Anda di halaman 1dari 7

PERPU CIPTAKER 2022

Dosen Pengampu: Yoesoef Moestofa, S.H, M.H

Disusun oleh:
Nama: Jalu Bagas Aditama
Nim: C100190217

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
Urgensi dan Implikasi Penerapan Perundang Undangan Cipta Kerja 2022
Surakarta- Kompastv.com- Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Beleid tertanggal 30 Desember
2022 itu merupakan tindak lanjut usai Mahkamah Konstitusi pada 25 November 2021
menyatakan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Inkonstitusional Bersyarat. 1
Pada prinsipsinya ketua DPR sudah terinformasi mengenai perppu tentang Cipta
Kerja. Ini berpedoman pada peraturan perundangan dan putusan MK Nomor 38/PUU/7/2019,
Dan hari ini telah diterbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2022 dan tertanggal 30 Desember 2022.
Pemerintah perlu mempercepat antisipasi terhadap kondisi global baik yang terkait
ekonomi, kita menghadapi resesi global, peningkatan inflasi, ancaman stagfalasi, negara yang
sudah masuk kepada IMF lebih dari 30 dan sudah antre 30.
Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia atau ASPEK Indonesia menuding Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
sebagai siasat pemerintah.
Presiden ASPEK Indonesia, Mirah Sumirat menyebut kehadiran Perppu Cipta Kerja
merupakan langkah pemerintah untuk tetap memberlakukan Omnibus Law yang sebelumnya
dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi (MK). "Terbitnya Perppu
Nomor 2 Tahun 2022 ini karena pemerintah dan DPR gagal memenuhi putusan MK untuk
melakukan perbaikan dalam dua tahun, kemudian justru memaksakan pemberlakuan UU
Cipta Kerja melalui Perppu,"dugaan akal-akalan untuk memaksakan Omnibus Law UU Cipta
Kerja yang telah dinyatakan inkonstitusional oleh Mahkamah Konstitusi,"2
Walapun terdapat perbedaan redaksi dalam Perppu tersebut, hal itu justru semakin
tidak memperjelas dan tak mempunyai progres perbaikan sebagaimana yang dituntut serikat
pekerja. Salah satu hal yang selama ini ditolak serikat buruh dalam UU Cipta Kerja misalnya,
mengenai aturan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP).
Dugaan kuat dari berbagai praktisi hukum dan masyarakat yang paham hukum
pemerintah hanya seenaknya sendiri menerbitkan PP yang ujungnya tetap menguntungkan
kelompok pemodal atau investor. "Modus seperti ini sudah menjadi rahasia umum, karena
sejak awal omnibus law UU Cipta Kerja memang didesain oleh dan untuk kepentingan
pemodal, bukan oleh dan untuk kepentingan rakyat.
Bahwa yang dibutuhkan masyarakat saat ini Perppu pembatalan UU Cipta Kerja guna
menjamin hak kesejahteraan masyarakat, sekaligus memberikan keadilan dan kepastian
hukum. Untuk itu, praktisi menambahkan, ASPEK Indonesia menuntut pemerintah untuk
membatalkan Perppu tersebut dan menggantinya dengan menerbitkan Perppu pembatalan
omnibus law UU Cipta Kerja. Dan memberlakukan kembali UU yang ada sebelum adanya
UU Cipta Kerja.

1
Emir Yanwardhana, “Tok! Jokowi Terbitkan Perpu Nomor 2/2022 Tentang Cipta Kerja,” CNBC Indonesia,
diakses 25 Januari 2023, https://www.cnbcindonesia.com/news/20221230110641-4-401445/tok-jokowi-
terbitkan-perpu-nomor-2-2022-tentang-cipta-kerja.
2
“Perpu Cipta Kerja Dinilai Tak Memenuhi Syarat Kegentingan Memaksa | Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia,” diakses 25 Januari 2023, https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18845.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Cipta Kerja yang baru
disahkan Presiden Joko Widodo pada akhir tahun lalu menimbulkan polemik di tengah
masyarakat. Di dalamnya terdapat beberapa pasal kontroversial, mulai dari tenaga alih daya
(outsourcing), pekerja kontrak hingga upah minimum.
Poin outsourcing dibahas dalam pasal 64 dalam Perpu itu. Sebelumnya, dalam UU
Cipta Kerja yang telah dianggap Mahkamah Konstitusi inkonstitusional bersyarat dan telah
menghapus pasal 64 sebagaimana tercantum dalam UU Ketenagakerjaan.
Adapun bunyi Pasal 64 terdapat perubahan dari Pasal 64 UU Ketenagakerjaan. Pada
ayat 1 nya menjadi berbunyi, perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian alih daya yang dibuat secara tertulis. 3
Mengenai penetapan sebagian pelaksanaan pekerjaan alih daya atau outsourcing ini
akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP). Namun tidak ada lagi kalimat melalui
perjanjian pemborongan pekerja alih daya itu. Pemerintah menetapkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikutip dari ayat 2 Pasal 64 Perpu.
Tentang penggunaan pegawai kontrak dalam Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) tentang Cipta Kerja tak mengalami perubahan dari ketentuan yang
termuat dalam Undang-undang Cipta Kerja.
Ketentuan perjanjian kerja secara kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT) itu tertuang dalam Pasal 56 ayat 2. Pasal tersebut menetapkan PKWT didasarkan
atas jangka waktu dan selesainya suatu pekerjaan tertentu. Perjanjian kerja waktu tertentu
dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, yang disebutkan dalam Pasal
22 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi:
Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
Dari pasal tersebut dapat kita simpulkan bahwa Perpu dibuat oleh Presiden. Penetapan
Perpu yang dilakukan oleh Presiden ini juga tertulis dalam Pasal 1 angka 4 UU
15/2019 yang berbunyi:
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
Dari bunyi kedua pasal di atas dapat kita ketahui bahwa syarat presiden mengeluarkan
Perpu adalah dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Dalam artikel berjudul Polemik
Penolakan Perpu JPSK yang ditulis Yuli Harsono, dikatakan bahwa subjektivitas
Presiden dalam menafsirkan “hal ihwal kegentingan yang memaksa” yang menjadi dasar
diterbitkannya Perpu, akan dinilai DPR apakah kegentingan yang memaksa itu benar
terjadi atau akan terjadi. Persetujuan DPR ini hendaknya dimaknai memberikan atau tidak
memberikan persetujuan (menolak). Jadi, menurut Yuli Harsono, yang menafsirkan suatu

3
“Mau Tahu Aturan Cipta Kerja Terbaru, Cek Link di Sini,” diakses 25 Januari 2023,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102185252-4-402208/mau-tahu-aturan-cipta-kerja-terbaru-cek-
link-di-sini.
kegentingan memaksa itu adalah dari subjektivitas Presiden. Inilah yang menjadi syarat
ditetapkannya sebuah Perpu oleh Presiden.
Kedudukan Perpu sebagai norma subjektif juga dinyatakan Jimly
Asshiddiqie sebagaimana dikutip Ibnu Sina Chandranegara dalam artikel
berjudul Pengujian Perppu Terkait Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar-Lembaga
Negara: Kajian Atas Putusan MK No. 138/PUU-VII/2009:
Pasal 22 memberikan kewenangan kepada Presiden untuk secara subjektif menilai
keadaan negara atau hal ihwal yang terkait dengan negara yang menyebabkan suatu
undang-undang tidak dapat dibentuk segera, sedangkan kebutuhan akan pengaturan materiil
mengenai hal yang perlu diatur sudah sangat mendesak sehingga Pasal 22 UUD 1945
memberikan kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan peraturan pemerintah
pengganti undangundang (Perpu) (Asshiddiqie, 2010: 209).
Ukuran objektif penerbitan Perpu baru dirumuskan oleh Mahkamah
Konstitusi (“MK”) dalam Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009. Berdasarkan Putusan
MK tersebut, ada tiga syarat sebagai parameter adanya “kegentingan yang memaksa” bagi
Presiden untuk menetapkan Perpu, yaitu (hal. 19):
1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
2. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan
hukum, atau ada Undang-Undang tetapi tidak memadai;
3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-
Undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
Menjawab pertanyaan Anda berikutnya, berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU
12/2011, Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikut. Yang dimaksud dengan
“persidangan berikut” adalah masa sidang pertama DPR setelah Perpu ditetapkan.[1] Jadi,
pembahasan Perpu di DPR dilakukan pada saat sidang pertama DPR dalam agenda sidang
DPR setelah Perpu itu ditetapkan untuk mendapat persetujuan atau tidak dari DPR. Perpu
dapat ditetapkan menjadi undang-undang ketika DPR menyetujuinya.
Mengenai konsekuensi Perpu yang ditetapkan, Prof. Marida Farida Indrati
Soeprapto, dalam bukunya Ilmu Perundang-Undangan: Dasar-dasar dan
Pembentukannya mengatakan bahwa Perpu ini jangka waktunya terbatas (sementara) sebab
secepat mungkin harus dimintakan persetujuan pada DPR, yaitu pada persidangan
berikutnya. Apabila Perpu itu disetujui oleh DPR, akan dijadikan Undang-Undang (UU).
Sedangkan, apabila Perpu itu tidak disetujui oleh DPR, akan dicabut (hal. 94). Persetujuan
DPR ini sangat penting karena DPR-lah yang memiliki kekuasaan legislatif, dan yang secara
objektif menilai ada tidaknya kegentingan yang memaksa, sebagaimana telah kami jelaskan
di atas.
Meskipun Perpu tersebut belum dibahas oleh DPR, konsekuensi hukum dari Perpu itu
sudah ada. Artinya, Perpu tersebut sudah berlaku, bisa dilaksanakan, dan memiliki
kedudukan yang setingkat dengan UU sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) UU
12/2011.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa Perpu adalah peraturan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dan kedudukannya
setara dengan undang-undang, namun kemudian harus mendapat persetujuan DPR agar dapat
ditetapkan sebagai undang-undang.
Contoh Perpu yang dibuat oleh Presiden dan sudah disetujui oleh DPR dan disahkan
menjadi undang-undang adalah Perpu 1 Tahun 2016 yang sudah ditetapkan menjadi
undang-undang melalui UU 17/2016.
Pengaturan Kembali Pasal yang Sudah Dibatalkan MK
Menyambung ke pertanyaan Anda yang selanjutnya, bagaimana jika MK
membatalkan sebuah pasal tapi DPR/Pemerintah mengatur kembali hal yang sama?
Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya dalam artikel Apakah Putusan MK
Dapat Diubah? putusan MK langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan
dan tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Sifat final dalam putusan Mahkamah
Konstitusi dalam Undang-Undang ini mencakup pula kekuatan hukum mengikat (final and
binding). Demikian ditegaskan dalam Penjelasan Pasal 10 ayat (1) UU 8/2011.
Dari ketentuan di atas jelas bahwa putusan MK bersifat final dan mengikat. Artinya,
akibat hukum yang ditimbulkan pasca dijatuhkannya putusan MK harus dipatuhi, termasuk
oleh DPR/Pemerintah. Apabila ada pengaturan dalam suatu pasal pada UU dibatalkan oleh
MK dan dinyatakan tidak berlaku atau lebih tepatnya tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat, maka tidak tepat jika DPR/Pemerintah mengatur kembali norma tersebut dalam
undang-undang lain. 4
Akan tetapi, dalam praktiknya, DPR/Pemerintah dapat saja mengeluarkan suatu
produk hukum baru yang mengatur hal yang sama meski pasal yang mengatur sebelumnya
telah dibatalkan oleh MK. Secara etika hukum, tentu hal ini dapat dianggap sebagai
pengabaian terhadap putusan MK, dan dapat menjadi sumber permasalahan hukum di
kemudian hari. 5
Setelah berakhirnya Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja pada 30 Desember 2022
lalu, sejumlah Pemohon mengajukan permohonan pengujian formil dan materil perpu
tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK). Sidang perdana untuk memeriksa permohonan
Nomor 5/PUU-XIX/2023 dan Nomor 6/PUU-XIX/2023 dalam perkara pengujian Perpu
2/2022 tentang Cipta Kerja digelar di Ruang Sidang Panel MK pada Kamis (19/1/2023).
Permohonan Nomor 5/PUU-XIX/2023 diajukan oleh Hasrul Buamona (Dosen Hukum
Kesehatan/Pemohon I), Siti Badriyah (Pengurus Migrant Care/Pemohon II), Harseto Setyadi
Rajah (Konsultan Hukum/Pemohon III), Jati Puji Santoro (Wiraswasta/Pemohon IV),
Syaloom Mega G. Matitaputty (Mahasiswa FH Usahid/Pemohon V), dan Ananda Luthfia
Rahmadhani (Mahasiswa FH Usahid/Pemohon VI). Sedangkan permohonan Perkara Nomor
6/PUU-XIX/2023 diajukan oleh Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).

4
“Kapan Perpu Dibuat oleh Presiden dan Apa Syaratnya?,” diakses 25 Januari 2023,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/kapan-perpu-dibuat-oleh-presiden-dan-apa-syaratnya-lt5188b1b2dfbd2.
5
“Kapan Perpu Dibuat oleh Presiden dan Apa Syaratnya?”
Persidangan dipimpin Hakim Konstitusi Wahiduddin Adams didampingi Hakim
Konstitusi Manahan MP Sitompul, dan Hakim Konstitusi Daniel Yusmic P. Foekh. Kuasa
hukum Perkara Nomor 5/PUU-XIX/2023, Viktor Santoso Tandiasa dan Zico Leonard secara
bergantian menyatakan Perpu Cipker tersebut tertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 22
ayat (1), dan Pasal 22A UUD 1945 serta Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009 dan Nomor
91/PUU-XVII/2020.
Menurut para Pemohon, subjektivitas Presiden untuk menerbitkan Perpu harus
didasarkan pada keadaan yang objektif. Apabila diukur dari tiga tolok ukur, keberadaan
Perpu ini tidak memenuhi syarat karena selama ini Pemerintah menggunakan UU 11/2020
(UU Cipta Kerja) untuk melaksanakan kebutuhan mendesak dalam penyelesaian masalah
hukum yang masuk dalam ruang lingkupnya, dan selama ini tidak terjadi kekosongan hukum.
Bahwa alasan permohonan bahwa berpedoman pada Putusan MK Nomor 91/PUU-
XVIII/2020 bahwa UU Nomor 11/2020 bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat
karena naskah akademik dan rancangannya tidak dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat, tata cara pembentukan UU tersebut tidak didasarkan pada cara dan metode yang
pasti, dan terjadi pula perubahan penulisan beberapa substansi pasca-persetujuan bersama
DPR dan Presiden serta bertentangan dengan asas pembentukan peraturan perundang-
undangan, sehingga UU tersebut dinilai cacat formil.
“Namun ternyata Pemerintah menerbitkan Perpu 2/2022 dengan tidak memenuhi
amanat serta amar Putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 dan tidak memenuhi Putusan Nomor
139/PUU-VII/2009. Bahwa tindakan ini tentunya menimbulkan ketidakpastian hukum yang
adil dan proses pembentukannya bertentangan dengan Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 karena
tidak pula memenuhi syarat kegentingan memaksa yang seharusnya didasarkan pada keadaan
yang objektif,” terang Viktor.
Untuk itu para Pemohon dalam provisi memohon kepada Mahkamah untuk
menyatakan Perpu aturan Pemerintah Pengganti Undang-Undnag Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja ditunda permberlakukannya sampai dengan adanya putusan akhir. 6
Ujikan 55 Pasal
Sementara itu Pemohon Perkara Nomor 6/PUU-XXI/2023 yang diwakili oleh Saut
Pangaribuan menyebutkan 55 Pasal yang terdapat pada Perpu 2/2022 ini bertentangan dengan
UUD 1945. Menurutnya norma yang terdapat pada Perpu tersebut menghilangkan hak
konstitusional para buruh yang telah dijamin dalam UUD 1945 dan UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam bidang hukum ketenagakerjaan, Saut menyebutkan bahwa Pemohon
tidak melihat adanya kekosongan hukum. Sebab hingga saat ini masih terdapat UU 13/2003
dan sejumlah peraturan perundang-undangan lainnya yang masih tetap berlaku di Indonesia.
Uji Formil dan Materil
Terhadap kedua perkara ini, Hakim Konstitusi Manahan MP Sitompul memberikan beberapa
catatan atas pengujian formil dan materil terhadap Perpu 2/2022 tentang Cipta kerja. Yakni
terkait pengujian formil dan materil tidak bisa disamakan sehingga ada perlakuan khusus

6
Kompas Cyber Media, “Perppu Cipta Kerja Dituding Siasat Pemerintah untuk Tetap Berlakukan Omnibus
Law,” KOMPAS.com, 3 Januari 2023, https://nasional.kompas.com/read/2023/01/03/09014521/perppu-cipta-
kerja-dituding-siasat-pemerintah-untuk-tetap-berlakukan-omnibus.
terhadap pengujian formil. Manahan menyebutkan, Pemohon Perkara 5/PUU-XXI/2023
belum menguraikan syarat dan hubungan langsung antara norma yang diujikan dengan
keberadaan hak konstitusional para Pemohon.
Sementara terhadap Pemohon Perkara 6/PUU-XXI/2023 Manahan menasihati agar Pemohon
membuat penjabaran mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan diri
sebagai pihak pada perkara ini. Selain itu, Manahan juga menyoroti tentang pihak yang
menjadi wakil dari organisasi di dalam dan luar pengadilan pada pengajuan permohonan ini.
SUMBER:
- https://www.hukumonline.com/klinik/a/kapan-perpu-dibuat-oleh-presiden-dan-apa-
syaratnya-lt5188b1b2dfbd2. Diakses pukul 12:21wib 24/01/2023.
- https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18845. Diakses pukul 12:21wib
24/01/2023.
- https://nasional.kompas.com/read/2023/01/03/09014521/perppu-cipta-kerja-dituding-
siasat-pemerintah-untuk-tetap-berlakukan-omnibus. Diakses pukul 12:21wib
24/01/2023.
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20221230122227-8-401491/video-uu-ciptaker-
digugat-pemerintah-terbitkan-perppu. Diakses pukul 12:21wib 24/01/2023.

Anda mungkin juga menyukai