I. Status Quo
Sahnya RKUHP yang Masih Bermasalah
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar hukum pidana di
Indonesia. Setelah berlaku selama lebih dari 100 (seratus) tahun. Pada tanggal 6
Desember 2022, Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP)
disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) bersama
pemerintah pada Rapat Paripurna DPR RI ke-11. Akan tetapi, RKUHP masih
mengandung berbagai pasal bermasalah yang berpotensi mengancam hak asasi
manusia (HAM) dan bertentangan dengan prinsip demokrasi. Salah satu tujuan
pembentukkan RKUHP adalah dekolonialisme, yaitu untuk menggantikan KUHP
lama buatan Belanda yang bernuansa kolonialisme. Akan tetapi, tujuan tersebut
tampaknya hanyalah bualan Pemerintah dan DPR RI. Mereka justru memasukkan
pasal-pasal kolonial, seperti Pasal 256 RKUHP, Pasal 218 hingga Pasal 220
RKUHP, serta Pasal 240 dan Pasal 241 RKUHP yang justru memasukkan
memiliki unsur kolonialisme pada RKUHP. Selain itu, RKUHP yang
digadang-gadang menjadi reformasi hukum pidana di Indonesia justru memuat
pasal-pasal bermasalah yang dijadikan alat oleh negara dalam mengintervensi
ranah privat warga negaranya. Pasal-pasal tersebut, antara lain Pasal 411 RKUHP
tentang Perzinaan dan Pasal 412 RKUHP tentang Kohabitasi. Implikasi dari
penerapan pasal tersebut ialah melanggengkan pernikahan dini hingga
kriminalisasi terhadap korban kekerasan seksual dan masyarakat terpinggirkan.
IV. Evaluasi dan Inovasi yang bisa dikembangin untuk tahun depan
○ Evaluasi
1. Pada paruh 2 (dua), pengawalan dan penyikapan yang dilakukan hanya
terfokus pada RKUHP;
2. Tujuan pengelompokan staf berdasarkan kelompok isu, yakni staf yang
akan memimpin pengawalan dan penyikapan terhadap kelompok isu
reformasi hukum tidak berjalan dengan baik;
3. Sebagian besar infografis masih kurang public friendly;
4. Tidak adanya rencana strategis yang baik dan terstruktur mengakibatkan
kerja staf tak terukur secara proporsional, bahkan hingga hasil kerja yang
terbengkalai;
5. Terdapat staf kelompok isu yang merasa kurang nyaman di lingkungan
dan cara kerja kastrat sehingga kerap melepaskan tanggung jawab begitu
saja;
6. Kurangnya kreativitas dalam pengawalan dan penyikapan isu yang sedang
naik dengan hanya terpaku pada infografis dan Story lepas;
7. Isu yang mendapat pengawalan dan penyikapan secara konsisten hanya
segelintir dari isu-isu yang direncanakan di awal kepengurusan;
8. Pemahaman staf terkait isu ini, terutama pada staf yang masuk dalam
kelompok isu Reformasi Hukum, masih kurang mumpuni dan memadai;
9. Kurang adanya ruang dan waktu untuk diskusi, bertukar pikiran, dan
memperkaya referensi juga wawasan staf;
10. Staf pada kelompok isu lainnya kurang terpapar akan isu Reformasi
Hukum yang sedang naik sehingga terkadang mengakibatkan
terhambatnya penyikapan yang dilakukan, misalnya ketika pembuatan
infografis, terlalu banyak yang harus direvisi dan lain sebagainya;
11. Oleh karena yang sering terpapar oleh isu mau tidak mau adalah staf
kajian dalam kelompok isu Reformasi Hukum yang hanya berjumlah 2
(dua) orang, terdapat ketergantungan yang berlebih oleh 2 (dua) orang
tersebut;
12. Kemampuan desain yang lebih oleh satu staf Akprop pada kelompok isu
Reformasi Hukum membuat beban kerjanya untuk mendesain publian
menjadi timpang dengan staf yang lain;
13. Kurangnya kepedulian staf dalam memantau dan mengawal isu Reformasi
Hukum yang sejatinya sering mengalami update dari waktu ke waktu
sehingga hanya BPH lah yang justru mendominasi dalam hal rencana
penyikapan dan lain-lain;
○ Inovasi
1. Disediakan ruang dan waktu diskusi paling tidak satu kali setiap minggu;
2. Untuk meminimalisir isu-isu yang tak tersikapi ke depan, penentuan isu
yang akan dikawal selama satu tahun kepengurusan harus lebih dibatasi;
3. Perlu adanya penentuan skala prioritas isu sehingga pengawalan dan
penyikapan memiliki rasionalisasi yang jelas;
4. Staf perlu diberikan bahan-bahan referensi yang cukup sejak awal
kepengurusan;
5. Perlu adanya pembagian kerja yang merata dan terjadwal (setidaknya bisa
direncanakan terlebih dahulu walaupun isu sosial politik memang sangat
berdinamika);
Isu Penyusutan Ruang Sipil dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat Masa Lalu
I. Status Quo
○ Penyusutan Ruang Sipil dan Represifitas Aparat
Terjadi Lagi: kekerasan Aparat terhadap Masyarakat Papua
Pada hari Selasa, 10 Mei 2022 sejumlah elemen masyarakat di Jayapura,
Papua melakukan unjuk rasa untuk menolak pembentukan Daerah
Otonomi Baru (DOB). Aksi tersebut diwarnai dengan pembubaran paksa
yang dilakukan oleh aparat dengan menggunakan kekerasan. Tindakan
represif aparat yang terjadi di Papua menunjukkan adanya pelanggaran
terhadap kemerdekaan menyampaikan berpendapat. Tindakan tersebut
merupakan bentuk pelanggaran HAM serta perlawanan terhadap
konstitusi.
IV. Evaluasi dan Inovasi yang bisa dikembangin untuk tahun depan
○ Evaluasi
1. Penyikapan inisiasi yang dilakukan masih kurang masif, terutama terkait
isu penyusutan ruang sipil;
2. Penyikapan terlalu substantif ketika keperluan untuk segara publikasi
tinggi sehingga membuat staf kewalahan dan harus bekerja lebih ekstra;
3. Pengawalan dan penyikapan terhadap isu Pelanggaran HAM Berat Masa
Lalu masih sangat minim dan mayoritas hanya mengandalkan repost
publikasi aliansi;
4. Publikasi penyikapan yang monoton dan kurang variatif;
5. Isu penyusutan ruang sipil yang sejatinya hanya menunggu momentum
membuat pengawalan dan penyikapannya cenderung tidak stabil dan
terkadang sangat insidental serta mendadak yang membuat staf harus siap
diberikan tugas kapanpun dan dimanapun;
6. Penyusunaan, perencanaan, dan persiapan untuk penyikapan, pengawalan
serta pengadvokasian #MeiBerkabung dan #NovemberHitam yang terlalu
mepet sehingga memberatkan staf kelompok isu;
7. Staf kurang memahami terkait alur dan mekanisme penyikapan yang
diharapkan dari adanya isu Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu yang
disisipkan pada kelompok isu penyusutan ruang sipil;
8. Belum adanya upaya maksimal untuk menjalin kerja sama dengan pihak
eksternal untuk penyikapan isu selain daripada me-repost berbagai
publikasi aliansi.
○ Inovasi
1. Menyajikan publikasi yang lebih fresh dan mengikuti dinamika sosial
media;
2. Dalam hal propaganda offline, penyikapan yang dilakukan harus maksimal
dan tidak setengah-setengah;
3. Staf dijelaskan dan dikomunikasikan dari awal kepengurusan terkait
bagaimana penyikapan yang akan dilakukan dalam isu ini selama satu
tahun kepengurusan agar memiliki pemahaman dan pegangan yang sama
dengan BPH;
4. Menyusun parameter yang jelas tentang pemilihan bentuk penyikapan
(infografis/prop. lepas/pernyataan sikap/dll) sejak awal sehingga ketika
ada isu yang sedang naik, tidak perlu memikirkan terlalu lama penyikapan
yang akan dilakukan;
5. Setiap staf di luar kelompok isu juga harus memiliki/diberikan/ditugaskan
mencari/mempelajari sendiri dasar-dasar yang menjadi dasar dalam
melakukan setiap penyikapan penyusutan ruang sipil sehingga semua staf
siap untuk saling back up atau melengkapi satu sama lain;
6. Perlu adanya eksplore cara-cara lain untuk dapat membumikan isu,
terutama terkait pelanggaran HAM berat masa lalu.
IV. Evaluasi dan Inovasi yang bisa dikembangin untuk tahun depan
○ Evaluasi
1. Program kerja UI GB dan 16 HAKtP sebagai upaya untuk membumikan
isu masih sangat kurang optimal;
2. Isu Gender masih sangat kurang diberikan atensi;
3. Update isu setiap rapat departemen hanya sekadar memberitahukan
kasus-kasus yang belum lama terjadi tanpa adanya pembicaraan lebih jauh
dalam rangka penguatan budaya komunitas, memperluas pemahaman, dan
lain sebagainya;
4. Selain karena program kerja (UI GB dan 16 HAKtP), tidak ada upaya
untuk mengeluarkan propaganda darat;
5. Pemahaman akan isu ini yang sejatinya menjadi prioritas utama sebagai
staf kastrat masih sangat memprihatinkan, terutama di paruh pertama
sebelum menjelang UI GB.
○ Inovasi
1. Memasifkan propaganda-propaganda darat untuk menciptakan lingkungan
yang memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi, terutama terhadap
isu kekerasan seksual;
2. Memperbanyak sesi diskusi dalam rangka penguatan budaya komunitas,
upgrading isu, dan lain sebagainya;
3. Perkaya pemahaman bersama dengan saling membagikan referensi di
folder drive;
4. Menjalin kerjasama dengan BO dan BSO FH UI untuk saling menciptakan
lingkungan yang aman dari kekerasan seksual.
○ Penggusuran Paksa
Pergub DKI 207 Tahun 2016 Harus Dicabut
Pada 20 April 2022, tepat 14 hari pascapertemuan Koalisi Rakyat
Menolak Penggusuran (KRMP) dengan Gubernur DKI Anies Baswedan
dalam rangka pencabutan Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016
(Pergub 207/2016) DKI yang mengatur penertiban penguasaan tanah tanpa
izin yang berhak. Dalam pertemuan tersebut, Anies akan mengambil
keputusan dalam 14 hari dan melakukan moratorium penggunaan Pergub
207/2016 hingga ada keputusan mengenai pencabutan.
IV. Evaluasi dan Inovasi yang bisa dikembangin untuk tahun depan
○ Evaluasi
1. Kelompok isu ini cenderung memiliki frekuensi penyikapan yang lebih
rendah dibandingkan ketiga kelompok isu lainnya;
2. Sebagai isu prioritas dan utama, seharusnya publikasi yang dilakukan
tidak melulu repost aliansi;
3. Penggabungan isu pendidikan tinggi dan penggusuran paksa tidaklah
memiliki rasionalisasi yang baik serta proporsional, yakni dengan hanya
beralasan untuk menyeimbangkan beban kerja;
4. Isu penggusuran paksa cenderung sentralistik, yakni mayoritas kasus dan
kebutuhan akan isu ini terpusat hanya di kota-kota besar, seperti Jakarta;
5. Isu penggusuran paksa yang juga cenderung kurang berdinamika jika
dibandingkan dengan kelompok isu utama lainnya, membuat isu
penggusuran paksa dikesampingkan;
6. Pengawalan dan penyikapan isu penggusuran paksa tahun ini pun masih
sangat bergantung pada aliansi;
7. Pada isu pendidikan tinggi, Kastrat BEM FH UI seperti tidak memiliki
warna tersendiri dalam penyikapan, pengawalan, dan pengadvokasian isu.
○ Inovasi
1. Menjadikan isu penggusuran paksa dan pendidikan tinggi sebagai isu
insidental dan bukan menjadi fokus utama isu;
2. Nantinya, penyikapan, pengawalan, dan pengadvokasian isu dilakukan
oleh seluruh staf secara lebih merata;
3. Memiliki cara lain, seperti halnya unggahan-unggahan video yang
menarik dan anti-mainstream untuk menggaungkan isu dan membuat
warna tersendiri penyikapan oleh BEM FH UI.