Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM KONSTITUSI

“TATA CARA PERUBAHAN UUD NRI 1945”


Dosen Pengampuh : Dr. H. Jumadi, SH., MH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NUR ANNISA

NIM : 10400121062

KELAS : ILMU HUKUM - B

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu
untuk mata kuliah hukum konstitusi, dengan judul “Tata Cara Perubahan UUD
1945”.
Saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Jumadi S.H., M.H dosen pembimbing
dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini
dari awal hingga selesai.
Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan
saya,tentang Tata cara perubahan UUD 1945 dan saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, maka dari itu saya mengharapkan
saran serta kritik kepada pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
makalah.

Gowa, 23 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Perubahan UUD 1945................................................................5
B. Syarat-syarat Perubahan UUD 1945.....................................................7
C. Kesepakatan Dasar dalam Perubahan UUD 1945…………………….8
D. Periode perubahan Undang-Undang Dasar 1945……………………..9
E. Peran MPR dalam Proses Perubahan UUD 1945…………………….10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia memiliki Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
merupakan produk hukum di masa awal kemerdekaan yang dijadikan sebagai
konstitusi tertulis bangsa. UUD 1945 menempati posisi paling tinggi dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan negara, UUD 1945 memuat ketentuan
dasar negara Indonesia, segala peraturan perundang-undangan di negara
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Peristiwa penting
perubahan UUD 1945 yang diagendakan dalam momentum reformasi dilakukan
dalam kurun waktu empat tahap mulai tahun 1999 sampai tahun 2002. Terkait
dengan praktik sistem presidensial sendiri, ditemukan dua konsep perubahan,
yaitu perubahan terstruktur, dilakukan dengan cara sesuai prosedur konstitusi,
sedangkan perubahan tidak terstruktur ialah perubahan yang tidak sesuai
prosedur konstitusi. Perubahan terstruktur seperti pada perubahan UUD 1945
masa reformasi dilakukan dengan ketentuan adendum yaitu perubahan yang
dilakukan dengan tidak menghilangkan teks aslinya, teks asli dan teks
perubahan disusun dalam satu naskah. Perubahan yang dilakukan terhadap
pasal-pasal UUD 1945 tentu berimplikasi terhadap pelaksanaan sistem
pemerintahan di indonesia. Sistem pemerintahan ialah suatu kegiatan terstruktur
yang dilaksanakan oleh organ-organ negara yaitu eksekutif, legislatif, dan
yudikatif dalam rangka mencapai tujuan negara, sedangkan jenis sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 secara eksplisit dan implisit menunjukkan
sistem presidensial. Sistem presidensial memiliki arti bahwa presiden sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dengan kata lain, presiden
memiliki kekuasaan yang besar dalam peranannya mengatur urusan negara.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perubahan UUD 1945 ?
2. Apa syarat-syarat perubahan UUD 1945 ?
3. Apa Kesepakatan dasar dalam perubahan UUD 1945 ?
4. Bagaimana periode perubahan Undang-Undang Dasar 1945
5. Apa peran MPR dalam proses perubahan UUD 1945 ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PERUBAHAN UUD 1945


UUD 1945 merupakan aturan dasar atau aturan pokok negara
(staatsgrundgesetz) yang dalam pembukaannya terdapat staatsfundamentalnorm
sebagai pokok pikiran dari lahirnya aturan dasar atau aturan pokok negara
tersebut.UUD 1945 memiliki fungsi strategis, salah satunya sebagai sumber
dasar bagi terbentuknya peraturan perundang-undangan. Sebagai haluan bagi
jalannya pemerintahan sekaligus peraturan perundang-undangan di bawahnya,
UUD 1945 dapat disempurnakan sesuai dengan kebutuhan tata negara melalui
mekanisme perubahan.Setelah reformasi, telah dilakukan empat kali
amendemen UUD 1945 dalam kurun waktu tahun 1999-2002.
Secara umum, hal ihwal mengenai amendemen UUD 1945 diatur dalam Pasal
37 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat diketahui bahwa langkah pertama dalam
proses perubahan UUD 1945 adalah kehendak mayoritas anggota MPR
terhadap ide perubahan UUD 1945.Dalam hal ini, usulan perubahan UUD 1945
dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila minimal 1/3 anggota MPR
mengajukan usulan perubahan UUD 1945.
Tetapi, perlu digarisbawahi materi yang diubah dikecualikan sebagai berikut,
anggota MPR tidak dapat mengusulkan perubahan terhadap Pembukaan UUD
1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usulan harus diajukan secara tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal
yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.Usulan ini kemudian diserahkan
kepada pimpinan MPR dan akan dikaji oleh Panitia ad hoc apabila usul
pengubahan telah memenuhi persyaratan.
Persyaratan yang dimaksud dalam hal ini adalah terpenuhinya minimal 1/3
anggota MPR sebagai pengusul dan pasal yang diusulkan untuk diubah beserta
alasan pengubahannya.
Selanjutnya, akan dilakukan Sidang Paripurna MPR yang harus dihadiri
sekurang-kurangnya oleh 2/3 dari jumlah anggota MPR.Apabila usulan tidak
mendapat persetujuan pada Sidang Paripurna MPR, usulan tersebut tidak dapat
diajukan kembali pada masa keanggotaan MPR yang sama.
Di sisi lain, putusan pengubahan pasal UUD 1945 dalam Sidang Paripurna MPR
dapat dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% ditambah satu
anggota dari seluruh anggota MPR.

B. SYARAT-SYARAT PERUBAHAN UUD 1945


syarat-syarat amandemen UUD 1945 di Indonesia sesuai dengan pasal 37
UUD 1945:

1. Usul Perubahan Diajukan oleh Minimal 1/3 Anggota MPRDi dalam pasal
37 ayat (1) UUD 1945, disebutkan bahwa usulan perubahan terhadap pasal-
pasal UUD 1945 harus diajukan oleh minimal satu per tiga dari seluruh
anggota MPR. Anggota MPR sendiri terdiri dari anggota DPR dan anggota
DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
2. Alasan Terhadap Perubahan Pasal Tersebut Haruslah Jelas
Selanjutnya, pasal 37 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap usulan terhadap
pasal dalam UUD harus disampaikan dengan jelas mana bagian yang
hendak diubah beserta dengan alasannya. Alasannya pun harus valid dan
dapat dibuktikan agar MPR dapat menerimanya.
3. Sidang MPR Harus Dihadiri Minimal 2/3 Anggota MPR
Pasal 37 ayat (3) mengatur bahwa sidang untuk memutuskan apakah usulan
perubahan pasal UUD 1945 harus dihadiri oleh minimal dua pertiga dari
seluruh anggota MPR. Apabila anggota yang hadir kurang dari jumlah
tersebut, maka sidang tidak dapat diilanjutkan.
4. Keputusan Perubahan Harus Disetujui Minimal 50% + 1 Anggota MPR
Berdasarkan ayat (4) pasal 37, keputusan apakah pasal UUD 1945 dapat
diubah harus disetujui oleh minimal 50%+1 atau setengah dari jumlah
anggota MPR dan ditambah satu orang dari anggota MPR pula. Apabila
kurang dari jumlah ini, maka perubahan terhadap pasal UUD 1945 tidak
dapat dilakukan dan harus melalui prosedur kembali dari awal agar dapat
mengubah pasal yang dikehendaki.
5. Pasal Mengenai Bentuk Negara Tidak Dapat Diubah
Dalam ayat terakhir mengenai perubahan pasal dalam UUD 1945, terdapat
aturan bahwa khusus pasal mengenai bentuk negara kesatuan Indonesia ini
tidak dapat diubah dengan alasan apapun. Hal ini sebagai bentuk trauma
psikologis bangsa ini ketika masa penggunaan bentuk negara serikat. saat
itu terjadi banyak konflik sosial dan politik, baik yang berupa konflik antara
rakyat di daerah atau di tingkat nasional yang menunjukkan bahwa negara
ini tidak cocok dengan bentuk negara serikat.

Perubahan IV 10 Agustus 2002, sebelumnya berbunyi :


(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3
dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus
hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari
pada jumlah anggota yang hadir.

C. KESEPAKATAN DASAR DALAM PERUBAHAN UUD 1945


Dalam sistem hukum di Indonesia, Undang-undang Dasar atau UUD 1945
berkedudukan sebagai norma hukum tertinggi yang bersifat mengikat dan
mendasari peraturan perundang-undangan lain.UUD 1945 telah mengalami
perubahan sebanyak empat kali. Perubahan terhadap UUD diatur dalam pasal
37 UUD 1945.

Panitia Ad Hoc I menyusun kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan


konstitusi UUD 1945. Tujuan dibuatnya kesepakatan dasar adalah agar
perubahan UUD 1945 mempunyai arah, tujuan, dan batas yang jelas.Sehingga
dapat mencegah pembahasan yang melebar dan terjadinya perubahan tanpa
arah. Berikut lima butir kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan UUD
1945:

Tidak Mengubah Pembukaan UUD 1945


Kesepakatan dasar yang pertama adalah tidak mengubah pembukaan UUD 1945
karena di dalam pembukaan UUD 1945 terdapat dasar atau ideologi berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, dasar negara, dan cita-cita
negara.Pembukaan juga memuat dasar filosofis dan dasar normatif yang
mendasari seluruh pasal dalam UUD 1945.Perubahan terhadap pembukaan
UUD 1945 sama artinya dengan membubarkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tetap Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI harus tetap dipertahankan karena negara kesatuan adalah bentuk yang
ditetapkan sejak berdirinya negara Indonesia.
Bentuk negara kesatuan dianggap sebagai bentuk paling tepat untuk sebuah
bangsa yang majemuk. Perubahan UUD 1945 juga diharapkan tidak
mengganggu eksistensi negara.
Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial dipertegas untuk menguatkan sistem
pemerintahan yang stabil dan demokratis. Sistem pemerintahan presidensial
merupakan keputusan yang dipilih oleh para pendiri negara pada tahun 1945.
Di samping itu, salah satu tujuan perubahan UUD 1945 adalah memperbaiki
dan menyempurnakan penyelenggaraan negara agar lebih
demokratis.Sementara, sistem pemerintahan presidensial merupakan sistem
pemerintahan negara republik yang kekuasaan eksekutifnya dipilih melalui
pemilihan umum dan dipisahkan kekuasaannya dengan legislatif. Hal ini
menjadi salah satu wujud negara yang demokratis.
Penjelasan UUD 1945 yang Memuat Hal Normatif Dimasukkan ke Dalam
Pasal-pasal
Kesepakatan dasar selanjutnya adalah meniadakan penjelasan UUD 1945.
Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif kemudian dimasukkan ke
dalam pasal-pasal atau batang tubuh.Meniadakan penjelasan UUD 1945
bertujuan untuk menghindari kesulitan saat menentukan status penjelasan
tersebut dari sisi sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan.
Selain itu, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
atau BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI telah
menyusun pembukaan dan batang tubuh atau pasal-pasal UUD 1945 tanpa
penjelasan.

Melakukan Perubahan dengan Cara Adendum


Perubahan dengan cara adendum artinya perubahan UUD 1945 dilakukan
dengan tetap mempertahankan naskah asli UUD 1945. Naskah perubahan UUD
1945 diletakkan melekat pada naskah asli.Sehingga UUD 1945 dalam satu
naskah memuat UUD 1945 sebelum amandemen, amandemen I, amandemen II,
amandemen III, dan amandemen IV.

D. PERIODE PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan UUD 1945.
Perubahan tersebut yaitu:
 Perubahan (Amandemen) I
Perubahan atau Amandemen UUD 1945 pertama dilakukan tanggal 14-21
Oktober 1999 dalam Sidang Umum MPR.Amandemen tersebut
menyempurnakan sembilan pasal, yakni Pasal 5, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13,
Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 21.
Terdapat dua perubahan fundamental yang dilakukan, yaitu:
1. Pergeseran kekuasaan
dengan membentuk
undang-undang dari
Presiden ke DPR.
2. Pembatasan masa
jabatan presiden
selama lima tahun dan
sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam
jabatan yang sama,
untuk satu kali masa
jabatan.
 Perubahan (Amandemen) II
Perubahan UUD 1945 kedua terjadi pada 7-18 Agustus 2000 dalam Sidang
Tahunan MPR.Pada perubahan UUD 1945 tersebut ada 15 pasal perubahan atau
tambahan, serta tambahan dan perubahan enam bab.
Terdapat delapan perubahan penting, yaitu:
1. Otonomi daerah atau desentralisasi
2. Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau istimewa dan terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.
3. Penegasan fungsi dan hak DPR
4. Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan haknya ditetapkan
dengan undang-undang.
5. Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia
6. Sistem pertahanan dan keamanan negara
7. Pemisahan struktur dan fungsi TNI serta Polri
8. Pengaturan bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan.

 Perubahan (Amandemen) III


Perubahan UUD 1945 ketiga berlangsung dari tanggal 1-9 November 2001
dalam Sidang Umum MPR.
Terdapat 23 pasal perubahan atau tambahan dan tiga bab tambahan. Terdapat 10
perubahan mendasar, yaitu:
1. Penegasan Indonesia sebagai negara demokratis berdasar hukum
berbasis konstitusionalisme.
2. perubahan struktur dan kewenangan MPR
3. Pemilihan presiden dan wakil presiden langsung oleh rakyat.
4. Mekanisme pemakzulan presiden dan atau wakil presiden
5. Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah
6. Pemilihan umum
7. Pembaharuan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan
8. Perubahan kewenangan dan proses pemilihan serta penetapan
hakim agung.
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi
10.Pembentukan Komisi Yudisial
 Perubahan (Amandemen) IV
Perubahan UUD 1945 keempat berlangsung dari tanggal 1-11 Agustus 2002
pada Sidang Umum MPR.
Terdapat 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan, dua pasal tambahan, dan
perubahan dua bab.

E. PERAN MPR DALAM PROSES PERUBAHAN UUD 1945


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pasca reformasi, telah dilakukan
perubahan UUD 1945 sebanyak empat kali. Perubahan ini dilakukan
sebagai respon dari tuntutan reformasi guna mempertegas filosofis,
yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis negara.Setelah amandemen UUD
1945, MPR memiliki wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD
1945.Berbeda dengan pra perubahan UUD 1945, MPR tidak memiliki
kewenangan yang rigid dalam hal mengubah UUD 1945, di mana MPR
saat itu hanya memegang kewenangan untuk menetapkan UUD
1945.Frasa “menetapkan” sendiri menimbulkan kerancuan. Majelis
berketetapan untuk mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945, tidak
berkendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadapnya serta akan
melaksanakannya secara murni dan konsekwen.Bunyi pasal tersebut
menegaskan bahwa MPR tidak berhak mengubah UUD 1945
Dengan tuntutan reformasi total pada konstitusi negara, MPR tetap
melakukan perubahan UUD 1945. Hal ini disokong dengan adanya
peraturan limitatif dalam Pasal 37 UUD 1945 mengenai kuorum pada
Sidang Paripurna MPR.Atas dasar tersebut, tercapailah pemenuhan atas
tuntutan masyarakat untuk melakukan perubahan atau amendemen UUD
1945. Melalui perubahan tersebut, aturan kewenangan MPR dan proses
amendemen UUD 1945 menjadi lebih rigid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah perubahan atau amandemen UUD NRI Tahun 1945, kewenangan MPR
dalam mengubah dan menetapkan UUD atau kewenangan konstitutif belum
dapat dilaksanakan. Padahal, tuntutan berbagai elemen masyarakat yang
didasari ketidakpuasan terhadap UUD NRI Tahun 1945 semakin banyak.
Beberapa tuntutan yang bersifat fundamental agar dilakukan amandemen ke V
yaitu penguatan sistem presidensial, penguatan sistem lembaga perwakilan,
memperjelas status MPR dalam sistem kamar perwakilan dan kebutuhan akan
haluan Negara. Secara garis besar, dapat diklasifikasikan dua kelompok yang
menuntut agar MPR kembali melaksanakan kewenangan konstitutifnya
Setelah reformasi, telah dilakukan empat kali amendemen UUD 1945 dalam
kurun waktu tahun 1999-2002. Kini, wacana perubahan ke-5 UUD 1945 ramai
menjadi perbincangan publik. Namun, pelaksanaan amendemen UUD 1945
bukanlah persoalan mudah. Lantas, bagaimana sebenarnya proses perubahan
atau amendemen UUD 1945?
Secara umum, hal ihwal mengenai amendemen UUD 1945 diatur dalam Pasal
37 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar
dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
tidak dapat dilakukan perubahan.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat diketahui bahwa langkah pertama dalam
proses perubahan UUD 1945 adalah kehendak mayoritas anggota MPR
terhadap ide perubahan UUD 1945.Dalam hal ini, usulan perubahan UUD 1945
dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila minimal 1/3 anggota MPR
mengajukan usulan perubahan UUD 1945.
Adapun Kesepakatan Dasar dalam Perubahan UUD 1945:
A. Tidak Mengubah Pembukaan UUD 1945
B. Tetap Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
C. Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial
D. Penjelasan UUD 1945 yang Memuat Hal Normatif Dimasukkan ke
Dalam Pasal-pasal
E. Melakukan Perubahan dengan Cara Adendum.

B. Saran

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga yang dapat


mengubah UUD 1945 harus memiliki pegangan yang kuat dalam
menyarankan perubahan UUD 1945 dan menetapkan peraturan tambahan
tentang prosedur perubahan UUD 1945.

2. Sertifikasi konstitusi oleh MK menjadi acuan bagi MPR untuk


menetapkan hasil perubahan terhadap UUD NRI 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi


Muatan, Ed. Revisi. Yogyakarta: PT Kanisius, 2020;
Mura P. Hutagalung. Reformasi UUD 1945 melalui Konvensi Ketatanegaraan.
Jurnal Hukum dan Pembangunan 4 (XXIX), 2017.
https://mh.uma.ac.id/syarat-syarat-yang-diperlukan-untuk-amandemen-uud-
1945/
Atmadja, I Dewa Gede. 2015. Teori Konstitusi dan Konsep Negara Hukum.
Malang: Setara Press
Hamidi, Jazim dan Malik. Hukum Perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai