Anda di halaman 1dari 95

i

KAJIAN PERLINDUNGAN MEREK PADA PERUSAHAAN


PABRIK ROTI MELALUI HUKUM STUDI KASUS PADA
PRODUK TOKO ROTI VIRGIN CAKE AND BAKERY DI
KOTA SEMARANG

RENCANA USULAN PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk menyelesaikan Progam Pasca Sarjana
Pada Progam Studi Ilmu Hukum
Universitas Semarang

Disusun Oleh:

Albertus Kristiyo Warsono, S.H.


NIM: A.312.1119.012

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS SEMARANG
2021

i
KAJIAN PERLINDUNGAN MEREK PADA PERUSAHAAN
PABRIK ROTI MELALUI HUKUM STUDI KASUS PADA
PRODUK TOKO ROTI VIRGIN CAKE AND BAKERY DI
KOTA SEMARANG

RENCANA USULAN PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN TESIS

Pembimbing I : Dr. Soegiyanto, S.H.M.Kn.


Pembimbing II : Dr. Muhammad Junaidi, SHI, M.H.

Disusun Oleh:

Albertus Kristiyo Warsono, S.H.


NIM : A.312.1119.012

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS SEMARANG
2021

ii
HALAMAN PENGESEHAN TESIS
UJIAN TESIS

Tesis ini diajukan oleh


Nama : ALBERTUS KRISTIYO WARSONO, SH
NIM : A.312.1119.012
Program Studi : Magister Hukum
Judul Tesis : KAJIAN PERLINDUNGAN MEREK PADA
PERUSAHAAN PABRIK ROTI MELALUI HUKUM
STUDI KASUS PADA PRODUK TOKO ROTI VIRGIN
CAKE AND BAKERY DI KOTA SEMARANG

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Hukum pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas
Semarang.

Dewan Penguji

Pembimbing I : Dr. Soegianto, SH, M.Kn, (…...................)

Pembimbing II : Dr. Muhammad Junaidi, SHI, M.H (…...................)

Penguji :. (…...................)
Diteta[lan di : Semarang
Tanggal : 2021

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, ALBERTUS KRISTIYO


WARSONO, S.H, menyatakan bahwa tesis yang diajukan dengan judul
KAJIAN PERLINDUNGAN MEREK PADA PERUSAHAAN PABRIK ROTI
MELALUI HUKUM STUDI KASUS PADA PRODUK TOKO ROTI VIRGIN
CAKE AND BAKERY DI KOTA SEMARANG adalah hasil karya sendiri
dan belum pernah disampaiakan untuk mendapatkan gelar pada Program
Studi Magister Ilmu Hukum ataupun pada program lainnya. Karya ini
adalah milik saya, karena ini pertanggung jawaban sepenuh berada pada
saya.

Semarang, Agustus 2021


Yang membuat pernyataam,

ALBERTUS KRISTIYO WARSONO, S.H

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karuniaNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan yang berjudul “KAJIAN PERLINDUNGAN

MEREK PADA PERUSAHAAN PABRIK ROTI MELALUI HUKUM STUDI

KASUS PADA PRODUK TOKO ROTI VIRGIN CAKE AND BAKERY DI

KOTA SEMARANG’’.Bahwa penulisan tesis ini dimaksud sebagai salah

satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi

Magister Hukum di Universitas Semarang.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu penulisan tesis ini serta semua pihak Civitas Akademis

Universitas Semrang :

1. Bapak Andy Kridasusila, SE, MM, selaku Rektor Universitas

Semarang.

2. Bapak Dr. Drs. Djoko Santoso, M.Si., selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Semarang

3. Bapak Dr. Soegianto, SH, M.Kn, selaku pembimbing I (pertama) yang

telah menuntuk serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Junaidi, SHI, M.H, selaku pembimbing II (dua)

yang telah menuntun serta mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

iii
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Hukum Universitas

Semarang yang telah mengajar penulis. Semua Staf Program

Magister Universitas Semarang, yang telah banyak membantu selama

studi.

6. Keluargaku tercinta, Bapak Ibuku dan adik-adikku yang senantiasa

mendukung selama saya menempuh studi.

Semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat positif bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, kritik serta saran yang bermanfaat

kami harapkan demi perbaikan penulisan tesis ini.

Semarang, Agustus 2021

Penulis

ALBERTUS KRISTIYO WARSONO, SH

iv
CURRICULUM VITAE

1. Nama : ALBERTUS KRISTIYO WARSONO, SH


2. Tempat/ tgl lahir : Kab, Semarang 31 Desember 1964
3. Instansi : KEPOLISIAN (POLRI)
4. Alamat rumah : Cluster Dinar Indah Blok-5B No.11 Rt.005/Rw.026
Kel.Meteseh
Kec.Tembalang Kota Semarang
5. Alamat kantor : Jl. Majapahit No.448, Pedurungan Tengah
Kec.Pedurungan, Kota Semarang awa Tengah
50192
6. Agama : Katholik
7. Pendidikan : Sarjana Hukum
8. Riwayat pekerjaan : Kepolisian (Polri)

v
ABSTRAK

Guna memperoleh perlindungan hukum atas merek, wajib


dilakukan pendaftaran merek sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pasal tersebut
mengharuskan adanya merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek
agar pemilik merek tersebut dapat memperoleh hak eksklusif atas
mereknya. Apabila suatu merek belum terdaftar dalam Daftar Umum
Merek yang dibuktikan dengan adanya sertifikat merek, maka akan sulit
memperoleh perlindungan hukum atas suatu merek. Tujuan dari
penyusunan tesis ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
melatarbelakangi didaftarkan dan tidak didaftarkannya merek atas produk
makanan toko roti Virgin cake and Bakery di Kota Semarang serta
pelaksaan dan perlindungan hukum terhadap pemilik merek pada produk
makanan toko roti Virgin cake and Bakery di Kota Semarang. Metode
yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode pendekatan
yuridis normative, (metode penelitian hukum normatif). Metode penelitian
yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder belaka,
Dalam penelitian ini disamping menggunakan metode-metode ilmu
pengetahuan juga melihat kenyataan di lapangan, yaitu mengenai
pelaksanaan perlindungan hukum atas merek bagi pemilik yang berhak
atas suatu merek berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek.Hasil penelitian menggambarkan bahwa aktor utama yang
melatarbelakangi didaftarkannya merek tersebut oleh pemiliknya adalah
untuk memperoleh kepastian hukum, untuk perlindungan hukum untuk
sengekta di kemudian hari serta agar produsen roti lain tidak memakai
merek yang telah di gunakan.dan pada toko roti Virgin Cake and Bakery
sudah memakai merek pada kemasannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Kata kunci : Perlindungan usaha, Perlindungan Merk, Pendaftaran merek,

vi
ABSTRAC

In order to obtain legal protection for a mark, it is obligatory to


register a mark as regulated in Article 3 of Law Number 15 of 2001
concerning Marks. The article requires that a mark be registered in the
General Register of Marks so that the owner of the mark can obtain
exclusive rights to his mark. If a mark has not been registered in the
General Register of Marks as evidenced by the existence of a trademark
certificate, it will be difficult to obtain legal protection for a mark. The
purpose of the preparation of this thesis is to find out the factors behind
the registration and non-registration of brands on food products at the
Virgin cake and Bakery bakery in Semarang City as well as the
implementation and legal protection of brand owners on food products at
the Virgin cake and Bakery bakery in Semarang City.The method used in
writing this thesis is a normative juridical approach, (normative legal
research method). The normative juridical research method is library law
research which is carried out by examining library materials or secondary
data. a mark based on Law Number 15 of 2001 concerning Marks. The
results of the study illustrate that the main actor behind the registration of
the trademark by the owner is to obtain legal certainty, for legal protection
for disputes in the future and so that other bread producers do not use the
brand that has been used. mark on the packaging as referred to in Article
3 of Law Number 15 of 2001 concerning Marks.

Key words : business protection, brand protection, trademark registration,

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

PENGESAHAN TESIS ................................................................................ii

PENGESAHAN TESIS SETELAH UJIAN ....................................................

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...............................................iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................iii

CURRICULUM VITAE ................................................................................v

ABSTRAK ...................................................................................................vi

ABTRAC .....................................................................................................vii

DAFTAR ISI ..............................................................................................viii

DAFTAR TABEL .........................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xI

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1

A. .Latar Belakang Masalah ………………………………………………1


B. Rumusan Masah ………………………………………………………
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………...
E. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………
F. Metode Penelitian ……………………………………………………...
G. Keaslian Penelitian ……………………………………………………
H. jadwal Penelitian ………………………………………………………
I. Sistematika Penulisan ………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….27

viii
A. Tinjauan Pustaka tentang Tinjauan Umum Tentang Pengaturan
Merek dalam Hukum Hak Kekayaan Intelektual …………………27

B. Tinjauan Pustaka tentang Penganturan Merek dalam Hukum Hak


Kekayaan
Intelektual …………………………………………………………. 27.
C. Tinjauan Pustaka tentang Merek ……………………………...… 35
D. Tinjauan Pustaka tentang Roti ………………………………….… 58
E. Sejarah Dan Geografis Kota Semarang ……………………… ….59

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 62

A.Hasil Penelitian ………………………………………………… 62


B.Pembahasan …………………………………………………… 62

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………….. 76

A.Simpulan ……………………………………………………………76
B.Saran ……………………………………………………………… 78

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..79

ix
Daftar Tabel

x
Daftar Gambar

xi
xii
BAB I

A. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Dalam dunia perdagangan, merek sebagai salah satu

bentuk kekayaan intelektual telah digunakan sejak ratusan tahun

yang lalu dan mempunyai peranan yang penting dalam

membedakan asal usul barang dan jasa. Sebuah merek dapat

menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial dan

seringkali merek-lah yang membuat harga suatu produk menjadi

mahal bahkan lebih bernilai dibandingkan dengan perusahaan

tersebut.1

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang muncul

karena hasil kreatifitas intelekual seseorang, dengan bentuk nyata

ada dimensi fisiknya, ada kreatifitasnya, sehingga bukan hanya

sekedar ide, gagasan, konsep, faktatertentu yang tidak

mempunyai dimensi fisik. Kreatitivitas yang muncul sebagai

asetintelektual seseorang telah lama member pengaruh yang

signifikan terhadap peradaban manusia, antara lain melalui

penemuan- penemuan (inventions) dan hasil-hasil di bidang karya

cipta dan seni(art and literary work ).2

1
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,: PT Asdi Mahasatya, Jakarta
2003,Hlm.86.
2
Achmad Gusman Catur Siswandi: Perlindungan Hukum Terhadap Asset Pengetahuan
Tradisional, Hlm. 1.
Perkembangan kegiatan perdagangan barang dan jasa di

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami

peningkatan yang cukup signifikan karena perkembangan

teknologi informasi dan sarana transportasi yang menyebabkan

aktivitas di sektor perdagangan, baik barang maupun jasa

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kecenderungan

meningkatnya arus perdagangan barang dan jasa akan terus

berlangsung sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

semakin meningkat. Merek sebagai salah satu karya intelektual

manusia yang akrab hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan

perdagangan memegang peranan yang sangat penting.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi diberlakukan

upaya-upaya, antara lain meningkatkan, memperluas,

menetapkan, dan mengamankan segala bentuk produk baik

barang maupun jasa termasuk aspek investasi dan hak atas

kekayaan intelektual yang berkaitan dengan perdagangan serta

meningkatkan kemampuan daya saing terutama dalam

perdagangan internasional.3

Di Indonesia sendiri dengan telah mengubah dan

menambah Undang-Undang Merek sedemikian rupa sejak

UndangUndang Nomor 21 Tahun 1961 kemudian diubah dengan

3
Mahkamah Agung, GATT,TRIPS,dan Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki), (Mahkamah Agung:
Jakarta,1998).Hlm.2.

2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, dan kemudian diubah lagi

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, membuktikan

bahwa peranan merek sangat penting. Dibutuhkan adanya

pengaturan yang lebih luwes seiring dengan perkembangan dunia

usaha yang pesat. Merek merupakan gengsi. Bagi kalangan

tertentu, gengsi seseorang terletak pada barang yang dipakai atau

jasa yang digunakan. Alasan yang sering kali diajukan adalah

demi kualitas, bonafiditas, atau investasi. Terkadang merek

menjadi gaya hidup. Merek bisa membuat seseorang menjadi

percaya diri atau bahkan menentukan kelas sosialnya.

Bagi para pedagang atau pengusaha, merek merupakan

salah satu media untuk memperoleh reputasi baik (goodwill) dan

kepercayaan dari konsumen. Selain itu, perusahaan pencetus

merek tersebut dapat membangun hubungan antara reputasi

(goodwill) tersebut dengan merek yang telah dipakai oleh

perusahaan tersebut. Apabila suatu produk tidak memiliki merek,

tentu produk tersebut tidak akan dikenal oleh konsumen. Hal ini

tentu tidak memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan. Merek

baik secara langsung maupun tidak langsung mewakili kualitas,

imej, atau reputasi suatu produk. Oleh karena itu, merek

mempunyai posisi penting bagi berkembangnya usaha atau bisnis

para pedagang atau pengusaha. Merek merupakan salah satu

bentuk karya intelektual yang mempunyai peran yang sangat

3
penting dalam kehidupan ekonomi, terutama di bidang

perdagangan dan jasa, khususnya untuk membedakan dengan

produk lain yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Meskipun reputasi (goodwill) adalah benda yang tidak

berwujud (intangible), namun oleh hukum dipandang sebagai

suatu harta atau kekayaan yang harus dilindungi. Merek

dikonstruksikan sebagai salah satu bagian dari Hak Milik Industri

(Industrial Property Rights) yang pengaturannya terdapat dalam

ilmu hukum dan dinamakan hukum Hak Kekayaan Intelektual

(HKI). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) meliputi suatu bidang

hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya atau

ucapan-ucapan hasil olah pikir manusia. Bidang yang dicakup Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) cukup luas, termasuk di dalamnya

semua kekayaan intelektual yang terdiri dari hak cipta (copyright)

yang terdiri atas ciptaan, sastra, seni, dan ilmu pengetahuan serta

hak milik industrial (industrial property right) yang terdiri atas

paten, merek, desain industri, rahasia dagang, dan desain

rangkaian listrik terpadu.

Merek sangat penting baik dalam dunia periklanan dan

pemasaran. Oleh karena itu, maka suatu produk yang dipasarkan

akan lebih mudah dikenal oleh konsumen bila dilekati dengan

suatu merek yang merupakan ciri dari produk yang dijual tersebut.

Selain itu, apabila produsen barang tersebut ingin agar merek

4
yang diciptakannya terhindar dari pihak lain yang berperilaku

curang terhadap merek dagangannya, maka merek tersebut harus

didaftarkan dalam Daftar Umum

Merek dengan terdaftarnya suatu merek dalam Daftar

Umum Merek, maka pemilik merek akan memperoleh hak atas

merek yang bersifat ekslusif dari negara. Hukum merek berfungsi

melindungi pemilik merek atau goodwill tersebut dari pihak lain

yang hendak mengambil keuntungan dengan cara tidak jujur

(unfair competition). Dengan adanya Undang-undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan para pedagang atau pengusaha atas adanya

perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual (dalam hal ini

merek) untuk memproduksi barang atau jasa sebagai komoditi

dagang.

Keharusan mendaftarkan merek tertuang di dalam undang–

undang sehingga untuk mendapatkan perlindungan merek, maka

harus dilakukan pendaftaran. Dahulu dengan berlakunya UU No.

21 Tahun 1961 sistem yang dianut adalah deklaratif, artinya merek

tidak perlu harus didaftarkan dan sudah dilindungi oleh hukum. UU

No. 19 Tahun 1992, UU No. 14 Tahun 1997 dan UU No. 15 Tahun

2001 berubah dengan mengunakan sistem konstitutif (first to file).

Sifat pendaftaran merek konstitutif, artinya hanya merek yang

didaftarkan saja yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan

5
yang merek yang tidak didaftarkan tidak dilindungi oleh hukum.

Dalam sistem pendaftaran konstitutif, prinsip penerimaan

merek adalah first to file, artinya siapapun yang mendaftar lebih

dahulu akan diterima pendaftaraannya dengan tidak

mempersoalkan apakah si pendaftar benar-benar menggunakan

merek tersebut untuk kepentingan usahanya. Hal ini juga untuk

menjaga dari pemalsuan, pendomplengan, atau adanya

kesamaan secara keseluruhan atau pada pokoknya dengan milik

orang lain.

Ada beberapa keuntungan mendaftaran merek bagi siapa

saja yang memiliki merek terkait dengan produk yang mulai

dikenal oleh masyarakat. Dengan mendaftarkan merek berarti

anda telah memiliki sebuah tanda yang berfungsi untuk

membedakan dengan barang ataupun jasa lain yang dimiliki oleh

pihak lain dan dilindungi oleh hukum. Beberapa keuntungan atau

manfaat apabila mendaftarkan merek yaitu:

1. Menjaga hak Eksklusifitas; mendaftarkan merek berarti upaya

tepat dan efektif untuk memastikan eksklusivitas hukum atas

penggunaan nama atau logo dan lain lain. Sebagaimana hak

kebendaan yang lainnya, merek memiliki hak eksklusifitas,

yang dapat mencegah orang lain menggunakan mereknya.

2. Jangkauan perlindungan hukum; dengan mendaftarkan merek,

maka akan diberikan perlindungan dalam cakupan nasional

6
dan internasional untuk melakukan kegiatan bisnis.

3. Menghalangi dan mencegah pihak lain; dengan pendaftaran

merek maka pemilik merek bisa melarang pelaku bisnis lain

menggunakan merek yang mirip atau identik dengan merek

yang dimilikinya.

4. Mengontrol penggunaan merek yang dimiliki dengan

menggunakan mekanisme lisensi terhadap pihak lain.

5. Menikmati nilai ekonomis; memegang merek terdaftar bisa

secara signifikan mempengaruhi nilai kepada pembeli karena

setiap pembeli produk cenderung membayar lebih untuk

goodwill yang dibangunnya

Perlindungan merek diberikan selama 10 tahun, dan bisa

diperpanjang dengan membayar biaya pemeliharaan dengan

catatan tidak ada perbedaan nama merek maupun jenis barang

yang diproduksi dalam masa 10 tahun.4

Untuk membentuk dan menciptakan iklim usaha yang sehat

dan kondusif guna mendorong peningkatan investasi kesempatan

berusaha dan kesempatan bekerja, perlu diberikan kemudahan,

kejelasan dan kepastian hukum yang baik dalam hal prosedur,

persyaratan, biaya dan waktu penyelenggaraan pelayanan

penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan sehingga pelayanan


4
https://business-law.binus.ac.id/2018/03/14/sisi-keuntungan-pendaftaran-merek/ di akses
pada tanggal 10 Agustus 2021 pukul 2.20 WIB

7
publik semakin baik dan optimal dan dengan terbitnya Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha

Perdagangan, maka dipandang perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Surat Ijin Usaha Perdagangan. Perda

Kab.Semarang No.8, Ld.2013/ No.8, Tld No.8, Ll Setda

Kab.Semarang : 55 Hlm Peraturan Daerah Kabupaten

Semarang Tentang Surat Izin Usaha Perdagangan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

sudah berlaku sejak tanggal diundangkannya yaitu tanggal 1

Agustus 2001, namun tidak semua produsen atau pedagang yang

memiliki merek atas produk dagangannya melakukan pendaftaran

dalam hal ini ada produsen toko roti Virgin cake and Bakery di

Kota Semarang.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi produsen

pengusaha toko roti Virgin cake and Bakery di Kota Semaramg

dengan mendaftarkan merek pada produk yang sesuai pada

usahanya dengan ketentuan hukum yang berlaku, Oleh karena itu,

dalam penelitian ini penulis mengangkat tema mengenai

perlindungan Hukum pemilik usaha dengan mengangkat judul

penelitian: KAJIAN PERLINDUNGAN MEREK PADA

PERUSAHAAN PABRIK ROTI MELALUI HUKUM STUDI KASUS

8
PADA PRODUK TOKO ROTI VIRGIN CAKE AND BAKERY DI

KOTA SEMARANG

Saya memilih udul penelitian ini adalah usaha mikro yang

ada di Indonesia masih tidak banyak yang didaftarkan, dan saya

memilih Virgin Cake and Bakery karna salah satu usaha mikro

yang terkenal di semarang sehingga saya tertarik untuk meneliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis menarik rumusan

permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi didaftarkannya merek

atas produk makanan toko roti Virgin cake and Bakery di Kota

Semarang?

2. Bagaimana pelaksaan dan perlindungan hukum terhadap

pemilik merek pada produk makanan toko roti Virgin cake and

Bakery di Kota Semarang

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif dari penelitian yang dilakukan :

a. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi

didaftarkannya merek atas produk makanan toko roti Virgin

cake and Bakery di Kota Semarang

b. Untuk mengetahui pelaksaan dan perlindungan hukum

terhadap pemilik merek pada produk makanan toko roti Virgin

cake and Bakery di Kota Semarang

9
1. Tujuan subyektif dari penelitian yang dilakukan :

a. Untuk mendapatkan informasi, data-data ataupun

keteranganketerangan yang akurat guna

menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa yang

diwujudkan dalam bentuk penulisan hukum. Penulisan

hukum tersebut sebagai syarat wajib untuk memperoleh

gelar Magister Hukum Universitas Semarang

D. Manfaat Penelitian

Peneletian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

manfaat Teoristis maupun manfaat praktis, yaitu:

a. Manfaat teoristis

Seacara teoristis, dari hasil penelitian ini diharapkan

dapat memeberikan kontribusi kontribusi pengembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu

hukum pada khususnya di Indonesia, terkait pada misalnya

dalam hukum bisnis, hukum Hak Kekayaan Intelektual,

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi pemikiran baik di dalam

praktisi maupun akademis serta masyarakat

E. Kerangka Pemikiran

Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat

digunakan untuk menegtahui suatu produk barang ataupun jasa

10
yabg berada pada pasaran untuk mengidentifikasi suatu produk

barang atau jasa yang ada di dalam pasaran. Dengan melaui

merek konsumen akan mudah menegnaki bahwa produproduk

perusahaan tertentu. Merek biasanya dicantumkan pada barang

atau pada kemasan atau bungkusan barang yang dijual atau

dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang terkait dengan jasa

yang dijual.5

F. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan konsep-konsep dasar yang

berkaitan dengan konsep-konsep yang terkandug dalam judul

penelitian yang dijabarkan kedalam permasalahan dan tujuan

5
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy dan Nur Jihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan
Intelektual, ,2000, Yogyakarta: Pusat Studi Hukum UII, hal 91.

11
1. Konseptual

Das Sollen Das Sein

• UU Nomor 14 Tahun 1997 • Mendaftarkan dengan menyerupai


Tentang merek bentuk orang lain menyerupai
• Pasal 6 UU ayat (1) No.15 Th bentuk dan warna dan tidak ada
2001 tentang perlindungan pembeda
merek Preventif. • Barang KW
• Undang – Undang Nomor 30 • Pelanggaran hak merek
Tahun 2000 Tentang Rahasia • Sengketa merek dagang
Dagang • Pemalsuan pemakaian
• Undang – Undang Nomor 20 • Pelamggaran hak merek
Tahun 2016 Tentang Merek • Mendaftarkan
Indikasi merek yang menjadi milik umum
• UU Perlindungan Konsumen • mempunyai persamaan dengan
kepunyaan orang lain yan g sudah
terkenal

Faktor-faktor apa yang Bagaiamana pelaksanaan perlindungan


melatarbelakangi didaftarkanya kendala dalam usaha terhadap pemilik
merek atas produk Virgin Cake merek produk Virgin cake and Bakery
and Bakery di Kota Semarang di kota Semarang?

Teori
1. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual -Teori Hak Alami
( Natural Right Theory
2. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual - Utilitarian Theory
3. Teori keadilan -John Rawls
4. Teori Kepatian Hukum Kelsen 12
Simpulan dan Saran

2. Teori yang digunakan

a. Kerangka Teoritik

1. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual -Teori


Hak Alami ( Natural Right Theory )

Berdasarkan teori ini, seorang pencipta

mempunyai hak untuk mengontrol penggunaan dan

keuntungan dari ide, bahkan sesudah ide itu

diungkapkan kepada masyarakat (Pauline Newman,

2001: 76). Ada dua unsur utama dari teori ini, yaitu :

First Occupancy dan a labor justification

(A. Samuel Oddi, 1996:5).6

2. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual -


Utilitarian Theory

Teori ini dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan

merupakan reaksi terhadap Natural Right Theory.

Menurut Bentham, natural rightsmerupakan “simple

nonsense” (Justine Hughes, 2001:53).Kritik ini muncul

disebabkan oleh adanya fakta bahwa natural rights

memberikan hak mutlak hanya kepada inventor dan


6
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian Kontemporer,
Yogyakarta, 2009, hlm. 11.

13
tidak kepada masyarakat (Justine Hughes, 2001:54).

Menurut Ulilitarian Theory, negara harus mengadopsi

beberapa kebijakan (misalnya membuat peraturan

perundang undangan) yang dapat memaksimalkan

kebahagiaan anggota masyarakatnya (Justine Hughes,

2001:54). Teori ini memperkenalkan pembatasan

terhadap invensi yang dipatenkan oleh pihak lain selain

pemegang hak.7

3. Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual -Contract

Theory

Teori ini memperkenalkan prinsip dasar yang

menyatakan bahwa sebuah paten merupakan

perjanjian antara inventor dengan pemerintah. Dalam

hal ini, bagian dari perjanjian yang harus dilakukan oleh

pemegang paten adalah untuk mengungkapkan invensi

tersebut dan memberitahukan kepada publik

bagaimana cara merealisasikan invensi tersebut

(Pauline Newman,2001: 80; lihat Vicenzo Denicolo dan

Luigi Alberto Franzoni, 2003:1).

4. Teori keadilan John Rawls

Teori John Rawls dalam bukunya a theory of justice

menjelaskan teori keadilan sosial sebagai the difference

7
Ibid

14
principle dan the principle of fair equality of opportunity. Inti the

difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial dan

ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat yang paling

besar bagi mereka yang paling kurang beruntung.

Menurut John Rawls, keadilan adalah fairness (justice

as fairness). John Rawls menjelaskan bahwa prinsip keadilan

terdiri dari dua bagian, yaitu prinsip perbedaan (the difference

principle) dan prinsip persamaan yang adil atas kesempatan

(the principle of fair equality of opportunity). Prinsip perbedaan

the difference principle adalah bahwa perbedaan sosial dan

ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat yang paling

besar bagi mereka yang paling kurang beruntung. Sementara

itu the principle of fair equality of opportunity yaitu ptinsip yang

paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai prospek

seorang untuk mendapatkan unsur kesejahteraan, pendapatan

dan otoritas.

John Rawls menegaskan bahwa program penegakan

keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan

dua prinsip keadilan, yaitu, pertama, memberi hak dan

kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling

luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua,

mampu mengatur kembali kesenjangan social ekonomi yang

terjadi sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat

15
timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap orang, baik mereka

yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak

beruntung.8

5. Teori Kepatian Hukum Kelsen

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.

Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek

“seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa

peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma

adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-

Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi

pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat,

baik dalam hubungan dengan sesamaindividu maupun dalam

hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi

batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan

tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan

aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum. 9

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena

mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak

menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas

dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain

8
John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 54.
9
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158

16
sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum

yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang

pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-

keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan

bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual

mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak

mau adil bukan sekedar hukum yang buruk. 10

G. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipakai adalah metode

pendekatan yuridis normatif , (metode penelitian hukum

normatif). Metode penelitian yuridis normatif adalah

penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder

belaka.11

Dalam penelitian ini disamping menggunakan

metode-metode ilmu pengetahuan juga melihat

kenyataan di lapangan, khususnya dalam perlindungan

hukum merek

2. Spesifikasi Penelitian

10
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit, Kamus Istilah
Hukum, Jakarta, 2009, Hlm. 385.
11
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm
13

17
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka

penelitian ini dilakukan secara Deskriptif Analitis yaitu

yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala

lainnya12 Sehingga dapat diambil data obyektif

yangdapat rnelukiskan kenyataan atau realitas yang

kornpleks tentang permasalahan yang ada dalam

perlindungan hukum atas hak kekayaan intelek tual

pada produk toko roti virgin cake and bakery di kota

semarang

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah dimana penelitian ini diperoleh

sumber data alam penelitian ini adalah sumber data sekunder.

Peter Mahmud Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya

dalam penelitian hukum yang digunakan adalah bahan hukum

yang berupa bahan hukum primer dan bahan sekuder. 13

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang

bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-

bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

undang-undang dan putusan-putusan hakim. Bahan

12
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit. Hal. 44.
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet 2, Kencana Jakarta, 2008, Hlm 146

18
hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang

penulis gunakan dalam bahan hukum primer adalah :

a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dan

peraturan perundang-undangan yang berkenaan

dengan merek

b. Bahan hukum sekunder,

Bahan-bahan yang diperoleh dari buku-buku

dan tulisan hukum lainnya.14 Serta makalah-makalah

atau jurnal, karya ilmiah terdahulu, majalah, berita

dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder.

4. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan penggunaan data primer dan data

sekunder dalam penelitian ini, maka pengumpulan data akan

dilakukan dengan cara mngumpul, menguji, dan mengolah

secara sistematisbahan-bahan kepustakaan serta dokumen

dokumen yang berkaitan dengan Data sekunder baik yang

menyangkut bahan hukum primer, sekunder dan tersier

diperoleh dari bahan pustaka, dengan memperhatikan prinsip


14
Abdul Kadir Muhamad, Hukum dan penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,2004

19
pemuktarian dan rekavensi. Data tersebut disusun secara

sistematis. Dalam penelitian ini menggunakan studi

kepustakaan. ( Data sekunder)

5. Metode Analisis Data

Setiap data yang ada pada pertimbangan hakim dikaitkan

dengan teoristis terbaik, bentuk asas-asas, konsepsi, dan pendapat

para pakar hukum, termasuk kaidah atau norma hukum, akan

dianalisa secara kualitatif kemudian di gabungkan dengan

menggunakan uraian secara deskriptif

H. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan Perlindungan merek pada

badan usaha ini bukan pertama kali penelitian dilakukan. Akan

tetapi setiap penitian mempunyai ciri dan karakteristik masing-

masing sesuai dengan penelitiannya. Hasil penelitian pun juga

cenderung memiliki perbedaan masing-masing setiap penelitian,

perbedaan tersebut antara lain karena faktor penelitian metodologi,

objek penelitian maupun lokasi penelitian.

N Peneliti Judul Penelitian Hasil Kebaharuan


Dan Penelitian
O Tahun Penelitian

20
1. Jisia PERLINDUNGA Prosedur Fokus kajian
Mamahit- N HUKUM ATAS pendaftaran, dalam
MEREK DALAM Pengalihan perlidungan
Universitas PERDAGANGA dan hukum atas
Sam N BARANG DAN Penghapusan merek
Ratulangi, JASA perlindungan
hak atas merek
2013, telah diatur
sedemikian
rupa untuk
mendapatkan
kepastian
hukum. Pada
intinya,
pendaftaran
merupakan
satu-satunya
cara untuk
mendapatkan
perlindungan
hukum atas
merek.
Pendaftaran
merek
dilakukan pada
Direktorat
Jenderal Hak
Kekayaan
Intelektual.
Direktorat
Jenderal HKI
dengan
memenuhi
prosedur yang
telah
ditentukan
dalam
Undang-
Undang
Merek.
Demikian pula
halnya dengan
pengalihan
dan
penghapusan
perlindungan

21
atas merek
dapat
dilakukan jika
telah
memenuhi
ketentuan-
ketentuan
yang
tercantum
dalam
UndangUndan
g Merek. 2.
Pada
dasarnya.
perlindungan
hukum atas
merek dalam
perdagangan
barang dan
jasa memang
mutlak
diperlukan
untuk
mencegah dan
menghindari
paraktek-
praktek yang
tidak jujur,
seperti
pemalsuan
dan
pembajakan,
serta
memperoleh

22
2. Vonarya, PERLINDUNGA Faktor Hukum Fokus kajian
SH- N HUKUM ATAS pelaksaan
MEREK Mereka didaftarkannya
Universitas BERDASARKAN menginginkan merek
Diponegor UNDANG- adanya
o UNDANG kepastian
NOMOR 15 hukum. Bagi
2007 TAHUN 2001 mereka
TENTANG kepastian
MEREK (STUDI hukum itu
TERHADAP adalah pada
PRODUK saat mereka
MAKANAN diberikan suatu
KHAS – sertifikat merek
WINGKO BABAT sebagai tanda
DI KOTA bukti hak
SEMARANG) kepemilikan
yang kongkrit
atas merek
yang mereka
pakai. Oleh
karena itu,
mereka
merasa perlu
dan wajib
mendaftarkan
merek
yang telah
mereka
gunakan
dalam bisnis
wingko babat
yang mereka
jalankan.
3. Albertus KAJIAN Faktor Fokus untuk
kristiyo PERLINDUNGA Bertujuan memperoleh
Warsono N MEREK PADA untuk factor yang
PERUSAHAAN memperoleh melatarbelakang
Universitas PABRIK ROTI kepastian i didaftarkannya
Semarang MELALUI hukum bahwa merek serta
2021 HUKUM STUDI mereknya pelaksaan
KASUS PADA terdaftar di didafrtakannaya
PRODUK TOKO Kemenkumha merek
ROTI VIRGIN m dengan kepastian
CAKE AND tulisan dan hukum bahwa
BAKERY DI disain yg ada. mereknya

23
KOTA Baik untuk terdaftar
SEMARANG kemasan
maupun
penulisan
diberbagai
mediaSebagai
jaminan mutu
dari produk
yang di
edarkannya
sehingga
pelanggan
mengenali
hanya ada
satu brand “
VIRGIN’’ untuk
produk Cake
dan Bakery
(100%)
Mencegah
pihak lain
memakai
merek
tersebut.
(100%)
Menghindari
Pemalsuan
merk (50%)

24
I. Jadwal Penelitian

Jadwal dalam penelitian ini dilakukan secara terarah dan

tepat waktu seperti yang direncanakan pada waktu melakukan

penelitian. Adapun jadwal penelitian yang direncanakan adalah

sebagai berikut:

NO. Kegiatan Bulan Ke-

I II III IV

1. Penyusunan

Proposal
2. Review Proposal
3. Pengumpulan

Data
4. Analisa Data
5. Ujian Tesis
6. Revisi
7. Pengadaan

Laporan

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan tesis ini, penulis ini

penulis bermaksud memaparkan bentuk sistematika pemabahasan

sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan : Berisis mengenai alasan memilih judul penelitian

pada bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritik dan metode penelitian

25
Bab II Tinjauan Pustaka : Berisi konsep dan teori yang akan dipakai

sebagai pedoman konseptual dan teoritik meliputi Teori tentang

Perlindungan Konsumen, Teori Kejahatan Korporasi dan Teori Pelayanan

Rumah Sakit. Kemudian diuraikan mengenai tinjauan umumnya.

Bab III Hasil dan Pembahasan: Berisi tentang pertanggungjawaban

rumah sakit dalam kejahatan korporasi di tinjau dari perlindungan

konsumen

Bab IV Penutup : Berisi tentang Kesimpulan dan saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

26
A. Tinjauan Umum Pelindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia perlindungan hukum memiliki dua

(2) arti yang berbeda : “perlindungan” dan “hukum”. Kata pertama; kata

dasar dari perlindungan adalah “lindung” yang berarti tempat

berlindung23 sedangkan, kata kedua; istilah “hukum” identic dengan

istilah law dalam bahasa Inggris, droit dalam bahasa Perancis, recht

dalam bahasa Belanda, atau dirito dalam bahasa Italia. 15 Pada arti luas

hukum dapat disamakan dengan aturan, norma, kaidah, baik yang tertulis

ataupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang

atau kelompok sebagai peraturan yang harus ditaati atau dipatuhi dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara apabila dilanggar hukum akan

memberikan sanksi kepada siapa saja yang melanggar. 16

Perlindungan hukum adalah suatu wacana yang banyak

digulirkan untuk menjamin hak – hak yang ada pada masyarakat. 17 Pada

prinsipnya hukum tidak memandang gender antara pria ataupun wanita.

Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah

memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya, dengan

adanya perlindungan hukum maka akan dilahirkan pengakuan dan

15
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung : PT Refika
Aditama,2000), hlm. 7
16
Ibid
17
Dyah Ochtorina Susanti, Bahan Ajar Mata Kuliah Teori Hukum, disampaikan di Program
Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Kediri (UNISKA), Kediri, 03 Desember 2011

27
perlindungan hak asasi manusia yang dalam wujudnya sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial dalam negara kesatuan yang menjunjung

tinggi semnagat persatuan dan kesejahteraan berbangsa dan bernegara

bersama.

Adapun ahli – ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai

perlindungan hukum sebagai berikut :

1) Menurut Satjipto Rahardjo :

Perlindungan hukum adalah upaya untuk melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya

untuk bertindak dengan tujuan mewujudkan kepentingannya tersebut. 18

2) Menurut Philipus M. Hadjon :

Perlindungan hukum adalah kumpulan suatu peraturan yang bisa

melindungi suatu hal dengan hal – hal yang lain. Perlindungan hukum

yang berkaitan dengan petani, berarti hukum memberikan perlindungan

terhadap hak – hak petani yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak –

hak tersebut.19

2. Tujuan Perlindungan Hukum

Subekti memaparkan bahwa hukum tidak hanya mencari

keseimbangan antara berbagai kepentingan yang bertentangan dengan

satu sama lainnya, tetapi juga mendapat keseimbangan antara tuntutan

18
Satjipto Rahardjo, Sisi – Sisi Lain dari Hukum di Indonesia (Jakarta : Kompas, 2003), halamn
121
19

28
dan keadilan tersebut dengan “ketertiban” atau “kepastian hukum” 20.

Tindakan manusia tidak sepenuhnya dituntun oleh hukum, melainkan

hukum menjaga agar manusia tetap berada pada batas – batas tertentu.

Terkait demikian hukum itu bertujuan untuk menjamin adanya

kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula

bersendikan pada keadilan, yaitu asas – asas keadilan dari masyarakat itu

sendiri.

Selanjutnya, Fitzgerald dalam Satjipto Raharjo menjelaskan bahwa

hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

kekuasaan kepadanya secara terstruktur, dalam arti ditentukan keluasan

dan kedalamannya, untuk bertindak dalam rangka melakukan

kepentingannya, yang kemudian disebut sebagai hak, melainkan hanya

kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan hukum oleh seseorang. 21

Menurut Salmond seperti yang dijelaskan oleh Fitzgerald, kepentingan

masyarakat adalah sasaran dari hak, bukan hanya karna masyarakat

dilindungi oleh hukum, tetapi karena adanya vinculum juris, yaitu

pengakuan terhadap hak pihak – pihak yang terikat dalam hubungan

kewajiban.22

3. Fungsi Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarkat dari perbuatan sewenang – wenang

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, guna mewujudkan


20
R.Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, akarta, sinar Grafika 1992 hal 25
21
Dyah Octorina Susanti, Op.Cit, hlm 1
22
Ibid

29
ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk bisa

menikmati martabatnya sebagai manusia

Fungsi yang lain dari hukum adalah sebagai sarana untuk melakukan

pembaharuan masyarkat (social engineering).45 Kaidah – kaidah hukum

sebagai sarana untuk melakukan social engineering mempunyai peran

penting terutama dalam perubahan – perubahan yang dikehendaki atau

direncanakan. Proses rekayasa sosial, memerlukan pelopor perubahan

yaitu seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat sebagai pemimpin.46 Lawrance Freidman pada

perspektif lain, fungsi hukum adalah47 : Pertama, sebagai sistem kontrol,

hukum mengatur perilaku seseorang dengan paksa. Kedua, fungsi hukum

sebagai penyelesaian sengketa. Jadi hukum merupakan agen pemecah

konflik dan juga agen penyelesaian sengketa. Ketiga, fungsi redistribusi

atau bisa juga disebut fungsi rekayasa sosial. Fungsi ini mengarahkan

penggunaan

Ciri – ciri yang melekat pada hak menurut hukum menurut teori

perlindungan hukum Salmond seperti yang ditegaskan oleh Fitzgerald,

yaitu:23

a) Hak itu dilekatkan kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik

atau subyek dari hak itu. Ia juga disebut sebagai orang yang memilik

titel atas barang yang menjadi sasarn hak itu;

b) Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang

kewajiban. Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif;


23
Ibid

30
c) Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk

melakukan (commission) atautidak melakukan (omission) sesuatu

perbuatan. Ini bisa disebut sebagai isi dari hak;

d) Commission atau omission itu menyangkut sesuatu yang bisa disebut

sebagai objek dari hak;

e) Setiap hak menurut hukum itu mempunyai title, yaitu suatu peristiwa

tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu kepada pemiliknya.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengaturan Merek dalam Hukum Hak

Kekayaan Intelektual

1. Hak kekayaan intelektual

Hak Kekayaan Intelektual adalah karya-karya yang timbul atau lahir

karena intelektualita manusia yang dapat berupa karya-karya di bidang

teknologi atau ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan oleh

manusia melalui kemampuan intelektualnya (daya cipta, rasa, dan

karsa). Pasal 1 dan 2 Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights (TRIPs) menyebutkan bahwa kekayaan intelektual yang

dilindungi terdiri atas dua (2) bagian besar, yaitu: 1. Copyright (hak

cipta) dan Related Rights (hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta; 2.

Industrial Property Rights (hak milik industrial) yang terdiri dari:

a. Patent (paten), Utility Rights (paten sederhana);

b. Trademarks (merek dagang);

c. Industrial Design (desain industri);

31
d. Undisclosed Information Including Trade Secrets (rahasia

dagang);

e. Layout Design of Integrated Circuits (desain rangkaian listrik

terpadu). Karya-karya intelektual tersebut perlu dilindungi

karena karya-karya tersebut dilahirkan dengan pengorbanan

tenaga, waktu, dan biaya. Karya-karya

Indonesia secara resmi telah memasuki globalisasi

perdagangan dengan diberlakukannya Convention Establishing

The World Trade Organization (Konvensi WTO) termasuk di

dalamnya Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual

Property Rights (Persetujuan TRIPs). Hal itu ditindaklanjuti dengan

meratifikasi Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang

Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia atau Agreement Establishing The WTO.

Dalam konvensi tersebut dimuat persetujuan mengenai

aspek-aspek dagang dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang

tertuang dalam TRIPs. Pasal 7 dari Undang-undang tersebut

menyebutkan bahwa perlindungan dan penegakan hukum Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) bertujuan untuk mendorong timbul dan

berkembangnya inovasi, pengalihan, dan penyebaran untuk

memanfaatkan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) terpisah dari kepemilikan benda berwujud. Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan kekayaan pribadi yang bisa

32
dimiliki dan dialihkan termasuk dijual dan dilisensikan kepada orang

lain. Dalam hal ini, merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) yang merupakan kekayaan pribadi seseorang dan

dilindungi oleh Undang-undang

2. Perkembangan Hukum Merek di Indonesia

Pengaturan hukum merek di Indonesia sudah ada sejak

zaman Pemerintahan Hindia Belanda yang dituangkan dalam

Reglement Industriele Eigendom (Reglemen Milik Perindustrian)

dengan S.1912 Nomor 545. Reglemen ini hanya terdiri dari 27

pasal yang merupakan duplikat Undang-undang Merek Belanda

(Merkenwet).24

Pada tahun 1961 tentang Merek ini juga bermaksud

melindungi pemakai pertama dari suatu merek di Indonesia.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 mengenal pengolongan

barang-barang dalam 35 kelas yang sejalan dengan klasifikasi

internasional berdasarkan persetujuan pendaftaran merek di Nice,

Perancis pada tahun 1957 yang diubah di Stockholm tahun 1961

dengan penyesuaian kondisi di Indonesia.25

Pada tanggal 28 Agustus 1992 diundangkan Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang berlaku efektif

pada tanggal 1 April 1993. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992

24
Yahya Harahap, 1996, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, hal. 54
25
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual – Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Bandung: PT Alumni, hal. 306-307

33
tentang Merek ini menggantikan dan memperbaharui Undang-

undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Untuk

menindaklanjuti berlakunya Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992

tentang Merek tersebut dibuatlah berbagai surat keputusan

administratif yang terkait dengan prosedur pendaftaran merek.

Berkaitan dengan kepentingan reformasi Undang-undang Merek,

Indonesia turut serta meratifikasi Perjanjian Internasional Merek

World Intellectual Property Organization (WIPO). 26 Tahun 1997,

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek diubah

dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.

Perubahan ini dilakukan dengan mempertimbangkan pasal-pasal

dari Perjanjian Internasional tentang

C. Tinjauan Umum Tentang Merk

1. Pengertian Merk

Merk menurut Yusran Isanaini adalah “tanda yang berupa gambar,

nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasidari unsru-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakandalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Menurut

Prof.Molengraaf merk adalah dengan mana di pribadikanlah sebuah

26
Tim Lindsey (eds.), 2002, Hak Kekayaan Intelektual – Suatu Pengantar, Bandung: PT Alumni,
hal. 132.

34
barangtertentu untuk menunjukkan asal barang dan jaminan

kualitasnyasehingga di bandingkan dengan barang-barang sejenis

yang dibuat dandiperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain.

Menurut H.M.NPurwo Sutjipto merk dapat diartikan suatu tanda

dengan mana suatubenda tertentu di pribadikan sehingga dapat

dibedakan dengan bendalain yang sejenis.27

Merk adalah suatu tanda, dengan nama suatu benda tertentu di

pribadikan sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.

Suatu merk pabrik atau merk perniagaan adalh suatu tanda yang

dibutuhkan di ast barang atau di atas bungkusanya dengan tujuan

membedakan barang itu dengan barang-barang sejenis lainnya. 28

Di Indonesia menurut Undang-undang tentang Merek, mengenal

tiga jenis merek, yaitu merek dagang, merek jasa, dan merek kolektif.

Merek dagang sebagaimana yang tertera di dalam Pasal 1 nomor 2

UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek menyebutkan sebagai berikut:

”Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-

barang sejenis lainnya”. Selanjutnya, Pasal 1 nomor 3 menyebutkan

bahwa merek jasa adalah ”merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-


27
Muhammad Djumhana & R. Djubaidillah, 1993, Hak Milik Intelektual, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, hal. 121
28
O.K., Saidin, Loc.Cit.

35
jasa sejenis lainnya”. Sedangkan merek kolektif sebagaimana yang

ada dalam ketentuan Pasal 1 nomor 4 adalah ”merek yang digunakan

pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang

diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara

bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa

sejenis lainnya”

2. Dasar Hukum Merk

Perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah

menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat secara pesat

dan bahkan telah menempatkan dunia sebagai pasar tunggal

bersama.29 Merek memegang peranan penting yang memerlukan

system pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan

tersebut dan sejalan dengan perjanjian – perjanjian internasional yang

telah diratifikasi Indonesia serta pengalaman melaksanakan

administrasi merek, diperlukan penyempurnaan Undang – Undang

Merek yaitu Undang – Undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 81) sebagaimana diubah dengan Undang

– Undang Nomor 14 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997

Nomor 31) selanjutnya disebut Undang – Undang Merek lama dan

kemudian diganti dengan Undang – Undang Merek Nomor 15 Tahun

2001 (Lembar Negara Nomor 110 Tahun 2001), selanjutnya diganti

Kembali dengan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

29
.O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta: Rajawali Pers, 2007

36
Merek dan Indikasi Geografis (Lembaran Negara Nomor 252 Tahun

2016.30

Perbedaan yang menonjol dalam Undang – Undang Merek terbaru

dan yang lama adalah menyangkut pemeriksaan substantif dilakukan

setelah permohonan dinyatakan memenuhi syarat secara administratif.

Semula pemeriksaan substantif dilakukan setelah selesainya masa

pengumuman tentang adanya permohonan. Terkait perubahan ini

dimaksudkan agar dapat lebih cepat diketahui apakah permohonan

tersebut disetujui atau ditolak dan memberikan kesempatan kepada

pihak lain untuk mengajukan keberatan terhadap permohonan yang

telah disetujui untuk didaftar,31

Perlindungan terhadap merek dagang dan merek jasa dalam

udanng – undang diatur juga perlindungan terhadap indikasi geografis,

yaitu tanda yang menunjukan daerah asal suatu barang karena faktor

alam atau faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,

memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. 32

Undang – undang ini terciptalah pengaturan merek dalam

satu naskah sehingga lebih memudahkan masyarkat untuk

menggunakannya. Terkait hal ini ketentuan – ketentuan dalam undang

– undang merek lama, yang substansinya tidak diubah, dituangkan

kembali dalam undang – undang ini. Secara keseluruhan Undang –

30
Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001(Lembar Negara Nomor 110 Tahun 2001)
31
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) hlm. 90
32
Undang – Undang tentang Merek Nomor 15 Tahun 2001 Pasal 56 ayat (1

37
Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis Nomor 20 Tahun 2016

mengatur tentang.33

3. Pengertian Hak atas Merek dan Pemilik Merek

Pengertian hak atas merek menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh

negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek

untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek

tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

menggunakannya. Yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini adalah

adalah seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum, kecuali secara tegas dinyatakan lain. Hal ini dapat dilihat dalam

Penjelasan Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek yang berbunyi:

Pengertian hak atas merek menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor


15 Tahun 2001 tentang Merek adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum
Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri
merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya.

Yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini adalah adalah

seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum,

kecuali secara tegas dinyatakan lain. Hal ini dapat dilihat dalam

Penjelasan Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek yang berbunyi: “Kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang

33
OK.OP.Cit halaman 36

38
dimaksud dengan pihak dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya

dalam undang-undang ini adalah seseorang, beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum.” Hak eksklusif yang diberikan

tersebut berfungsi sebagai alat monopoli sehingga hak tersebut mutlak

ada pada pemilik merek dan dapat dipertahankan terhadap pihak

manapun.

Selain itu hak atas merek ini hanya diberikan kepada pemilik

merek yang beritikad baik sehingga orang lain atau badan hukum lain

tidak boleh menggunakan merek tersebut tanpa izin. Maka, dengan

adanya pendaftaran atas suatu merek barang atau jasa baru tercipta

hak atas merek, yaitu suatu hak eksklusif yang artinya orang lain tidak

dapat memakai merek yang sama untuk jenis barang yang serupa

Sesuatu dapat disebut merek apabila memenuhi persyaratan

yang ditentukan dalam Undang-undang Merek yang berlaku dan

permohonan pendaftarannya dilakukan oleh pemilik merek yang

beritikad baik. Oleh karena itu, aspek perlindungan hukum tetap

diberikan kepada mereka yang beritikad baik.

4. Jenis dan Bentuk Merk

Merek dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu merek dagang

dan merek jasa. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada

barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang

secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan

dengan barang sejenis lainnya58. Merek jasa adalah merek yang

39
digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau

beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk

mebedakan dengan jasa – jasa jenis lainnya. 34

Merek kolektif merupakan merek dari suatu perkumpulan

(association), umumnya adalah perkumpulan para produsen atau

para pedagang barang atau jasa yang diproduksi dalam suatu

negara tertentu60. Tanda – tanda yang diperkenalkan dengan istilah

merek kolektif tersebut bukan berfungsi untuk membedakan barang

atau jasa dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain melainkan

dipakai untuk membedakan asal – usul geografis atau karakteristik

yang berbeda pada barang atau jasa dan perusahaan – perusahaan

yang berbeda, tetapi memakai merek sama secara kolektif dibawah

pengawasan yang berhak.35

5. Subjek dan Objek Hak Atas Merek

a. Subjek Hak Atas Merk

Menurut Soedjono Dirdjosisworo, subjek hukum atau subject

van een recht yaitu “orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi

atau badan hukum yang berhak, berkehendak atau melakukan

perbuatan hukum. Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan

yang sangat penting didalam bidang hukum, khususnya hukum

keperdataan karenan subjek hukum tersebut dapat mempunyai

Undang – Undang tentang Merek Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 1 angka (3)
34

35
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (BandungPT. Citra
Aditya Bakti, 2007) hlm. 136

40
wewenang hukum. Menurut ketentuan hukum dikenal dua (2)

macam subjek hukum, yaitu manusia dan badan hukum.36

Orang yang memperoleh hak atas merek disebut sebagai

pemilik hak atas merek, namanya terdaftar dalam daftar umum

merek yang diumumkan dalam berita resmi merek. Menurut

Abdulkadir Muhammad pemilik merek terdiri atas64 :

a) orang perorangan (one person)

b) beberapa orang secara bersama – sama (several person

jointly);

c) badan hukum (legal entity).

Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karena

pemilik merek adalah orang yang membuat merek itu sendiri. Dapat

pula terjadi seseorang memiliki merek berasal dari pemberian atau

membeli dari orang lain.37

Subjek hak atas merek yang diatur dalam Undang – Undang

tentang Merek Nomor 20 Tahun 2016 adalah pihak yang

mengajukan permohonan pendaftaran merek dan pihak yang

menerima permohonan pendaftaran merek dalam hal ini adalah

kuasa yang telah diberikan oleh pemohon atau pejabat kantor

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI)66.

b. Objek Hak Atas Merek

36
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2006) hlm.
50
37
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Buku Panduan
Hak Kekayaan Intelektual (Tanggerang : Direktorat Jendal Hak Kekayaan Intelektual Departemen
Hukum dan HAM RI, 2008

41
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi

subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang dapat menjadi

pokok suatu perhubungan hukum, karena sesuatu itu dapat

dikuasai oleh subjek hukum67. Tentunya sesuatu harus

mempunyai harga dan nilai, sehingga memerlukan penentuan

siapa yang berhak atasnya, seperti benda – benda. 38

Adapun objek hukum yang dinyatakan dalam pasal 503

KUHPdt yaitu “tiap – tiap kebendaan adalah bertubuh atau tidak

bertubuh”. Benda dibagi menjadi dua (2) macam. 39

a) Benda berwujud (lichmalijke zaken), yaitu segala sesuatu yang

dapat diraba oleh panca indera seperti tanah, meja dan

sebagainya;

b) Benda yang tidak berwujud (onlichameltje zaken), yaitu segala

hak.

6. Fungsi dan Manfaat Merk

Perdagangan barang dan jasa merk merupakan salah satu

karya intelektual yang penting bagi kelancaran dan peningkatan

barang dan jas. Hal ini dikarenakan merk memiliki nilai strategis dan

penting bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merk selain

untuk membedakan dengan produk lain yang sejenis, dimaksudkan

juga untuk membangun citra perusahaan dalam pemasaran


38
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000)
hlm. 126
39
Ibid

42
(market). Bagi konsumen merk selain mempermudah identifikasi,

juga merupaka simbol harga diri. Bagi masyarakat, pilihan barang

terhadap merk tertentu sudah terbiasa dikarenakan berbagai alasan,

diantaranya kualitas yang terpercaya produknya telah mengenal

lama dan lain-lain, sehingga fungsi merk sebagai jaminan kualitas

semakin nyata.40

Jadi merek digunakan sebagai tanda pengenal asal barang dan

jasa yang sekaligus berfungsi untuk menghubungkan barang dan

jasa yang bersangkutan dengan produsennya. Fungsi utama merek

(terjemahan umum dalam bahasa Inggrisnya adalah trademark,

brand, atau logo) adalah untuk membedakan suatu produk barang

atau jasa, atau pihak pembuat/penyedianya. Merek mengisyaratkan

asal-usul suatu produk (barang/jasa) sekaligus pemiliknya. Hukum

menyatakan merek sebagai property atau sesuatu yang menjadi

milik eksklusif pihak tertentu, dan melarang semua orang lain untuk

memanfaatkannya, kecuali atas izin pemilik.41

Dengan demikian, merek berfungsi juga sebagai suatu tanda

pengenal dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa yang

sejenis. Pada umumnya, suatu produk barang dan jasa tersebut

dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan diberi suatu

tanda tertentu, yang berfungsi sebagai pembeda dengan produk

40
Haris Munandar & Sally Sitanggang, 2008, Mengenai Hak Kekayaan Intelektual Hak Cipta,
Paten, Merk dan Seluk-beluknya, Jakarta: Erlangga, hal. 52.
41
Munandar, Haris dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI, Hak Kekayaan Intelektual Hak
Cipta,Paten, Merek, dan seluk-beluknya, Jakarta, Erlangga,esensi , 2009, hlm.50

43
barang dan jasa lainnya yang sejenis. Tanda tertentu di sini

merupakan tanda pengenal bagi produk barang dan jasa yang

bersangkutan, yang lazimnya disebut dengan merek. Wujudnya

dapat berupa suatu gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. 42

Merk juga berfungsi sebagai penbeda dariproduk barang

atau jas yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan

produk barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan

hukum lain. Barang atau jasa yang dibuat tersebut merupakan

barang atau jasa yang sejenis, sehingga perlu diberi tanda

pengenal untuk membedakannya. Sejenis disini bahwa barang atau

jasa yang diperdagangkan harus termasuk dalam kelas barang

atau jasa yang sama. 43Fungsi merk diantaranya:44

a) Fungsi Indikator Sumber Merk berfungsi untuk menunjukkan

bahwa suatu produk bersumber secara sah pada suatu unit

usaha dan karenanya juga berfungsi untuk memberikan

indikasi bahwa produk itu dibuat secara profesional.

b) Fungsi Indikator Kualitas Merk berfungsi sebagai jaminan

kualitas khususnya dlam kaitan dengan produk-produk

bergengsi.

42
Usman, Rachmadi, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm 320
43
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Bandung: PT. Alumni, hal. 322
44
O.K., Saidin, Op.Cit, hal. 359

44
c) Fungsi Sugestif Merk memberikan kesan akan menjadi kolektor

produk tersebut.

Jenis merk dijelaskan pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merk dan Indikasi Geografis yaitu merk

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini meliputi merk dagang

dan merk jasa. Pasal 1 angka 2 menjelaskan merk dagang yaitu merk

yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang

atau beberapa orang secara bersama-sama taau badan hukum untuk

membedakan barang-barang sejenis. Sedangkan merk jasa dijelaskan

pada Pasal 1 angka 3 yaitu merk yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersamasama atau badan hukum yang membedakan jasa-jasa

sejenisnya.

Merk dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yang dikenal di

masyarakat, diantaranya yaitu:45

a) Merk Biasa (Normal Marks) Disebut juga sebagai normal mark

yang tergolong kepada merk biasa adalah merk yang tidak

memiliki reputasi tinggi. Merk yang berderajat biasa ini dianggap

kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup, baik dari segi

pemakaian dan teknologi, masyarakat atau konsumen melihat

merk tersebut kualitasnya rendah. Merk ini dianggap tidak memiliki

drawing power yang mampu memberi sentuhan keakraban dan

45
M. Yahya Harahap, 1996, Tinjauan Merk Secara Umum Dan Hukum Merk Di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1992, Bandung: PT. Ccitra Aditya Bakti, hal. 80.

45
kekuatan mitos (mysical power) yang sugesif kepada masyarakat

dan konsumen dan tidak mampu membentuk lapisan pasar dan

pemakai.

b) Merk Terkenal (Well Known Mark) Merk terkenal biasa disebut

sebagai well known mark. Merk jenis ini memiliki reputasi tinggi

karena lambangnya memiliki kekuatan untuk menaik perhatian.

Merk yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang

memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang

berada dibawah merek ini langsung menimbulkan sentuhan

keakraban (familiar attachment) dan ikatan mitos (famous mark)

c) Merk Termashyur (Famous Mark) Tingkat derajat merk yang

tertinggi adalh mer termahsyur. Sedemiian rupa tingkat

termahsyurnya di seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya

digolongkan sebagai merk aristokrat dunia. Derajat merk

termahsyurpun lebih tinggi daripada merk biasa, sehingga jenis

barang apa saja yang berada dibawahnya merk ini langsung

menimbulkan sentuhan mitos.

Oleh karena definisi tersebut bagi yang mencoba, besar

sekali kemungkinannya akan terjebak dengan perumusan tumpang

tindih merk terkenal.

7. Hak Merek

Black’s Lw Dictionary merk kolektif di definisikan sebagai

merk yang memiliki oleh suatu organisasi, digunakan oleh

46
anggota mereka untuk mengidentifikasikan diri mereka dengan

tingkat kualitas dan akurasi, asal geografis atau karakteristik lain

yang ditetapkan oleh organisasi. Pasal 1 Undang-undang Nomor

20 Tahun 2016 Tentang Merk dan Indikasi Geografis

menjelaskan hak merk yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh

negara kepada pemilik merk yang terdaftar untuk jangka waktu

tertentu dengan menggunakan sendiri merk tersebut atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Hak merk berfungsi sebagai suatu monopoli karena hanya

pemilik merk yang dapat menggunakan merk tersebut. Hak merk

bukan merupakan monopoli mutlak karena apabila jangka waktu

perlindungan merk telah habis dan pemilik merk tidak

memperpanjan waktu perlindungan tersebut, maka pihak lain

dapat menggunakannya. Hak atas merk dapat dipertahankan

terhadap siapapun juga, pihak yang tidak berhak tidak bisa

menggunakan merk sebagai hak eksklusif. Suatu merk menjadi

hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemilik merk atau

pihak lain yang diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut

dengan seizin pemilik merk.46

Hak merk menimbulkan hak eknomi (economi right) bagi

pemiliknua dikarenakan hak merk merupakan hak eksklusif,

maka hanya pemilik merk saja berhak atas hak ekonomi dari

suatu merk. Hak ekonomi adalah suatu hak untuk memperoleh


46
Tim Lindsey, 2003, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Banfung: Alumni, hal. 131

47
keuntungan ekonomi atas kekayaan intelektual. Hak ekonomi

tersebut berup keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena

menggunakan sendiri merk atau karena menggunakan oleh

pihak lain berdasarkan lisensi. Hak ekonomi pada merk terbatas

hanya 3 (tiga) jenis yaitu penggunaan sendiri, penggunaan

melalui lisensi merk dagang, lisensi merk jas tanpa variasi lain. 47

3. Perlindungan Hukum Merk

Perlindungan merk diattur pada Pasal 3 Undang-undang No.

20 Tahun 2016 Tentang Merk dan Indikasi Geografis yaitu hak atas

merk diperoleh setelah merk tersebut terdaftar. Terdaftar adalah

setelah permohonan melalui proses pemeriksaan formalitas, proses

pengumuman dan proses pemeriksaan substansif serta

mendapatkan persetujuan menteri untuk diterbitkan sertifikat.

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu

lintas kepentinga, perlindungan terhadap kepentingan tertentu

dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan

manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk

menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

Perlindungan hukum harus melihat tahapan, yakni perlindungan


47
Ibid

48
hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan

hukum yang diberikan oleh masyarakat, pada dasarnya merupakan

kesepakatan masyarakat untuk mengatur hubungan perilaku antara

naggota masyarakat lainnya dan antara perseorangan dengan

pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat. 48

Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)

yang dirugikan orang laindan perlindungan itu diberikan kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.49 Berdasarkan uraian diatas, memberikan pemahaman

bahwa perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya

fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum yaitu

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukm adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik

itu bersifat represif dan preventif,baik secara tertulis maupun tidak

tertulis dalam rangka penegakkan hukum. Modus pelanggaran

merk telah bergerak ke tingkat yang lebih canggih. Pelanggaran

merk ini disebut passing off (pemboncengan reputasi).

Passing off secara kepustakaan hukum Indonesia belum

dikenal, akan tetapi dengan demikian istilahnyapun masih

seluruhnya asing. Passinf off memang merupakan istilah yang

48
Satjipto Raharjo, 200, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 53
49
ibid

49
dikenal dalam sistem hukm Common Law. Sistem hukum Common

Law pemboncengan merk (passing off) ini merupakan suatu

tindakan persaingan curang (unfair competition) dikarenakan

tindakan ini mengakibatkan pihak lain selaku pemilik merk yang

telah di mendaftarlam merknya dengan itikad baik megalami

Berdasarkan uraian diatas, memberikan pemahaman bahwa

perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum yaitu keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukm adalah

suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai

dengan aturan hukum, baik itu bersifat represif dan preventif,baik

secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka penegakkan

hukum. Modus pelanggaran merk telah bergerak ke tingkat yang

lebih canggih. Pelanggaran merk ini disebut passing off

(pemboncengan reputasi). Passing off secara kepustakaan hukum

Indonesia belum dikenal, akan tetapi dengan demikian

istilahnyapun masih seluruhnya asing. Passinf off memang

merupakan istilah yang dikenal dalam sistem hukm Common Law

Undang-undang Merk No. 20 Tahun 2016 pada Pasal 2 Ayat

(3) menjelaskan merk yang dilindungi terdiri atas tanda berupa

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna dalam

bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram,

atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk

50
membedakan barang dan/atau jas yang diproduksi oleh orang atau

badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Hukum merk yang berlaku di Negara Indonesia memberikan

penjelasan mengenai ukuran merk dikatan merk terkenal (well

known mark) dapat dilihat pada bagian penjelasan Undang-undang

Merk No. 20 Tahun 2016 Pasl 21 Ayat (1) huruf b

yaitu:50permohonan ditolak jika merk tersebut mempunyai

persamaan pada pokoknya taau keseluruhannya dengan merk

terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis.

8. Pendaftaran Merek di Indonesia

a) Syarat Pendaftaran Merek

UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek menganut Sistem

Konstitutif, yaitu hak atas merek diberikan kepada pemilik merek

terdaftar. Permohonan pendaftaran merek diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia yang ditandatangani pemohon

atau kuasanya. Sebelum mendaftarkan suatu merek, ada syarat

yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum

yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu dapat

diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat

mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya daya pembedaan

yang cukup. Dengan kata lain tanda yang dipakai ini haruslah

sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk


50
Jacklin Mangowal, Perlindungan Hukum Merk Terkenal Dalam Perspektif Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk dan Indikasi Geografis, Lex Et Societatis, Volume V No. 9
November 200

51
membedakan barang hasil produksi sesuatu perusahaan atau

barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi

seseorang dengan barang-barang atau jasa yang diproduksi oleh

orang lain.51

Tidak semua permohonan pendaftaran merek dikabulkan

oleh Direktorat Hak Kekayaan Intelektual karena permohonan

pendaftaran merek dapat menghadapi tiga kemungkinan, yaitu:

a. tidak dapat didaftarkan;

b. harus ditolak pendaftarannya

c. diterima/didaftar

Dalam bahasa sehari-hari kata “tidak dapat didaftarkan” dan

“harus ditolak pendaftarannya” tentu tidak memiliki perbedaan yang

berarti karena semua berakibat tidak diterimanya permohonan

pendaftaran merek atau tidak didaftarkannya merek tersebut

sehingga apabila pihak yang mendaftar merek mengalami salah

satu di antara kedua hal tersebut, mungkin sama

“menyakitkannya”. Namun, kalau dicermati kedua hal tersebut

memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada latar

belakang yang dipertimbangkan oleh Direktorat Hak Kekayaan

Intelektual untuk tidak menerima permohonan tersebut.

Ketentuan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek mengatur

lebih lanjut apa saja yang tidak dapat dijadikan suatu merek atau

yang tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek. Berdasarkan


51
OK. Saidin, Op.Cit hal. 348

52
Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek bahwa merek tidak

dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di bawah

ini:

a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau

ketertiban umum;

b. tidak memiliki daya pembeda

c. telah menjadi milik umum;

d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang

atau jasa yang dimohonkan pendaftaran

Selanjutnya Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek

juga memuat ketentuan mengenai penolakan pendaftaran merek

yaitu:

1. Permohonan harus ditolak Direktorat Jenderal apabila merek

tersebut:

a. mempunyai persamaan pada pokok atau keseluruhannya

dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih

dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal;

c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah

dikenal

53
9. Penyelesaian Hukum Merk

Pelanggaran terhadap hak merk motivasinya adalah untuk

mendapatkan keuntungan secara mudah dengan mecoba

meniru, atau memalsukan merk yang sudah terkenal di

masyarakat. Tindakan tersebut dapat merugikan masyarakat

baik terhadap produsen maupun konsumennya. Selain itu

negarapun dirugikan atas tindakan tersebut. 52

Pemakaian merk tanpa hak dapat digugat berdasarkan

perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 KUHPerdata).

Penyelesaian sengketa merk dijelaskan pada Pasal 83

Undangundang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk dan

Indikasi Geografi, yaitu:

a) Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerima Lisensi Merek

terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain

yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang

mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis

berupa:

a. gugatan ganti dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut.

52
Ibid

54
b) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula

diajukan oleh pemilik Merek terkenal berdasarkan putusan

pengadilan.

c) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

kepada Pengadilan Niaga.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk dan

Indikasi Geografi menjelaskan bahwa merk terkenal dapat

mengajukan gugatan berdasarkan putusna pengadilan

sebagaimana dijelaskan pada Pasl 84, yaitu:

a. Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah

kerugian yang lebih besar, pemilik Merek dan/atau penerima

Lisensi selaku penggugat dapat mengajukan permohonan

kepada hakim untuk menghentikan kegiatan produksi,

peredaran, dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa

yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa hak.

b. Dalam hal tergugat dituntut menyerahkan barang yang

menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim dapat

memerintahkan penyerahan barang atau nilai barang

tersebut dilaksanakan setelah putusan pengadilan

mempunyai kekuatan hukum tetap.

Tata cara gugatan pada Pengadilan Niaga diatur dalam

Pasal 85 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk dan

Indikasi Geografi, yaitu:

55
1. Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3),

Pasal 68, Pasal 74, dan Pasal 76 diajukan kepada ketua

Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau

domisili tergugat.

2. Dalam hal salah satu pihak bertempat tinggal di luar wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia, gugatan tersebut

diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

3. Panitera mendaftarkan gugatan pada tanggal gugatan yang

bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan

tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan

tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.

4. Panitera menyampaikan gugatan kepada ketua Pengadilan

Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung

sejak gugatan didaftarkan.

5. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak

tanggal gugatan disampaikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), ketua Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan

menunjuk majelis hakim untuk menetapkan hari sidang.

6. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama

7 (tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan.

7. Sidang pemeriksaan sampai dengan putusan atas gugatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan

paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah perkara diterima

56
oleh majelis yang memeriksa perkara tersebut dan dapat

diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas

persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

8. Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang

mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum.

9. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada

ayat (8) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak

paling lama 14.

D. Tinjauan Umum Tentang Roti

1. Perkembangan Roti di Indonesia

Pengertian pangan menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan

Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu

dan Gizi Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak

diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman

bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan

atau minuman.53
53
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
(Jakarta : Pradnya Paramita, 1996) Pasalhttp://pengertianahli.id/2013/11/pengertian-pangan-
dan-jenis-jenis-pangan-2.html

57
Roti merupakan bahan makanan pokok yang dibuat dengan

campuran tepung terigu dan ragi. Perkembangan roti di

Indonesia sudah dimulai sejak Belanda menduduki wilayah

Indonesia dan berkembang hingga sekarang. 54 Roti berawal dari

Mesir dan Mesopotamia. Sekitar 4.600 tahun yang lalu di Mesir

kuno ada salah satu orang yang lupa untuk mengeringkan

adonan, sehingga adonan tersebut terfermentasi oleh kapang

dan setelah dibakar menghasilkan rasa yang enak dan empuk.

Sejak itulah mereka menambahkan ragi dalam adonan tepung

sehingga mengembang kemudian baru dibakar 55.

Di Indonesia roti merupakan bahan makanan yang cukup

lama ada karena pengaruh dari bangsa penjajah yang dulunya

mengonsumsi roti. Sejak zaman Belanda sekitar tahun 1930,

budaya makan roti biasa dilakukan orang-orang barat mulai

dikenalkan pada warga pribumi dengan cara diperjualbelikan. 56

E. Kota Semarang

Searah dan Letak Geografis Kota Semarang

Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah,

berada pada pelintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang

menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta. Secara geografis,

54
https://food.detik.com/info-kuliner/d-2586680/roti-dinikmati-orang-indonesia-dari- masa-
kolonial-hingga-era-digital diakses pada tanggal 16 agustus 2021
55
Ibid
56
Ibid

58
terletak diantara 109o 35‘ – 110o 50‘ Bujur Timur dan 6o 50’ – 7o

10’ Lintang Selatan. Dengan luas 373,70 KM 2, Kota Semarang

memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Laut Jawa

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

c. Sebelah Timur : Kabupaten Demak dan Kabupaten

Grobogan

d. Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah

dan perbukitan. Daerah pantai merupakan kawasan di bagian Utara

yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dengan kemiringan

antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan

di bagian Tengah, dengan kemiringan antara 2 – 15 %, daerah

perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan dengan

kemiringan antara 15 – 40% dan beberapa kawasan dengan

kemiringan diatas 40% (>40%.57

Sesuai dengan letak geografis, dipengaruhi iklim daerah tropis

yang dipengaruhi oleh angin muson dengan 2 musim, yaitu musim

kemarau pada bulan April – September dan musim penghujan

antara bulan Oktober – Maret. Curah hujan tahunan rata-rata

sebesar 2.790 mm, suhu udara berkisar antara 230 C sampai

dengan 340 C, dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77%.

57
Bappedasemarang.co.id

59
Kota Semarang dalam suatu sistem hidrologi, merupakan

kawasan yang berada pada kaki bukit Gunung Ungaran, mengalir

beberapa sungai yang tergolong besar seperti yaitu Kali Besole,

Kali Beringin, Kali Silandak, Kali Siangker, Kali Kreo, Kali Kripik,

Kali Garang, Kali Candi, Kali Bajak, Kali Kedungmundu, Kali

Penggaron. Sebagai Daerah Hilir, dengan sendirinya merupakan

daerah limpasan debiet air dari sungai yang melintas dan

mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan. Kondisi ini

diperparah oleh karakteristik kontur wilayah berbukit dengan

perbedaan ketinggian yang sangat curam sehingga curah hujan

yang terjadi di daerah hulu akan sangat cepat mengalir ke daerah

hilir .58

Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16

kecamatan dan 177kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,

terdapat 2 kecamatan yang mempunyai wilayahterluas yaitu

kecamatan Mijen dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan kecamatan

Gunung Pati dengan luas wilayah 54,11 Km2 . Kedua kecamatan

tersebut terletak dibagianselatan. Sedangkan kecamtan yang

memiliki luas terkecil adalah kecamatan Semaran Selatan, dengan

luas wilayah 5,93 Km . Diikuti oleh kecamatan Semarang

Tengah,dengan luas wilayah 6,14 Km2

58
http://e-journal.uajy.ac.id

60
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi didaftarkannya

merek atas produk makanan toko roti Virgin cake and

Bakery di Kota Semarang?

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang melata

rbelakangi didaftarkannya merek atas produk makanan toko roti

Virgin Cake and Bakery di Kota Semarang adalah di bawah ini

Berdasarkan hasil wawancara dengan produsen Virgin Cake

and Bakery yang telah mempunyai sertifikat merek atau dengan

kata lain merek yang mereka sudah terdaftar dalam Daftar Umum

Merek, yaitu:

1. Drs. CH ARIS SULISTIONO Selaku HR/GA di Toko Roti

Virgin Cake and Bakery di Kota Semarang

2. LIEM HAN LIONG/ SUTEA ALIM WIAYA Selaku Pemilik

Merk Toko Roti Virgin Cake and Bakery di Kota

Semarang

Dapat di gambarkan pada tabel berikut:

61
Tabel 1

Faktor yang melatarbelakangi didaftarkannya merk Rori Virgin Cake

and Bakery oleh produsenya

No. Jawaban Jumlah Presentase

Penjawab %
1. untuk kepastian hukum 2 100%
bahwa mereknya terdaftar
di Kemenkumham
dengan tulisan dan disain
yg ada. Baik untuk
kemasan maupun
penulisan diberbagai
media.
2. sebagai jaminan mutu dari 2 100%
produk yg di edarkannya
sehingga pelanggan
memgenali hanya ada
satu brand virgin utk
produk cake dan bakery
3. Mencegah pihak lain 2 100%
memakai merek tersebut
4. Menghindari Pemalsuan 2 50%
merk

Keterangan Tabel

Jumlah Responden : Dua (2) orang.

Sumber Tabel : Olahan data hasil penelitian bulan Juli-Agustus 2021

Berdasarkan Tabel 1 tersebut di atas, terdapat lima 4 faktor atau

alasan yang menjadi latar belakang kedua responden mendaftarkan

merek yang mereka pakai pada kemasan pada roti Virgin Cake and

62
Bakery yang diual oleh produsen pada toko roti Virgin Cake and Bakery

.adalah sebagai berikut:

1. Alasan pertama adalah diperolehnya kepastian hukum kepimilikan

merek sebagai alat bukti yang kuat bagi mereka (100%).

2. Alasan kedua adalah memperoleh jaminan perlindungan hukum

atas merek yang dipakai apabila suatu saat digugat oleh orang lain.

3. Alasan yang ketiga adalah mencegah pihak lain yang ingin

memakai merek mereka tanpa izin (100%).

4. Alasan yang keempat adalah agar adalah untuk menghindari

pemalsuan merek (50%).

Dari kedua responden tersebut yaitu HR dan Pemilik Toko Roti

Virgin Cake and Bakery seratus persen (100%) mengatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi mereka mendaftarkan merek pada Toko Roti Virgin

Cake and Bakery yang di jual adalah:

a. Adanya sertifikat merek sebagai alat bukti yang kuat bagi mereka;

b. Memperoleh jaminan perlindungan hukum atas merek yang dipakai

apabila suatu saat digugat oleh orang lain;

c. Mencegah pihak lain yang ingin memakai merek mereka tanpa izin.

Sedangkan lima puluh persen (50%) mengatakan bahwa

didaftarkannya merek tersebut adalah:

a. Untuk menghindari pemalsuan merek.

63
2. Bagaimana pelaksaan dan perlindungan hukum terhadap

pemilik merek pada produk makanan toko roti Virgin Cake and

Bakery di Kota Semarang

Semarang merupakan salah satu kota berkembang di

Indonesia yang memiliki potensi pasar yang baik. 59 Salah satu

industri yang saat ini sedang berkembang adalah Industri Kue 60, Di

kota Semarang pusat kota yang banyak menual ada beberapa

toko roti yang menual dan salah satunya adalah toko roti Virgin

Bakery and Cake yang terletak di bagian timur kota semarang di

daerah Tlogosari Semarang yang beralamat di Jl. Parang Kusumo

Raya No.16-18, Tlogosari Kulon, Kec. Pedurungan, Kota

Semarang, Jawa Tengah 5019.

Virgin Cake & Bakery sendiri dirintis oleh Ibu Nanik

Suteja dan Bapak Suteja Alim Wijaya sejak 1999. Usaha roti ini

bermula dari hobi Ibu Nanik yang gemar membuat kue, yang

kemudian timbul keinginan untuk membuat usaha sendiri.

Hingga saat ini Virgin Cake & Bakery telah memiliki tiga cabang

yang tersebar di Kota Semarang.

Dan setelah merasa bahwa toko tersebut bertumbuh

pesat dengan beralannya waktu pemilik merasa bahwa perlunya

merek dan perlunya di daftrakan merek pada kemenkunham

agar bertuuan untuk tidak ada toko roti lain yang membuat atau

59
Detik.com di akses pada tanggal 18 agustus pukul 22.00 wib
60
Kontan.co.id di akses pada tanggal 18 agustus pukul 22.00 wib

64
memiliki desain dan tidak di akui orang lain untuk merek ‘’

VIRGIN’’ Sehingga pada tahun 2007 telah didaftarakannya di

Kemenkunham.

Tetapi pada awal 2008 Virgin mendapatkan surat somasi

dari perusahaan dari amerika serikat bahwa nama VIRGIN

adalah nama perusahaan maskapai, merasa dirugikan sehingga

pemilik mendaftarakan merek VIRGIN adalah pemilik dari Liem

Han Liong pada produk makanan Toko kue, sehingga pada

tahun 2010 adalah tahun pendaftaran merek

Munculnya berbagai merek roti membuat masyarakat

menjadi bingung. Hal ini disebabkan karena banyak di internet

seperti social media atau toko roti mengatasnamakan Toko

Virgin Cake and Bakery meski rasa dan bentuk berbeda tapi

memiliki nama yang sama. Itulah pelaksaan atas didaftarkannya

merek pada Toko Roti Virgin Cake and Bakery

B. PEMBAHASAN

65
Berbicara tentang pembahasan pokok yaitu perlindungan

hukum pagi pemegang hak merek terdaftar, tentu tidak terlepas dari

pembahasan tentang kedudukan hukum yang diberikan oleh oleh

Pemerintah kepada para pemegang hak merek yang beritikad dalam

proses pendaftaran merek. Kedudukan hukum itu dapat terlihat dari

hak-hak yang diberikan oleh Pemerintah kepada pemegang hak merek

yang telah terpenuhi syarat-syarat sehingga terdaftar dan diberikan

oleh Pemerintah sertifikat pemegang hak merek yang sah.

Berikut adalah teori-teori yang dipergunakan sebagai dasar

pemikiran dalam perlindungan hak kekayaan intelektual antara lain

adalah :

1. Teori Perlindungan Hak kekayaan intelektual

Menurut Pasal 1 Ayat (1) menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak cipta menyatakan bahwa “hak cipta adalah hak eksklusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Dalam hal ini pada data pemilik toko roti Virgin Cake and Bakery sudah

memiiki hak ekskusif yang timbul secara otomatis, dengan mendaftarkan

merek ke Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan data

berikut:

Nama : LIEM HAN LIONG

66
Alamat pemilik merek : L.Parang Kusumo Raya No.18

Rt.007/Rw.002 Kel.Tlogosari Kulon

Kec.Pedurungan, Semarang

Untuk merek dengan nama : VIRGIN

Tanggal Penerimaan : 16 April 2007

No.Pendaftaran : IDM000280570

Tanggal pendaftaran merek : 22 November 2010

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi didaftarkannya merek atas

produk makanan toko roti Virgin Cake and Bakery di Kota

Semarang?

Produsen pemilik toko roti Virgin Cake and Bakery yang

telah mempunyai sertifikat merek berarti pemilik sudah

mendaftarkan merek ‘’ VIRGIN’’ pada kemasan yang produk

toko roti tersebut. Merek yang mereka pakai terdaftar dalam

Daftar Umum Merek sesuai ketentuan Pasal 3 Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Sebuah merek dagang

yang sudah terdaftar di Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual memberikan hak ekslusif bagi pemiliknya untuk

mengeksploitasi dan menggunakannya di seluruh wilayah

Indonesia.

67
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang merek pemilik telah mendaftarkan mereknya di di

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan

sertifikat merek sebagai berikut:

Nama: LIEM HAN LIONG

Alamat pemilik merek : L.Parang Kusumo Raya No.18

Rt.007/Rw.002

Kel.TlogosariKulo

Kec.Pedurungan,Semarang

Untuk merek dengan nama : VIRGIN

Tanggal penerimaan : 16 April 2007

No. Pendaftaran : IDM000280570

Tanggal pendaftaran merek : 22 November 2010

Berdasarkan penuturan dari kedua responden yang

berkeja dan pemilik dari roti Virgin Cake and Bakery telah

mempunyai sertifikat, agar pendaftaran merek memperoleh

jaminan perlindungan hukum atas merek yang digunakan dan

mempunyai sertifikat merek, sebagai tanda bukti

68
hak/kepemilikan atas merek tersebut apabila suatu saat digugat

oleh orang lain berhubungan dengan merek yang mereka

gunakan (100%). Selain itu, alasan utama mereka melakukan

pendaftaran merek adalah untuk kepastian hukum bahwa

mereknya terdaftar di Kemenkumham dengan tulisan dan

disain yg ada. Baik untuk kemasan maupun penulisan

diberbagai media, menghindari pemalsuan merek (50%)

Dari hasil penelitian yang sudah diolah, ada tiga (3) faktor

yang melatarbelakangi pemilik toko roti Virgin Cake and Bakery

yang mempunyai sertifikat merek dan telah mendaftarkan merek

yang telah digunakannya adalah sebagai berikut :

1. Faktor Hukum

Pemilik menginginkan bahwa adanya kepastian hukum. Bagi pemilik

kepastian hukum adalah pada saat pemilik diberikan sertifikat merek

sebagai tanda bukti hak kepimilikan yang kongkrit atas merek yang di

pakai pada toko roti Virgin Cake and Bakery.Oleh karena itu, pemilik

merasa bahwa perlu dan wajib mendaftarkan merek yang telah di

gunakan dalam bisnis pada toko roti Virgin Cake and Bakery

Pemilik menjadikan merek sebagai jaminan mutu dari produk yg di

edarkannya sehingga pelanggan memgenali hanya ada satu brand “

VIRGIN’’ untuk produk cake dan bakery, sebab mereka telah mempunyai

alat bukti yang kuat seandainya suatu ketika ada pihak lain yang dengan

sengaja ingin menggunakan merek yang mereka pakai tanpa izin.

69
Ataupun bila suatu ketika ada pihak lain yang ingin menggugat merek

yang mereka pakai, mereka bisa menunjukkan bahwa merekalah yang

berhak atas merek tersebut karena telah terdaftar dalam Daftar Umum

Merek sesuai ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek atas nama mereka.

2. Faktor Ekonomi

Semakin meningkatnya angka penjualan produk roti Virgin Bakery and

Cake berarti banyak di kenal oleh masyarakat dan mendorong produsen

roti Virgin Cake and Bakery telah mengajukan permohonan pendaftaran

merek yang telah mereka gunakan. Hal ini disebabkan dengan adanya

peningkatan keuntungan yang diperoleh sehingga mereka mempunyai

tambahan modal untuk membiayai proses pendaftaran merek.

3. Perpaduan Faktor Hukum dan Ekonomi

Semakin dikenalnya oleh masyarakat pada kualitas dari toko roti Virgin

Cake and Bakery dengan merek ‘’VIRGIN’’mendorong produsen untuk

melakukan perlindungan terhadap hak atas merek yang telah digunakan.

Mereka tidak ingin ada pihak lain yang bisa menggunakan lagi merek

mereka secara tanpa izin. Jadi, alasan utama yang melatarbelakangi

didaftarkannya pada toko roti Virgin Cake and Bakery produsen

mempunyai tujuan untuk memperoleh jaminan perlindungan hukum atas

merek yang mereka pakai. Apabila suatu saat ada pihak ketiga yang

70
mempunyai itikad tidak baik terhadap merek mereka, sudah ada alat bukti

yang kuat yaitu sertifikat merek yang menunjukkan pemilik yang

sebenarnya atas merek tersebut

2. Pelaksaan dan perlindungan hukum terhadap pemilik merek pada

produk makanan toko roti Virgin Cake and Bakery di Kota

Semarang

Merek merupakan salah satu wujud karya intelektual seseorang

yang dilindungi oleh Undang-undang Merek di Indonesia. Merek

merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-

angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut

sebagai identitas dari suatu produk (meliputi ruang lingkup, atribut,

kualitas, dan penggunaan) kepada konsumen yang memiliki daya

pembeda, yaitu membedakan sebuah produk barang atau jasa yang

dihasilkan pihak yang satu dengan pihak yang lain (kompetitor) dengan

kriteria-kriteria yang ada di dalamnya. Merek tersebut lama-kelamaan

dapat menjadi aset dari suatu perusahaan.

Setelah Indonesia meratifikasi Konvensi tentang Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO)

guna mengesahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang

Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia atau Agreement Establishing the WTO, dilakukan pembenahan

71
dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang Hak

Kekayaan Intelektual di Indonesia. Termasuk pula Undang-undang

Merek di Indonesia, tepatnya pada tanggal 1 Agustus 2001 mulai

diberlakukan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

yang menggantikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang

Merek.

Lahirnya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

memberikan warna baru dalam dunia usaha di Indonesia. Dalam hal ini

adalah usaha roti cake and Bakery di kota semarang . Merek menjadi

salah satu unsur penting yang dapat mewakili produsen roti untuk

memperkenalkan identitas produknya kepada masyarakat luas. Melalui

merek dapat digambarkan kualitas bakery and cake yang telah diual

Cake and Bakery adalah usaha roti yang banyak diminati di kota

Semarang. Sudah menjadi umum bahwa di semarang terkenal dengan

oleh-oleh dan salah satunya adalah roti dengan merek Virgin Cake and

Bakery hal ini membuat banyak produsen roti telah melirik usaha Cake

and Bakery untuk menual produk mereka dengan nama yang sama yaitu

Virgin Cake and Bakery dengan tuuan agar banyak yang mengira itu

adalah cabang asli roti Virgin Cake and Bakery

Turut-sertanya Indonesia dalam era globalisasi menimbulkan

tingkat persaingan yang semakin meninggi. Dalam persaingan usaha

yang cukup ketat, timbul banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan

72
oleh pelaku usaha untuk menjatuhkan kompetitor usahanya, misalnya

dengan melakukan pemalsuan merek, pemakaian merek roti Virgin Cake

and Bakery mebuat merek yang sama dengan tanpa izin . Hal tersebut

dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik merek roti Virgin Cake and

Bakery yang sebenarnya apabila kualitas roti yang dijual tidak sama

dengan kualitas roti Virgin Cake and Bakery dengan yang asli. Dengan

begitu dapat menimbulkan kebingungan pada masyarakat luas mana

merek yang asli dan mengira membuka cabang-cabang lain secara offline

ataupun online

Undang-undang Merek diciptakan guna mengantisipasi hal-hal

tersebut di atas. Namun, agar merek roti Virgin Cake and Bakery bisa

memperoleh perlindungan hukum harus memenuhi persyaratan-

persyaratan yang diatur dalam Undang-undang Merek dan peraturan-

peraturan lain yang mengatur tentang merek

Merek yang tertera pada kemasan roti Virgin Cake and Bakery

yang dijual di 3 cabang yang tersebar di kota semarang yaitu pertama

Jalan Parang KusumoRaya No. 18, Tlogosari, Semarang. Cabang

tersebut merupakan toko roti yang pertama kali dibangun oleh Bapak

Suteja dan Ibu Nanik termasuk merek dagang. Hal ini dikarenakan merek

tersebut digunakan dalam rangka memperdagangkan roti Cake and

Bakery perseorangan atau beberapa orang secara bersama-sama atau

badan hukum. Merek yang tertera pada kemasan pada roti Virgin Cake

73
and Bakery menjadi pembeda dari produk-produk roti Cake and Bakery

pada yang lainnya

Pengertian merek dagang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-

undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang berbunyi sebagai

berikut

Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang


diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.

Hukum merek Indonesia menganut sistem ”first to file”, sehingga

yang mendaftarkan pertama kali adalah yang berhak atas kepemilikan

suatu merek. Agar merek pada toko roti Virgin Cake and Bakery tersebut

dapat dilindungi hukum, khususnya hukum merek di Indonesia, maka

merek tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia - Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sehingga

terdaftar dalam Daftar Umum Merek dan pemilik merek yang sebenarnya

akan mendapat sertifikat merek sebagai tanda bukti hak/kepemilikan atas

merek dagang produk. Bila tidak, maka pemilik merek yang sebenarnya

akan sulit membuktikan haknya apabila suatu ketika merek tersebut

digunakan pihak lain atau digugat oleh pihak lain. Mengenai hak atas

merek tersebut diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek berbunyi sebagai berikut:

“Hak atas Merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara
kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk
jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

74
Berdasarkan hasil penelitian pada toko roti VirginCake and Bakery

dijual di 3 cabang yang tersebar di kota semarang yaitu pertama Jalan

Parang KusumoRaya No. 18, Tlogosari, Semarang dengan pemilik atas

nama Bapak Suteja dan Ibu Nanik erasa lebih tenang dalam menjalankan

usahanya ke depan. Selain itu, dengan adanya sertifikat merek, mereka

merasa lebih mudah membuktikan hak atas kepemilikan merek pada roti

Virgin Cake and Bakery yang telah di gunakan sehingga dalam usahanya

tidak lagi mencemaskan apabila suatu ketika ada yang menggugat merek

yang mereka gunakan. Justru bagi mereka, sertifikat merek yang dimiliki

bisa dijadikan alat untuk menggugat pihak lain yang dengan tanpa izin

memproduksi dan menjual dengan merek yang sama sehingga merugikan

konsumen yang sudah menjadi langganan.

Sertifikat merek merupakan tanda bukti bahwa merek tersebut telah

didaftarkan dalam Daftar Umum Merek. Undang-undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek memberikan hak ekslusif kepada pemiliknya. Hak

ekslusif ini memberikan jaminan perlindungan hukum atas merek yang

mereka gunakan. Hak ekslusif ini melarang produsen roti Cake and

Bakery yang lain menggunakan merek dan tulisan yang sama ataupun

gambar yang sama pada kemasannya. Hak tersebut tidak diberikan

kepada para produsen yang belum memiliki sertifikat merek. Dalam

kelanjutan usahanya, merek yang mereka gunakan bisa digunakan oleh

orang lain. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek tidak

memberikan perlindungan hukum bagi merek yang belum terdaftar dalam

75
Daftar Umum Merek. Sehingga, produsen yang belum mendaftarkan

mereknya tidak bisa melakukan tindakan hukum atau gugatan kepada

pihak ketiga yang memakai merek mereka tanpa izin.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan terhadap permasalahan yang dibahas antara lain sebagai

berikut.

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi didaftarkannya merek atas

produk makanan toko roti Virgin Cake and Bakery di Kota Semarang

a) Bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum bahwa mereknya

terdaftar di Kemenkumham dengan tulisan dan disain yg ada. Baik

untuk kemasan maupun penulisan diberbagai media(100%)

b) Sebagai jaminan mutu dari produk yang di edarkannya sehingga

pelanggan mengenali hanya ada satu brand “ VIRGIN’’ untuk

produk Cake dan Bakery (100%)

c) Mencegah pihak lain memakai merek tersebut. (100%)

76
d) Menghindari Pemalsuan merk (50%)

2. Pelaksaan dan perlindungan hukum terhadap pemilik merek pada

produk makanan toko roti Virgin Cake and Bakery di Kota Semarang

Pelaksanaan perlindungan hukum merek berdasarkan Undang-

undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, khususnya Pasal 3,

yaitu mengenai pemberian hak eksklusif oleh negara kepada pemilik

merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek terhadap produk

roti Virgin Cake and Bakery telah terlaksana secara efektif dan

sudah mempunyai sertifikat. Bagi pemilik karena memiliki sertifikat

mengatakan bahwa merasa lebih tenang dalam menjalankan

usahanya ke depan. Selain itu, dengan adanya sertifikat merek,

pemilik merasa lebih mudah membuktikan hak atas kepemilikan

usaha roti Cake and Bakery yang telah di gunakan pada merek roti

Virgin Cake and Bakery, sehingga dalam usahanya tidak lagi

mencemaskan apabila suatu ketika ada yang menggugat merek

yang telah di gunakan. Justru bagi yang mempunyai sertifikat

merek yang dimiliki bisa dijadikan alat untuk menggugat pihak lain

yang dengan tanpa izin memproduksi dan menjual dengan merek

yang sama sehingga merugikan konsumen yang sudah menjadi

langganan. Sertifikat merek merupakan tanda bukti bahwa merek

tersebut telah didaftarkan dalam Daftar

Umum Merek. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek memberikan hak ekslusif kepada pemiliknya. Hak

77
ekslusif ini memberikan jaminan perlindungan hukum atas merek

yang telah di gunakan. Hak ekslusif ini melarang produsen roti Cake

and Bakery lain menggunakan merek dengan tulisan ataupun

gambar yang sama pada kemasannya.

B. Saran

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat

diberikan beberapa saran terhadap permasalahan yang dibahas dalam

penulisan ini, yaitu sebagai berikut:

1. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) harus

segera membentuk tim konsultan hak kekayaan intelektual yang

berkompeten dan berwenang di bidangnya yang berada di setiap

daerah sehingga dapat memberikan kepastian akan informasi

mengenai persyaratan dan prosedur pendaftaran merek bagi

masyarakat

2. Pemerintah dapat melakukan penyesuaian mengenai penetapan

biaya permintaan pendaftaran merek berdasarkan besar kecilnya

usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha di Indonesia, sehingga

pelaksanaan perlindungan hukum terhadap merek, khususnya

dalam hal ini merek pada toko roti Virgin Cake and Bakery, karena

masih banyak pelaku usaha Cake and Bakery tidak mendaftarkan

78
mereknya bahkan banyak yang meniru merek yang telah merek

yang sudah di gunakan dengan begitu Virgin Cake and Bakery

merasa dirugikan dengan munculnya pelaku usaha yang membuat

merek yang sama dengan demikian membuat masyarakat luas

bingung dan mengira pelaku usaha Cake and Bakery yang lain

adalah cabang dari aslinya.

Daftar Pustaka

Buku

Abdul Kadir Muhamad, Hukum dan penelitian Hukum,


Bandung, Citra Aditya Bakti,2004
Achmad Gusman Catur Siswandi: Perlindungan Hukum
Terhadap Asset Pengetahuan Tradisional, Hlm. 1.
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,:
PT Asdi Mahasatya, Jakarta 2003,Hlm.86
Mahkamah Agung, GATT,TRIPS,dan Hak atas Kekayaan
Intelektual (Haki), (Mahkamah Agung: Jakarta,1998).Hlm

Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy dan Nur


Jihad, Kapita SelektaHak Kekayaan Intelektual, ,2000,
Yogyakarta: Pusat Studi Hukum UII, hal 91
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit. Hal. 44.
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,:
PT Asdi Mahasatya, Jakarta 2003,Hlm.86
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet 2, Kencana
Jakarta, 2008, Hlm 146
John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University

79
press, 1973, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 54.
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana,
Jakarta, 2008, hlm.158
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng
dan Godlieb N Mamahit, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009, Hlm.
385.
Peraturan Perundang-undangan

• UU Nomor 14 Tahun 1997 Tentang merek


• Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
• Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
• UU ayat (1) No.15 Th 2001 tentang perlindungan merek
Preventif.
• Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang
• Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
Indikasi

Website

https://business-law.binus.ac.id/2018/03/14/sisi-keuntungan-pendaftaran-
merek/ di akses pada tanggal 10 Agustus 2021 pikul 2.18 am wib

80

Anda mungkin juga menyukai