Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS POLITIK HUKUM

TERHADAP UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG
CIPTA KERJA

Oleh:
Fahmi Ilham Auliya
11000123410075​
ISI
Latar Belakang
Dasar Hukum
​Tujuan
​Aspek Politik dan hukum
Konfigurasi Politik
Kesimpulan
LATAR BELAKANG
Dalam pertimbangannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjelaskan bahwa latar
belakang diterbitkannya undang-undang tersebut ialah:

Pertama, untuk mewujudkan tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dan mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara perlu melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui cipta kerja;

kedua, bahwa dengan cipta kerja diharapkan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya di
tengah persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi;

Ketiga, untuk mendukung cipta kerja diperlukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan
ekosistem investasi, dan percepatan proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja;

keempat, bahwa pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan proyek strategis nasional,
termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja yang tersebar di berbagai Undang-Undang sektor saat
ini belum dapat memenuhi kebutuhan hukum untuk percepatan cipta kerja sehingga perlu dilakukan perubahan;

Kelima, bahwa upaya perubahan pengaturan yang berkaitan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi
dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan proyek strategis nasional,
termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja dilakukan melalui perubahan Undang-Undang sektor
yang belum mendukung terwujudnya sinkronisasi dalam menjamin percepatan cipta kerja, sehingga diperlukan
terobosan hukum yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam beberapa Undang-Undang ke dalam satu
Undang-Undang secara komprehensif.
DASAR HUKUM 4

Berikut adalah dasar hukum utama pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945):


- Dasar hukum tertinggi di Indonesia. Proses pembentukan dan amandemen undang-undang harus sesuai dengan
prinsip-prinsip UUD 1945.

2. Inpres No. 3 Tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional:
- Instruksi Presiden yang memberikan dasar hukum untuk percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis nasional,
termasuk inisiatif reformasi struktural.

3. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha:


- Instruksi Presiden yang menekankan perlunya mempercepat proses berusaha dan menyederhanakan perizinan.

4. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja:


- Rancangan awal yang diajukan oleh pemerintah sebagai dasar hukum untuk perubahan dalam banyak aspek hukum dan
regulasi di Indonesia.
Dasar hukum 5

5. Pembahasan di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat):


- Proses pembahasan dan pengesahan di DPR merupakan bagian penting dalam pembentukan undang-undang. DPR
memiliki kewenangan untuk memeriksa, membahas, dan menyahkan rancangan undang-undang.

6. Pengesahan oleh Presiden:


- Setelah melewati proses pembahasan di DPR, undang-undang harus disahkan oleh Presiden sebelum menjadi
undang-undang yang berlaku.
TUJUAN PEMBENTUKAN UU CIPTA
KERJA

Apa Tujuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja?

-menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan kemudahan,


pelindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M serta industri dan
perdagangan nasional sebagai upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang
seluas-luasnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah
dalam kesatuan ekonomi nasional;

-menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
-melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan keberpihakan,
penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M serta industri nasional;

-dan melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan


peningkatan ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan proyek strategis nasional yang
berorientasi pada kepentingan nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi nasional dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila.
ASPEK POLITIK DAN HUKUM DALAM
PELAKSANAAN OMNIBUS LAW
1. Dukungan dan Kontroversi:
- Omnibus Law mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian fraksi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), tetapi juga menghadapi
kontroversi dan protes dari sejumlah pihak, termasuk serikat pekerja, kelompok masyarakat sipil, dan elemen-elemen lainnya. Reaksi
dan sikap partai politik dalam memberikan dukungan atau menentang dapat mencerminkan dinamika politik.

2. Negosiasi dan Perubahan di Parlemen:


- Proses perundingan dan negosiasi antara pemerintah dan anggota parlemen dalam menyusun dan mengubah rancangan peraturan
perundang-undangan terkait Omnibus Law. Perubahan-perubahan tertentu mungkin terjadi selama pembahasan di parlemen.

3. Implementasi dalam Peraturan Pelaksanaan:


- Setelah pengesahan UU Cipta Kerja, pemerintah perlu mengeluarkan peraturan perundang-undangan pelaksana untuk mengatur
secara rinci poin-poin dalam undang-undang tersebut. Proses penyusunan peraturan pelaksana juga melibatkan pertimbangan politik dan
diskusi antara pemerintah dan berbagai pihak terkait.

4. Keterlibatan Kelompok Kepentingan:


- Keterlibatan kelompok-kelompok kepentingan seperti asosiasi bisnis, serikat pekerja, dan organisasi masyarakat sipil dalam proses
penyusunan peraturan pelaksana dapat memengaruhi isinya.
aspek politik dan hukum dalam pelaksanaan
Omnibus Law

5. Protes dan Tantangan Hukum:


- Sejumlah protes dan tantangan hukum muncul terhadap Omnibus Law, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Beberapa pihak mengajukan gugatan konstitusional atau menentangnya di pengadilan. Respon pemerintah dan
keputusan pengadilan terkait dengan masalah ini akan mencerminkan aspek politik dan hukum yang terlibat.

6. Komunikasi Publik dan Pendidikan:


- Komunikasi publik oleh pemerintah untuk menjelaskan dan memperkenalkan perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari Omnibus Law. Pendidikan masyarakat terkait dampak positif dan negatifnya juga menjadi bagian penting
dari implementasi Omnibus Law.

7. Kondisi Politik Umum:


- Kondisi politik umum di Indonesia, termasuk dinamika pemerintahan dan perubahan kebijakan, dapat memengaruhi
pelaksanaan Omnibus Law.

8. Pemantauan dan Evaluasi:


- Pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi Omnibus Law, baik dari segi pencapaian tujuan-tujuan tertentu
maupun dampaknya terhadap masyarakat dan perekonomian.
KONFIGURASI POLITIK YANG DAPAT
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN UU CIPTA KERJA
Proses pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja di Indonesia (yang sekarang dikenal sebagai Omnibus Law Cipta Kerja)
melibatkan berbagai dinamika politik. Beberapa faktor konfigurasi politik yang dapat memengaruhi proses pembentukan
UU Cipta Kerja melibatkan interaksi antara pemerintah, parlemen, partai politik, dan kelompok kepentingan. Berikut
adalah beberapa aspek konfigurasi politik yang dapat mempengaruhi pembentukan UU Cipta Kerja:
• 1. Dukungan Pemerintah
• 2. Partisipasi dan Pendapat Partai Politik
• 3. Hubungan dengan Kelompok Kepentingan
• 4. Negosiasi di Parlemen
• 5. Komunikasi Publik dan Respons Masyarakat
• 6. Pemahaman dan Konsensus
• 7. Aspek Internasional
• 8. Isu-isu Politik Lainnya
10

“ KESIMPULAN

bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja tidak sesuai atau bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagai pemangku kebijakan alangkah bijaknya baik
eksekutif maupun legislastif segera melakukan
pembenahan atas Undang-Undang tersebut dengan
melalui eksekutif review atau legislative review guna
mempercepat terjadinya kondisi sosial yang lebih
baik, pemangku kebijakan harus responsif dan lebih
aktif dalam menanggapi dan mengambil sikap ketika
terdapat gejolak yang timbul di masyarakat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai