Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR KERJA MENULIS TEKS EDITORIAL

Nama : Hammam Adinata Dhiyaulhaq

Kelas/No. Presensi : XII MIPA 7/20

Sebelum menulis teks editorial secara utuh, buatlah kerangka karangan terlebih dahulu. Ikuti
langkah-langkah berikut!

1. Topik yang akan dibuat menjadi teks editorial

UU Cipta Kerja

2. Ungkapkan pengenalan isu yang dibahas

Pada hari Senin, 5 Oktober 2020, DPR telah mengesahkan undang-undang yang kontroversial di kalangan
masyarakat, yaitu UU Cipta Kerja. Menurut pemerintah, tujuan disahkannya UU tersebut adalah untuk
meningkatkan kegiatan investasi dan memperluas lapagan pekerjaan di Indonesia. Namun demikian, UU ini
justru menuai penolakan di kalangan masyarakat. UU ini dianggap tidak berpihak pada para buruh dan
kebijakannya banyak yang merugikan para buruh. Beberapa poin yang merugikan buruh misalnya upah
pekerja didasarkan per satuan waktu, upah minimum hanya didasarkan pada UMP, pekerja yang di PHK
tidak mendapat pesangon, dan lain-lain. UU Omnibus Cipta Kerja dapat dibilang cacat prosedur. Hal
tersebut dapat dilihat dari pembahasan UU Omnibus Cipta Kerja yang kurang terbuka sejak awal
pengusulan. Pelaksanaan pengesahan UU Omnibus Cipta Kerja yang dilakukan lebih awal dari waktu yang
telah direncanakan pun terkesan tergesa-gesa. Kurangnya keterbukaan dalam pembahasan dan
pelaksanaan pengesahan yang dilakukan lebih awal mengakibatkan adanya permasalahan yang cukup
besar di kalangan masyarakat. Permasalahan tersebut berupa aksi demo yang dilakukan beberapa
golongan masyarakat dengan memperhatikan protokol kesehatan sebagai penolakan UU Omnibus Cipta
Kerja.

3. Tuliskan data atau fakta terkait isu yang dibahas


LEMBAR KERJA MENULIS TEKS EDITORIAL

UU nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.


Pasal 88
(1)Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah sejak penyusunan Prolegnas, penyusunan
Rancangan Undang-Undang, pembahasan Rancangan Undang-Undang, hingga Pengundangan Undang-
Undang.
(2)Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan.

Sila ke-5 Pancasila


Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Banyak anggota DPR yang belum mendapat draft RUU Cipta Kerja dengan alasan isi RUU masih dirapikan
dalam hal teknis.

4. Tuliskan pendapat ahli dalam isu tersebut

Pernyataan Ledia Hanifa Amaliah, anggota Baleg DPR fraksi PKS, bahwa ada kekurangan dalam
pengambilan masukan dari masyarakat secara umum, draft bersih sebelum membuat pandangan mini
fraksi belum diberikan dengan alasan perapian hal-hal teknis, dan ada hal-hal yang belum selesai di internal
pemerintah ketika UU Omnibus Cipta Kerja diusulkan.

Pernyataan Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa, "Jangan ada lagi peraturan yang vital dan amat penting
disusun dengan tergesa melewati banyak pintu samping. Makin besar dampak sebuah perundang-
undangan, proses penyusunannya justru makin butuh keterbukaan."

Haris Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru, berpendapat bahwa pengesahan UU ini merupakan kecurangan
legislatif dan menunjukkan ketertutupan pemerintah dalam pengambilan keputusan. Undang-undang
memang sudah seharusnya memuaskan semua rakyat. Pengambilan prosedur yang kotor akan
menghasilkan materi yang jelek, kotor, dan rakus. Haris juga beranggapan bahwa UU Omnibus tidak
berangkat dari gagasan tetapi dari kepentingan negara karena gagal mengelola negaranya.

5. Tuliskan pendapat/argumen/penilaian Anda terhadap permasalahan tersebut


LEMBAR KERJA MENULIS TEKS EDITORIAL

Saya setuju bahwa ada kekurangan dalam pembentukan UU Omnibus Cipta Kerja. Menurut saya,
pelaksanaan penyusunan UU Omnibus Cipta Kerja kurang terbuka dan terkesan tergesa-gesa. Agar keadilan
dapat diterima oleh seluruh golongan masyarakat, menurut saya UU Omnibus Cipta Kerja perlu ditinjau
lagi. Menurut saya, pengesahan UU ini terkesan tergesa-gesa dan pemerintah masih kurang terbuka dalam
menentukan kebijakan ini. Pemerintah seharusnya melakukan lebih banyak konsultasi publik sebelum
mengesahkan undang-undang ini. Menurut saya, mengesahkan UU Cipta Kerja bukan merupakan suatu
urgensi bagi negara saat ini.

6. Tuliskan beberapa alasan yang dapat mendukung argumen Anda

Saya setuju bahwa pembahasan UU Omnibus Cipta Kerja kurang terbuka karena beberapa orang yang
terlibat langsung dalam rapat dikejutkan oleh isi UU Cipta Kerja yang baru disahkan. UU Cipta Kerja ini
masih menyebabkan banyak kebingungan di berbagai kalangan, termasuk kalangan badan legislatif. Seperti
yang dikatakan oleh Ledia, anggota baleg DPR fraksi PKS, bahwa masih banyak anggota DPR yang kontra
terhadap beberapa poin di UU tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya hal-hal yang belum tuntas di
internal pemerintah ketika kebijakan ini diusulkan. Bahkan, Komisi X DPR masih mempertanyakan maksud
dari beberapa pernyataan dalam undang-undang tersebut. Penetapan kebijakan ini juga dinilai tidak
transparan karena faktanya banyak anggota DPR yang belum menerima draft atau salinan UU Cipta Kerja.
UU Cipta Kerja bukan merupakan urgensi saat ini karena fakta menunjukkan bahwa investasi Indonesia
baik-baik saja sehingga UU Cipta Kerja yang bertujuan untuk meningkatkan investasi ini seharusnya tidak
perlu buru-buru disahkan. Untuk saat ini, seharusnya pemerintah dapat lebih fokus terhadap penanganan
pandemi daripada diam-diam membuat RUU, seperti yang dikatakan oleh Haris Azhar. UU Omnibus ini juga
tidak memiliki dasar hukum dalam penyusunannya. Tidak terdapat tata cara pembentukan Omnibus dalam
UU No. 12 tahun 2011.

7. Tuliskan poin penegasan

Pengesahan UU Omnibus Cipta Kerja seharusnya ditinjau lagi karena masih menimbulkan banyak
penolakan dari berbagai golongan masyarakat. Apabila UU Omnibus Cipta Kerja tidak diperbaiki, sila ke-5
Pancasila sama saja diingkari karena masyarakat merasa tidak mendapatkan keadilan dari isi UU Omnibus
Cipta Kerja tersebut. Situasinya tidak pas karena mental rakyat pada masa pandemi yang belum berahir
LEMBAR KERJA MENULIS TEKS EDITORIAL

dan UU Cipta Kerja ini banyak dinilai merugikan rakyat

Anda mungkin juga menyukai