Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadis Politik Program
Semester V
Oleh
Irma Ardhany
NIM. 742352020114
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang
telah ikut serta membantuu penyusunan Makalah ini.Terlebih ucapan terima kasih
itu kami sampaikan kepada dosen pengajar.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
G. Larangan Bermegah-Megahan 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai tolok ukur keberhasilan suatu peradaban. Tidak ada bangsa yang
ketika masyarakat sejahtera secara sosial, sudah dapat dipastikan akan diikuti oleh
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, agama universal dan
kesejahteraan sosial.
tentunya mereka selalu merujuk kepada sumber yang sama, dan teladan yang
sosial dalam Islam berdasarkan al-Quran, karena penulis meyakini konsep yang
ditawarkan oleh Islam melalui al-Quran tidak lekang oleh zaman dan akan selalu
penulis akan pedoman yang mereka gunakan secara seragam, yaitu al-Quran.
Oleh karena itu, penulis memandang bahwa makalah dengan judul Konsep
Kesejahteraan Sosial Dalam Islam Berdasarkan Al-Quran penting dan perlu untuk
disusun, sebagai upaya membumikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan Islam
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Terjemahnnya:
Dari Abu Musa, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang beriman dengan orang
beriman bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain, Nabi
mengeratkan jemari tangannya satu sam lain.1
Kandunga hadis
Apa yang dilakukan Umar bin Khattab kepada Amru bin Ash juga ia
lakukan dengan mengirim surat kepada beberapa pejabatnya yang lain seperti
Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Saad. Mereka semuanya merespon baik apa yang
diharapkan oleh Umar bin Khattab berupa bantuan makanan kepada penduduk
membantu satu sama lain, dan menyadari bahwa kehidupan ini semuanya
diibaratkan seperti satu jasad yang ketika salah satu anggota tubuhnya terasa sakit
maka anggota tubuh yang lain akan merasakan hal yang sama. Dengan demikian,
tentu saja kehidupan masyarakat seperti ini akan sangat harmonis, tenteram,
bahagia, sejahtera, dan akan saling menghargai satu sama lain sehingga hal-hal
yang tidak diinginkan pasti dapat dihindari karena semuanya mengerti dan
1
HAdis riwayat Bukhari, Sahih Bukhari, Jld.1.hal.182.
3
4
memahami apa semestinya yang harus dijaga dan dilakukan dalam setiap
melakukan interaksi.2
material, spiritual dan sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa setidaknya ada aspek
ada kesejahteraan tanpa adanya peran dari nilai-nilai religious dan ketuhanan.
Swt sebagai Tuhan menganjurkan umat Islam secara langsung di dalam Al-Quran
sebagai the way of life dan al-Quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman
Nisa ayat 9 yang menyeru umat manusia agar takut akan kelemahan
2
Lukman Arake, Hadis-Hadis Politik Dan Pemerintahan, Lintas Nalar, CV, yogyakarta,
2022. h. 175.
5
belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab
itu, hendakalah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbica
Di sisi lain dari ayat ini dapat kita pahami, bahwa Allah Swt secara tidak
langsung menyeru kepada hamba-Nya untuk tidak apatis dan egois dalam
sesuai dengan konsep persaudaran dalam Islam, bahwa umat Islam dengan umat
Islam lainnya seperti bangun, saling menguatkan satu sama lain. Tentunya tidak
terlepas dari konsep saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling
Kebahagian hakiki adalah kebahagiaan lahir dan batin, jasmani dan rohani, luar
dan dalam, fisik dan ruh manusia. Jika kebahagian jasmani dapat dipenuhi dengan
hal-hal materil, kebutuhan rohani dapat dipenuhi dengan ketaatan dan kedekatan
Dalam surat Quraisy ayat 3-4 Allah Swt terdapat tiga indicator
1. Tauhid
2. Pemenuhan Konsumsi
pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, Islam hadir dengan konsep yang berbeda
dengan adanya tambahan indikator spiritual, yaitu tauhid. Artinya manusia harus
percaya dan meyakini akan Tuhan mereka, Allah Swt dan juga menyembahnya
sesuai dengan apa yang telah disyariatkan Allah Swt dan dicontohkan oleh
manusia, dimana ditemukan bahwa yang membuat manusia bahagia tidak cukup
hanya harta, kekuasaan, jabatan, kemewahan dan lain sebagainya. Namun sangat
rumah ini (Ka’bah) yaitu Allah Swt. Oleh karena ini para era ini sering kita
temukan gagasan reclaim the religion atau mengklaim kembali agama, atau
Rasulullah Saw telah menganjurkan kita bahwa untuk sejahtera tidak cukup
hanya memenuhi kebutuhan konsumsi dan adanya rasa aman saja, melainkan
harus didasari dan ditopang oleh Tauhid, yaitu aspek spiritualitas kita terhadap
Allah Swt. Sesuai dengan Surat Quraisy ayat 3-4 yang artinya: “Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah memberikan
7
Di sisi lain, ayat ini juga memberikan pemahaman bagi kita bahwa untuk
sejahtera kita harus mampu memenuhi kebutuhan pokok kita, dalam ayat tersebut
pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal). Hal ini mengindikasikan bahwa
umat Islam harus merdeka secara ekonomi, kemerdekaan akan ekonomi akan
Selain itu, hadirnya rasa aman juga menjadi indikator kesejahteraan sosial
kesejahteraan sosial, harus ada peran dari pemerintah yang berkewajiban dalam
menyelenggarakan Negara, dalam hal ini adalah memberikan rasa aman bagi
ketakutan, tidak ada kesejahteraan di negeri yang dipenuni dengan perang, oleh
karena itu dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, harus ada peran pemerintah
dan masyarakat sipil dalam rangkan menghadirkan rasa aman, nyaman dan
tenteram.
menghadirkan rasa amat bagi rakyatnya, hal tersebut tercermin dalam Piagam
Madinah. Walau kala itu masyarakat Madinah sangat majemuk dan beragam
secara suku, ras dan agama namun Rasulullah Saw melalui Piagam Madinah
dapat menghadirkan kenyaman dan kepastian hukum bagi rakyatnya. Tidak hanya
bagi umat Islam tetapi juga kepada kaum Quraisy dan penduduk Madinah
lainnya. Salah satu klausul dari piagam tersebut adalah, tidak ada satu kaum atau
orangpun yang boleh memerangi satu kaum dengan yang lainnya di dalam kota
8
Madinah, dan jika ada orang yang menyerang Madinah maka seluruh penduduk
Inilah yang dimaksud dengan masyarakat yang memiliki peradaban yang baik.
tauhid, maka tidak bisa dipungkiri bahwa ada peran dari Allah Swt dalam
mungkin namun tetaplah Allah Swt yang menentukan hasilnya, termasuk dalam
Hal ini tercermin dari ayat ketiga dari surat At-Thalaq yaitu:”Dan barang
sosial, maka tidak dapat dipungkiri adanya peran Allah Swt dalam
sosial, selain itu ayat ini menyampaikan makna bahwa manusia sebagai hamba
Allah Swt tetap dan akan selalu membutuhkan-Nya. Manusia tidak akan mampu
bersabda:”Wahai Abu Dzar seandainya sjaa umat manusia ini secara keseluruhan
berpegang teguh kepadanya (At-Thalaq:3), niscaya hal itu cukup bagi mereka”. 4
4
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I, 2014. h. 40.
9
sebagaimana tersurat dalm ayat 97 Surat An-Nahl yang artinya: “Barang siapa
beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”.
kesertaan Allah Swt di dalamnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa
Ahmad dari “Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh
beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan
diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang teah Dia berikan kepadanya”.
(HR. Muslim)
atau rasa aman dan tentram, maka sangat jelas jika Allah Swt berperan atas hal
disebutkan dalam ayat 97 surat An-Nahl. Selain itu hadits dari Imam Ahmad dari
‘Abdullah bin ‘Umar juga menegaskan bahwa Allah Swt akan menganugerahi
rasa cukup bagi hambaNya yang berserah diri, rasa cukup atas apa yang
10
dianugerahkan oleh Allah Swt merupakan cikal bakal dari kesejahteraan sosial
atau kebahagiaan. 5
G. Larangan Bermegah-Megahan
menjadi cikal bakal kebahagiaan seseorang, bukan ketamakan akan harta dan
tidak juag kemegahan yang dapat melalaikan. Oleh karena itu, Allah Swt
kubur”.
Hal ini mempertegas bahwa rasa cukup atau qana’ah lah yang menjadi
5
Jawwad, Muhammad Abdul. Rahasia Sukses Manajemen Rasulullah. Surakarta: Ziyad
Visi Media. 2013. h. 62
6
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’I, 2014. h. 34.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
manusia dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia, hablun minallah wa
(sosial).
B. Saran
Adapun saran yang bisa kami sampaikan selaku penulis semoga dengan
makalah yang kami buat dapat menambah wawasan dan referensi terkait
pembahasan yang kami bahas dalam makalah ini, dan juga bermanfaat dalam
11
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, Umer. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press, 2012.
Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2014.
12