Setelah berakhirnya masa orde lama dan orde baru, bangsa Indonesia memasuki masa reformasi.
Masa reformasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan transparasi di segala bidang. Untuk
menyelaraskan perkembangan zaman yang semakin kompleks maka kostitusi-pun harus
diadakan perubahan. Akhirnya, UUD 1945 mengalami amandemen/perubahan pada beberapa
pasalnya. Hingga tanggal 10 Agustus 2002, UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :
Fungsi perubahan terhadap Undang-undang dasar 1945 adalah untuk perbaharuan, agar UUD
1945 bisa berkembang sesuai jaman, mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan
masyarakat. Sifat pokok perubahan konstitusi disuatu negara, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Ø Luwes (flexible), konstitusi member ruang bebas kemungkinan adanya perubahan terhadap
konstitusi sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Ø Kaku (rigid), mudah tidaknya kemungkinan adanya perubahan konstitusi untuk mengikuti
perkembangan zaman.
Akan tetapi di Indonesia yaitu di negara kita mengadopsi konstitusi yang bersifat Rigid.
Perubahan UUd 1945 diharapkan dapat menjadikan UUD 1945 semakin baik, agar
kelemahan yang terdapat dalam UUD 1945 dapat diperbaiki. Hal –hal dalam UUD 1945 yang
telah mengalami perubahan atau perbaikan diantaranya sebagai berikut :
Ø Pembatasan kekuasaan presiden
Ø Penegasan peran kekuasaan legislatif Indonesia
Ø Dicantumkan hak asasi manusia Indonesia
Ø Ditegaskan kembali hak dan kewajiban Negara maupun Warga Negara
Ø Pembaruan lembaga negara.
ANALISIS
a. Konstitusi Rigid
Konstitusi rigid Menurut Garner yaitu Konstitusi yang bersifat lunak yang menempatkan
sifat dasar hukum dan hukum biasa di dalam satu tingkat, pengertiannya keduanya konstitusi
dijadikan dalam satu arah, bahkan keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama. Konstitusi
rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum biasa. Kemungkinan konstitusi ini
tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur yang sama layaknya hukum – hukum yang lain.
Seperti yang dikatakan Garner yaitu menjelaskan: konstitusi rigid adalah mereka yang secara
sah berdiri diatasnya dan juga diatas hukum – hukum biasa, dan dimana bisa diperbaiki melalui
proses yang berbeda.
Dicey mendefenisikan konstitusi rigid merupakan satu hukum dimana pasti diatas, yang
biasanya dikenal sebagai konstitusional ( sifat dasar ) atau hukum fundamental yang tidak bisa
diubah seenaknya seperti hukum – hukum biasa. Nota yang bermamfaat dari konstitusi diatas
adalah perbedaan diantara keduanya tidak terlalu menyolok atau jelas, begitu juga dengan halnya
perbedaan diantara konstitusi yang tertulis dan tak tertulis. Ada yang mengatakan bahwa
konstitusi tak tertulis adalah flexible sedangkan rigid merupakan konstitusi yang tertulis.
Statement ini sebagian besar ada benarnya. Konstitusi tak tertulis adalah; tidak diragukan,
flexible, akan tetapi semua konstitusi tertulis tidak semuanya bersifat rigid. Jadi sungguh jelas
bahwa konstitusi tertulis tidak bisa menjadi rigid.
b. Konstitusi Flexibel
Garner menjelaskan bahwa konstitusi flexible tidak memilki wewenang yang sah
daripada hukum biasa, dimana memungkinkan perbaikan didalam jalur yang sama layaknya
hukum yang lainnya, apakah yang terwujud didalam satu dokument atau sebagian besar dari
konvensi, bisa disusun menurut golongan flexible, dapat dipindah- pindahkan atau konstitusi
elastic. Konstitusi flexible bisa diubah atau dikoreksi melalui prosedur legislatip Negara. Sebagai
contoh: inggris adalah Negara yang menganut atau memiliki konstitusi flexible ini.
Ø penyesuaian
Penyesuaian merupakan pokok utama kebaikan konstitusi flexible. Dimana ia dapat
diamandemenkan dengan beberapa jalan yang sama bahkan mudah, dan juga fasilitas hukum
biasa. Disini memungkinkan pengaturan terhadap konstitusi baru dan merubah kondisi
masyarakat. Konstitusi flexible bisa diputar – putar bila menghadapi hal darurat. Seperti yang
dikatakan Bryce; konstitusi ini bisa dipotong –potong bila menghadapi emergency, dimana
tampa merusak kerangka dasar, dan bila situasi emergency berlalu atau terkendalikan maka
konstitusi ini kembali lagi pada semula. Demikianlah konstitusi ini bila memperoleh guncangan
dimana tidak melahirkan luka- luka.
3 Norwegia
Salah satu alasan negara ini menganut
sistem konstitusi rigid yaitu negara
Norwegia adalah merupakan negara
monarki konstitusional yang
menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Parlemennya, Stortinget,
memiliki 169 anggota (sebelumnya
165, kemudian ditambah 4 orang pada
tanggal 12 September 2005) yang
dipilih untuk masa jabatan 4 tahun.
Parlemen ini terbagi dua dalam voting
legislasi, Odelsting dan Lagting.
Kecuali untuk beberapa hal, Storting
berfungsi sebagai parlemen
unikameral.
4 Amerika Serikat
Alasan Konstitusi Amerika merupakan
sebuah konstitusi pengganti dari
“Articles of Confederation and
Perpetual Union” atau “Pasal-pasal
tentang Konfederasi dan
Perserikatan”. Articles of
Confederation secara keseluruhan
diratifikasi oleh 13 negara bagian
pada awal tahun 1781 dimana
membatasi sistem kekuasaan
pemerintah pusat dengan urusan-
urusan negara bagian dalam bidang
penting seperti pertahanan,
anggaran belanja, dan
perdagangan. Dengan menjalankan
konstitusi tersebut selama enam
tahun, pemerintahan Amerika
tampaknya gagal karena self-
sufficient economy system dianggap
tidak dapat membantu dalam
membayar hutang – hutang. Presiden
pun tidak ada. Kondisi tersebut
menimbulkan kekacauan-
kekacauan, seperti Pemberontakan
Shays. Sehingga menurut George
Washington, Articles of
Confederation patut direvisi
kembali. Keinginan untuk kembali
mewujudkan impian memperkuat
negara-negara dengan sebuah
pemerintahan pusat, membuat
Kongres Kontinental pada Februari
1787 menginginkan adanya
pertemuan delegasi-delegasi negara
bagian untuk merevisi konstitusi
yang kurang memadai itu.
Pertemuan Konvensi Konstitusi di
Philadelphia itu memulai sidangnya
pada tanggal 25 Mei 1787.
Sebenarnya, tujuan awal hanya
untuk merevisi, tetapi karena
Articles of Confederation dianggap
sudah tidak dipercaya lagi, maka
ke-55 delegasi menyetujui untuk
membuat sebuah konstitusi baru
dengan pemusatan pemerintahan
nasional. Diputuskan tiga cabang
pemerintahan yang baru dan lebih
kuat, yaitu legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Masing-masing
mempunyai kekuasaannya sendiri
dan terpisah. Legislatif berperan
sebagai respon dari rakyat, yang
terdiri dari dua kamar ’bikameral’
yaitu House of Representatif dan
Senat. Eksekutif berperan
menegakkan hukum dan berkuasa
untuk menghadapi ancaman dari
luar, yaitu Presiden dan kabinetnya.
Yudikatif berperan mengawasi
pelaksanaan hukum yang bebas
dari segala tekanan, yaitu
Mahkamah Agung.
Konstitusi ini ditulis oleh tokoh-tokoh
besar seperti G. Washington, James
Madison, Alexander Hamilton,
dan Gouverneur Morris. Pada tanggal
17 September 1787, konstitusi ini
selesai dibuat setelah melalui
perdebatan-perdebatan yang panjang.
Terdiri dari tujuh pasal, dimana Pasal I
membahas tentang batas-batas
kekuasaan legislatif Amerika. Pasal II
membahas tentang batas-batas
kekuasaan Presiden Amerika. Pasal III
membahas batas-batas kekuasaan
Yudikatif. Pasal IV membahas Negara
Bagian. Pasal V membahas
Amandemen Konstitusi. Pasal VI
membahas tentang kekuasaan Kongres
lainnya. Pasal VII membahas tentang
Konvensi. Langkah selanjutnya,
negara-negara bagian meratifikasi
konstitusi baru tersebut. Dimulai oleh
Delaware pada Desember 1787
dengan keputusan bulat, diikuti oleh
delapan negara bagian lain, hingga
yang kesembilan, yaitu New
Hampshire, telah meratifikasi
konstitusi tersebut pada 21 Juni 1788.
Konstitusi tersebut telah resmi
menjadi dasar hukum tertinggi, sesuai
dengan pasal ke tujuh yaitu tiga
perempat dari negara-negara yang ada,
menyetujuinya. Konstitusi ini berlaku
untuk negara-negara yang
meratifikasinya saja. Kongres Pertama
untuk memulai pemerintahan baru
diadakan pada 4 Maret 1789 dan
George Washington dilantik
sebagai Presiden dua bulan kemudian.
Namun, butuh waktu dua tahun untuk
semua negara bagian menerimanya.
Hal ini disebabkan karena lebih
besarnya nasionalisme di negara
bagian daripada untuk Amerika.
Ketakutan lainnya. dan kekhawatiran
akan pemerintahan terpusat yang
sewenang-wenang juga merupakan
penghambat.
5 Swiss
Swiss adalah sebuah negara yang
berbentuk Republik Federal dan
menganut sistem pemerintahan
parlementer. Hingga saat ini negara
Swiss terkenal memiliki sistem
pemerintahan yang sangat bagus
karena dengan sistem pemerintahan
yang berjalan sekarang dianggap
mampu menyerap serta mencerminkan
keanekaragaman masyarakatnya.
Wilayah Swiss yang terdiri dari 26
kanton, seperti halnya negara bagian
di Amerika Serikat. Walaupun selama
ini terkenal sebagai negara yang
netral, tidak membela blok barat
maupun blok timur, Swiss tetap
menjalankan fungsinya sebagai negara
yang memiliki hubungan bilateral
serta hubungan multilateral dengan
negara - negara tetangganya, termasuk
Indonesia.