Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md mendatangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedatangan Mahfud untuk menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN). Usai menyampaikan LHKPN, Mahfud Md menyempatkan diri berbicara tentang penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) KPK. Menurut Mahfud, Presiden Joko Widodo alias Jokowi tidak pernah menyampaikan kepada dirinya tak akan menerbitkan Perppu untuk UU Nomor 19 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 30 tahun 2002 tentang KPK. "Presiden enggak katakan begitu (tak akan menerbitkan Perrpu). Presiden mengatakan belum memutuskan mengeluarkan, atau enggak karena UU-nya masih diuji di MK," ujar Mahfud di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (2/12/2019). Menurut Mahfud, masih ada kemungkinan Jokowi akan menerbitkan Perppu KPK sesuai dengan harapan pimpinan dan beberapa tokoh pegiat antikorupsi. "Itulah pernyataan presiden, belum memutuskan menerbitkan," kata Mahfud. Terkait dengan pernyataan Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman soal Jokowi tak akan menerbitkan Perppu KPK lantaran sudah tak dibutuhkan, Mahfud mengklaim tak tahu pernyataan tersebut. "Enggak tahu siapa itu, ya, mungkin," kata Mahfud Md
1. Undang-undangan dasar 1945 sudah di amandemen sebanyak empat (4)
kali. Hal tersebut menjelaskan bahwa amandemen/perubahan UUD 1945 bisa saja dilakukan dalam kurun waktu yang pendek/singkat. Jelaskan mekanisme amandemen Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD NKRI) 1945 dan sebutkan dasar hukumnya kemudian simpulkan apakah amandemen sebuah UUD NKRI 1945 bersifat rigid (kaku) atau fleksibel ? 2. Dari Kasus I diatas maka Jelaskan tata cara Peraturan Pemerintah enganti Undang-Undang (PERPU) dapat dibentuk dan serta berikan contohya selain diatas? 3. Kita sepakat bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia dan menempatkan Pancasila sebagai filter utama dalam menyaring peradaban yang berkembang di Indonesia, tetapi belakangan ini ada wacana bahwa Pancasila akan dibreakdown ke Undang-Undang atau ada juga yang berpendapat mengenai ekasila,trisila dan lain sebagainya. Jelaskan posisi Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm bangsa Indonesia dan bagaimana pandangan anda mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang saat ini sedang hangat diperbincangkan? Jawaban : 1. Mekanisme Amandemen UUD NKRI 1945? Pengaturan tentang mengubah UUD 1945 tercantum dalam Pasal 37. Ada tiga kaidah hukum yang terdapat di dalamnya. Pertama, Tentang lembaga yang berwenang mengubah UUD, Kedua, Tentang sahnya sidang-sidang (MPR), kuorum-kuorum yang mempunyai acara mengubah UUD 1945 dan Ketiga, Tentang Sahnya keputusan mengenai perubahan UUD 1945. Kaidah atau Norma hukum tersebut adalah prosedur perubahan UUD 1945 yang berdasarkan Pada Pasal 37 Sebelum Perubahan yaitu periode perubahan Pertama, Perubahan Kedua dan Perubahan Ketiga (Tahun 1999- 2001). (Reschentia B, dkk, 2016, hlm. 2. JOM FH Vol. 3 No. 1) periode Perubahan Keempat UUD 1945 pada Tahun 2002 adalah berdasarkan Pasal 37 Setelah Perubahan yaitu: (1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.**** (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.**** (3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.**** (4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurangkurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.**** (5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.**** . (UUD 1945 Pasal 37) Pasal tersebut menentukan bahwa perubahan hanya dapat dilakukan jika diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari seluruh anggota MPR dengan menunjuk pasal atau ayat mana yang perlu diubah disertai alasan da nisi perubahannya itu sendiri. Selanjutnya jika persyaratan itu dipenuhi MPR bersidang untuk membahas dan keputusannya untuk mengubah harus dilakukan oleh sidang paripurna MPR yang dihadiri oleh minimal 2/3 dari seluruh anggotanya dan keputusan harus disetujui oleh sekurang- kurangnya separuh lebih dari seluruh anggota MPR (bukan separuh lebih dari yang hadir). (Danny A J, dkk, 2020, hlm. 98 Vol. 8 No.4) Dasar Hukum? Dasar hukum perubahan UUD NKRI 1945 yaitu Pasal 37 BAB XVI tentang perubahan UUD
UUD NKRI 1945 Bersifat Rigid Atau Fleksibe?
UUD fleksibel adalah konstitusi yang mengandung ciri-ciri pokok: (a) elastis, oleh karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah; dan (b) diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan UUD rigid adalah yang mengandung ciri-ciri: (a) mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang- undangan yang lain; (b) hanya dapat diubah dengan cara yang khusus dan istimewa. (Reschentia B, dkk, 2016, hlm. 8. JOM FH Vol. 3 No. 1) Menurut penjelasan ciri-ciri di atas, UUD NKRI 1945 bersifat fleksible karena bisa dilakukan amandemen demgan dasar Pasal 37, meskipun syarat perubahan tersebut sulit untuk dipenuhi tetapi tidak menutup kemungkinan adanya amandemen UUD NKRI 1945
2. Tata Cara Pembentukan PERPU?
Pasal 22 ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa “dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang. (UUD 1945 Pasal 22 ayat 1). Penetapan PERPU yang dilakukan oleh Presiden ini juga tertulis dalam Pasal 1 ayat (4) UU No. 12 Tahun 2011 tentang P3 yang berbunyi “Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.” (UU 12 2011 Pasal 1 ayat 4) Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU/VII/2009 ada tiga syarat sebagai parameter kegentingan memaksa bagi presiden untuk mengeluarkan PERPU, yaitu: 1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat berdasarkan undang-undang; 2. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum, atau ada undang-undang tetapi tidak memadai; 3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat UndangUndang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan. (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU/VII/2009) PERPU harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikut. Yang dimaksud dengan “persidangan berikut” adalah masa sidang pertama DPR setelah PERPU ditetapkan. Jadi, pembahasan PERPU untuk di DPR dilakukan pada saat sidang pertama DPR dalam agenda sidang DPR setelah PERPU itu ditetapkan untuk mendapat persetujuan atau tidak dari DPR. (UU 12 2011 Pasal 52 ayat 1) PERPU ini jangka waktunya terbatas (sementara) sebab secepat mungkin harus dimintakan persetujuan pada DPR, yaitu pada persidangan berikutnya. Apabila PERPU itu disetujui oleh DPR, akan dijadikan Undang-Undang (UU). Sedangkan, apabila PERPU itu tidak disetujui oleh DPR, akan dicabut. Persetujuan DPR ini sangat penting karena DPR lah yang memiliki kekuasaan legislatif, dan yang secara obyektif menilai ada tidaknya kegentingan yang memaksa, sebagaimana telah di jelaskan di atas. (Farida M I S, 2020, hlm. 94) Contoh: PERPU Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid 19 dan Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan Stabilitas Sistem Keuangan
3. Posisi Pancasila Sebagai Staatfundamentalnorm?
Menurut Hans Kelsen, dalam urutan norma, Pancasila masuk dalam kategori Grundnorm yang artinya Pancasila adalah norma dasar yang dijadikan acuan dalam pembuatan peraturan-peraturan atau norma. Sedangkan menurut Hans Nawiansky, Pancasila merupakan Staat Fundamental Norm yang artinya Pancasila berada dalam urutan tertinggi dalam tata urutan peraturan dan menjadi dasar bagi peraturan yang ada di bawahnya, sehingga peraturan yang ada di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Dalam hukum Indonesia, Pancasila merupakan filosofi dasar dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, dimana hukum tertinggi di Indonesia yakni UUD (Undang-Undang Dasar) tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, karena UUD merupakan pengejawantahan nilai-nilai dasar Pancasila yang berisikan tentang tujuan negara serta hak dan kewajiban warga negara. Maka peraturan-peraturan yang ada di bawah UUD, baik itu berupa undang-undang, TAP MPR, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah haruslah mengacu pada UUD dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila sebagai Grundnorm dan Staat Fundamental Norm yang berarti Pancasila sebagai landasan filosofi tertinggi harus menjadi tujuan dan cita- cita negara, dan dasar bagi pembuatan regulasi atau peraturan serta menjadi pegangan bagi para penegak hukum dalam memutus dan mengadili suatu perkara. (Farida M I S, 2020, hlm. 3.10-3.11) Pandangan Pribadi tentang RUU HIP? 1. Secara logika hukum, keberadaan RUU HIP dianggap aneh RUU HIP mengatur Pancasila, padahal Pancasila adalah sumber hukum itu sendiri. Pancasila dijadikan dan diolah jadi undang-undang, undang-unfangkan dibawah UUD 1945. Seharusnya seluruh undang- undang yang ada di Indonesia dinapasi dan dijiwai oleh Pancasila 2. RUU HIP adalah bara panas yang akan terus membakar situasi Terjadinya demonstrasi penolakan RUU HIP merupakan bukti yang dapat membakar situasi politik dan memungkinkan konflik ideologi 3. RUU HIP bermasalah secara urgensi dan substansi 4. RUU HIP akan ganggu Pancasila Keberadaan RUU HIP bila nanti disahkan akan mengganggu ideologi Pancasila dan tak patut dibahas juga terlebih ditengah kondisi pandemi negeri ini 5. Dinilai bisa mengacaukan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan RUU HIPdapat mengacaukan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, dan juga dikhawatirkan akan kembali menghidupkan PKI. Penjabaran Pancasila di berbagai bidang telah diatur dalam UUD 1945. (https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/25/153200065/5- alasan-mengapa-ruu-hip-mendapat-penolakan-berbagai-pihak? page=all) Diakses 20 Mei 2021