Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau biasa disingkat

menjadi PERPPU adalah hak prerogatif Presiden selaku kepala negara dan juga

pemangku kekuasaan tertinggi pemerintah untuk menetapkan peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang dalam hal ikhwal kegentingan yang

memaksa, hak prerogatif ini tertuang dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang

Dasar 1945.

Dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan, Perppu berada sejajar atau

setara dengan Undang-undang setelah Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena

itu, Perppu dapat pula melaksanakan perintah UUD NKRI Tahun 1945. Pasal 1

ayat (4) UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan, disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang

adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal

ihwal kegentingan yang memaksa.

Keadaan negara yang membolehkan pembentukan Perppu adalah suatu


keadaan yang tidak normal (darurat), dimana dalam keadaan darurat maka
berlaku norma hukum yang juga bersifat khusus yang perlu pengaturan
tersendiri baik mengenai syarat-syaratnya, tata cara pemberlakuannya, serta
hat-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan darurat, perlu
diatur dengan jelas agar tidak memberi kesempatan/peluang timbulnya
penyalahgunaan wewenang yang bertentangan dengan UUD NRI tahun
1945.1

1
Maruarar Siahaan, Uji Konstitusional Peraturan Perundang-undangan negara kita: Masalah dan
Tantangan, Jurnal Konstitusi Vol.VII No.4 Tahun 2010, hlm.36
Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPPU) di Indonesia

sering menjadi kontroversi, baik dari segi pembentukannya maupun dari segi

pelaksanaannya. Hal ini mengingat bahwa sistem hukum Indonesia lebih cenderung ke

positivistik, dimana dominasi teks tertulis dalam peraturan lebih dominan.

Menurut penjelasan UUD 1945, Perppu perlu diadakan agar keselamatan negara dapat

dijamin pemerintah dalam keadaan yang genting. Dengan demikian, tahapan penerbitan

perppu dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Adanya situasi bahaya atau situasi genting.


2. Situasi tersebut dapat mengancam keselamatan negara jika pemerintah selaku
representasi masyarakat tidak secepatnya mengambil tindakan konkret.
3. Akibat situasi tersebut dibutuhkan tindakan pemerintah secepatnya dikarenakan
apabila menunggu mekanisme oleh DPR memerlukan waktu yang lama. Akan tetapi
ketentuan yang mengatur secara detail mengenai kondisi kegentingan yang memaksa
didalam peraturan perundang-undangan tidak ada sehingga perppu sewaktu-waktu
dapat diselewengkan fungsinya oleh Presiden yang berkuasa untuk kepentingan
kekuasaannya dalam waktu sesaat sebelum adanya pembahasan di tingkat DPR. 2

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 138/PUU-VII/2009, ada tiga syarat

sebagai parameter adanya “kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan

Perppu, yaitu:

1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum

secara cepat berdasarkan Undang-undang;

2. Undang-undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum,

atau ada Undang-undang tetapi tidak memadai;

3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-

undang secara prosedur bisa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama

sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.

Saat ini, Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang menimpa negara-

negara di dunia mengakibatkan penyusutan perekonomian secara global. Indonesia

2
https://law.uad.ac.id/menilik-pasal-kontroversi-pada-perppu-nomor-1-tahun-2020-dalam-perspektif-hukum-
pidana/
mengambil keputusan untuk menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu

saja, pembatasan kegiatan masyarakat dalam rangka pemutusan mata rantai covid-19 tersebut

berimplikasi melemahnya aktifitas dunia usaha. Bahkan tidak dapat dipungkiri, akibat

pandemi ini banyak pelaku usaha yang harus gulung tikar dan terpaksa memberhentikan

pekerjanya.

Pemerintah menanggapi keadaan ini sebagai hal ikhwal kegentingan yang memaksa

berdasarkan pernyataan World Health Organization (WHO), dengan menetapkan regulasi

untuk mengatur stabilitas keuangan negara yang terdampak pandemi. Pengaturan tersebut

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan

Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka

Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas

Sistem Keuangan yang selanjutnya diterapkan menjadi Undang-Undang No.2 Tahun 2020

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020

tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi

Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

menjadi Undang-Undang.

Sejak dikeluarkannya, perppu ini menuai berbagai tanggapan oleh seluruh lapisan

masyarakat baik dari pengamat hukum, ekonomi, politik, maupun masyarakat

umum. Beberapa masyarakat memberikan tanggapan positif karena perppu ini menjadi dasar

yang kuat bagi pemerintah untuk memulihkan instabilitas ekonomi nasional.

Namun tak sedikit para ahli, pakar hukum, dan pengamat konstitusi yang mengecam

keberadaan perppu ini terutama terhadap ketentuan Pasal 27 yang seakan memberikan
impunitas bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Bahkan, keresahan atas perppu

tersebut dihadirkan melalui pengajuan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.

Hal ini dikarenakan Pasal 27 perppu tersebut menegaskan beberapa ketentuan. Pertama,

mengenai ketentuan kerugian negara. Kedua, KSSK tidak dapat dituntut secara pidana

maupun perdata. Ketiga, tindakan/keputusan berdasarkan perppu tersebut bukan merupakan

objek Pengadilan Tata Usaha Negara.

Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk mengkaji guna penyusunan skripsi

dengan judul “Analisis Yuridis Undang-Undang No.2 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi

Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem

Keuangan menjadi Undang-Undang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini ialah:

1. Apakah dasar penerbitan Perppu No.1 Tahun 2020 tentang “Kebijakan Keuangan

Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus

Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan” telah

sesuai dengan sistem hukum Indonesia?

2. Apakah makna ketentuan Pasal 27 ayat (1) Perppu No.1 Tahun 2020 sesuai secara

hukum?
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ketentuan Perppu No.1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan

Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease

2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan

Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan ilmu pengetahuan hukum serta memberikan suatu pemekiran di

bidang hukum pada umumnya yang didapat atau diperoleh. Memberikan suatu

pemikiran mengenai masalah-masalah yang ada sebagai bahan pengetahuan

tambahan untuk dapat dibaca dan dipelajari lebih lanjut khususnya oleh mahasiswa

Fakultas Hukum.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai bidang

ilmu yang diperoleh. Hasil penelitian diharapkan dapat memeberikan masukan serta

pengetahuan bagi pihak yang berkompeten dan berminat pada hal yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Untuk menjamin suatu kebenaran, maka dalam suatu penelitian harus menggunakan

metode yang tepat, karena hal tersebut merupakan pedoman dalam rangka melakukan analisis

terhadap data hasil penelitian. Berikut beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini.

1.5.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

yang meliputi:
1. Pendekatan perundang-undangan (statute approach), yaitu sebagai metode

pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua perundang-undangan dan

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti. Hasil dari

telaah itu merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. 3

2. Pendekatan konseptual (conceptual approach), hal ini disebabkan karena dalam

penelitian seperti ini, digunakan pendekatan yang berangkat dari suatu teori, gagasan

para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, yang kemudian

dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang

diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data

empiris.4

1.5.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah yuridis normatif diartikan sebagai

penelitian atas aturan-aturan perundangan, baik ditinjau dari hierarki perundang-undangan

(vertikal) maupun hubungan harmoni perundang-undangan (horizontal).5 Dalam melakukan

pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian,

dan mengumpulkan data-data dari literatur yang membahas mengenai Undang-Undang No.2

Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka

Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas

Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang.

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dianalisis, analisis diarahkan untuk

menjawab rumusan masalah yang diajukan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan,

3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta,2010, hlm.18
4
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Metode Penelitian Hukum, PT Refika Aditama, Bandung 2018, hlm.75
5
Ibid, hlm.83
maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap

rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul.

1.5.3 Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan oleh penulis dalam hal ini diperoleh dari

beberapa sumber yaitu :

- Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang mengikat, antara lain : Undang-

Undang Dasar 1945, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun

2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam

Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional

dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Putusan Mahkamah Konstitusi

No.138/PUU-VII/2009, Undang-Undang No.2 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka

Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau

Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang, Undang-Undang No.6 Tahun

2018 tentang Karantina Kesehatan, Undang-Undang MD3, Undang-Undang No.1

Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara, Undang-Undang Tipokor.

- Sumber bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur tertulis

yang berkaitan dengan pokok masalah dalam studi ini, baik dalam berbentuk buku-

buku, makalah-makalah, laporan penelitian, arikel, surat kabar dan lain sebagainya

yang terkait dengan Perppu No.1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease

2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

- Sumber bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus

Hukum, dan Ensiklopedia.

1.5.4 Teknik Pengambilan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penyusunan data ini adalah

dokumentasi, dengan mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat dari sarjana dan

juga ketentuan-ketentuan dasar hukum yang mengatur tentang penelitian ini dan teknik

analisis bahan hukum. Dengan menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan teori-

teori dan dasar hukum yang berkaitan dengan Undang-Undang No.2 Tahun 2020 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi

Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman

Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi

Undang-Undang.

1.5.5 Analisis Bahan Hukum

Teknik pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

memeriksa, meneliti data yang telah diperoleh baik data primer, sekunder dan tersier untuk

menjamin apakah data dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan. Pengolahan

data setelah data terkumpul lengkap dengan dikelompokkan ke dalam kategori-kategori

sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan setelah semua

data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian dilakukan pemeriksaan kemudian data diolah dan

disusun secara sistematis.


Langkah-langah yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian hukum, yaitu:

a. Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak relevan

untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan;

b. Pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekitarnya dipandang mempunyai

relevansi juga bahan-bahan non hukum;

c. Melakukan telaah isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah

dikumpulkan;

d. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum;

e. Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam

kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai