Anda di halaman 1dari 15

PERWUJUDAN KESEJAHTERAAN BAGI MASYARAKAT

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadis Politik Program

Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Islam

Institut Agama Islam Negeri Bone

Semester V

Oleh

Irma Ardhany
NIM. 742352020114

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BONE
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


Swt. yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
MuhammadSaw. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan
maghfirah Allah Swt.

Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan


kelemahan dari segala sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami
menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian, yang tentunya bisa
menyempurnakan penyusunan Makalah ini.

Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang
telah ikut serta membantuu penyusunan Makalah ini.Terlebih ucapan terima kasih
itu kami sampaikan kepada dosen pengajar.

Watampone, 26 Desember 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Saling Membantu Antara Semua Elemen Masyarakat 3

B. Pengertian Kesejahteraan Sosial 4

C. Perhatian Islam Terhadap Kesejahteraan Sosial 4

D. Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam Islam 6

E. Peran Allah Swt dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial 8

F. Janji Allah Tentang Kesejahteraan 9

G. Larangan Bermegah-Megahan 10
BAB III PENUTUP

A. Simpulan 11

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan sosial merupakan cita-cita setiap bangsa, bahkan dijadikan

sebagai tolok ukur keberhasilan suatu peradaban. Tidak ada bangsa yang

menafikan kesejahteraan sosial dari tujuan Negara serta konstitusinya, karena

ketika masyarakat sejahtera secara sosial, sudah dapat dipastikan akan diikuti oleh

aspek-aspek lainnya, ekonomi, politik, supremasi hukum dan lain sebagainya.

Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, agama universal dan

paripurna, Islam memiliki konsep yang menyeluruh dan utuh dalam

memmberikan panduan hidup bagi penganutnya, begitu juga dalam hal

kesejahteraan sosial.

Sejarah mencatat kesuksesan-kesuksesan para nabi, sahabat, tabiin dan

ulamaulama muslim dalam membangun kesejahteraan bagi masyarakatnya,

tentunya mereka selalu merujuk kepada sumber yang sama, dan teladan yang

sama, yaitu al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw.

Melalui makalah ini, penulis ingin memaparkan konsep kesejahteraan

sosial dalam Islam berdasarkan al-Quran, karena penulis meyakini konsep yang

ditawarkan oleh Islam melalui al-Quran tidak lekang oleh zaman dan akan selalu

relevan dengan perkembangan zaman. Di sisi lain, kesuksesan pemimpin-

pemimpin muslim dalam menyejahterakan rakyatnya memacu rasa penasaran

penulis akan pedoman yang mereka gunakan secara seragam, yaitu al-Quran.

Oleh karena itu, penulis memandang bahwa makalah dengan judul Konsep

Kesejahteraan Sosial Dalam Islam Berdasarkan Al-Quran penting dan perlu untuk

disusun, sebagai upaya membumikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan Islam

sebagai agama yang paripurna.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perhatian islam terhadap kesejahteraan sosial?

2. Bagaimana indikator-indikator kesejahteraan sosial dalam islam?

3. Bagaimana peran allah swt dalam mewujudkan kesejahteraan sosial

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui perhatian islam terhadap kesejahteraan sosial.

2. Untuk mengetahui indikator-indikator kesejahteraan sosial dalam islam.

3. Untuk mengetahui peran allah swt dalam mewujudkan kesejahteraan

sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Saling Membantu Antara Semua Elemen Masyarakat

Terjemahnnya:
Dari Abu Musa, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang beriman dengan orang
beriman bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain, Nabi
mengeratkan jemari tangannya satu sam lain.1
Kandunga hadis

Apa yang dilakukan Umar bin Khattab kepada Amru bin Ash juga ia

lakukan dengan mengirim surat kepada beberapa pejabatnya yang lain seperti

Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Saad. Mereka semuanya merespon baik apa yang
diharapkan oleh Umar bin Khattab berupa bantuan makanan kepada penduduk

Madinah yang sedang dilanda kelaparan yang berkepanjangan.

Bila semuua elemen masyarakat memahami bahwa manusia harus saling

membantu satu sama lain, dan menyadari bahwa kehidupan ini semuanya

diibaratkan seperti satu jasad yang ketika salah satu anggota tubuhnya terasa sakit

maka anggota tubuh yang lain akan merasakan hal yang sama. Dengan demikian,

tentu saja kehidupan masyarakat seperti ini akan sangat harmonis, tenteram,

bahagia, sejahtera, dan akan saling menghargai satu sama lain sehingga hal-hal

yang tidak diinginkan pasti dapat dihindari karena semuanya mengerti dan

1
HAdis riwayat Bukhari, Sahih Bukhari, Jld.1.hal.182.

3
4

memahami apa semestinya yang harus dijaga dan dilakukan dalam setiap

melakukan interaksi.2

B. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual dan sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri

dan menjalankan fungsi sosialnya.

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa setidaknya ada aspek

yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam mewujudkan kesejahteraan sosial,

yaitu aspek material (kebutuhan pokok), aspek spiritual (ketuhanan dan

keagamaan), dan aspek sosial (bermasyarakat).

Sebagian ilmuan sosial barat mengartikan kesejahteraan sosial sebagai

terpenuhinya keinginan, kebebasan dalam berekspresi, terjaminnya hak-hak

sebagai warga Negara, dan lain sebagainya. Namun penelitian-penelitian terbaru

menunjukkan ada paradigm baru dalam mengartikan kesejahteraan sosial, yaitu

dibutuhkanya peran Tuhan atau aspek spiritualitas dalam mewujudkannya. Tidak

ada kesejahteraan tanpa adanya peran dari nilai-nilai religious dan ketuhanan.

C. Perhatian Islam Terhadap Kesejahteraan Sosial

Islam sangat memperhatikan kesejahteraan sosial penganutnya, dan Allah

Swt sebagai Tuhan menganjurkan umat Islam secara langsung di dalam Al-Quran

untuk memperhatikan kesejahteraan sosial. Hal ini memperkuat posisi Islam

sebagai the way of life dan al-Quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman

manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia serta di hari akhir kelak.

Perhatian Islam terhadap kesejahteran sosial tergambar dalam surat An-

Nisa ayat 9 yang menyeru umat manusia agar takut akan kelemahan

2
Lukman Arake, Hadis-Hadis Politik Dan Pemerintahan, Lintas Nalar, CV, yogyakarta,
2022. h. 175.
5

(ketidaksejahteraan) generasi penerus mereka nantinya. Artinya hendaklah

manusia memperhatikan kesejahteraan generasi penerusnya, hendaklah mereka

berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kesejahteraan sosial, dan nantinya

mewariskannya kepada umat generasi berikutnya.

Terjemahan ayat tersebut adalah “Dan hendaklah takut (kepada Allah)

orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di

belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab

itu, hendakalah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbica

dengan tutur kata yang benar”.

Di sisi lain dari ayat ini dapat kita pahami, bahwa Allah Swt secara tidak

langsung menyeru kepada hamba-Nya untuk tidak apatis dan egois dalam

mencapai kesejahteraan, jangan hanya mementingkan diri sendiri, namun harus

memperhatikan kesejahteraan orang lain, terutama generasi penerusnya. Hal ini

sesuai dengan konsep persaudaran dalam Islam, bahwa umat Islam dengan umat

Islam lainnya seperti bangun, saling menguatkan satu sama lain. Tentunya tidak

terlepas dari konsep saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling

memperbaiki atau mengingatkan kesalahan satu sama lain.

Umer Chapra menyatakan bahwa Islam datang sebagai agama terakhir

yang bertujuan untuk mengantarkan pemeluknya kepada kebahagiaan haikiki.

Kebahagian hakiki adalah kebahagiaan lahir dan batin, jasmani dan rohani, luar

dan dalam, fisik dan ruh manusia. Jika kebahagian jasmani dapat dipenuhi dengan

hal-hal materil, kebutuhan rohani dapat dipenuhi dengan ketaatan dan kedekatan

kepada Allah Swt.3

D. Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam Islam


3
Rijal Assidiq Mulyana, Peran Negara Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Dalam
Kerangka Maqashidus Syariah, AL-URBAN: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam Vol. 1,
No. 2, Desember 2017
6

Dalam surat Quraisy ayat 3-4 Allah Swt terdapat tiga indicator

kesejahteraan dalam Islam, yaitu:

1. Tauhid

2. Pemenuhan Konsumsi

3. Hadirnya Rasa Aman dan Nyaman

Jika para Ilmuan sosial mengartikan kesejahteraan sosial adalah

pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, Islam hadir dengan konsep yang berbeda

dengan adanya tambahan indikator spiritual, yaitu tauhid. Artinya manusia harus

percaya dan meyakini akan Tuhan mereka, Allah Swt dan juga menyembahnya

sesuai dengan apa yang telah disyariatkan Allah Swt dan dicontohkan oleh

Rasulullah Muhammad Saw.

Dewasa ini, muncul beragam penelitian tentang aspek-aspek kebahagian

manusia, dimana ditemukan bahwa yang membuat manusia bahagia tidak cukup

hanya harta, kekuasaan, jabatan, kemewahan dan lain sebagainya. Namun sangat

sulit untuk menemukan kebahagiaan manusia tanpa adanya aspek-aspek

spiritulitas, dalam surat Quraisy disebut dengan menyembah Tuhan (pemilik)

rumah ini (Ka’bah) yaitu Allah Swt. Oleh karena ini para era ini sering kita

temukan gagasan reclaim the religion atau mengklaim kembali agama, atau

kembali kepada agama.

Jauh sebelum peneliatian-peneliatian Ilmiah tersebut ada, Allah Swt dan

Rasulullah Saw telah menganjurkan kita bahwa untuk sejahtera tidak cukup

hanya memenuhi kebutuhan konsumsi dan adanya rasa aman saja, melainkan

harus didasari dan ditopang oleh Tauhid, yaitu aspek spiritualitas kita terhadap

Allah Swt. Sesuai dengan Surat Quraisy ayat 3-4 yang artinya: “Maka hendaklah

mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah memberikan
7

makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka

dari rasa takut”.

Di sisi lain, ayat ini juga memberikan pemahaman bagi kita bahwa untuk

sejahtera kita harus mampu memenuhi kebutuhan pokok kita, dalam ayat tersebut

disebutkan“memberikan makan” atau pemenuhan kebutuhan konsumsi. Dalam

ilmu ekonomisetidaknya kita dapat memenuhi kebutuhan sandang (pakaian),

pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal). Hal ini mengindikasikan bahwa

umat Islam harus merdeka secara ekonomi, kemerdekaan akan ekonomi akan

mempermudah manusia untuk mencapai kesejahteraan sosialnya.

Selain itu, hadirnya rasa aman juga menjadi indikator kesejahteraan sosial

berdasarkan ayat ini, hal ini membuktikan bahwa dalam memabangun

kesejahteraan sosial, harus ada peran dari pemerintah yang berkewajiban dalam

menyelenggarakan Negara, dalam hal ini adalah memberikan rasa aman bagi

masyarakatnya. Tidak ada kesejahteraan sosial dibawah bayang-bayang

ketakutan, tidak ada kesejahteraan di negeri yang dipenuni dengan perang, oleh

karena itu dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, harus ada peran pemerintah

dan masyarakat sipil dalam rangkan menghadirkan rasa aman, nyaman dan

tenteram.

Rasulullah Saw telah memberikan contoh nyata sebagai pemimpin dalam

menghadirkan rasa amat bagi rakyatnya, hal tersebut tercermin dalam Piagam

Madinah. Walau kala itu masyarakat Madinah sangat majemuk dan beragam

secara suku, ras dan agama namun Rasulullah Saw melalui Piagam Madinah

dapat menghadirkan kenyaman dan kepastian hukum bagi rakyatnya. Tidak hanya

bagi umat Islam tetapi juga kepada kaum Quraisy dan penduduk Madinah

lainnya. Salah satu klausul dari piagam tersebut adalah, tidak ada satu kaum atau

orangpun yang boleh memerangi satu kaum dengan yang lainnya di dalam kota
8

Madinah, dan jika ada orang yang menyerang Madinah maka seluruh penduduk

Madinah akan ikut memeranginya, memperjuangkan rasa aman bagi mereka.

Inilah yang dimaksud dengan masyarakat yang memiliki peradaban yang baik.

E. Peran Allah Swt dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Sebagaimana salah satu indikator kesejahteraan sosial dalam Islam, yaitu

tauhid, maka tidak bisa dipungkiri bahwa ada peran dari Allah Swt dalam

mewujudkan kesejahteraan bagi umat manusia, manusia berusaha semaksimal

mungkin namun tetaplah Allah Swt yang menentukan hasilnya, termasuk dalam

hal kesejahteraan sosial ini.

Hal ini tercermin dari ayat ketiga dari surat At-Thalaq yaitu:”Dan barang

siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah

telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.

Jika kecukupan akan konsumsi salah satu faktor dalam kesejahteraan

sosial, maka tidak dapat dipungkiri adanya peran Allah Swt dalam

mewujudkannya, sebagaimana pada ayat diatas, yang bertawakkal kepada Allah,

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Ini membuktikan bahwa

ketaqwaan yang merupakan bagian dari tauhidberperan dalam kesejahteraan

sosial, selain itu ayat ini menyampaikan makna bahwa manusia sebagai hamba

Allah Swt tetap dan akan selalu membutuhkan-Nya. Manusia tidak akan mampu

mencapai apapun dalam hidupnya, terutama kesejahteraan sosial jika menafikan

keberadaan Tuhan mereka.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah pernah

bersabda:”Wahai Abu Dzar seandainya sjaa umat manusia ini secara keseluruhan

berpegang teguh kepadanya (At-Thalaq:3), niscaya hal itu cukup bagi mereka”. 4

4
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I, 2014. h. 40.
9

F. Janji Allah Tentang Kesejahteraan

Allah Swt berjanji akan menganugerahkan kesejahteraan bagi hamba-Nya

yang mengerjakan kebajikan, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin,

sebagaimana tersurat dalm ayat 97 Surat An-Nahl yang artinya: “Barang siapa

mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan

beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan

Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan”.

Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa untuk mencapai

paripurnanya sebuah kebahagiaan atau kesejahteraan, harus ada peran dan

kesertaan Allah Swt di dalamnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa

kehidupan yang baik itu mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun

wujudnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Ahmad dari “Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh

beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan

diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang teah Dia berikan kepadanya”.

(HR. Muslim)

Jika salah satu indikator utama dalam kesejahteraan adalah ketenangan

atau rasa aman dan tentram, maka sangat jelas jika Allah Swt berperan atas hal

tersebut, dan Dia juga menjanjikan kesejahteraan berupa segala bentuk

ketenangan kepada hambaNya yang mengerjakan kebajikan sebagaimana

disebutkan dalam ayat 97 surat An-Nahl. Selain itu hadits dari Imam Ahmad dari

‘Abdullah bin ‘Umar juga menegaskan bahwa Allah Swt akan menganugerahi

rasa cukup bagi hambaNya yang berserah diri, rasa cukup atas apa yang
10

dianugerahkan oleh Allah Swt merupakan cikal bakal dari kesejahteraan sosial

atau kebahagiaan. 5

G. Larangan Bermegah-Megahan

Sebagaimana bahasan di sub sebelumnya bahwa rasa cukuplah yang

menjadi cikal bakal kebahagiaan seseorang, bukan ketamakan akan harta dan

tidak juag kemegahan yang dapat melalaikan. Oleh karena itu, Allah Swt

mengingatkan manusia, bahwa kebahagiaan tidaklah dengan bermegah-megahan,

dan Allah Swt melarang kemegahan yang mengarah kepada kelalailan.

Sebagaimana disebutkan dalam surat AtTakasur ayat 1-2 yang artinya:

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam

kubur”.

Hal ini mempertegas bahwa rasa cukup atau qana’ah lah yang menjadi

sumber kesejahteraan, bergelimpangan harta, bermewah-mewahan tidak

menjamin kesejahteraan atau kebahagiaan.6

5
Jawwad, Muhammad Abdul. Rahasia Sukses Manajemen Rasulullah. Surakarta: Ziyad
Visi Media. 2013. h. 62
6
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’I, 2014. h. 34.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara sehingga mampu

mengembangkan diri dan menjalankan fungsi sosialnya.

Kesejahteraan sosial dalam Islam adalah keseimbangan kehidupan

manusia dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia, hablun minallah wa

hablun minannas dimana manusia dapat menjadi khalifah di dunia tanpa

melupakan kewajibannya untuk menyembah Allah Swt. Sehingga terwujudlah

baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Berdasarkan surat Quraisy ayat 1-2 dalam Islam terdapat tigas

indikator kesejahteraan sosial, yaitu: Tauhid (Aspek Spiritualitas), pemenuhan

kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), dan keamanan serta ketenteraman

(sosial).

B. Saran

Adapun saran yang bisa kami sampaikan selaku penulis semoga dengan

makalah yang kami buat dapat menambah wawasan dan referensi terkait

pembahasan yang kami bahas dalam makalah ini, dan juga bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari, sekian dan Terima Kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arif, M. Nur Rianto. Optimalisasi Peran Zakat Dalam


Pemberdayaan Perekonomian Umat. Jurnal Ulul Albab. Vol.14. No.1,
2013.

Lukman Arake, Hadis-Hadis Politik Dan Pemerintahan, Lintas Nalar, CV,


yogyakarta, 2022.

Muhammad Aziz, Pengelolaan Zakat Untuk Membangun Kesejahteraan Umat


Dalam Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah, Vol 1, No 1: Journal Of
Islamic Banking, 2020.

Chapra, Umer. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press, 2012.

Karim, Adiwarman Azawar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2015.

Syamsuddin, M. Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madni.


Ciputat: Penerbit Kalimah, 2012.

Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2014.

Jawwad, Muhammad Abdul. Rahasia Sukses Manajemen Rasulullah. Surakarta:


Ziyad Visi Media. 2013.

Haryanto. Rasulullah Way of Managing People.Jakarta: Penerbit Khalifa, 2009.

Rijal Assidiq Mulyana, Peran Negara Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Dalam


Kerangka Maqashidus Syariah, AL-URBAN: Jurnal Ekonomi Syariah dan
Filantropi Islam Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Mohamad Zaenal Arifin, Filantropi Zakat; Kajian Sosio-Historis Dan Dampaknya


Terhadap Kesejahteraan Sosial, SYAR’IE, Vol. 4, No. 1 - Februari 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai