Anda di halaman 1dari 14

LANDASAN ATAU DASAR PIJAK POLITIK HUKUM

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Program Studi Hukum

Tata Negara Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri

IAIN Bone

Oleh

CHAERUL M
NIM. 741352021015

PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BONE

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Swt. yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan

penyusunan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi

MuhammadSaw. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan

maghfirah Allah Swt.

Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan

kelemahan dari segala sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami

menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian, yang tentunya bisa

menyempurnakan penyusunan Makalah ini.

Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang

telah ikut serta membantuu penyusunan Makalah ini.Terlebih ucapan terima kasih

itu kami sampaikan kepada dosen pengajar.

Watampone, 25 Deember 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik Hukum 3

B. Landasan Atau Dasar Pijak Politik Hukum 4

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 9

B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum harus

dijadikan dasar dan pedoman untuk menentukan politik hukum dalam

pembangunan hukum nasional Indonesia. Namun demikian, harus diakui

bahwa dari dahulu sampai sekarang banyak pihak-pihak yang mencoba

mempengaruhi dan mengarahkan kebijakan politik (political will) dan politik

hukum pemerintah dalam pembangunan hukum nasional Indonesia agar tidak

lagi menjadikan Pancasila sebagai pedoman. Berdasarkan kenyataan tersebut,

diharapkan agar kerangka pemikiran dalam makalah ini dapat dijadikan

refleksi yang bertujuan untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila

dalam rangka menyikapi peranan politik hukum dalam pembangunan hukum

nasional Indonesia.

Membahas mengenai politik hukum Indonesia tentu sangat erat

kaitannya dengan realita sosial dan tradisional yang terdapat di dalam negara

Indonesia sebagai faktor internal serta politik hukum internasional sebagai

faktor eksternal. Perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di

Indonesia sejak orde lama, orde baru sampai dengan orde reformasi sekarang

ini mengalami perubahan yang sangat besar terutama dalam rangka

mewujudkan tujuan gerakan reformasi di bidang hukum yang

diimplementasikan melalui beberapa kebijakan hukum diantaranya dengan

melakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945.

Meskipun terhadap UUD 1945 telah dilakukan amandemen beberapa

kali, orientasi pembangunan hukum harus tetap mencerminkan kehendak

untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

1
2

Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan

masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Saat ini bangsa Indonesia ada di persimpangan jalan (crossroad) yang

sangat menentukan masa depan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Dalam pengertian ini, apakah pemerintah dapat

menjalankan peranan politik hukumnya sebagai suatu political will untuk

membangun hukum nasional yang berwawasan nusantara dan kebangsaan

yang dapat dijadikan sebagai perekat untuk mempertahankan keutuhan rakyat

Indonesia. Oleh karena pada masa sekarang ini, faktanya masih terdapat

produk hukum dan peraturan perundang-undangan yang yang bertolak

belakang dengan cita-cita bangsa tetapi sengaja dipertahankan oleh

pemerintah meskipun keberlakuannya bersifat inkonstitusional. Termasuk

adanya pola-pola kebijakan pemerintah dalam melaksanakan peranan politik

hukumnya, yang dianggap mencederai rasa keadilan masyarakat Indonesia dan

bertentangan dengan nilai-nilai hukum

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Politik Hukum?

2. Bagaimana Landasan Atau Dasar Pijak Politik Hukum?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Politik Hukum

2. Untuk mengetahui Landasan Atau Dasar Pijak Politik Hukum.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik Hukum

Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

Indonesia dari istilah hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakan

bentukan dari dua kata recht dan politiek. Istilah ini seyogyanya tidak

dirancukan dengan istilah yang muncul belakang, politiekrecht atau hukum

politik, yang dikemukakan Hence van Maarseveen karena keduanya memiliki

konotasi yang berbeda. Istilah yang disebutkan terakhir berkaitan dengan

istilah lain ditawarkan Hence van Maarseveen untuk mengganti istilah Hukum

Tata Negara. Untuk kepentingan itu dia menulis sebuah karangan yang

berjudul “Politiekrecht, als Opvolger van het Staatrecht”.

Menurut Padmo Wahjono, Pengertian politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk

maupun isi daripada hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang

dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dengan demikian,

Pengertian Politik Hukum menurut Padmo Wahjono berkaitan dengan hukum

yang berlaku di masa yang akan datang (ius constituendum).1

Pengertian politik hukum menurut Teuku Mohammad Radhie ialah

sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa Negara mengenai hukum yang

berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yang

dibangun.

1
Padmo Wahjono, "Indonesia Berdasarkan Atas Hukum", (Jakarta: Gahlia Indonesia,
1986), h. 160

3
4

Adapun pendapat dari Soedarto (Ketua Perancang Kitab Undang-

undang Hukum Pidana), Pengertian politik hukum adalah kebijakan dari

negara melalui badan-badan negara yang berwenang untuk menetapkan

peraturan-peraturan yang dikehendaki dan juga diperkirakan akan digunakan

untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk

mencapai apa yang dicita-citakan. Pada bukunya yang lain "Hukum dan

Hukum Pidana" pengertian politik hukum merupakan usaha untuk

mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi

pada suatu waktu.

Satjipto Rahardjo memberikan definisi Politik Hukum sebagai

aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan

sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat.2

Politik hukum, sebagai kebijakan dasar negara yang menentukan arah,

bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibuat, diterapkan dan ditegakkan,

tentu harus mempunyai sejumlah sumber nilai yang mendasari pembuatan

politik hukum, karena hukum tidak bisa menentukan nilainya sendiri

melainkan harus menggunakan perangkat nilai yang hidup, tumbuh dan

berkembang di masyarakat di mana hukum tersebut dioperasikan.

B. Landasan Atau Dasar Pijak Politik Hukum

Menurut Bernard L. Tanya, politik hukum memiliki empat

landasan/basis nilai yang merupakan sumber nilai yang mendasari agar politik

hukum dapat mengantarkan bangsa untuk mencapai tujuan bersama yang

dicita-citakan. Empat basis nilai yang mendasari politik hukum adalah:

1. Basis Ideologis

Politik hukum harus bersumber pada perangkat nilai yang paling

sentral dan hakiki yang dipakai untuk menentukan makna, melakukan


2
Satjipto Rahardjo, "Ilmu Hukum", (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 191
5

penilaian dan perbaikan atas apa yang terjadi dalam kehidupan suatu

bangsa. Perangkat nilai tersebut adalah ideologi Pancasila yang merupakan

visi dan cita-cita bangsa Indonesia. Ideologi tersebut bersifat normatif dan

sekaligus konstitutif. Normatif, berarti bahwa ia sebagai prasyarat

transendental yang mendasari tiap keputusan ataupun kebijakan dan

menjadi landasan serta sekaligus tolak ukur segala tindakan. Sedangkan

Konstitutif, mengandung arti bahwa ideologi berfungsi mengarahkan

segala kebijakan pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian

ideologi berfungsi sebagai guiding principle, norma kritik, dan nilai yang

memotivasi tiap tindakan dan pilihan yang akan diambil.

Pancasila, tidak hanya menyediakan kerangka ontologis dan

kerangka norrmatif bagi bangsa Indonesia, tetapi juga memberi kerangka

opcrasional yang sangat kokoh bagi penataan kehidupan bangsa yang lebih

baik. Sila Pertama misalnya, menyajikan kerangka ontologis bagi bangsa

Indonesia, bahwa keberadaan manusia terkait dengan Tuhan YME yang

diyakini sebagai sumber nilai, sumber kcbenaran, dan sumber makna.

Nilai, makna, dan kebenaran tersebut diyakini sebagai sesuatu yang

bersifat mutlak dan sekaligus sangat penting (imperatif) untuk

diperhatikan, dihormati dan ditaati dengan kesetiaan tanpa syarat.

Konsekuensinya, manusia Indonesia dituntut hidup beradab, adil,

dan berprikemanusiaan. Nilai tersebut terdapat pada Sila kedua Pancasila

yang menjadi 'kerangka normatif” bangsa Indonesia. Sila ketiga

menyodorkan 'tesis persatuan' sebagai kerangka operasional dalam

kehidupan berbangsa'. Sila keempat memberi tesis kerakyatan sebagai

kerangka operasional dalam hidup bernegara. Sedangkan sila kelima


6

mematok “tesis keadilan sosial' sebagai kerangka operasional dalam ranah

hidup bermasyarakat.

Prinsip-prinsip Pancasila yang mutatis mutandis terdapat dalam

empat pokok pikiran Pembukaan UUD'45, yang berisi pokok-pokok

pikiran yang dapat memandu politik hukum di berbagai bidang.3

2. Basis Normatif

Politik hukum bertugas menilai kenyataan sekaligus mengubahnya

ke arah yang benar, baik, dan adil. Oleh karena itu, politik hukum

membutuhkan kerangka normatif mengenai “apa yang benar, apa yang

baik, dan apa yang adil” yang harus diperjuangkan dan diwujudkan.

Rujukan utama tentang yang benar, baik, dan adil itu, terdapat pada

ideologi yang dianut, yaitu Pancasila. Rujukan-rujukan lain, biasanya

hanya dimungkinkan sepanjang rujukan tersebut paralel atau bersesuaian

dengan spirit ideologi yang dianut. Kerangka normatif bagi politik hukum

itu, mutlak perlu. Jika tidak, maka keputusan dan kebijakan yang diambil

bisa bias atau menyimpang jauh dari spirit ideologisnya.

Kemungkinan tersebut sangat terbuka, mengingat ideologi pada

umumnya hanya terdiri dari premis-premis yang abstrak dan sangat umum

sifatnya. Karena itu, ketersediaan kerangka normatif yang merupakan

derivasi dari prinsip-prinsip dimaksud, menjadi sangat menentukan bagi

kepentingan pada tataran praksis.

3. Basis Konstitusional

Orientasi politik hukum adalah kepentingan umum dan pencapaian

tujuan bersama. Oleh karena itu, idealnya politik hukum harus juga

berbasis pada konstitusi (yang secara teoretis merupakan derivasi spirit

3
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, "Dasar-Dasar Politik Hukum", (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2015), h. 27
7

ideologis dan kerangka normatif yang diturunkan dari ideologi itu).

Hakikat ideal dari konstitusi adalah sebagai hukum dasar, yang di satu

pihak mengatur dan membatasi kekuasaan, dan di pihak lain secara

bersamaan menjamin hak dan kepentingan warga negara/rakyat. Secara

teoretis, konstitusi juga memuat tujuan-tujuan bersama yang hendak

dicapai dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Dalam negara modern, konstitusi merupakan hukum tertinggi yang

menjadi titik tolak dan batu uji semua produk hukum di bawahnya. Sesuai

prinsip stufenbau, konstitusi menjadi dasar justifikasi validitas peraturan

perundangan di bawahnya. Untuk disebut sebagai hukum yang valid, maka

semua peraturan hukum yang ada tidak boleh bertentangan dengan

konstitusi.4

4. Basis Moral

Politik hukum memerlukan landasan moral, karena sebagai

kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum

yang akan dibentuk, diterapkan dan ditegakkan, hanya bisa berjalan efektif

apabila dilandasi dengan moral dan etika. Dalam kajian hukum, moral dan

etika terkait pada hak dan kewajiban warga negara atau masyarakat

mengenai suatu hal atau perkara tertentu, yang tunduk pada institusi dan

peraturan hukum yang sudah diterima dan disetujui oleh masyarakat.

Kaidah hukum harus bertumpu pada kaidah moral dan etika,

karena kaidah moral dan etika, bersama-sama dengan norma lainnya yang

ada di masyarakat akan mengalami formulasi dan kristalisasi membentuk

norma hukum yang mempunyai sifat-sifat: berlaku untuk semua orang

(publik), mengikat, memaksa dan dapat dipaksakan melalui proses

4
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, "Dasar-Dasar Politik Hukum", (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2015), h. 19
8

penegakan hukum. Dengan demikian, moral idealnya harus ditempatkan

diatas hukum, menjadi acuan mengenai “apa yang seharusnya (das

sollen)” dilakukan atau tidak dilakukan dengan menggunakan hukum

sebagai instrumen untuk mencapai tujuan bersama masyarakat, yaitu

“keadilan”.

“Apa yang seharusnya (das solen)” digunakan untuk mengoreksi

“apa yang ada (das sein)”, yang bilamana perlu harus diperbaiki terus

menerus agar mendekati ‘apa yang seharusnya”. Menurut Gustav

Radburgh, secara filosofis, hukum dapat diartikan sebagai instrumen untuk

mengatur dan memastikan bahwa “keadilan” dapat diwujudkan melalui

seperangkat peraturan yang jelas, tegas, dan konsisten sehingga

bermanfaat bagi kebaikan manusia.  Makna kepastian hukum adalah

bahwa hukum (yang di dalamnya terkandung keadilan dan norma-norma

yang mengarah pada nilai-nilai kebajikan manusia) benar-benar dipatuhi.

Dengan adanya kepastian bahwa peraturan hukum yang ada dipatuhi oleh

warga masyarakat, maka keadilan menjadi “bermanfaat” bagi individu

maupun masyarakat.5

5
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, "Dasar-Dasar Politik Hukum", (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2015), h. 29
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Empat basis nilai yang mendasari politik hukum adalah,

1. Basis Ideologis

Politik hukumharus bersumber pada perangkat nilai yang paling

sentral dan hakiki yang dipakai untuk menentukan makna, melakukan

penilaian dan perbaikan atas apa yang terjadi dalam kehidupan suatu

bangsa. Perangkat nilai tersebut adalah ideologi Pancasila yang merupakan

visi dan cita-cita bangsa Indonesia,

2. Basis Normatif

Politik hukum bertugas menilai kenyataan sekaligus mengubahnya

ke arah yang benar, baik, dan adil. Oleh karena itu, politik hukum

membutuhkan kerangka normatif mengenai “apa yang benar, apa yang

baik, dan apa yang adil” yang harus diperjuangkan dan diwujudkan.

Rujukan utama tentang yang benar, baik, dan adil itu, terdapat pada

ideologi yang dianut, yaitu Pancasila

3. Basis Konstitusional

Orientasi politik hukum adalah kepentingan umum dan pencapaian

tujuan bersama. Oleh karena itu, idealnya politik hukum harus juga

berbasis pada konstitusi (yang secara teoretis merupakan derivasi spirit

ideologis dan kerangka normatif yang diturunkan dari ideologi itu).

4. Basis Moral

Politik hukum memerlukan landasan moral, karena sebagai

kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum

9
10

yang akan dibentuk, diterapkan dan ditegakkan, hanya bisa berjalan efektif

apabila dilandasi dengan moral dan etika.

B. Saran

Adapun saran yang bisa kami sampaikan selaku penulis semoga dengan

makalah yang kami buat dapat menambah wawasan dan referensi terkait

pembahasan yang kami bahas dalam makalah ini, dan juga bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari, sekian dan Terima Kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Padmo Wahjono, "Indonesia Berdasarkan Atas Hukum", Jakarta: Gahlia

Indonesia, 1986.

Satjipto Rahardjo, "Ilmu Hukum", Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, "Dasar-Dasar Politik Hukum", Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2015.


Abdus Salam, Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia,
Mazahib, Vol. XIV, No. 2, 2015.

Syahriza Alkohir Anggoro, Politik Hukum: Mencari Sejumlah Penjelasan,


Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 10 No. 1, 2019

11

Anda mungkin juga menyukai