Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDAPAT HUKUM MENGENAI IKN

Nama : Jordan Johan

NIM : 010002100519

Dosen : Dr. Radian Syam, S.H., M.H.

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

Hari/Tanggal : Kamis, 2 Juni 2022


ANALISIS DAN REFLEKSI MENGENAI UU IKN

Membahas mengenai hasil refleksi dari UU IKN ini sangat perlu untuk dipahami bagaimana
proses yang berlangsung dalam penyusunan Undang-Undang, dimana UU ini hadir dikarenakan
selama ini masih terdapat ketiadaan UU secara khusus yang mengatur perihal Ibu Kota Negara di
Indonesia. Bahkan apabila menilik kebelakang bahwasannya UU yang juga mengatur mengenai
Ibu Kota Negara memiliki fungsi ganda, dimana Jakarta merupakan Daerah Otonom Provinsi
sekaligus sebagai Ibu Kota Negara. Proses pengaturannya pun telah berjalan sedemikian lama
dan juga dengan beragam dinamika terhadap keberlangsungannya.

Melihat kondisi tersebut, maka UU IKN ini memang disusun untuk dapat menjadi suatu
pegangan terhadap pengaturan keberadaan Ibu Kota Negara, menurut pandangan penulis tentang
keberdaan UU IKN ini juga bagian dari ambisi besar Presiden Joko Widodo untuk dapat
melakukan oemindahan Ibu Kota Negara bahkan disampaikan bahwa kondisi pemindahan Ibu
Kota Negara tersebut merupakan suatu kondisi yang urgent atau mendesak sehingga
disampaikan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratab Rakyat Republik Indonesia.

Pemindahan terhadap Ibu Kota Negara tersebut dilatar belakangi agar kondisi perekonomian
tidak hanya terpusat di Jakarta dan Jawa atau seringkali disebut dengan jawa centris, dimana
dengan adanya Ibu Kota Negara yang baru ini dapat menjadi suatu dorongan untuk dapat
mengurangi kesenjangan dan juga semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nyata
untuk dapat mengurangi kesenjangan. Sehingga melihat tujuan tersebut, disusunlan Undang-
Undang Ibu Kota Negara sebagai suatu harapan untuk dapat membentuk Ibu Kota Negara yang
memang ideal sebagai suatu acuan untuk pembangunan sekaligus penataan Kawasan perkotaan
yang lebih rapi dan terstruktur.

Namun demikian dalam pandangan penulis, segala hal yang berkaitan dengan UU IKN ini masih
banyak mengalami pro-kontra bahkan sejak awal disahkan. Hal tersebut dikarenakan law making
process nya yang masih dipertanyakan dan terkesan buru-buru, sehingga tidak heran bahwa
seminggu semenjak pengesahan telah banyak mengalami judicial review. Bahkan UU No 3
tahun 2002 tentang Ibu Kota Negara ini resmi digugat ke Mahkamah Konstitusi oleh berbagai
macam tokoh, bahkan diajukan oleh berbagai macam pemohon lainnya.
Memang benar, sesuai dengan keharusannya bahwasnanya secara formil, apa yang dilakukan
oleh DPR sebelum proses sosialisasi dna juga pengesahan, DPR telah meminta pendapat ahli,
dan juga narasumber lainnya, namun hal tersebut hanya sebagai suatu penggugur untuk
ketentuan Right to Be Heard yang memang harus dipenuhi sebagai dasar formil pembuatan
Legal Basis yang akan menjadi acuan untuk kehidupan hukum dan sosial dalam bermaysarakat.
Dimana yang dilakukan oleh DPR hanya sekedar mengugurkan Hak untuk didengar dan
mendengar.

Akan tetapi pada faktanya DPR dalam proses penyusunan Undang-Undang IKN banyak tidak
mempertimbangkan berbagai pendaoat yang seharusnya dapat disampaikan oleh masyarakat,
yang juga merupakan bagian dari right to be considered dan memberikan penjelasan atau
jawaban atas pendapat yang seharusnya disampaikan masyarakat yang disebut dengan right to be
explained.

Sehingga menurut penulis bahkan sejak proses pembuatan UU IKN ini sudah cacat, sebab tidak
terpenuhinya dikualifikasi pembentukan UU yang seharusnya dielaborasi dengan cukup
meaningful participant, dimana unsur Right to be heard, Right to be considered, right to be
explained.

Perihal uji materiil, dalam sudut pandang penulis, UU IKN sebatas suatu satuan pemerintahan
daerah yang memang sifatnya khusus dan juga sejujurnya bertentangan dengan UUD 1945.
Terutama yang telah tertera dalam pasal 18 ayat (1) dan (2), pasal 18 A ayat (1) dan pasal 18B
ayat (1) mengenai pemeirntah daerah.

Sebagaimana yang tertera dalam pasal 1 ayat (2) UU IKN bahwa IKN yang memang Bernama
Nusantara dan kemudian kedepannya dapat disebut sebagai Ibu Kota Nusantara merupakan suatu
pemerintahan daerah yang memiliki sifat khusus dan setingkat dengan Provinsi. Bahkan dalam
dalilnya para pemohon menyebutkan frasa “setingkat provinsi” sangat menunjukkan bahwa
formal IKN menurut UU IKN bukanlah suatu provinsi. Sehingga terjadi suatu kejanggalan yang
besar.

Yang kemudian telah penulis amati dalam pasal 1 ayat (8) bahwa pemerintahan daerah Khusus
Ibu Kota Nusantara adalah pemerintahan daerah yang bersifat khusus yang kemudian
menyelenggarakan urusan pemeirntahan di Ibu Kota Nusantara.
Melihat kejanggalan-kejanggalan diatas, memperjelasn polemic yang muncul tentang
pengesahan UU IKN sendiri membuat UU IKN tidak kunjung memiliki penomoran Undnag-
Undang bahkan cukup sulit untuk kemduian mencari isi klausul daru Undan-Undang IKN itu
sendiri. bahkan naskah akademiknya tidak dapat memberikan pembahasna yang mendalam serta
holistic megenai apa yang menjadi latar belakang, tujuan dan hal lainnya terkait keharusan dalam
melakukan pemindahan IKN itu sendiri.

Naskah akademik yang dibahas dalam UU tersebut masih cukup umum sehingga menimbulkan
ketidak pervayaan masyarakat atas informasi yang memang selama ini kurang terbuka mengenai
pemindangan Ibu Kota ke Kalimantan Timur tersebuy.

UU IKN sendiri merupakan daftar dari peraturan perundang-undangan berbasis Surpres yang
tertuang dalam Prolegnas Prioritas 2022. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Undang-Undang menyebutkan bahwa Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
merupakan alat perencanaan. Metode yang sistematis, terpadu dan sistematis, sebagai salah satu
upaya penyusunan rancangan undang-undang dengan mengutamakan program legislasi dalam
rangka terselenggaranya ketertiban hukum nasional. Melaksanakan untuk mendukung tatanan
hukum domestik yang lebih baik. Masih terlalu dini RUU IKN yang ditetapkan sebagai
prolegnas prioritas pada 7 Desember 2021 menjadi RUU IKN yang sah pada 18 Januari 2022,
hingga akhirnya diundangkan dan diumumkan dalam Buletin Pemerintah.

Hal ini telah dikonfirmasi secara resmi di laman website dpr.go.id, dan meski masih banyak
pembahasan yang belum selesai pada RUU tahun sebelumnya, UU IKN sudah diprioritaskan 42
hari lalu dan disahkan dalam waktu dekat. Mengingat bahwa pemindahan ibu kota merupakan
monumen pengesahan RUU dan akan menjadi bagian dari sejarah negara, tidak mengherankan
jika banyak kontroversi terus berlanjut. Kurang dari sebulan setelah pengesahan, kelompok
masyarakat melakukan uji materi.

Alasan dilakukannya judicial review adalah sebagai berikut.

1) UU IKN dianggap tidak dirancang untuk peraturan yang memang ada secara berkelanjutan.

2) Tidak mempertimbangkan efektifitas peraturan perundang-undangan dalam masyarakat.

3) Jumlah pendelegasian isi substantif undang-undang dalam pelaksanaan peraturan,


4) Kerahasiaan informasi

5) Sebagian perwakilan masyarakat dalam pembahasan UU IKN. Ketika UU IKN dikatakan


prematur, tidak ada istilah hukum khusus terkait dengan prematur undang-undang tersebut.
Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa UU IKN bermasalah dengan “proses legislasinya”.

Idealnya suatu undang-undang haruslah memenuhi tahapan-tahapan dalam pembentukannya


yaitu tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan atau pengesahan, pengundangan,
dan penyebarluasan. Jika mengacu pada tahapannya, disahkannya UU IKN telah memenuhi
persyaratan tersebut untuk kemudian menunggu tahap pengundangan dan penyebarluasan. Tapi
apakah asas dalam pembentukan UU IKN telah diterapkan secara tepat khususnya mengenai
materi muatan, dapat dilaksanakannya undang-undang, kedayagunaan dan kehasilgunaan,
kejelasan rumusan, dan keterbukaan. Penerapan asas-asas ini menjadi sorotan karena dianggap
dalam pembentukannya menimbulkan kesan terburu-buru dan tidak terbuka.

Pansus menyatakan bahwa alasan yang menjadikan UU IKN disahkan dalam waktu cepat adalah
agar tersedia payung hukum untuk menarik investor terlibat dalam pembangunan IKN, namun
dampaknya, materi muatan dan kejelasan rumusan didalamnya menjadi tidak substantif dan
berakibat pada banyaknya pendelegasian peraturan pelaksana.

Dirasa terlalu naif apabila melakukan pembahasan UU IKN secara cepat karena alasan investor,
karena ini adalah hal yang besar yang dapat berdampak pada kesejahteraan rakyat, lingkungan,
sosial budaya, dan berbagai aspek lainnya. Dari sisi kedayagunaan dan kehasilgunaan, anggaran
yang akan dikeluarkan untuk pembangunan IKN dirasa menjadi tidak tepat jika disandingkan
dengan utang pemerintah saat ini sebesar Rp.6.687,28 triliun yang juga ikut ditanggung oleh
warga negara serta kasus pandemi yang masih tinggi di Indonesia. Dari sisi keterbukaan,
partisipasi masyarakat dalam pembahasan UU IKN diwaktu lalu sangat parsial ditambah lagi
jangka waktu singkat dalam pengesahan seakan membatasi ruang bagi masyarakat untuk
mengkritisi RUU IKN hingga akhirnya disahkan sebagai undang-undang.

Perpindahan ibukota adalah wacana yang telah hadir dimasa kepemimpinan yang lalu dan
akhirnya direalisasi pada kepemimpinan saat ini. Polemik mengenai UU IKN diproyeksikan akan
masih terus berlanjut. Banyak aspek yang akan berdampak karena perpindahan ibukota,
ditambah lagi dengan pandemi covid yang saat ini masih terjadi dengan berbagai varian yang
silih berganti dan gelombang kasus yang fluktuatif. Tentunya kita harus meyakini pemerintah
memiliki alasan terbaik dibalik pemindahan ibukota di tengah pro dan kontra yang ada.

Sebuah pekerjaan yang besar, membangun infrastruktur, mempersiapkan SDM, memastikan


lingkungan tetap terjaga, serta mendesain perangkat hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan dalam proses pemindahan ibukota. Dan hal yang terpenting adalah bagaimana
pemerintah harus mampu menjaga kepercayaan masyarakat dengan membuktikan bahwa
keputusan yang besar ini semata-mata untuk bangsa Indonesia tanpa ada kepentingan kelompok
tertentu.

Yang perlu kita ingat ialah setiap keputusan serta tindakan selalu memiliki dampak negatif dan
positif,serta akan selalu ada pro dan kontra,sama hal nya dengan Undang Undang IKN
tersebut,di tengah banyak nya kontra terhadap pengesahan Undang Undang IKN,tidak sedikit
pula orang orang yang setuju serta mendukung pemindahan ibu kota negara republik Indonesia
ke daerah penajam Paser Utara  Kalimantan timur.

Pemindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan Timur telah dikemukakan resmi pada 26 Agustus
2019, alasan utama pemindahannya karena Jakarta dinilai tidak layak dari aspek dukung dan
daya tampung selain itu Kontribusi ekonomi pada PDB.Sebab pemindahan ibu kota juga di
dasari oleh kontribusi ekonomi PDB di pulau Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
atau Produk Domestik Bruto (PDB) yang sangat mendominasi.

Sementara pulau lainnya jauh tertinggal. Jokowi ingin menghapuskan istilah “Jawasentris”
sehingga kontribusi ekonomi di pulau lain juga harus digenjot.Selain itu banyak faktor lainya
seperti beban pulau jawa dan Jakarta yang kian hari kian berat,mengingat konsentrasi masyarakat
tertuju di pulau Jawa dan Jakarta,Krisis air bersih dan pertumbuhan urbanisasi yang sangat tinggi
juga menjadi pertimbangan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan timur.

Terlepas dari segala polemik yang ada,yang perlu kita ketahui isu pemindahan ibu kota negara
bukanlah isu baru. Isu tersebut bahkan sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno. Untuk
itu,pemindahan ibu kota negara merupakan visi dan misi Indonesia dalam membangun
pertumbuhan pemerataan pembangunan di Indonesia.

Sebab Jakarta dan Jawa saat ini memiliki  pertumbuhan penduduk yang semakin hari kian
meningkat besar. Jakarta dan Jawa tidak akan sanggup untuk menampung, apabila pusat
konsetrasi nya hanya di Jakarta. Oleh karena itu pemerintah ingin  membagi dan melahirkan
episentrum baru di daerah lain seperti di Sumatra dan Sulawesi setelah Kalimantan dijadikan ibu
kota negara.Selain itu, pemindahan ibu kota negara juga berbicara mengenai membangun ibu
kota itu sendiri pada ratusan tahun ke depan, sehingga pemindahan ibu kota tidak hanya
berbicara tentang jangka pendek atau menengah tapi bahkan pada jangka panjang.

Setiap kebijakan dan keputusan pasti akan selalu ada pro dan kontra serta berbagai macam
polemik di dalam nya,akan tetapi yang perlu di ingat adalah pro dan kontra yang ada bukan
dijadikan wadah untuk saling bermusuhan,tetapi sebagai bahan evaluasi serta sebagai wadah
untuk menampung setiap pemikiran dan sudut pandang masyarakat yang satu dengan yang
lain.Diharapkan dengan di sahkannya UU IKN,hal itu sesuai dengan tujuan serta harapan
pemerintah dan masyarakat Indonesia,tidak lain untuk menjamin kesejahteraan masyarakat
Indonesia secara merata,serta membawa Indonesia pada kemajuan,dan sebagai awal untuk
kehidupan masyarakat dan negara yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2019. Ibu Kota Indonesia. Jakarta. Hlm. 1.


Kansil, C.S.T. 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hlm. 170-171.
Rawat, Rajiv. 2005. Capital City Relocation: Global-Local Perspectives in The Search for an
Alternative Modernity. York University: Department of Geography. Hlm. 1.
Hasibuan, Reni Ria Armayani dan Siti Aisa. 2020. Dampak dan Resiko Pemindahan Ibu Kota
Terhadap Ekonomi di Indonesia.
AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. V No. 1. Hlm. 195-197.
Hutasoit, Wesley Liano. 2018. Analisa Pemindahan Ibukota Negara. Jurnal Dedikasi, Vol. 19
No. 2. Hlm. 111.
Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi. 2002. Kajian Erosi dan Sedimentasi Pada Das Teluk
Balikpapan Kalimantan Timur. Proyek CRC/URI CRMP (TE-02/13-I). Hlm. 32.
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Dampak Ekonomi dan Skema Pembiayaan Pemindahan Ibu
Kota Negara. Power Point Presentation. Slide. 10, dan 12-13.

Anda mungkin juga menyukai