Anda di halaman 1dari 9

PERPPU CIPTAKERJA : KEGENTINGAN ATAU

KEPENTINGAN?

KABINET WANGSABATIH

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


Apa itu PERPPU dan kedudukannya pada peraturan di Indonesia ?
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh
Presiden yang merupakan bentuk dari Peraturan Pemerintah (PP) diatur pada pasal 5 Ayat (2) UUD NRI
1945, yang berisi bahwa Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk menjalankan Undang-
Undang (UU) sebagaimana mestinya, berkaitan dengan pasal tersebut bahwa jika terjadi kegentingan
dalam proses menjalankan undang-undang maka Peraturan Pemerintah akan dapat dipakai dalam
bentuk undang-undang dengan tujuan untuk menggantikan undang-undang. Syarat penerbitan Perppu
oleh Presiden diatur dalam konstitusi yaitu UUD 1945 tepatnya di pasal 22 ayat 1-3 yang berbunyi :

• dalam hal ihwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang.
• Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan berikut.
• Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut

Dengan kata lain PERPPU itu merupakan peraturan yang ditandatangani oleh Presiden kemudian
diundangkan, setelah itu Perppu diajukan didalam sidang DPR yang selanjutnya, dalam bentuk
pengajuan RUU tentang Penetapan Perppu menjadi Undang-Undang. Pembahasan RUU tentang
penetapan Perppu menjadi Undang-Undang dilaksanakan dengan DPR hanya
dapat menerima atau menolak Perppu yang diajukan. Jika Perppu ditolak DPR, maka Perpu tersebut
harus dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang Pencabutan
Perppu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan tersebut

Sumber: Google Image

dilihat dari hierarki peraturan perundang-undangan bahwa PERPPU merupakan bentuk peraturan
perundang-undangan yang sangat memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan, kegiatan dan situasi

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


yang akan terjadi didalam berlangsungnya dinamika kehidupan bernegara dan menjadi acuan atas
peraturan dibawahnya. Pada dasarnya Perppu itu sederajat atau Perppu memiliki tingkat kekuatan
hukum dan materi muatan yang sama dengan Undang-Undang dan jika dalam proses pengesahan pada
sidang DPR bahwa PERPPU itu disetujui maka hierarki PERPPU akan menjadi Undang-Undang itu sendiri.

Ada apa dengan Perppu Cipta Kerja ?


Dalam mengikuti perkembangan perundang-undangan terkait Perppu Cipta Kerja harus
disandingkan dengan berbagai skema waktu yang runut terkait UU No 11 tahun 2020 dan
permasalahannya, pada tanggal 30 Desember 2022, Pemerintah Republik Indonesia mengumumkan
penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja yang merevisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang sebelumnya
telah dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi berdasarkan Putusan Nomor
91/PUU-XVIII/2020 dikarenakan cacat formil, menimbulkan ketidakpastian hukum, tidak dapat diakses
oleh masyarakat dan tidak diperlukannya nomenklatur yang baru dari UU Cipta Kerja menjadi UU
Tentang Cipta Kerja. Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menegaskan agar pembentuk undang-
undang, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), melakukan perbaikan dalam
jangka waktu dua tahun. Jika tidak ada perbaikan, maka UU Cipta Kerja akan dinyatakan inkonstitusional
secara permanen. Namun, Pemerintah dalam dua tahun tidak mengindahkan pemenuhan amar
keputusan MK untuk melakukan kewajiban perbaikan terkait UU Cipta Kerja, Pemerintah justru kembali
melakukan pembangkangan terhadap konstitusi dengan berbagai dagelannya yaitu mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
yang masih mengandung peraturan yang bermasalah sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020. Alih-alih pemerintah melakukan perbaikan, Pemerintah berupaya untuk lari dan
mengelak dari putusan MK untuk mendorong kepentingan ekonomi dan menumbuhkan kapitalisme
yang ada di Indonesia dengan memperlancar sektor investasi asing dalam jumlah besar melalui
pelonggaran kebijakan Mengenai sistem masuknya investor asing ke Indonesia

Pemerintah dalam mengeluarkan Perppu tentang Cipta Kerja menyampaikan konsideran yang
mendasari keputusan pentingnya Perppu tentang Cipta Kerja dengan 7 alasan sebagai berikut :
1. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dan mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara perlu melakukan berbagai upaya untuk
memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui
cipta kerja;

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


2. Bahwa dengan cipta kerja diharapkan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya
di tengah persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi serta adanya tantangan
dan krisis ekonomi global yang dapat menyebabkan terganggunya perekonomian nasional;

3. Bahwa untuk mendukung cipta kerja diperlukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang
berkaitan dengan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan
menengah, peningkatan ekosistem investasi. dan percepatan proyek strategis nasional, termasuk
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja;

4. Bahwa pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi
dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan proyek
strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja yang tersebar di
berbagai Undang-Undang sektor saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan hukum untuk percepatan
cipta kerja sehingga perlu dilakukan perubahan;

5. Bahwa upaya perubahan pengaturan yang berkaitan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan
proyek strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja dilakukan
melalui perubahan Undang-Undang sektor yang belum mendukung terwujudnya sinkronisasi dalam
menjamin percepatan cipta kerja, sehingga diperlukan terobosan dan kepastian hukum untuk dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam beberapa Undang-Undang ke dalam satu Undang-Undang
secara komprehensif dengan menggunakan metode omnibus;

6. Bahwa untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 9I/PUU-XVIII/2O2O, perlu


dilakukan perbaikan melalui penggantian terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang
Cipta Kerja;

7. Bahwa dinamika global yang disebabkan terjadinya kenaikan harga energi dan harga pangan,
perubahan iklim (climate change), dan terganggunya rantai pasokan (supply chain) telah menyebabkan
terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan terjadinya kenaikan inflasi yang akan
berdampak secara signifikan kepada perekonomian nasional yang harus direspons dengan standar
bauran kebijakan untuk peningkatan daya saing dan daya tarik nasional bagi investasi melalui
transformasi ekonomi yang dimuat dalam Undang-Undang tentang Cipta Kerja

Dalil yang disampaikan pemerintah tidak memenuhi syarat dapat dikeluarkannya suatu Perppu
dengan situasi keadaan yang genting dan ihwal tetapi pemerintah menyampaikan bentuk ketakutan dan
kekhwatiran atas kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang sedang dihadapi namun Perppu dinilai tidak
menjadi suatu kebijakan yang bijak melainkan terdapat banyak kepentingan yang disembunyikan alih-

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


alih kegentingan. Hal yang mendasari perwujudan terhadap syarat menjadi Standar objektif penerbitan
Perppu dirumuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009.
Berdasarkan putusan MK tersebut, ada tiga syarat yang menjadi parameter dalam menetapkan suatu
keadaan yang genting, yaitu:

• Adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat berdasarkan
undang-undang;
• Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum, atau
sudah ada tapi tidak memadai;
• Kekosongan hukum tersebut tidak bisa diatasi dengan cara membuat undang-undang sesuai
prosedur biasa karena akan membutuhkan waktu yang lama, sedangkan keadaan yang
mendesak perlu kepastian untuk diselesaikan.

Berdasarkan konsideran pemerintah mengenai 7 alasan yang dipaparkan masih tidak memenuhi ketiga
syarat parameter yang ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi dan apabila dianalisis secara terperinci,
dapat diasimpulkan bahwa penerbitan Perppu Cipta Kerja tidak memenuhi ketiga prinsip yang
diperlukan. Terkait dengan urgensi yang ditekankan, Presiden tidak memberikan penjelasan yang
memadai tentang alasan yang mendasari diterbitkannya Perppu tersebut dan kegintingan yang
bagaimana akan dihadapi sehingga harusnya diterbitkan Perppu. Apabila alasan yang diberikan adalah
kekosongan hukum, maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena Putusan Mahkamah Konstitusi
menegaskan bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja masih berlaku, namun
dengan catatan harus diperbaiki dalam jangka waktu dua tahun sebelum akhirnya dinyatakan tidak
konstitusional secara permanen. Selain itu, Perppu tersebut tidak disahkan secara resmi dalam rapat
paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia selama sidang tahun 2022, dan keputusan
diambil oleh Badan Legislatif yang merupakan bagian dari alat kelengkapan legislatif, dan tidak
mencerminkan suara seluruh anggota dewan. Terakhir, berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945, jika poin satu dan dua tidak terpenuhi, maka secara otomatis Perppu Cipta
Kerja harus dicabut dan tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap

Permasalahan apa pada Perppu tentang Cipta Kerja ?


Permasalahan pada Perppu tentang Cipta Kerja tidaklah hanya mencerminkan cacat formil tetapi
dari pasal-pasal yang termuat memiliki peluang untuk celah hukum dapat digembos oleh para
pengusaha dan menyesengsarakan pekerja, berikut merupakan pasal yang menjadi permasalahan pada
Perppu Cipta Kerja:

1. Pasal 64, berbunyi :

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


1) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan lainnya
melalui perjanjian alih daya yang dibuat secara tertulis.
2) Pemerintah menetapkan sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pada pasal ini tidak adanya pembatasan mengenai peran Outsourcing yang dilakukan oleh
perusahaan dan tidak adanya pembatasan mengenai jenis pekerjaan yang dapat memakai outsourcing
seperti yang termuat pada UU ketenagakerjaan sebelumnya . Akan tetapi di ketentuan yang diatur oleh
Perppu Cipta Kerja aturan mengenai jenis-jenis pekerjaan yang dapat di outsourcing dihapuskan
sehinggaakan menimbulkan tanda tanya bagi pekerja kalau di Perppu semua jenis pekerjaan dapat di
alih dayakan (outsourcing)

2. Pasal 78 ayat (1), berbunyi :

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat :

a) Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan


b) Waktu lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

Pada pasal ini terdapat perubahan pada batasan minimal lembur yang sebelumnya 3 jam dalam 1 hari
dan 14 jam selama 1 minggu menjadi 4 jam selama 1 hari dan 18 jam selama seminggu pasal menambah
jam lembur yang mana pasal ini tidak memerhatikan kesehatan dari buruh atas kesehatan fisik dengan
beban jam kerja yang tinggi

3. Pasal 79 ayat (2), berbunyi :

Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib diberikan kepada pekerja / buruh
paling sedikit meliputi :

a) Istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam
terus menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; dan
b) Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Pada pasal ini memuat mengenai ketetapan hak istirahat bagi pekerja yang hanya 1 hari dalam
seminggu dengan kata lain pekerja diwajibkan untuk bekerja selama 6 hari seminggu

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


.4. Pasal 88C, berbunyi :

1) Gubernur wajib menetapkan Upah minimum provinsi


2) Gubernur dapat menetapkan Upah minimum kabupaten/kota
3) Penetapan Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dalam hal hasil penghitungan Upah minimum kabupaten/kota lebih tinggi dari Upah minimum
provinsi
4) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan berdasarkan
kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan
5) Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menggunakan data
yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.

Pada pasal 88C Menyangkut pengupahan yang ditentukan oleh kondisi perekonomian daerah
tersebut, ini adalah pasal yang dapat memicu permasalahan dikarenakan setiap saat upah dari pekerja
dapat menjadi sangat kecil ketika perekonomian daerah tersebut merosot , padahal tidak adanya
korelasi antara perekonomian daerah dengan kinerja pekerja sehingga upah pekerja juga harus turun

5. Pasal 156, berisi mengenai hak dan kewajiban dari perusahaan terkait Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) Pasal ini menjadi salah satu isu utama yang membutuhkan perhatian serius, mengingat klausul
pesangon yang tercantum dalam Perppu memiliki nominal yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
batas minimal yang diatur dalam ketentuan sebelumnya. Berdasarkan ketentuan sebelumnya, pekerja
akan berhak atas pesangon dengan nominal dua kali lipat lebih besar daripada jumlah yang diatur dalam
Perppu, serta menerima uang penghargaan apabila diberhentikan oleh perusahaan, Jika dillustrasikan
menggunakan aturan sebelumnya, ketika seorang karyawan yang telah bekerja 8 tahun, maka
perusahaan wajib membayar pesangonnya sebesar 9 bulan upah

Cipta Kerja dikeluarkan karena Kegentingan atau Kepentingan ?


Lahirnya Perppu Cipta Kerja diawali dengan konflik merupakan sebuah manifestasi dari
pengangkangan terhadap prinsip-prinsip konstitusi yang melandasi sistem hukum dan keadilan,
kepentingan menjadi keutamaan dibandingkan kegentingan dan juga oligarki menjadi kerajaan
sementara rakyat menjadi buangan. Meski Mahkamah Konstitusi telah menegaskan perlunya perbaikan
atas muatan bermasalah dalam UU Cipta Kerja yang sebelumnya dianggap inkonstitusional Konstitusi
telah menegaskan perlunya perbaikan atas muatan bermasalah dalam UU Cipta Kerja yang sebelumnya
dianggap inkonstitusional, namun tindakan penerbitan Perppu oleh Presiden yang tidak melibatkan
partisipasi yang bermakna dari rakyat, menunjukkan kecenderungan pemerintah untuk
mengedepankan kepentingan segelintir orang atau oligarki daripada kepentingan rakyat secara umum.
Oleh karena itu,PENOLAKAN terhadap Perppu menjadi keniscayaan dalam rangka menghindari

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


timbulnya masalah dalam implementasi dari aturan yang diterbitkan secara cepat, minim partisipasi
dan penuh akan kepentingan tersebut.

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA


Daftar Pustaka

[1] L. F. Nola, "POLEMIK PERPPU NOMOR 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA KERJA DARI ASPEK
KETENAGAKERJAAN," Info Singkat, vol. XV, 2023.

[2] M. UNAS, "IHWAL KEGENTINGAN MEMAKSA PERPU NOMOR 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA
KERJA," 2023.

[3] "MK: Inkonstitusional Bersyarat, UU Cipta Kerja Harus Diperbaiki dalam Jangka Waktu Dua Tahun,"
Mahkamah konstitusi Republik Indonesia, 25 November 2021. [Online]. Available:
https://translate.google.co.id/?sl=id&tl=en&text=maret&op=translate. [Accessed 23 March 2023].

[4] INDONESIA, SANDINGAN UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN, UU NO 11 TAHUN


2020 TENTANG CIPTA KERJA DENGAN PERPPU NO 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA KERJA.

KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS DAN POLITIK KM-ITERA

Anda mungkin juga menyukai