Oleh :
Oleh :
MADE WITARI NUGRAHA PUTRI
NIM. P07134019057
i
LEMBAR PERSETUJUAN
USULAN PENELITIAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :
TIM PENGUJI :
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
iii
RIWAYAT PENULIS
Laboratorium Medis.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Usulan penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
persyaratan menyelesaikan tugas akhir mata kuliah karya tulis ilmiah Program
Denpasar. Penulis menyadari bahwa tersusunnya usulan penelitian ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, SKM., M. Si selaku Ketua Jurusan
3. Ibu I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, SKM., MPH selaku pembimbimbing utama
v
4. Bapak I Nyoman Gede Suyasa, SKM., M.SI. selaku pembimbing pendamping
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu dan membimbing selama
6. Bapak, Ibu, kakak serta keluarga besar yang telah menjadi motivasi,
Kemenkes Denpasar dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
dan jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi penyempurnaan usulan penelitian ini. Besar harapan penulis
agar usulan penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
D. Unit Analisis dan Responden ................................................................. 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 66
viii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
NA : Nutrient Agar
RS : Rumah Sakit
xi
VAP : Ventilator Associated Pneumonia
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga infeksi nosokomial (Hospital
Acquired Infection), maka infeksi dapat berasal dari masyarakat atau komunitas
yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya bermula dari rumah sakit, tetapi
juga ditemukan pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi
kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
merupakan petugas paling lama berkontak dengan pasien bahkan sampai 24 jam
penuh. Perawat juga dapat menjadi peran yang cukup besar dalam melayani
Infeksi (PPI) adalah upaya untuk pencegahan dan meminimalkan terjadinya infeksi
1
kesehatan. Pengendalian infeksi nosokomial merupakan aktivitas perencanaan,
21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia menemukan
Organization (WHO) menerangkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14
negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik
sekunder yangdilakukan oleh (Antari, 2018), didapatkan informasi bahwa data yang
diperoleh dari Komite dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Mangusada Badung
Maka perlu dilakukan penelitian mengenai hal ini (Baharutan dan Soeliongan,
bedah, ruang rawat inap, dan ruang interna wanitaterdapat faktor yang
2
penyakit infeksi oleh bakteri resisten terjadi apabila bakteri resisten tersebut
aureus, E. coli dan Bacillus sp (WHO, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
yaitu Staphylococcus aureus. Pada penelitian (Hayati, Azwar, dan Puspita, 2012)
dengan judul pola dan sensitivitas antibiotik bakteri yang berpotensi sebagai
Telapak tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan
flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.Akan tetapi, bakteri ini juga
dapat menjadi penyebab infeksi, baik pada manusia maupun hewan.Beberapa jenis
3
danpersediaan linen di ruang rawat inap rumahsakit(Mungesti, Sekarwati, dan
Khristiani, 2016)
antibiotik merupakan masalah yang terjadi diseluruh dunia. Salah satu cara yang
pemberian dosis yang tepat dengan kebutuhannya pada kurun waktu yang
adekuat(WHO, 2002).
tertinggi yaitu sebesar 100% adalah antibiotik Ampicilin dan Amoxicilin keduanya
dokter untuk memilih antibiotik yang tepat dalam mengobati infeksi(Soleha, 2015).
Uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan metode Kirby-
Bauer yaitu dengan menggunakan difusi cakram, dan hasil bakteri dibaca
4
diameternya antaradiameternya antara14-17 mm, dan sensitif (S) apabila
kesehatan yang mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. Rumah sakit ini
menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap yang terdiri dari pelayanan rawat inap
terdiri dari 5 ruang rawat inap yaitu ruang cilinaya, ruang margapati, ruang
kecak, ruang janger, dan ruang oleg. Dengan adanya fasilitas pelayanan khususnya
di ruang janger yang merupakan ruangan yang difungsikan untuk perawatan pasien
bedah dan ruangan tersebut mempunyai angka rata-rata jumlah hari rawat inap yang
cukup lama sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi infeksi nosokomial pada
Penelitian ini dilakukan pada perawat di ruang janger RSUD Mangusada Badung
yang berisiko tinggi terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dan menularkan pada
orang lain.
B. Rumusan Masalah
5
2. Bagaimana sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik
amoxicillin pada hasil isolasi usap tangan perawat di ruang Janger RSUD
Mangusada Badung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
aureus terhadap antibiotik amoxicillin yang diisolasi dari sampel usap tangan
2. Tujuan Khusus
pada perawat.
Staphylococcus aureus
D. Manfaat Penelitian
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi masyarakat
6
Staphylococcus aureus dengan diketahuinya nilai sensitivitas antibiotik
tersebut.
b. Bagi penulis
c. Bagi pemerintah
2. Manfaat Praktis
pengembangan ilmu pengetahuan sebagai salah satu bahan kepustakaan serta dapat
dijadikan dasar dalam penelitian lebih lanjut tentang uji sensitivitas bakteri
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Nosokomial
Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang yang artinya
merawat atau rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi
kesehatan yang dapat menjadi permulaan infeksi dimana orang sakit dirawat.
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap
orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan
ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit,
pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi Rumah sakit(Septiari, 2012).
Suatu infeksi pada penderita bari bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial
a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa
8
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang
sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
tinggi.
9
kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung, dan
dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis
A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi jika penularan pertumbuhan
objek perantara (umumnya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut
Penularan ini melalui benda mati yang sudah terkontaminasi oleh kuman,
sehingga dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-
jenis common vehicle artinya darah atau produk darah, cairan intravena, obat-
Penularan ini terjadi jika mikroorganisme memiliki ukuran yang sangat kecil
sehingga akibatnya bisa mengenai penjamu pada jarak yang relatif jauh, dan
penularan secara eksternal apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
10
salmonella oleh lalat. Penularan secara internal apabila mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh vektor, dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasite
berikut:
a. Tahap pertama
b. Tahap kedua
Ialah upaya berasal dari mikroba patogen untuk menginvasi ke jaringan atau
organ penjamu (pasien) menggunakan cara mencari akses masuk (port d’entrée)
seperti adanya kerusakan atau lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut,
c. Tahap ketiga
11
a. Mikroorganisme berada di kulit atau pakaian pasien dan lingkungan sekitar
pasien akan berbeda pada setiap pasien. Jumlah dan risiko kolonisasi pada
angka kontaminasi.
d. Tangan tenaga kesehatan akan tetap terkontaminasi jika hand hygiene tidak
langsung atau benda lain yang akan menyentuh pasien, seperti kateter.
tangan(Darmadi, 2008).
(VAP)
berada pada masa inkubasi saat dirawat dan terjadi lebih dari 48 jam setelah
12
perawatan di rumah sakit(Pangalila, 2019). Faktor resiko umum untuk
berkembangnya HAP ialah umur lebih tua dari 70 tahun, co-morbiditas yang serius,
malnutrisi, penurunan kesadaran, berlama lama tinggal di rumah sakit, dan penyakit
yang terjadi >48 jam setelah intubasi trachea.Ventilator mekanik adalah alat yang
dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang didepan leher dan masuk ke
dalam paru. Umumnya penyebab pneumonia nosokomial berasal dari bakteri flora
endogen(Warganegara, 2017).
b. Phlebitis
yang disebabkan oleh kateter vena ataupun iritasi kimiawi zat adiktif dan obat-
obatan yang diberikan sebagai perawatan dirumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan. Phlebitis juga diartikan sebagai inflamasi pada vena yang disebabkan
oleh iritasi kimia, mekanik, maupun oleh bakteri. Ditandai oleh adanya daerah yang
pembengkakan, nyeri atau rasa keras disekitar daerah penusukan atau sepanjang
patogen yang naik dari uretra ke kandung kemih dan berkembang biak serta
memasukkan kateter urine dari uretra ke menuju kandung kemih. Kateterisasi urine
dilakukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan urine secara normal (retensi
13
atau obstruksi urine). Pemasangan kateter urine menjadi port of entry bagi
terkontaminasi(Sari, 2014).
Infeksi luka operasi atau surgical site infection (SSI) adalah infeksi pada
tempat operasi merupakan salah satu komplikasi utama operasi yang meningkatkan
oleh beberapa faktor, antara lain diabetes melitus, nilai American Society of
luka membran, lama monitoring perawatan luka dan jumlah dari bedah sesar,
perawatan pasca-operasi, body mass index (BMI), dan teknik penutupan luka
e. Dekubitus
eksternal dalam jangka waktu lama(Patricia, 2011). Penyebab utama dari ulkus
oksigen, pada mulanya akan tampak merah kemudian meradang menghasilkan luka
1. Definisi
14
Flora normal merupakan mikroorganisme yang bertempat pada suatu
wilayah tanpa menyebabkan penyakit pada inang yang ditempati. Flora normal
paling umum dijumpai pada tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit,
mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital.
Bakteri yang biasa menempati kulit normal sekitar 10 2– 106 CFU/cm2 . Flora normal
menguntungkan bila ia berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan
berada di tempat yang tak semestinya atau jika ada faktor predisposisi(Jawetz,
diisolasi dari kulit, namun tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme
transien, yang terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam
berbagai bentuk, dari berbagai sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak
dengan kulit. Telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku adalah lokasi tersering
2. Klasifikasi
yang merugikan dan kompetisi terhadap nutrisi pada ekosistem. Secara umum flora
residen jarang dikaitkan dengan infeksi, namun dapat menyebabkan infeksi pada
daerah steril tubuh, mata atau kulit yang mengalami kerusakan (Kenneth, 2012).
15
Pada normalnya flora transien tidak dijumpai pada permukaan tangan. Flora
transien berkoloni, bertahan dan berkembang biak pada telapak tangan. Biasanya
koloni flora transien didapat melalui kontak kulit dengan kulit yang memiliki koloni
flora transien. Kemampuan transmisi dari flora transien dipengaruhi oleh jenis flora
transien, jumlah flora normal pada kulit, dan tingkat kelembaban kulit. Beberapa
contoh flora transien yang dominan adalah Staphylococcus aureus, coccus gram
positif(Brook, 2014).
C. Staphylococcus aureus
kuning emas sehingga dinamakan aureus (berarti emas, seperti matahari). Bakteri
bagian tubuh lain. Mikroorganisme ini membentuk koloni berwarna kuning pada
media yang kaya nutrisi dan seringkali bersifat hemolitik pada media agar yang
16
mengandung darah(Radji, 2016).Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-
46℃ dan pada pH 4,2-9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter
dan cenderung non hemolitik. Organisme seperti itu jarang menghasilkan nanah
2014).
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. Aureus
MRSA) ditemukan pada kulit dan selaput lendir, dan manusia adalah reservoir
17
kolonisasi Staphylococcus aureus yang lebih tinggi (hingga 80%), seperti petugas
kesehatan, orang yang menggunakan jarum secara teratur (misal penderita diabetes
dan pengguna obat intravena (IV)), pasien yang dirawat di rumah sakit, dan
1. Masa inkubasi
timbulnya mutan resisten, semakin besar juga kemungkinan bakteri yang kurang
(Maranty, 2016).
2. Suhu
kimia. Contohnya pada suhu yang sangat tinggi protein akan mengalami denaturasi
yang kurang baik (irreversible), namun pada suhu sangat rendah aktivitas enzim
akan berhenti. Maka dari itu dalam kondisi pertumbuhan bakteri gunakanlah suhu
3. pH
pH adalah indikasi tinggi rendahnya ion hidrogen. Maka jika pH dari suatu
4. Oksigen
18
Berdasarkan kebutuhan oksigen mikroorganisme akan dibagi menjadi 3 yaitu
kebutuhan hidup, anaerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat hidup ada dan
5. Radiasi
Radiasi di bumi dapat didapatkan dari sinar matahari (visible light), radiasi UV
E. Antibiotik
(misalnya pada pasien neutropenia) atau infeksi di lokasi yang terlindung (misalnya
digunakan(Kefarmasian, 2011).
Penggunaan obat bakterisidal ini umumnya digunakan pada pasien yang memiliki
sistem imun rendah (HIV/AIDS) sehingga sistem imun inang tidak dapat melawan
19
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme aksinya menjadi
streptoGramins
sulfonamid
F. Amoxicillin
antibakteri spektrum luas dalam golongan penisillin dan dapat mengobati berbagai
kerusakan pada dinding sel bakteri. Mekanisme dari β-lactam, protein pengikat
penisilin yang spesifik yang berlaku sebagai obat reseptor bakteri. Penghambatan
1. Terapi Empiris
20
Antibiotik untuk terapi empiris digunakan pada kasus infeksi yang belum
diketahui jenis bakteri penyebab dari infeksi tersebut dan pola kepekaannya.
pemberian antibiotik empiris selama 48-72 jam kemudian harus dilakukan evaluasi
sesuai dengan data-data yang menunjang evaluasi seperti data hasil pemeriksaan
empiris merupakan upaya terbaik dalam mengetahui bakteri yang diduga menjadi
2. Terapi Definitif
Pemberian antibiotik terapi definitif digunakan pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dari infeksi tersebut dan pola resistensinya. Tujuan
21
H. Pemeriksaan Laboratorium
1. Identifikasi Bakteri
a. Mikroskopis
hanya karena ukurannya yang sangat kecil, melainkan juga karena mikroorganisme
tersebut transparan dan praktis tidak berwarna bila disuspensikan dalam suatu
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pada pewarnaan gram, hasil yang
didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel bakteri. Pada pewarnaan gram
ini, reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu crystal violet, iodine, alkohol dan
yang mempengaruhi kemampuan dinding sel mengikat warna dasarwarna ungu dari
peptidoglikan akan mengikat crystal violet dengan kuat setelah dikuatkan iodine.
Sementara crystal violet yang terikat membran luar sel gram negatif akan tercuci
(larut) oleh alkohol.Setelah warna dasar tercuci pada bakteri gram negatif, warna
22
pembanding yang diberikan safranin akan diikat oleh sel, sehingga sel berwarna
b. Uji biokimia
aureus dengan S. epidermidis. Hal ini karena media MSA mengandung konsentrasi
garam NaCl yang tinggi (7,5-10%), manitolserta indikator phenol red. Pertumbuhan
S. aureus pada MSA akan menunjukkan perubahan warna media dari merah
menjadi kuning yang disebabkan adanya produksi asam sebagai hasil fermentasi
2) Uji katalase
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen bebas. Produksi katalase dapat
biakan agar miring Trypticase Soy Agar (TSA). Jika terdapat katalase maka akan
terbentuk gelembung-gelembung gas oksigen bebas (O2↑), hal ini menunjukkan uji
katalase positif. Hasil uji katalase dinyatakan negatif jika tidak tampak adanya
(Sherman, 2009).
3) Uji koagulase
uji koagulase positifyaitu berupa protein yang menyerupai enzim yang bila
23
Sedangkan Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus albus, Staphylococcus
negatif. Fungsi enzim ini adalah untuk membantu bakteri dalam melakukan suatu
penyamaran oleh perlawanan imun dari host, dan untuk mendeteksi pembentukan
2. Uji Sensitivitas
cakram ini harus memperhatikan semua variabel yang digunakan dalam prosedur
pengujian seperti ketebalan media, jenis media dan suhu. Untuk melakukan uji
patogen(Cavalieri, 2005).
Tahap yang paling penting dalam uji sensitivitas antibiotik adalah proses
dalam mempersiapkan inokulum yang akan diuji. Hal ini meliputi pemilihan koloni
bakteri. Pertama adalah pemilihan koloni yang akan diuji, diusahakan memilih 1
koloni sehingga akan menghasilkan hasil yang akurat. Jika menggunakan 3-5
koloni akurasi dari uji sensitivitas akan berkurang dan memberikan hasil resistensi
yang lebih tinggi. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan subkultur koloni
target. Syarat lain dalam pembuatan suspensi adalah umur koloni yang tidak lebih
transfer koloni bakteri pada media MHAcair, inkubasi 37℃selama 18 jam bakteri
uji mengalami fase eksponensial atau logaritma (dimana bakteri dalam fase aktif,
24
metabolisme dan enzim yang terbentuk maksimal serta berada dalam fase
berbeda, tambahkan NaCl Fisiologis. Masukkan lidi kapas steril ke dalam suspensi
tersebut dan tekan lidi kapas pada dinding tabung, ratakan lidi kapas steril yang
diolesi suspensi ke seluruh media MHA dengan ketebalan standar 0,6 cm. Diamkan
amati zona pertumbuhan bakteri di sekitar disk dan ukur diameter zona hambatnya
(Lay, 1994). Diameter zona terang yang terbentuk diukur dalam satuan mm, dan
suspensi bakteri yang akan diuji dapat diukur atau dibandingkan dengan standar
McFarland 0,5. Standar McFarlandterbuat dari partikel barium sulfat atau lateks,
a. Metode difusi
Metode ini dilakukan dengan meletakkan piringan yang berisi antibakteri agar
25
berdifusi ke dalam media agar. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-
Metode ini dilakukan dengan meletakkan sampel uji berupa agen antibakteri
ke dalam parit yang dibuat dengan memotong media agar dalam cawan petri pada
cawan petri secara membujur, kemudian bakteri digoreskan ke arah parit yang
berisi agen antibakteri. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Cara sumur ini mirip dengan cara parit, yakni membuat sumur pada media
agar yang telah ditanami mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen
antibakteri yang akan diuji. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24
kelebihan, yakni lebih mudah digunakan untuk mengukur zona hambat yang
terbentuk, karena isolate beraktivitas tidak hanya di permukaan atas media agar
b. Metode dilusi
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KMB). Prosedur dari metode ini adalah
dengan membuat seri pengenceran agen bakteri pada media cair yang ditambahkan
26
dengan bakteri uji. KHM dapat ditentukan dari kadar terkecil agen antibakteri yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji. Lalu selanjutnya dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan media uji ataupun agen antibakteri dan
diinkubasi selama 18-2 jam. Daerah bening pada media cair setelah diinkubasi
menunjukkan KMB.
Metode ini hamper sama dengan metode dilusi cair, hanya saja pada metode
ini menggunakan media padat. Keuntungan dari metode ini adalah untuk menguji
beberapa bakteri uji dapat hanya dengan menggunakan satu konsentrasi agen
antibakteri.
intermediet, atau sensitif apabila zona hambat yang dihasilkan sebagai berikut:
(CLSI, 2019)
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Pemeriksaan laboratorium
Positif Negatif
Identifikasi
Uji sensitivitas
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
28
Rumah sakit menjadi tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang dapat menjadi permulaan infeksi dimana orang sakit dirawat. Batas
infeksi nosokomial pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, dan timbul
janger yang artinya ruangan yang difungsikan untuk perawatan pasien bedah
sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi infeksi nosokomial pada rumah sakit
ini. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada tangan perawat, penting untuk
tidak langsung dengan pasien di rumah sakit. Higienitas tangan perawat dapat
keperawatan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri patogen oportunistik. Uji
38
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai berasal dari
orang, objek atau aktivitas yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah uji sensitivitas bakteri Staphylococcus
c. Variabel kontrol
faktor luar yang tidak diteliti(Sugiyono, 2018). Beberapa hal yang dikendalikan
pada hasil isolasi dan identifikasi bakteri Staphylococcus aureusantara lain kontrol
kontaminasi dan sterilisasi alat dan media, ketebalan media Mueller Hinton Agar
39
2. Definisi Operasional Variabel
2018)merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau aktivitas yg
mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala
Data
1 2 3 4
Perawat Suatu bentuk pelayanan Wawancara Nominal
profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan
praktikkeperawatan
(Kemenkes RI, 2014).
Staphylococcus Staphylococcus aureus ialah Pemeriksaan Nominal
aureus bakteri gram-positif sehingga laboratorium
dapat menyebabkan penyakit dengan
pada pasien/perawat yang mikroskopisdan
teridentifikasi dari sampel ujibiokimia
usap tangan perawat di ruang
Janger(Angga dan Budiarti,
2015).
Uji Sensitivitas Proses uji daya hambat secara Ukurandiameter Rasio
difusi mengukur diameter zona hambat
zona hambat sesuai antibiotik yang
terbentukdihitung
40
yang digunakan pada media menggunakan
Mueller Hinton Agar (MHA). penggaris dengan
satuan (mm).
Antibiotik Amoxicillin merupakan Observasional Rasio
amoxicillin antibiotik golongan
penisilinyang digunakan
untuk mengatasi infeksi
akibat bakteri(Herawati, dan
Irawati, 2014).
41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk mengetahui gambaran fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu
B. Alur Penelitian
42
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi sampel ialahperawat di ruang janger RSUD
kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%
tabel Krejcie Morgan, yaitu dengan jumlah populasi 41 maka sampel yang
digunakan sebanyak 36. Sehingga dalam penelitian ini dengan jumlah populasi
berikut ini:
43
Tabel 2.
Pengambilan sampel (Tabel Krejcie Morgan)
N S N S N S
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 65 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 75 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 100000 384
Keterangan:N=jumlahpopulasi
S=sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria
44
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi artinya ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa diambil
menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:
3) Perawat yang mempunyai riwayat baru sembuh dari luka telapak tangan.
5) Perawat yang tidak hadir pada saat pengambilan sampel usap tangan.
karakteristik sampel pada elemen populasi (Noor, 2011). Pada penelitian ini teknik
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel(Sugiyono,
2018). Salah satu teknik dalam non probability sampling adalah purposive
a. Data primer
Menurut (Sugiyono, 2016) data primer adalah sebuah data yang langsung
didapatkan dari sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Data
45
primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah wawancara, dan hasil
perawat.
b. Data sekunder
Menurut (Sugiyono, 2018) data sekunder artinya sumber data yang diperoleh
dengan cara membaca, mengkaji serta memahami melalui media lain yang
sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini ialah data informasi dari RSUD
jumlah tenaga kesehatan perawat di ruang janger RSUD Mangusada Badung dan
a. Wawancara
dan manfaat penelitian yang dilakukan, untuk mendapatkan data karakteristik dari
wawancara.
Dalam penelitian ini sampel yang dibutuhkan yaitu usap tangan perawat.
Melakukan usap tangan menggunakan lidi steril yang sudah dicelupkan ke dalam
larutan NaCl 0,9% kemudian gosok seluruh permukaan telapak tangan dan sela-
46
pengecatan Gram apusan yang telah diwarnai kemudian diamati dibawah
ungu, pada uji biokimia yaitu: uji katalase koloni yang ditambahkan dengan H 2O2
akan menunjukkan hasil positif jika terdapat gelembung, sedangkan uji koagulase
dilakukan dengan penetesan reagen koagulase/plasma serum pada kaca objek yang
telah berisi koloni, hasil positif ditandai dengan munculnya penggumpalan pada
koloni 0,5 McFarland untuk uji sensitivitas dengan inokulasi pada media GC Agar
Staphylococcus aureus.
3. Instrumen penelitian
adalah lembar informed consent, lembar wawancara, alat untuk dokumentasi, dan
alat tulis.
a. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah kapas lidi steril, tabung
reaksi (merk Pyrex), neraca analitik (merk Radwag), rak tabung reaksi, api bunsen,
ose bulat, ose jarum, erlenmeyer (merk Pyrex), batang pengaduk, bola hisap, pipet
47
kaca objek, pipet tetes, gelas beaker (merk Iwaki), gelas ukur (merk Pyrex),
petridish, kaca objek, mikroskop binokuler (merk Olympus), inkubator (merk Esco
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Natrium Chlorida
Nutrient Agar (NA) media Manitol Salt Agar (MSA), media Mueller Hinton Agar
H2O2(Hidrogen Peroksida),plasma sitrat, indikator tip dan kertas label, oil imersi,
aluminium foil.
3) Prosedur Kerja
tingkat dua yaitu tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan petugas laboratorium di
No. 27, 2017). Sedangkan bagi responden wajib menggunakan APD minimal yaitu
masker medis.
48
Pengambilan sampel usap tangan berdasarkan prosedur kerja yang
dilakukan oleh (Zuhriyah, 2004) dan dimodifikasi oleh penulis. Prosedur kerja yang
dilakukan yaitu:
dilakukan strike pada kuadran I, dan dilanjutkan strike sampai pada kuadran IV
(5) Koloni yang tumbuh pada media pertumbuhan diamati bentuk (bulat
keemasan).
49
(6) Pertumbuhan Staphylococcus Aureus pada MSA akan menunjukkan perubahan
warna media dari merah menjadi kuning yang disebabkan adanya produksi
(2) Dibakar ujung ose bulat pada api bunsen hingga berwarna kemerahan
(3) Diambil koloni dari media MSA yang mengubah warna media menjadi kuning
(4) Diinokulasikan koloni dari media MSA ke media NA dengan strike IV kuadran
secara aseptis
(7) Koloni yang tumbuh pada media pertumbuhan diamati bentuk (coccus/bulat),
positif).
c) Pewarnaan gram
2) Kaca objek dibersihkan dengan tisu untuk menghilangkan lemak yang ada
4) Ambilah NaCl menggunakan ose dan diteteskan di atas kaca objek secukupnya
5) Ambil biakan koloni yang tumbuh pada media NA kemudian dibuatkan apusan
50
6) Fiksasi pada api bunsen
setetes hingga aliran alkohol yang menetes hampir jernih. Kemudian bilas
10) Lakukan pewarnaan dengan larutan safranin dan didiamkan selama 45 detik
11) Preparat yang sudah jadi diamati dengan mikroskop pada perbesaran lensa
12) Bakteri gram positif yang memiliki peptidoglikan tebal akan mengikat kuat
crystal violet sehingga berwarna ungu. Sedangkan bakteri gram negatif akan
menyerap safranin sehingga berwarna merah muda (Putri Hiaranya, Sukini, dan
Yodong, 2017).
d) Uji katalase
(3) Diambil 1 koloni bakteri dari media NA secara aseptis, kemudian dicampurkan
(4) Diamati ada tidaknya gumpalan atau bekuan pada reaksi tersebut
(5) Interpretasi hasil: uji katalase positif yaitu buih (busa). Uji katalase negatif
51
(6) Koloni yang menunjukkan katalase positif dilanjutkan dengan uji koagulase
(Kurniawan, 2017).
e) Uji Koagulase
(3) Koloni yang sebelumnya menunjukkan katalase positif diambil1 koloni bakteri
dari media NAsebanyak 1-2 ose, dicampur merata dengan reagen koagulase
(5) Diamati ada tidaknya gumpalan atau bekuan pada reaksi tersebut
(6) Interpretasi hasil: uji koagulase positif yaitu terjadi penggumpalan pada
reagen uji koagulase. Uji koagulase negatif yaitu tidak terjadi penggumpalan
mikroskopis dan uji biokimia (uji katalase dan koagulase) kemudian diinokulasikan
pada media GC agar dengan metode aseptis. Selanjutnya dilakukan uji sensitivitas
(4) Diambil koloni tunggal pada media coklat agar dan dilarutkan dalam tabung
52
(1) Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap
(3) Suspensi 0,5 McFarland diinokulasikan pada media MHA dengan membuat
(4) Ditempelkan cakram antibiotik amoxicillin pada permukaan media yang telah
(3) Diukur diameter zona hambat dengan menggunakan jangka sorong atau
penggaris
53
Pengambilan sampel usap tangan
Pemeriksaan laboratorium
1. Pengolahan data
2. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
yaitu tidak dibahas secara uji statistik, tetapi dengan cara membandingkan
54
antara lain resisten (R) dan sensitif (S). Jumlah dari masing-masing hasil tersebut
J. Etika Penelitian
a. Mengisi formulir registrasi pengajuan dan isian kelayakan kaji etik penelitian
d. Formulir pengajuan kaji etik, isian kelayakan kaji etik, ringkasan protokol atau
55
Penelitian perlu mempertimbangkan hak – hak subjek peneliti tersebut.
b. Kebaikan/kemanfaatan (beneficence)
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain (Purnama, 2016).Kewajiban
dialami subjek yang diteliti. Semua penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat,
desain penelitian harus jelas, peneliti yang bertanggung jawab harus mempunyai
kompetensi yang sesuai.Pada penelitian ini menggunakan APD tingkat dua untuk
c. Kerahasiaan (confidentiality)
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak
menerapkan cara untuk menulis identitas responden dengan urutan abjad dan umur
responden, dan peneliti juga tidak mengambil gambar (foto) tanpa persetujuan dari
responden.
56
d. Keadilan (justice)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, dan
57
DAFTAR PUSTAKA
Alsen, S. 2014. Infeksi Luka Operasi. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 46(3), 230–
231. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2710. Diakses
pada tanggal 12 Februari 2022.
Amelinda, D., dan Usman. 2014. Pola Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi
Saluran Napas Bawah Non Tuberkulosis Terhadap Kotrimoksazol di
Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari
2012 – 31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 387–396.
https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.147. Diakses pada tanggal 14 Februari
2022.
Angga, P., dan Budiarti, Y. 2015. Identifikasi Jenis Bakteri Kontaminan Pada
Tangan Perawat Di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin
Periode Juni-Agustus 2014 Ikhwanda. Berkala Kedokteran, 11, 11–18.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jbk/article/view/180. Diakses pada
tanggal 13 Februari 2022.
Antari. 2018. Angka Kuman dan Identifikasi Bakteri Pada Tangan Tenaga
Paramedis di Ruang Neonatal Intensive Care Unit RSUD Badung
Mangusada. 2. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/649/. Diakses
pada tanggal 11 November 2021.
59
720%401442285944459/download/NCCLS+Manual+of+Antimicrobial+S
usceptibility+Te. Diakses pada tanggal 15 Februari 2022.
CLSI. 2019. What ’ s New in the 2019 CLSI Standards for Antimicrobial
Susceptibility Testing ( AST ). https://clsi.org/media/3062/clsi-update-
2019_21819_final_fullsizedhandouts.pdf. Diakses pada tanggal 18 Februari
2022.
Hayati, Z., Azwar, dan Puspita, I. 2012. Pattern and Antibiotics’ Sensitivity of
Bacteria Potentially Causing Nosocomial Infection at Surgical Wards,
RSUDZA, Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Yarsi, 20(3), 158–166.
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user
=_-vN0kEAAAAJ&citation_for_view=_-
vN0kEAAAAJ:LkGwnXOMwfcC. Diakses pada tanggal 15 Februari 2022.
Herawati, F., dan Irawati, L. 2014. Terapi Antibiotik pada Infeksi Nosokomial.
Buletin Rasional, 9(2), 15–16. http://repository.ubaya.ac.id/28034/. Diakses
pada tanggal 14 Februari 2022.
60
Jawetz, Melnick, dan A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh
Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono, S.,
Alimsardjono, L.,. Edisi XXII. Medika Salemba.
https://onesearch.id/Record/IOS2870.PKMAL000000000001399. Diakses
pada tanggal 14 Februari 2022.
Leboffe, P. 2011. A Photographic Atlas for the Microbiology Laboratory 4th edn.
https://www.amazon.com/Photographic-Atlas-Microbiology-
Laboratory/dp/0895828723. Diakses pada tanggal 14 Februari 2022.
61
Marek Cindy L., and S. R. T. 2019. Antimicrobials in Pediatric Dentistry. Sixth
Edit. Elsevier Inc.
https://www.researchgate.net/publication/346711092_Antimicrobials_in_P
ediatric_Dentistry. Diakses pada tanggal 18 Februari 2022.
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
Edisi Revisi.
62
Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Solid State Ionics,
2(1), 1–10.
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167273817305726%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/s41467-017-01772-
1%0Ahttp://www.ing.unitn.it/~luttero/laboratoriomateriali/RietveldRefine
ments.pdf%0Ahttp://www.intechopen.com/books/spectroscopic-analyses-
developme. Diakses pada tanggal 23 November 2021.
Putri Hiaranya, M., Sukini, dan Yodong. 2017. Mikrobiologi (1st ed.). Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/mikrobiologi_bab1-9.pdf. Diakses pada tanggal 7
Februari 2022.
Radji. 2016. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran.
Edisi 2016.
63
Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi II.
Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Setiawan, N. 2017. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel
Krejcie - Morgan : Telaah Konsep dan Aplikasinya. Diskusi Ilmiah Jurusan
Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UNPAD, November, 1–16.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/penentuan_ukuran_sampel_memakai_rumus_slo
vin.pdf. Diakses pada tanggal 6 Februari 2022.
Snyder. 1988. Safe Hands Wash Program for Retail Food. Hospitality Institute of
Technology and Management, 21(22), 1–28.
https://nanopdf.com/download/a-safe-hands-sierra-hygiene-products_pdf.
Diakses pada tanggal 13 Februari 2022.
Sugiyono. Prof. Dr. 2018. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Edisi Revisi.
64
Van Hoek Angela H. A. M., Dik Mevius Beatriz Guerra, Peter Mullany, A. P. R.
and H. J. M. A. 2011. Acquired Antibiotic resistance Genes Overview.
Frontiers in Microbiology.
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmicb.2011.00203/full.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2022.
WHO. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care : A Summary First
Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care. World Health
Organization, 30(1), 270.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf.
Diakses pada tanggal 22 November 2021.
65
LAMPIRAN
Waktu Pelaksanaan
Februari 2022 Maret 2022 April 2022 Mei 2022
No. Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A. Persiapan
1. Identifikasimasalah
2. Studipustaka
3. Penyusunanusulanpenelitian
4. Pengumpulanusulanpenelitian
5. Seminarusulanpenelitian
6. Revisiseminar usulanpenelitian
B. Pelaksanaan
1. Pengurusanizinpenelitian
2. Pengumpulandata
3. Pengolahandananalisis data
C. Tahap akhir
1. Penyusunanlaporan
2. Ujianhasilpenelitian
3. Revisilaporan
66
Lampiran 2. Rancangan Anggaran Biaya Penelitian
Tahap Persiapan
Penyusunan proposal 1 Rp. 60.000 Rp. 60.000
Penggandaan proposal 3 Rp. 35.000 Rp. 105.000
Jilid proposal 4 Rp. 10.000 Rp. 40.000
Tahap Pelaksanaan
Pemeriksaanidentifikasi
dan uji sensitivitas bakteri 10 Rp. 225.000 Rp. 2.250.000
Staphylococcus aureus
Tahap Akhir
Penyusunan KTI 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000
67
Lampiran 3. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
dengan syaratnya yaitu kriteria inklusi perawat yang bersedia sebagai responden
dengan menandatangani inform consent, perawat yang sehat jasmani dan rohani.
Kriteria eksklusi, perawat yang tidak bersedia sebagai responden. perawat yang
sensitif atau alergi terhadap pembersihan tangan, perawat yang mempunyai riwayat
baru sembuh dari luka telapak tangan. Penelitian ini tidak ada perlakuan yang akan
68
Atas kesediaan berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan
yang diluangkan untuk penelitian ini. Kompensasi lain yaitu berupa pengobatan
salep peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan selama menjadi
ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
pada penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada
diberikan.
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi
peneliti :
69
CP: Made Witari Nugraha Putri (087 860 618 376 ) No. Tlp atau (087 846 224 081)
WA
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui
() ()
Tanggal : / / Tanggal : / /
Saksi :
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskandengan
benar dan dimengerti oleh peserta penelitian dan persetujuan untuk menjadipeserta
Saksi
()
Tanggal : / /
70
Lampiran 4. Lembar Wawancara
Hari,Tanggal :...........................
71
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Penelitian
72
Lampiran 6. Rekapitulasi hasil identifikasi bakteri Staphylococcus aureus
Uji Identifikasi
2 R2
3 R3
4 R4
5 R5
6 R6
7 R7
8 R8
9 R9
10 R10
73
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Uji Sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus
2 R2
3 R3
4 R4
5 R5
6 R6
7 R7
8 R8
9 R9
10 R10
74