Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN HUKUM DAN POLITIK PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Dasar Dasar Pendidikan dan Sebagai Bahan Presentasi
Dosen Pembimbing: Achmad Zayadi, M. Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 7
Amalia Azahra
Muhammad Edi Priyadi
Muhammad Fadhil
Vickry Kamali

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)


Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah
Jakarta 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun
makalah ini membahas tentang “Landasan Hukum dan Politik Pendidikan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen kami Achmad Zayadi, M. Pd. atas bimbingannya dan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis
masih terbatas. Dengan demikian, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapakan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
setiap pembacanya sehingga meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan. Semoga
Allah swt. senantiasa memberikan kebaikan atas segala usaha. Aamiin YRA.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat kami
Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………..……………………….2
DAFTAR ISI ………………………………………………………….………….3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..……………. 4

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 6

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………........ 6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum dan Politik …………………………………….…….. 7
B. Landasan Hukum dan Politik dalam Pendidikan…………………….…... 8
C. Permasalahan Pendidikan di Indonesia Berkaitan Hukum dan Politik…..11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………...…………....…15

B. Saran ……………………………………...……………………….…….15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..……………. ..16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembentukan hukum pada dasarnya merupakan fungsi melaksanakan
perintah undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif. Pembentukan hukum
oleh hakim dalam rangka memutuskan perkara yang sedang diperiksanya,
termasuk pembentukan peraturan perundang-undangan baik oleh badan eksekutif
secara tersendiri maupun bersama-sama dengan badan legislatif, yang mana hal
tersebut merupakan suatu pengimplementasian terhadap aturan perundang-
undangan itu sendiri.
Pembentukan hukum dalam prinsip pembagian kekuasaan (division of
powers principle) merupakan fungsi ketatanegaraan/pemerintahan yang
dijalankan oleh badan eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk membentuk hukum,
baik hukum yang tertulis (geschreven recht) maupun hukum yang tidak tertulis
(ongeschreven recht). Dalam konsep pemisahan kekuasaan (separation of
powers), fungsi ini menjadi otoritas badan legislatif saja, badan-badan kekuasaan
lain tidak memiliki fungsi tersebut. Sedangkan dalam konsep pembagian
kekuasaan (division of powers), fungsi ini dijalankan baik oleh badan legislatif,
ekskutif maupun yudikatif.
Membahas mengenai politik, kata “politik” sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu “polis” yang dapat berarti kota atau negara-kota. Dari kata polis ini
kemudiIan diturunkan kata-kata lain seperti ”polites” (warga negara) dan
”politikos” nama sifat yang berarti kewarganegaraan (civic), dan ”politike techne”
untuk kemahiran politik serta ”politike episteme” untuk ilmu politik. Kemudian
orang Romawi mengambil oper perkataan Yunani itu dan menamakan
pengetahuan tentang negara (pemerintah) ”ars politica”, artinya kemahiran
(kunst) tentang masalah-masalah kenegaraan (Isjwara,1980).

4
Berdasarkan pada fungsi politik hukum, maka hukum bukan merupakan
tujuan, melainkan sebagai sarana untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Ini
berarti, apabila kita mau membicarakan ”Politik Hukum Indonesia”, maka harus
memahami terlebih dahulu ”apa yang menjadi cita-cita dari bangsa Indonesia
merdeka”. Cita-cita inilah yang harus diwujudkan melalui sarana undang-undang
(hukum).
Dengan mengetahui masyarakat yang bagaimana yang dicita-citakan oleh
bangsa Indonesia, maka dapat ditentukan ”sistem hukum” yang bagaimana yang
dapat mendorong terciptanya sistem hukum yang mampu menjadi sarana untuk
mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Perundang-undangan merupakan bentuk pengaturan legal dalam sebuah
negara hukum yang demokratis. Namun peraturan hukum formal tak pernah
netral, karena ada politik hukum di belakangnya. Hukum formal itu lahir, hidup,
dan juga bisa mati, dalam dinamika budaya hukum. politik hukum menjadi sangat
terasa, karena pemerintah pusat sangat berperan dalam penyusunannya, sementara
sebagai pemerintah pusat juga menjadi pihak dalam tarik ulur posisi otonomi
daerah.
Dengan demikian suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-
peraturan melalui pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai wujud
aplikatif politik hukum sebisa mungkin bersifat netral dan tidak memihak.
Peraturan perundang-undangan merupakan bagian atau subsistem dari sistem
hukum. Namun kenyataannya, Pendidikan di Indonesia belum merata, banyak
kesenjangan yang terjadi terutama kota dan desa. Masih banyak peraturan yang
dilanggar dan merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, makalah ini membahas
mengenai hukum dan politik dalam Pendidikan.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
A. Apakah pengertian hukum dan politik ?
B. Bagaimanakah landasan hukum dan politik dalam pendidikan ?
C. Bagaimana permasalahan di Indonesia berkaitan hukum dan politik ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
A. Untuk memahami pengertian hukum dan politik
B. Untuk memahami landasan hukum dan politik dalam pendidikan
C. Untuk mengidentifikasi permasalahan di Indonesia berkaitan hukum dan
politik

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum dan Politik
Menurut Kusumaadmadja (2002) politik hukum merupakan kebijakan
hukum dan perundang-undangan dalam pembaharuan hukum dengan instrumen
politik hukum dilakukan melalui undang-undang. Mahfud (2006) menyatakan
politik hukum adalah legal policy atau arah hukum yang akan diberlakukan oleh
negara untuk mencapai tujuan negara yang bentuknya dapat berupa pembuatan
hukum baru dan penggantian hukum lama. Kelompok politik hukum terbagi
menjadi tiga , yaitu:
1. Arah resmi tentang hukum yang akan diberlakukan (legal policy) guna
mencapai tujuan negara yang mencakup penggantian hukum lama dan
pembentukan hukum-hukum yang baru sama sekali
2. Latar belakang politik dan sub-sistem kemasyarakatan lainnya dibalik
lahirnya hukum, termasuk arah resmi tentang hukum yang akan atau tidak
akan diberlakukan
3. Persoalan-persoalan disekitar penegakan hukum, terutama implementasi
atas politik hukum yang telah digariskan. Pijakan yang menjadi landasan
dari politik hukum adalah mewujudkan tujuan negara dan sistem hukum
dari negara yang bersangkutan dalam konteks Indonesia, tujuan dan sistem
hukum itu terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 khususnya
Pancasila yang melahirkan kaedah-kaedah penuntun hukum.
Menurut Wahjono (1986) menyatakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan
dibentuk. Saragih (2006) menyatakan politik hukum adalah kebijakan yang
diambil (ditempuh) oleh negara (melalui lembaganya atau pejabatnya) untuk
menetapkan hukum yang mana yang perlu diganti, atau yang perlu diubah, atau
hukum yang mana yang perlu dipertahankan, atau mengenai apa yang perlu diatur
atau dikeluarkan agar dengan kebijakan itu penyelenggara negara dan pemerintah
dapat berlangsung dengan baik dan tertib sehingga tujuan negara (seperti
kesejahteraan rakyat) secara bertahap dan terencana dapat terwujud.

7
Politik hukum menurut Rahardjo (1991) adalah aktivitas memilih dan cara
yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan sosial dan hukum tertentu dalam
masyarakat. Politik hukum tidak dapat dilepaskan dari cita Negara kesejahteraan
dalam konstitusi. Politik hukum adalah suatu kebijakan yang ditetapkan
pemerintah yang merupakan kewenangan penguasa negara untuk menentukan
hukum apa yang dapat diterapkan/berlaku di wilayahnya sebagai pedoman tingkah
laku masyarakat dan ke arah mana hukum akan dikembangkan sebagai alat untuk
mencapai apa yang dicita-citakan (Muchsin,2007).

B. Landasan Hukum dan Politik dalam Pendidikan


Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 antara lain :
a. Pasal 1 Ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa,
dan Negara. Di dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan
diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mengembangkan
potensi yang ada dalam diri peserta didik ini adalah kunci penting
diselenggarakannya sebuah proses pendidikan yang membebaskan
(Azzet,2011).
b. Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” .

8
c. Pasal 5 ayat 1-5 antara lain :
1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
d. Pasal 32 ayat 1, “ Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
e. Pasal 31 ayat (2) UUD 1945, yaitu bahwa “setiap warga Negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Adapun Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yakni
seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik, hak
dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru
dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.
Selain itu apabila menyimak arah kebijakan pendidikan nasional dewasa ini maka
digunakan tiga sumber utama. Adapun dasar dari pendidikan nasional Indonesia
yaitu :
a) GBHN 1999-2004 atau TAP MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun
1999-2004 telah dikemukakan visi haluan negara dalam bidang pendidikan
dinyatakan bahwa :
1. Pendidikan yang bermakna diperlukan bagi pengembangan pribadi dan
watak bagi hidup kebersamaan dan toleransi
2. Perlunya membangun masyarakat yang demokratis, damai, berkeadilan
dan berdaya saing

9
3. Misi pendidikan nasional adalah menciptakan suatu sistem dan iklim
pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu
b) Program Pembangunan Nasional (Prolegnas 2000-2004) pendidikan terdapat
arah dan program-program sebagai berikut :
1) Memperluas dan pemerataan pendidikan dengan adanya dana yang
mencukupi
2) Meningkatkan kemampuan dan mutu hidup para Pendidikan
3) Membenahi kurikulum
4) Memberdayakan lembaga Pendidikan
5) Meningkatkan manajemen pendidikan, termasuk upaya desentralisasi dan
otonomi pendidikan.
c) APBN
APBN 2017 pada dasarnya adalah merupakan penjabaran dari propenas
yaitu kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran. apabila
dicermati APBN 2017 ada 8 kegiatan pokok yaitu :
1. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun
2. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
3. Pendidikan alternatif
4. Beasiswa
5. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
6. Peningkatan Profesionalisme Guru
7. Pembenahan Kurikulum
8. Pelaksanaan Demokrasi Dan Desentralisasi Melalui Komite Sekolah Atau
Dewan Sekolah
Sejak kemerdekaan sampai sekarang, dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional, kita mengenal tiga Undang-Undang pendidikan, yakni UU Nomor 4
Tahun 1950 UU Nomor 12 tahun 1954, UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional. Dalam hal kurikulum kita mengenal kurikulum: (1)
Kurikulum 1950; (2) Kurikulum 1962; (3) Kurikulum 1969; (4) Kurikulum 1975;
(5) Kurikulum 1984; (6) Kurikulum 1994; (7) Kurikulum 2004; dan (8) KTSP
sekolah (Soedijarto, 2008).

10
Adapun sekarang kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan saintifik dan
soal-soal yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi.

C. Permasalahan Pendidikan di Indonesia Berkaitan Hukum dan Politik


Arus Globalisasi mengimplikasikan liberalisasi di sektor pendidikan
termasuk di pendidikan tinggi (Putra, 2016). Terdapat hubungan yang cukup erat
antara problematika hukum dan politik pendidikan dengan kehidupan sosial di
masyarakat. Perhatian atas hak rakyat atas pendidikan hanya ditempatkan sebagai
kendala yang dipenuhi agar sistem utama dapat berjalan (Anggraini, 2016).
Menurut Marzuki (2012) pelaksanaan kebijakan pendidikan yang
sekaligus merupakan politik pendidikan nasional masih menyisakan berbagai
problem yang menarik untuk dikaji. Diantara problem tersebut adalah:
1. Praktik pelaksanaan wajib belajar yang kemudian memunculkan jargon
“Sekolah Gratis” belum semuanya ditanggapi dengan baik dan diterima
secara penuh oleh semua warga sekolah. Masih ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan dengan adanya kebijakan ini, sehingga melakukan hal-
hal yang merugikan sekolah, yang akhirnya merugikan siswa dan orang
tua siswa. Ketika terjadi pengetatan dana dengan dalih kebijakan “sekolah
gratis”, program-program yang sudah berjalan dengan baik mulai sedikit
demi sedikit terabaikan. Peran kepala sekolah menjadi sangat penting
untuk membawa sekolah tetap eksis dengan program-program sekolah
yang mendukung suksesnya pendidikan dan pengajaran di sekolah,
sehingga siswa tetap dapat menikmati semua program sekolah dan
mendapatkan hasil yang maksimal sebagaimana mestinya.
2. Sebagai konsekuensi adanya “sekolah gratis” bagi sekolah negeri
menjadikan sebagian dari sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta
menjadi “mati”. Namun demikian, tidak sedikit juga sekolah-sekolah
swasta yang mampu bertahan bahkan terus berkembang dengan tawaran-
tawaran program khusus sekolah yang dapat menarik siswa dan orang tua
siswa mengikuti dibanding dengan guru yang sudah profesional. Hal yang
sama juga terjadi di kalangan dosen. Bahkan problem besar di kalangan
dosen terkait dengan kebijakan ini adalah banyaknya dosen yang

11
profesional ini tidak mau melanjutkan studi ke jenjang berikutnya (Strata
3/program doktor) karena jika melanjutkan studi tunjangan sertifikasinya
akan dihentikan. Namun demikian, tidak sedikit juga dosen yang
mengambil keputusan tetap harus melanjutkan studi karena ada harapan
untuk meraih kesejahteraan yang lebih baik lagi, yakni ketika pada
akhirnya memperoleh jabatan guru besar yang mendapatkan tunjangan
kehormatan di samping juga mendapatkan tunjangan sertifikasi.
3. Kebijakan adanya standardisasi pendidikan juga menyisakan beberapa
problem, terutama bagi sekolah-sekolah swasta. Tidak banyak sekolah
swasta yang mampu membenahi kelembagaannya sehingga dapat
mewujudkan sekolah yang berstandar nasional. Kebijakan ini memang
menjadi tantangan tersendiri bagi para pengelola sekolah, sebab jika tidak
bisa mewujudkan sekolah yang berstandar akan berakibat berkurangnya
minat masyarakat bersekolah di sekolah tersebut. Dan jika ini terjadi akan
mengurangi pemasukan dana yang menjadi tulang punggung sekolah
untuk menjalankan program-program sekolahnya.
4. Kebijakan pendidikan yang hingga sekarang masih menimbulkan
perbedaan persepsi di tengah-tengah masyarakat adalah kebijakan ujian
nasional. Banyak masyarakat yang menghendaki kebijakan ini ditinjau
ulang, mengingat adanya praktik-praktik yang tidak dikehendaki terkait
dengan kebijakan ini. Hampir setiap tahun pelaksanaan ujian nasional
menyisakan problem terutama terjadinya kebocoran soal dan kecurangan
dalam pelaksanaannya. Belum lagi cost yang dikeluarkan untuk ujian
nasional ini cukup tinggi. Kebijakan ini dipandang perlu, terutama oleh
para pengelola pendidikan nasional (pemerintah), pendidikan di sana.
Inovasi dan kreativitas pimpinan sekolah (kepala sekolah) sangat dituntut
untuk tetap mempertahankan sekolahnya eksis di tengah-tengah
masyarakat. Sekolah-sekolah swasta ini harus memiliki keunggulan-
keunggulan agar tetap bisa bertahan dan terus diminati masyarakat.
5. Program sertifikasi guru dan dosen juga menyisakan problem yang tidak
sedikit. Bagi guru program ini mengakibatkan kesenjangan yang jelas
antara guru yang sudah mendapatkan sertifikasi dengan yang belum. Di

12
samping karena masalah gaji yang berbeda, ternyata prestis diantara guru
yang professional dengan yang belum juga berbeda. Akibatnya adalah
terjadi kinerja yang kurang maksimal di kalangan para guru yang belum
profesional dengan alasan kurangnya gaji yang diterima dalam rangka
menjamin terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Variasi kualitas
sekolah yang ada di negara kita belum memungkinkan untuk menyerahkan
penilaian kompetensi kepada sekolah. Maka dalam mata pelajaran tertentu
masih dirasa perlu distandarkan penilaiannya secara nasional, sehingga ada
jaminan yang lebih terpercaya, dibandingkan jika dilaksanakan oleh
sekolah-sekolah yang bervariasi mutunya. Yang harus diperhatikan di sini
sebenarnya bukan masalah kebijakan ujian nasional ini dalam arti
pelaksanaannya saja, tetapi bagaimana pemerintah juga memfasilitasi
sekolah dan masyarakat agar benar-benar siap dan bisa mengikuti ujian
nasional dengan baik dan adil di tengah-tengah perbedaan yang terjadi di
masyarakat yang tersebar di berbagai daerah yang situasi dan kondisinya
juga berbeda-beda. Jika ini dilakukan, barangkali problem-problem yang
selama ini ada akan bisa dieliminasi.

Dari beberapa problematika pendidikan yang telah dipaparkan di atas, kita


dapat menarik pemahaman bahwa kemajuan pendidikan di sebuah negara
terkhusus di negara Indonesia tidak lepas dari peran penting Pemerintah sebagai
penentu arah kebijakan pendidikan dan para anggota dewan (DPR) yang dalam
hal ini sebagai pembuat undang-undang dalam pelaksanaan pendidikan yang
bermutu di Indonesia. Menurut Mardeli (2015) Jika kita sekarang membiarkan
bersikap membiarkan kondisi pendidikan kita saat ini, maka bisa dipastikan
bahwa kehidupan ekonomi dan politik kita dimasa yang akan datang akan
menyedihkan.
Berikut ini merupakan prinsip sebagai suatu strategi yang dapat dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan pandidikan yang bermutu, sesuai yang
diperintahkan pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas yang berkesinambungan dengan
UUD 1945 (Sodikin, 2011) diantaranya:

13
Pertama, aspek fungsi Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
kewajiban Negara dan pemerintah dalam bidang pendidikan, serta
hak dan kewajiban warga Negara dalam bidang pendidikan.
Kedua, aspek filosofis, yakni cita-cita untuk membangun sistem pendidikan
nasional yang berkualitas dan bermakna bagi kehidupan bangsa.
Ketiga, aspek pengaturan mengenai badan hukum pendidikan dalam undang-
undang dimaksud harus merupakan implementasi tanggung jawab
Negara.
Keempat, aspek aspirasi masyarakat harus dapat perhatian dalam
pembentukan undang-undang agar tidak menimbulkan kekacauan
dan permasalahan baru dalam dunia pendidikan

Dengan adanya empat strategi penyusunan undang-undang diatas diharapkan


pendidikan yang ada di negara Indonesia menjadi lebih mandiri dan maju serta
mempunyai daya saing untuk berkompetisi dengan negara lain

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa :
A. Politik hukum adalah suatu kebijakan yang ditetapkan pemerintah yang
merupakan kewenangan penguasa negara untuk menentukan hukum apa
yang dapat diterapkan/berlaku di wilayahnya sebagai pedoman tingkah
laku masyarakat dan ke arah mana hukum akan dikembangkan sebagai alat
untuk mencapai apa yang dicita-citakan
B. Pendidikan di Indonesia memiliki aturan hukum yang tercantum pada
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20
Tahun 2003, Pasal 31 ayat (2) UUD 1945, serta Undang-undang No.14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen
C. Beberapa problematika yang dihadapi dalam kebijakan pendidikan yang
ada di Indonesia diantaranya: Program wajib belajar 9 tahun yang
melahirkan kebijakan lainnya, adanya “Sekolah Gratis” sebagai program
pemerintah berdampak buruk bagi sekolah-sekolah yang dikelola swasta,
kebijakan standarisasi pendidikan yang tidak jarang membuat sekolah
swasta tidak dapat mencapainya, kebijakan adanya Ujian Nasional yang
menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, dan kebijakan sertifikasi guru
dan dosen yang menimbulkan kesenjangan diantara penerima dengan yang
tidak.

B. Saran
Landasan hukum dan politik di Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang maupun peraturan pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya, banyak
yang belum sesuai aturan. Ada baiknya, pemerintah lebih ketat dalam menerapkan
aturan dan memberikan sanksi bagi yang melanggarnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aerospace Industry Association. (2017). American Students Win International
Rocket Contest Fly-Off. [Online]. Diakses dari
http://www.aiaaerospace.org/news/american_students_win_internationa
l_rocket_contest_fly_off/ [ 14 Oktober 2018 ]
Azzet, A.M. (2011). Pendidikan yang Membebaskan. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media
Anggraini, M., Hafidz, M., Syafe’i, M. (2016). Makalah Landasan Hukum dan
Politik Pendidikan. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/30904572/MAKALAH_LANDASAN_HU
KUM_DN_POLITIK_PENDIDIKAN [14 Oktober 2018]
Firdiani, D., Firman, Jaya, A.I., Amrullah, F. (2014). Landasan Hukum Dan
Politik Pendidikan. [Online]. Diakses dari
https://dokumen.tips/download/link/landasan-hukum-dan-politik-
pendidikandocx [14 Oktober 2018]
Isjwara, F. (1986). Pengantar Ilmu Politik. Bandung : Dhiwantara
Iwan, P., S. (2013). Beberapa Negara dengan Aliran Filsafat Pendidikan yang
Dianutnya. Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Kusumaatmadja, M. (2006). Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan:
Kumpulan Karya Tulis Prof. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M,
Bandung: Alumni
Mardeli (2015). Problematika Antara Politik Pendidikan Dengan Perubahan
Sosial dan Upaya Solusinya. [Online]. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/256983-problematika-
antara-politik-pendidikan-d-2bf2e3ad.pdf [14 Oktober 2018]
Marzuki (2012). Politik Pendidikan Nasional Dalam Bingkai Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Diakses dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/article/view/3095/2609
[14 Oktober 2018]
Muchsin. (2007).Politik Hukum Dalam Pendidikan Nasional. Surabaya : Pasca
Sarjana Universitas Sunan Giri

16
Nur, A., S. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk
Agung
Putra, G.R.N. (2016). Politik Pendidikan: Liberalisasi Pendidikan Tinggi di
Indonesia dan India. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Rahardjo, S. (1991). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Adhitya Bhakti
Richard, C. S.. (2000). Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Amerika
Serikat : Deplu AS.
Saragih, B.R.(2006). Politik Hukum, Bandung: CV. Utomo
Sodikin, H. (2011). Politik Serta Kebijakan Tentang Pendidikan. [Online].
Diakses dari https://ilmucerdaspendidikan.wordpress.com/2011/03/25/130/
[14Oktober 2018]
Soedijarto. (2008). Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta :
Kompas
Susanto (2016). Pengaruh Politik Hukum Terhadap Sistem Pendidikan Nasional.
[Online]. Diakses dari
http://journals.ums.ac.id/index.php/jurisprudence/article/download/299
4/1941 [14 Oktober 2018]
Tilaar, H. A. R., (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Penerbit Tera Indonesia
Triningsih, A. (2017). Politik Hukum Pendidikan Nasional: Analisis Politik
Hukum dalam Masa Reformasi (Legal Policy of National Education:
Legal Policy Analysis During Reform Era). [Online]. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/196416-ID-politik-hukum-
pendidikan-nasional-analis.pdf [14 Oktober 2018]
Wahjono. (1986). Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Yudhanti, R. (2012). Kebijakan Hukum Pemenuhan Hak Konstitusional Warga
atas Pendidikan Dasar. [Online]. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta/article/view/2360/24
13 [14 Oktober 2018]
Wulandari, T. (2008). Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat”. Jurnal Istoria,
1(1) Maret.1-10

17

Anda mungkin juga menyukai