OLEH
HENDRAWAN CHANDRA/2034019/TEKNIK SIPIL
ABSTRAK
UUD 1945 telah menjadi norma yang sakral dan menjadi referensi nasional selama empat dekade ini.Akan
tetapi, sejak era reformasi masayarakat Indonesia mampu mereview, mendis- kusikan dan mengkritik isi dari
UUD 1945 seiring dengan kejaluan bangsa saat ini. Peruba-han UUD 1945 menjadi momentum untuk
meningkatkan manajemen Negara yang nampaknya menyimpang dari tujuan Negara pada awalnya yang
tercantum dalam pancasila. Dalam menyikapi perubahan UUD 1945 tersebut.
1. PENDAHULUAN
Latar belakang
Pengubahan Amandemen UUD 1945 dalam pandangan masyarakat, dikarenakan mereka
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada pada masa sekarang tanpa menghilangkan
jati diri dan makna dari UUD itu sendiri, tetapi tidak semua kalangan di masyarakat menyukai
hal yang baru atau perubahan, itu terjadi karena Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR)
Zulkifli Hasan “mengatakan bahwa konstitusi harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan
zaman” banyak anggota pemerintahan yang juga mendukung perubahan amandemen UUD 1945
baik di fraksi partai politik maupun anggota MPR, tetapi sebagian masyarakat yang tidak
mendukung perubahan UUD 1945 karena mereka menginginkan keaslian dari UUD 1945 itu
sendiri, tetapi masyarakat yang mendukung perubahan UUD 1945 dikarenakan mereka
mengiginkan perubahan pada undang undang (terutama yang terakhir) supaya mereka dapat
menyesuaikan pada zaman dan keadaan saat ini, ada pendapat publik yang mendukung
keberlanjutan dari proses perubahan UUD 1945 hingga mencapai mandat tertinggi dari Negara
dan rakyat.
Rumusan Masalah
Terjadi perbedaan pendapat diantara kalangan masyarakat baik masyarakat kelas atas, menengah
maupun kelas bawah tentang perubahan Amandemen UUD 1945, seiring perkembangan zaman
terjadi banyak hal yang baru yang membuat sebagian masyarakat berbeda pendapat terhadap
pengubahan Amandemen UUD 1945.
Dengan terjadinya penyimpangan terhadap Konstitusi, Banyak rumusan pasal dan ayat hasil
Amanademan yang tidak sejalan lagi dengan ideologi Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Amandemen empat kali UUD 1945 telah merubah hampir seluruh pasal dan ayat. UUD
1945 yang semula terdiri dari 37 pasal, 4 Aturan Peralihan, 2 Aturan Tambahan, menjadi
73 pasal, 3 Aturan Peralihan, dan 2 Aturan Tambahan (197,30%), bahwa implementasi
Amandemen empat kali UUD 1945 berpotensi mendorong terjadinya disintegrasi bangsa
dan negara.
Biaya politik yang tinggi, korupsi yang merajalela, narkoba dalam kategori darurat,
masyarakat terpecah belah, kehidupan ekonomi masyarakat semakin sulit dan lain-lain.
5 Kesepakatan Dasar
1. TIdak melakukan pengubahan terhadap Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945.
2. Tetap melakukan pertahanan terhdap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Melakukan penegasan terhadap sebuah sistem pemerintahan presidensia.
4. Melakukan penjelasan terhadap Undang Undang Dasar Negara Reblik Indonesia Tahun
1945 yang akan melakukan pemuatanterhadap berbagai maca hal normatif yang dimana
akan termasuk ke dalam sebuah pasal-pasal atau yang selanjutnya disebut dengan sebutan
batang tubuh.
5. Melakukan berbagai macam bentuk perubahan dengan cara menggunakan addendum.
Dalam melakukan amandemen lembaga MPR haruslah mengacu pada pasal 37 UUD 1945 yang
mengatur tentang tata cara perubahan konstitusi, adapun dasar hukum yang telah di amandemen
melipiti :
1. Untuk mengubah undang-undang dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota majelis permusyawaratan rakyat harus hadir.
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
yang hadir.
Perubahan UUD 1945 yang diadakan pada Tahun 1999 sampai dengan
Tahun 2002.
Kalau kita mengamati perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945, maka
ternyata hampir seluruh pasal-pasalnya mengalami perubahan, yaitu :
Pasal. 1, Pasal. 2, Pasal. 3, Pasal. 5, Pasal. 6, Pasal. 7, Pasal. 8, Pasal. 9, Pasal. 11,
Pasal. 13, Pasal 14, Pasal. 15, Pasal. 16, Pasal. 17, Pasal. 18, Pasal. 19, Pasal. 20,
Pasal. 21, Pasal. 22, Pasal. 23, Pasal. 24, Pasal. 25, Pasal. 26, Pasal. 27, Pasal. 28,
Pasal. 29, Pasal. 30, Pasal. 31, Pasal. 32, Pasal. 33, Pasal. 34, Pasal. 36, Pasal. 37
Sejumlah pasal menambah begitu banyak ayat dan sub-pasal baru, sehingga UUD 1945
yang aslinya memuat 37 Pasal, sesudah Amandemen- kini menjadi 73 Pasal, ketiga
peraturan peradilan juga mengalami perubahan dan ada Peraturan Tambahan yang baru,
berikut contohnya :
Misalnya : Pasal UUD 1945 ditambah dan byi ayat (2) diubah, yang semula
berbunyi : “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaran Rakyat”,
diubah menjadi :
Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-undang Dasar”
Pada Tahun 2000 Pasal 26 ayat (2) mengenai Bab X, yang judulnya telah diubah dari
“Warga Negara” menjadi “Warga Negara dan Penduduk” telah diubah dan ditambah
dengan 1 ayat lagi menjadi :
Pasal 26 (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
(3) : Hak-hak mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undang-undang.
Pasal 27 pun di Tahun 2000 ditambah dengan 1 ayat menjadi :
(3) : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
di Tahun 2000 masih ditambah dengan bab XA yang khusus mengatur tentang Hak Asasi
Manusia yang berisi 10 pasal. Bab XA itu nota bene diangkat dari Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, suatu hal yang berlebihan dan tidak lazim,
dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.
jika Pasal 27 (lama) ditambah dengan 1(satu) ayat lain yang menegaskan : Pasal 27 ayat
(3) : Negara mengakui dan wajib melindungi hak asasi manusia, yang
penyelenggaraannya diatur dengan undang-undang.
Di samping itu 2 (dua) ayat yang tercantum dalam Pasal 28 J (baru), yang berbunyi :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis, dijadikan
ayat (4) dan (5) dari Pasal 27 UUD 1945 (yang lama).
Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa Hakim Agung dan Hakim
Mahkamah Konstitusi tidak termasuk ke dalam kategori hakim sebagaimana disebut
dalam Pasal 2 ayat (5) UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
Pengubahan yang dilakukan oleh MPR 1999-2003 dilakukan secara periodik terhadap UUD
1945 secara parsial dalam periode pertama pada Tahun 1999 dilakukan perubahan terhadap
15 ketentuan kemudian periode kedua pada Tahun 2000 dilakukan perubahan terhadap 59
ketentuan, dilanjutkan periode ketiga pada Tahun 2001 dilakukan perubahan terhadap 68
ketentuan serta periode keempat pada tahun 2002 dilakukan perubahan terhadap 29
ketentuan.
Penggantian terhadap UUD 1945, terdapat serratus tujuh puluh satu ketentuan telah diubah
dalam Perubahan UUD 1945 termasuk tiga pasal dalam Aturan Peralihan serta dua pasal
dalam Aturan Tambahan. Pengubahan tersebut dilakukan dengan cara: Pertama penghapusan
ketentuan sebagaimana terjadi pada Pasal 16 tentang Dewan Pertimbangan Agung, kedua
penambahan ketentuan baru.
Terjadi juga perubahan ketentuan UUD 1945 dalam 1945 Perubahan Pertama, Perubahan
Kedua, Perubahan Ketiga, serta Perubahan Keempat UUD 1945.
Terkait dengan perubahan ketentuan dalam Perubahan UUD 1945 hanya terdapat 30
ketentuan yang tidak diubah dan tetap dirumuskan sesuai dengan ketentuan asli
pasal-pasal tersebut dalam UUD 1945, contohnya : Pasal 1 ayat (1): Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
Jadi UUD 1945 dan Perubahannya, pada kurun waktu 1999-2002 UUD 1945 mengalami empat
kali perubahan ( amandemen) yang mengubah susunan lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Syarat perubahan Terdapat beberapa syarat untuk melakukan perubahan pasal dalam UUD
1945, di antaranya:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD 1945 dapat diagendakan dalam Sidang MPR bila
diajukan sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD 1945, diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal UUD 1945, Sidang MPR harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota MPR.
4. Putusan untuk mengubah pasal UUD 1945 dilakukan dengan persetujuan 50 persen
ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
5. Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan.
Akhir Akhir ini MPR rapat membahas rencana amendemen kelima Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945. Ada 10 poin yang diusulkan DPD menjadi pokok pikiran
amendemen, berikut :
1. Memperkuat Sistem Presidensial.
2. Memperkuat Lembaga Perwakilan.
3. Memperkuat Otonomi Daerah.
4. Calon Presiden Perseorangan.
5. Pemilahan Pemilu Nasional dan Pemilu Lokal.
6. Forum Previlegiatum.
7. Optimalisasi Peran Mahkamah Konstitusi.
8. Penambahan Pasal Hak Asasi Manusia.
9. Penambahan Bab Komisi Negara.
10. Penajaman Bab tentang Pendidikan dan Perekonomian.
Amandemen UUD 1945 yang mengatur tentang Negara Hukum, Tujuan Negara, dan Demokrasi,
tidak menunjukkan adanya hubungan yang koheren dengan nilai-nilai cita hukum yang
terkandung dalam esensi staatsfundamentalnorm yaitu nilai-nilai Pancasila. “Hasil penjabaran
dari amandemen UUD lebih memprioritaskan aspek politik dan hukum sementara tujuan
negara welfare state tidak dijadikan prioritas,
Beberapa pasal UUD 1945 misalnya, ayat 4 pada pasal 33 yang mengatur perekonomian
Indonesia bertentangan dengan tiga ayat sebelumnya. “Yang intinya menyebutkan demokrasi
ekonomi dan dalam prakteknya diterapkan ekonomi liberal. Pasal ini tidak koheren dengan
pembukaan UUD 1945, Pancasila dan Pasal 1 UUD 1945.
Pasal lainnya, seperti Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik, lalu pada ayat 2 Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD. Namun berdasarkan sistem demokrasi hasil amandemen, kekuasaan eksekutif dan
legislatif, menunjukkan representasi kekuasaan rakyat berhenti pada presiden, DPR dan DPD.
Jika kedaulatan rakyat berhenti pada presiden dan DPR maka tujuan negara tentang
kesejahteraan sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan sila ke-5 Pancasila
akan mustahil terwujud.
Pada pasal 22E UUD 1945 yang mengatur tentang pemilihan Umum juga menunjukkan
kontradiksi, dimana proses demokrasi berprinsip liberalisme-individualisme, karena semua
dilaksanakan secara langsung berdasarkan pada prinsip matematis tanpa memberi ruang
musyawarah dan mufakat.
- Pasca reformasi terjadi perubahan/amandemen UUD 1945 4x dalam kurun waktu tahun
1999-2002, perubahan pertama tahun 1999, perubahan kedua tahun 2000, perubahan ketiga
tahun 2001 dan perubahan keempat tahun 2002, telah membawa dampak buruk terhadap
masa depan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.
- Masyarakat Indonesia terpecah atau terbelah dalam menyikapi hasil perubahan UUD 1945.
Pada satu sisi masyarakat mempertahankan amandemen UUD 1945, namun pada satu sisi
yang lain masyarakat menginginkan amandemen UUD 1945 dikaji ulang dengan cara
addendum (penyempurnaan) tanpa menghilangkan nilai-nilai dari keasliannya. Bahkan yang
lebih ekstrim lagi adanya kelompok masyarakat yang menginginkan Kembali pada UUD
1945 yang asli atau sebelum diamandemen
- Perubahan UUD 1945 adalah suatu keniscayaan, akan tetapi perubahan tersebut harus
bersifat menyempurnakan dan bukan merubah hampir seluruh bab dan pasal UUD 1945 yang
asli, artinya ada pelanggaran kesepakatan MPR-RI sendiri yang meliputi lima point
kesepakatan dasar anggota MPR-RI sebagai berikut:
1. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-
pasal
5. Melakukan perubahan dengan cara Adendum
- Fakta hukum yang terjadi tidak dilakukan dengan cara adendum (penyempurnaan) sehingga
nilai-nilai dari keaslian UUD 1945 yang dipikirkan dan dirumuskan oleh para pendiri negara
menjadi hilang, terlebih dengan dihapusnya “penjelasan” telah menimbulkan multitafsir yang
menyesatkan. Akibat lebih jauh amandemen UUD 1945 tersebut telah keluar dari tujuan
reformasi, yang semula ditujukan untuk memperbaiki seluruh tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara tetapi faktanya amandemen tersebut tidak menyempurnakan tetapi
merubah/mengganti UUD 1945 dengan UUD yang baru (UUD 2002) yang dapat membawa
perubahan besar, terutama dalam sistem ketatanegaraan menjadi liberalis dan berakibat pula
terjadinya perubahan nilai dan perubahan sistem berbangsa dan bernegara.
- Ada kekhawatiran anak bangsa. Jika amandemen UUD 1945 terus dipertahankan yang oleh
Sebagian masyarakat menganggap tidak sesuai Pancasila maupun pembukaan UUD 1945
(yang asli) maka perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional yakni melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia , memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial akan sulit dicapai.
- Undang-undang Dasar 1945 adalah identitas nasional Indonesia dan kepribadian bangsa yang
harus dihormati dan dipertahankan oleh segenap elemen masyarakat termasuk mahasiswa
dituntut untuk selalu peduli kepada konstitusi negara RI agar semakin mendekati
kesempurnaan
6. Penurup.
Demikian makalah ini dibuat sebagai bahan masukan bagi institusi yang berwenang mengubah
UUD 1945.
REFERENSI
Referensi ditampilkan pada akhir artikel dan diurutkan berdasarkan abjad dari nama belakang
pengarang utama. Huruf yang digunakan Times New Roman 12 pt, dengan format hanging 10
mm, seperti pada contoh di bawah. Teks atau kalimat dalam pokok pikiran yang merujuk pada
rujukan tersebut ditandai dengan nama belakang dari penulis.
Contoh: Sejak tahun 1995 telah diperkenalkan konsep unified design provision pada peraturan
beton di Amerika (ACI 318-1995) yang mengacu pada tulisan yang diajukan oleh Murdock
(1992). Dst. Selain itu, penggunaan nilai d (untuk beton bertulang) dan d p (untuk beton
prategangan) juga menimbulkan beberapa ketidak-konsistenan dari peraturan yang selama ini
berlaku (Murdock, 1992). Dst.
Referensi harus berupa bahan yang dipublikasikan dan atau mudah diakses informasinya oleh
umum. Urutan penulisan referensi adalah sebagai berikut ini.
Nama Belakang Penulis, Inisial Nama Depan. (Tahun Publikasi). Judul Buku. Nama Penerbit,
Kota Terbit.
Nama Belakang Penulis, Inisial Nama Depan. (Tahun Publikasi). “Judul Artikel Jurnal”. Nama
Konferensi, Tempat Konferensi, Tanggal Konferensi, nomor halaman.
Nama Belakang Penulis, Inisial Nama Depan. (Tahun Publikasi). Judul Artikel Jurnal. Nama
Jurnal, Angka Vol. Jurnal (Nomor penerbitan), nomor halaman.
Arfiadi, Y. & Hadi, MNS. (2006). Continuous bounded controller for active control of
structures. Computers and Structures, 84, 798-807.
Sarraf, M. & Bruneau, M. (1998). “Ductile sismic retrofit of steel deck-truss bridges, II: Design
applications”. J. Struct. Engrg., 124(11), 1263-1271.