses pada tanggal 1


agustus 2023 pukul 11.17 PM

22
Perundang-Undangan

Konsiderans huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu tentang ambang batas parlemen

Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

23

Anda mungkin juga menyukai