Anda di halaman 1dari 6

Sejarah UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa
disingkat UUD 1945 berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keberadaan UUD 1945 juga menjadi acuan untuk penyusunan peraturan perundang-
undangan. UUD 1945 memiliki otoritas tertinggi dalam sistem pemerintahan Indonesia. Artinya,
seluruh lembaga negara harus tunduk pada UUD 1945 dan penyelenggaraan negara juga wajib
harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945. Selain itu, setiap peraturan
perundang-undangan yang muncul tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.

Lembaga yang memastikan peraturan perundang-undangan tidak melenceng dari UUD


1945 adalah Mahkamah Konstitusi. Lembaga ini berwenang melakukan pengujian atas undang-
undang. Sejak ditetapkan pada 18 Agustus 1945, UUD 1945 telah mengalami empat kali
perubahan atau amandemen. Namun, amandemen atas UUD 1945 baru dilakukan pasca-
reformasi, yakni usai pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun berakhir
pada Mei 1998. Amandemen UUD 1945 dimulai pada 1999 hingga 2002.

Pengertian Amandemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), amandemen adalah usul perubahan
undang-undang yang dibicarakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pengertian lain
amandemen merupakan penambahan pada bagian yang sudah ada. Secara umum, amandemen
merujuk pada perubahan perundang-undangan negara (konstitusional). Kemudian perlu diketahui
mengenai amandemen UUD 1945, amandemen UUD 1945 merupakan perubahan untuk
melengkapi dan memperbaiki beberapa rincian dari UUD 1945 yang asli.

Tujuan perubahan UUD 1945 yaitu untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
hukum. Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi, tuntutan tersebut dilatarbelakangi
oleh praktek penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto.
Mengapa amandemmn UUD 1945 harus dilakukan?

UUD 1945 terdiri atas Pembukaan dan Pasal-pasalnya. Kedua bagian ini merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, ide-ide dasar yang ada di Pembukaan
haruslah tercermin pada pasal-pasalnya. Seperti halnya sebuah simfoni yang dipimpin oleh
seorang dirigen, maka semua pemain orkestra harus menaati apa yang diperintahkan dan
diamanahkan oleh Sang Dirigen. Sang Dirigen adalah Pembukaan UUD 1945 dan pemain
orkestra adalah Pasal-Pasal UUD 1945. Keduanya haruslah selaras.

Apa yang terjadi kalau pemain orkestra tidak mau mendengarkan Sang Dirigen? Pastilah
terjadi ketidakharmonisan! Itulah yang terjadi di Indonesia sebelum UUD 1945 di amandemen.
Ada ketidakselarasan antara Pembukaan UUD 1945 dan Pasal-Pasalnya. Ketidakselarasan inilah
yang menjadi penyebab utama adanya sistem Negara Indonesia yang bersifat totaliter ketimbang
demokratif di masa yang lalu.

Mengapa ketidak-selarasan ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena adanya dua tim berbeda
dalam BPUPKI yang mengerjakan draft UUD 1945. Tim pertama, dipimpin Sukarno , membuat
draft Pembukaan UUD. Sedangkan tim kedua, dipimpin oleh Prof. Soepomo, membuat draft
Pasal-pasal UUD. Karena waktu persiapan pembuatan draft UUD yang cukup mepet serta ada
urgensi untuk mensahkan draft UUD tersebut secepatnya, maka kedua draft hasil dari dua tim
yang berbeda ini belum sempat diselaraskan sepenuhnya.

UUD yang bersifat kilat ini disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan catatan
bahwa UUD 1945 harus disempurnakan dikemudian hari, seperti yang diungkapkan oleh
Sukarno sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai berikut:

Undang-Undang Dasar yang buat sekarang ini, adalah Undang-Undang Dasar


Sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah Undang-Undang Dasar kilat.
Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan
mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang dapat membuat Undang- Undang
Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna. Tuan-tuan tentu mengerti, bahwa ini adalah
sekedar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar kilat, bahwa barangkali
boleh dikatakan pula, inilah revolutie grondwet.
Kesempatan untuk penyelarasan antara Pembukaan dan Pasal-Pasal UUD 1945 ini
barulah tiba pada era reformasi melalui sidang MPR RI yang mengamandemen UUD 1945
melalui empat tahapan antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. UUD 1945 hasil
amandemen inilah yang sekarang kita pakai. Dalam proses amandemen ini, disepakati bahwa
Pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah. Dengan demikian, hanya Pasal-Pasal UUD 1945 saja
yang diubah dengan menjadikan Pembukaan UUD 1945 sebagai pemandu dalam proses
amandemen tersebut.

Apakah ada dampak amandemen UUD 1945 terhadap kita sebagai warganegara
Indonesia? Indonesia telah berubah!! Sebelum amandemen UUD 1945, Indonesia adalah negara
totaliter kedua terbesar di dunia setelah Cina. Setelah amandemen UUD 1945 ini, Indonesia
menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Perubahan
yang sangat luar biasa! Dulu, ada sebuah lembaga tertinggi Negara yaitu MPR yang mengatasi
semua lembaga Negara yang lainnya yang kemudian diperalat untuk melestarikan kekuasaan
totaliter. Sekarang, UUD 1945 lah yang menjadi pedoman tertinggi dan tidak ada lagi lembaga
tertinggi Negara yang dapat diperalat untuk melanggengkan kekuasaan.

Dulu, MPR dapat mengambil keputusan yang bisa saja tidak sesuai dengan kehendak
rakyat. Sekarang, ada mekanisme check and balances antara Lembaga Tinggi Negara (MPR,
DPR, DPD, MA, MK, Presiden, BPK, KY) yang menyebabkan akuntabilitas yang lebih jelas
antar Lembaga Tinggi Negara. Dulu, kita sebagai Warganegara Indonesia tidak bebas memilih
wakil kita di DPR atau DPRD. Sekarang, kita memiliki kebebasan memilih secara langsung.
Dulu, MPR yang memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sekarang, kitalah sebagai Warganegara
Indonesia yang harus menggunakan hak pilih kita untuk memilih presiden secara langsung.

Dulu, memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) bisa saja mengakibatkan pencekalan
atau pemenjaraan dari pemerintah karena tuduhan melawan Negara. Sekarang, memperjuangkan
HAM adalah memperjuangkan Konstitusi Negara sehingga pemerintah harus juga
mendukungnya. Dulu, yang berhak menjadi calon presiden dan calon wakil presiden adalah
orang Indonesia asli. Sekarang, yang berhak menjadi calon presiden dan calon wakil presiden
adalah orang Indonesia sejak kelahirannya.
Bukankah beberapa contoh ini telah membuktikan bahwa NKRI pada masa kini sudah
menuju kearah yang lebih baik dan lebih sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia seperti
yang dinyatakan di Pembukaan UUD 1945? Rakyatlah yang memegang kedaulatan dan bukan
pemerintah atau Negara!! Kita semua sebagai Warganegaralah yang memegang kedaulatan di
NKRI ini.

Dampak Positif Amandemen UUD 1945

Amandemen UUD 1945 memiliki beberapa dampak positif, antara lain: Pasal dalam
undang-undang 1945 dapat menyesuaikan perkembangan zaman. UUD 1945 menyesuaikan dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat. Menghilangkan pasal-pasal yang bisa memicu perbedaan
pandangan. Selain itu, amandemen UUD 1945 juga memunculkan mekanisme check and
balances antara Lembaga Tinggi Negara, yang menyebabkan akuntabilitas yang lebih jelas antar
Lembaga Tinggi Negara. Lembaga Tinggi Negara yang dimaksud meliputi Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Lembaga Kepresidenan (Presiden dan Wakil Presiden), Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Komisi Yudisial (KY).

Dampak Negatif Amandemen UUD 1945

Dilakukannya perubahan terhadap UUD 1945, juga menimbulkan dampak negatif, antara
lain: Dapat memunculkan konflik di beberapa daerah. Terjadi perbedaan kebijakan otonomi
daerah yang dapat mengganggu pemerintah pusat. Perubahan amandemen dapat menimbulkan
peraturan yang menyulitkan masyarakat.
Hasil Amandemen UUD 1945

1. Perubahan Pertama UUD 1945

Perubahan pertama ditetapkan 19 Oktober 1999, dalam Sidang Umum MPR yang


berlangsung pada 14-21 Oktober 1999. Sebanyak 9 pasal berhasil diamandemen pada sidang ini.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16 ayat sebagai berikut:
 Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
 Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
 Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
 Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
 Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
 Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
 Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
 Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan Menteri
 Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

2. Perubahan Kedua UUD 1945

Amandemen kedua dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2000, dalam sidang tahunan MPR
pada 7-18 Agustus 2000. Tercatat ada 5 bab dan 25 pasal yang diubah. Dalam perubahan kedua
ini, ketentuan Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki bab tersendiri, yakni Bab XA. Bab yang
menjelaskan tentang HAM ini terdiri dari pasal 28 A sampai pasal 29 J

3. Perubahan Ketiga UUD 1945

Amandemen UUD 1945 yang ketiga ditetapkan pada 9 November 2001, dalam Sidang
Tahunan MPR yang diselenggarakan pada 1-9 November 2001. Sebanyak 23 pasal berhasil
diamandemen. Salah satu poin penting amandemen ketiga UUD 1945 adalah, melakukan
perubahan terhadap kekuasaan kehakiman.
Perubahan yang dimaksud ini tertuang dalam Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi,
“Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan
yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan Mahkamah
Konstitusi."

4. Perubahan Keempat UUD 1945

Amandemen UUD 1945 yang terakhir ditetapkan pada 10 Agustus 2002, dalam Sidang
Tahunan MPR 1-11 Agustus 2002. Sebanyak 13 pasal berhasil diamandemen serta 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan. Mengutip dari sumbarprov.go.id, hal-hal penting yang
ditetapkan melalui amandemen keempat UUD 1945 antara lain:

 Keanggotaan MPR
 Pemilihan presiden dan wakil presiden tahap kedua
 Kemungkinan presiden dan wakil presiden berhalangan tetap
 Tentang kewenangan presiden
 Hal keuangan dan bank sentral
 Pendidikan dan kebudayaan Perekonomian dan kesejahteraan sosial
 Aturan tambahan dan aturan peralihan
 Kedudukan penjelasan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai