Anda di halaman 1dari 3

AMANDEMEN UUD ‘45

https://agustinblog.wordpress.com/2012/06/04/amandemen-uud-45-2/

1. Pengertian Amandemen

Amandemen adalah perubahan konstitusi yang mana perubahannya tidak banyak, bersifat teknis
prosedural yang tidak mempengaruhi paradigma pemikiran Undang-Undang Dasar. Menurut
Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan UUD baik dalam renewal maupun
amandemen, yaitu[1] :

a) Sidang legislatif dengan ditambah syarat, misal dapat ditetapkan kuoroum untuk
membicarakan usul perubahan undang-undang dasar dan jumlah minimum anggota badan
legislatif atau menerimanya;

b) Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan undang-
undang;

c) Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga khusus
yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Sedang dalam UUD 1945 pasal 37 menjelaskan tentang tata cara perubahan yang secara garis
besar adalah perubahan UUD 1945 bisa dilakukan jika sedikitnya dihadiri 1/3 anggota MPR.
Sedang untuk keputusan diambil jika disetujui sedikitnya 2/3 anggota MPR.[2] Ketentuan
tersebut tentu memberi konsekwensi yang luas di MPR. Sebab, jika ada fraksi yang menguasai
lebih dari dua pertiga kursi MPR yang mengatakan tidak setuju, maka kesepakatan akan sulit
dicapai.

1. Alasan Amandemen

Pada awal ditetapkanya UUD 1945 sudah banyak terdapat penyelewengan kekuasan baik pada
masa Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto. Bahkan pada masa orde baru, hanya
merekalah (para pemimpin orba) yang boleh menafsirkan UUD 1945 hanya mereka sendiri,
sementara MPR hanya tinggal mengesahkannya saja. Contoh pada pasal 6 dan7 UUD 1945 yang
berubah menjadi presiden dan wakil presiden dipilih oleh majelis dengan suara mufakat, dan
calonnya harus tunggal. Hasilnya, Soeharto berhasil menjadi presiden selama kurang lebih 35
tahun. Berawal dari situlah perubahan UUD 1945 dimulai. Berbagai alasan dapat dikemukakan
dalam perubahan tersebut, diantaranya:

a) Secara filosofis, pertama karena UUD 1945 adalah moment opname dari berbagai kekuatan
politik dan ekonomi yang dominant pada saat dirumuskanya konstitusi ini. Setelah beberapa
tahun kemudian pasti terdapat berbagai perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Hal tersebut tentu belun terdapat didalam UUD 1945 karena pada saat itu perubahan belum
mampak. Kedua sesuai dengan kodrat manusia bahwa manusia tidak ada yang sempurna jadi,
semua yang dikerjakannya pasti ada kesalahan dan kekurangannya.

b) Aspek historis, karena awalnya pembuatan UUD 1945 bersifat sementara, sebagaimana
yang dinyatakan oleh ir.Soekarno, dalam rapat pertama tanggal 18 agustus 1945, yang
menyatakan. “… tuan-tuan semuanya tentu mengerti bahwa undang-undang dasar yang kita
buat sekarang ini adalah undang-undang dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataa
“ini adalah undang-undang daar kilat”, nanti kalau kita telah bernegara dalan suasana yang
lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali MPR yang dapat membuat undang-
undang dasar yang lebih lengkap dan sempurna …”. Dari ungkapan Soekarno tersebut dapat
disimpulkan bahwa UUD 1945 dibuat dengan tergesa-gesa karena untuk melengkapi kebutuhan
berdirinya Negara baru yaitu Indonesia.[3]

c) Secara subtansif, UUD 1945 banyak sekali mengandung kelemahan. Hal ini dapat
diketahui antara lain; pertama, kekuasaan eksekutif terlalu besar tanpa disertai checks and
balances, sehingga UUD 1945 biasa disebut executive heavy dimana presiden memjadi pusat
kekuasaan dengan berbagai hak prerogatif; kedua, rumusan ketentuan UUD 1945 sebagian besar
bersifat sederhana, umum, bahkan tidak jelas sehigga menimbulkan multitafsir; ketiga, UUD
1945 terlalu menekankan pada semangat atau iktikad baik orang yang menjadi penyelenggara
Negara. Ini dapat dilihat dari bunyi penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa “yang sangat
penting dalam pemerentahan dan dalam hal hidupnya Negara ialah semangat, semangat para
penyelenggara Negara …”;[4] keempat, UUD 1945 terlalu banyak memberi atribut kewenangan
kepada leslatif masalah-masalah penting dalam UU seperti tentang lembaga-lembaga Negara,
HAM, kekuasaan kehakiman, pemerintahan daerah, dan sebagainya.

d) Secara yudiris, para perumus UUD 1945 sudah menunjukkan kearifan bahwa apa yang
mereka lalukan ketika UUD 1945 tentu akan berbeda kondisinya di masa yang akan datang dan
mungkin suatu saat akan mengalami perubahan. Hal tersebut dapat ditinjau bahwa mereka
(perumus UUD 1945) membuat pasal tentang perubahan didalam UUD 1945, yaitu pasal 37.

1. Amandemen I, II, III, dan IX

a) Amandemen Pertama

Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada tanggal 19 Oktober 1999 dalam sidang
umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. perubahan itu meliputi pasal-pasal
5, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 20,dan 21. karena pasal-pasal ini yang berkaitan dengan kekuasaan
presiden yang sangat besar. Untuk itu, prioritas pertama adalah mengurai dan membatasi
kekuasaan presiden.

b) Amandemen Kedua

Perubahan kedua ini dilakukan pada tanggal 7-8 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945
antara lain diarahkan untuk memperteguh otonomi daerah, melengkapi pemberdayaan DPR,
menyempurnakan rumusan HAM, menyempurnakan pertahanan dan keamanan Negara, dan
melengkapi atibut Negara.
c) Amandemen Ketiga

Sidang tahunan MPR yang berlangsung 1-9 November 2001 telah menghasilkan perubahan
ketiga UUD 1945 terhadap 3 bab, 23 pasal, dan 64 ayat ketentuan undang-undang dasar.
Perubahan ketiga ini antara lain diarahkan untuk menyempurnakan pelaksaan kedaulatan rakyat,
menyesuaikan wewenang MPR, mengatur pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung, mengantur impeachment terhadap presiden dan/ atau wakil presiden membentuk
lembaga DPD, mengatur pemilihan umum, meneguhkan kedudukan dan Badan Pemeriksa
Keuangan, serta meneguhkan kekuasaan kehakiman dengan lembaga baru yaitu Mahkama
Konstitusi (MK) dan Komosi Yudisial (KY).

d) Amandemen Keempat

Sidang tahunan MPR 2002 yang berlangsung 1-11 Agustus 2002. Perubahan keempat UUD
1945 juga melengkapi kekurangan peraturan dalam pasal 8 ayat 1 dan 2 yang telah diputuskan
dalam perubahan ketiga (tahun 2001), dengan menembahkan ayat 3.[5]

1. Tujuan Amandemen

Menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan Negara, kedaulata rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi Negara demokrasi dan Negara hokum, seta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan
diantaranya tidak menhubah pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
kesatuan atau selanjutnya dikenal dengan NKRI, serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensiil.[6]

Anda mungkin juga menyukai