Sebelum menulis teks editorial secara utuh, buatlah kerangka karangan terlebih dahulu. Ikuti
langkah-langkah berikut!
UU Cipta Kerja
Pada hari Senin, 5 Oktober 2020, DPR telah mengesahkan undang-undang yang kontroversial di kalangan
masyarakat, yaitu UU Cipta Kerja. Menurut pemerintah, tujuan disahkannya UU tersebut adalah untuk
meningkatkan kegiatan investasi dan memperluas lapagan pekerjaan di Indonesia. Namun demikian, UU ini
justru menuai penolakan di kalangan masyarakat. UU ini dianggap tidak berpihak pada para buruh dan
kebijakannya banyak yang merugikan para buruh. Beberapa poin yang merugikan buruh misalnya upah
pekerja didasarkan per satuan waktu, upah minimum hanya didasarkan pada UMP, pekerja yang di PHK
tidak mendapat pesangon, dan lain-lain. Selain itu, UU ini dianggap tidak perlu disahkan karena faktanya
investasi Indonesia baik-baik saja. Banyak masyarakat yang kecewa dengan adanya pengesahan UU ini
sehingga banyak demo penolakan di berbagai daerah. Pemerintah dirasa terlalu tergesa-gesa dalam
mengesahkan UU Cipta Kerja ini tanpa melakukan konsultasi publik lebih mendalam sehingga banyak pihak
yang beranggapan bahwa pemerintah tidak transparan dan terbuka dalam pengesahan UU Cipta Kerja ini.
- UU No. 12 tahun 2011 tentang tata cara pembentukan perundang-undangan tidak mengakomodasi tata
cara pembetukan UU Omnibus sehingga tidak ada dasar hukum untuk membahas Undang-Undang
Omnibus.
- Pertumbuhan investasi di Indonesia pada era Presiden Jokowi tertinggi sepanjang sejarah, yaitu mencapai
34% dari PDB. Pertumbuhan investasi tahunan lebih tinggi dari China, Malaysia, Thailand, Brazil, dan Afrika
Selatan.
- Pada perubahan UU ini tidak semua isi di dalam UU diubah. Dua pertiga dari semua isinya masih tetap
sesuai dengan isi UU sebelumnya.
- Banyak anggota DPR yang belum mendapat draft RUU Cipta Kerja dengan alasan isi RUU masih dirapikan
dalam hal teknis.
- Ledia Hanifa Amaliah, anggota baleg DPR fraksi PKS, berpendapat bahwa UU ini masih perlu banyak
konsultasi publik. Waktu perumusan yang terlalu mepet meyebabkan kebingungan di kalangan anggota
DPR yang terlibat. Ledia juga berpendapat bahwa pengubahan sebagian UU tetap akan mengubah
konstruksi UU asal.
- Haris Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru, berpendapat bahwa pengesahan UU ini merupakan kecurangan
legislatif dan menunjukkan ketertutupan pemerintah dalam pengambilan keputusan. Undang-undang
memang sudah seharusnya memuaskan semua rakyat. Pengambilan prosedur yang kotor akan
menghasilkan materi yang jelek, kotor, dan rakus. Haris juga beranggapan bahwa UU Omnibus tidak
berangkat dari gagasan tetapi dari kepentingan negara karena gagal mengelola negaranya.
- Pernyataan Faisal Basri selaku Ekonom bahwa investasi di Indonesia baik-baik saja, meskipun tidak
spektakuler. Namun, investasi tersebut hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit. Hal ini disebabkan
oleh korupsi dan birokrasi pemerintah yang tidak efisien.
LEMBAR KERJA MENULIS TEKS EDITORIAL
Saya setuju bahwa undang-undang ini masih bermasalah dan cacat prosedur. Banyak hal yang perlu
dievaluasi dan dikaji ulang sebelum disahkan. Menurut saya, pengesahan UU ini terkesan tergesa-gesa dan
pemerintah masih kurang terbuka dalam menentukan kebijakan ini. Pemerintah seharusnya melakukan
lebih banyak konsultasi publik sebelum mengesahkan undang-undang ini. Menurut saya, mengesahkan UU
Cipta Kerja bukan merupakan suatu urgensi bagi negara saat ini.
UU Cipta Kerja ini masih menyebabkan banyak kebingungan di berbagai kalangan, termasuk kalangan
badan legislatif. Seperti yang dikatakan oleh Ledia, anggota baleg DPR fraksi PKS, bahwa masih banyak
anggota DPR yang kontra terhadap beberapa poin di UU tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya hal-hal
yang belum tuntas di internal pemerintah ketika kebijakan ini diusulkan. Bahkan, Komisi X DPR masih
mempertanyakan maksud dari beberapa pernyataan dalam undang-undang tersebut. Penetapan kebijakan
ini juga dinilai tidak transparan karena faktanya banyak anggota DPR yang belum menerima draft atau
salinan UU Cipta Kerja. UU Cipta Kerja bukan merupakan urgensi saat ini karena fakta menunjukkan bahwa
investasi Indonesia baik-baik saja sehingga UU Cipta Kerja yang bertujuan untuk meningkatkan investasi ini
seharusnya tidak perlu buru-buru disahkan. Untuk saat ini, seharusnya pemerintah dapat lebih fokus
terhadap penanganan pandemi daripada diam-diam membuat RUU, seperti yang dikatakan oleh Haris
Azhar. UU Omnibus ini juga tidak memiliki dasar hukum dalam penyusunannya. Tidak terdapat tata cara
pembentukan Omnibus dalam UU No. 12 tahun 2011.
- Pengesahan UU Cipta Kerja bukan merupakan urgensi bagi negara saat ini.
- Pemerintah seharusnya dapat mengkaji ulang dan mengevaluasi isi dari UU Cipta Kerja ini.