Anda di halaman 1dari 17

PERBANDINGAN PERUBAHAN KONSTITUSI

Konstitusi UUD 1945 Pasca Reformasi


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi[18].
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat[19], HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR[20]:
 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999(Perubahan Pertama UUD 1945)
 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000  (Perubahan Kedua UUD 1945)
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 (Perubahan Ketiga UUD 1945)
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 (Perubahan Keempat UUD 1945)

Setelah berakhirnya masa orde lama dan orde baru, bangsa Indonesia memasuki masa reformasi.
Masa reformasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan transparasi di segala bidang. Untuk
menyelaraskan perkembangan zaman yang semakin kompleks maka kostitusi-pun harus
diadakan perubahan. Akhirnya, UUD 1945 mengalami amandemen/perubahan pada beberapa
pasalnya. Hingga tanggal 10 Agustus 2002, UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :

1.      Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999


Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat
(1), pasal 7, pasal 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), pasal 15, pasal 17
ayat (2) dan (3), pasal 20 ayat (1), (2), (3) dan (4),  pasal 21 ayat (1).

2.      Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000


Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal 18
ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A
ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D
ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat (1)
s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.

3.      Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001


Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1
ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1)
s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1)
s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2), 24A
ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).

4.      Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002


Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-
pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d
(5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan
Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.
Dengan diberlakukannya amandemen UUD 1945 sebanyak 4 kali maka berdasarkan pasal 2
Aturan Tambahan, UUD bangsa Indonesia adalah naskah yang terdiri atas pembukaan dan pasal-
pasalnya. Akhirnya, sistematika UUD 1945 setelah diamandemen adalah sebagai berikut :
Ø  Pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea
Ø  Batang tubuhUUD 1945 terdiri atas 20 Bab, 37 pasal , 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan
Ø  Penjelasan UUD 1945

Fungsi perubahan terhadap Undang-undang dasar 1945 adalah untuk perbaharuan, agar UUD
1945 bisa berkembang sesuai jaman, mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan
masyarakat. Sifat pokok perubahan konstitusi disuatu negara, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Ø  Luwes (flexible), konstitusi member ruang bebas kemungkinan adanya perubahan terhadap
konstitusi sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Ø  Kaku (rigid), mudah tidaknya kemungkinan adanya perubahan konstitusi untuk mengikuti
perkembangan zaman.
Akan tetapi di Indonesia yaitu di negara kita mengadopsi konstitusi yang bersifat Rigid.

Fungsi perubahan konstitusi adalah :


Ø  Mengubah pasal-pasal dalam konstitusi yang tidak jelas dan tidak tegas salam memberikan
pengaturan. Akibatnya, banyak hal yang dengan mudah dapat ditafsirkan oleh siapa saja,
tergantung pada kepentingan orang-orang yang menafsirkannya.
Ø  Mengubah dan/atau menambah pengaturan-prngaturan di dalam konstitusi yang terlampau
singkat dan tidak lengkap serta terlalu banyak mendelegasikan pengaturan selanjutnya kepada
undang-undang dan ketetapan lainnya.
Ø  Memperbarui beberapa ketentuan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi politik dan
ketatanegaraan suatu negara.

Perubahan UUd 1945 diharapkan dapat menjadikan UUD 1945 semakin baik, agar
kelemahan yang terdapat dalam UUD 1945 dapat diperbaiki. Hal –hal dalam UUD 1945 yang
telah mengalami perubahan atau perbaikan diantaranya sebagai berikut :
Ø  Pembatasan kekuasaan presiden
Ø  Penegasan peran kekuasaan legislatif Indonesia
Ø  Dicantumkan hak asasi manusia Indonesia
Ø  Ditegaskan kembali hak dan kewajiban Negara maupun Warga Negara
Ø  Pembaruan lembaga negara.

1.      Perbandingan Konstitusi Antara Negara-Negara Yang Menganut Konstitusi Fleksibel


Dan Konstitusi Rigit (Dalam Bentuk Tabel)

ANALISIS
a.       Konstitusi Rigid
Konstitusi rigid Menurut Garner yaitu Konstitusi yang bersifat lunak yang menempatkan
sifat dasar hukum dan hukum biasa di dalam satu tingkat, pengertiannya keduanya konstitusi
dijadikan dalam satu arah, bahkan keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama. Konstitusi
rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum biasa. Kemungkinan konstitusi ini
tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur yang sama layaknya hukum – hukum yang lain.
Seperti yang dikatakan Garner yaitu menjelaskan: konstitusi rigid adalah mereka yang secara
sah berdiri diatasnya dan juga diatas hukum – hukum biasa, dan dimana bisa diperbaiki melalui
proses yang berbeda.
Dicey mendefenisikan konstitusi rigid merupakan satu hukum dimana pasti diatas, yang
biasanya dikenal sebagai konstitusional ( sifat dasar ) atau hukum fundamental yang tidak bisa
diubah seenaknya seperti hukum – hukum biasa. Nota yang bermamfaat dari konstitusi diatas
adalah perbedaan diantara keduanya tidak terlalu menyolok atau jelas, begitu juga dengan halnya
perbedaan diantara konstitusi yang tertulis dan tak tertulis. Ada yang mengatakan bahwa
konstitusi tak tertulis adalah flexible sedangkan rigid merupakan konstitusi yang tertulis.
Statement ini sebagian besar ada benarnya. Konstitusi tak tertulis adalah; tidak diragukan,
flexible, akan tetapi semua konstitusi tertulis tidak semuanya bersifat rigid. Jadi sungguh jelas
bahwa konstitusi tertulis tidak bisa menjadi rigid.

b.      Konstitusi Flexibel
Garner menjelaskan bahwa konstitusi flexible tidak memilki wewenang yang sah
daripada hukum biasa, dimana memungkinkan perbaikan didalam jalur yang sama layaknya
hukum yang lainnya, apakah yang terwujud didalam satu dokument atau sebagian besar dari
konvensi, bisa disusun menurut golongan flexible, dapat dipindah- pindahkan atau konstitusi
elastic. Konstitusi flexible bisa diubah atau dikoreksi melalui prosedur legislatip Negara. Sebagai
contoh: inggris adalah Negara yang menganut atau memiliki konstitusi flexible ini.

c.       Kebaikan dan Kekurangan Konstitusi Rigid dan Flexibel

1.     Kebaikan Konstitusi Rigid


Ø  Stabil.
Manfaat yang baik dalam konstitusi rigid adalah stabil. Para politikus tidak bisa
memanipulasikan konstitusi sesuai dengan kehendak personal atau kepentingan partai. Sesuai
dengan prosedur amendment yang sulit, maka amendment ini bisa diubah pada masa yang
memungkinkan. Putusan partai tidak bisa mengantikannya layaknya hukum biasa. Amendment
konstitusi rigid biasanya mewajibkan operasi gabungan dari berbagai partai politik. Maka oleh
karena itu, persetujuan atau konsensus yang secara umum dituntut didalamnya, dan mewakili
bentuk asli pendirian opini rakyat. Alasan inilah yang memberi hak kehormatan pada rakyat.

Ø  Terjaminnya keadilan warganegara.


Negara yang menganut konstitusi rigid, mendapat jaminan keadilan warganegara. Jika
pokok keadilan telah terwujud didalam konstitusi, maka tidak ada yang bisa dikurangi atau
dicabut menurut selera atau tingkah para kelompok. Konstitusi rigid bertindak sebagai wali
keadilan baik individual maupun minoritas. Justice Jackson Amerika serikat mengatakan,
tujuan programa keadilan yakni untuk menarik beberapa subjek dari pergantian kontraversi
politik, untuk menempatkan mereka melebihi jangkauan minoritas, official dan mendirikan
prinsip yang legal untuk diterapkan oleh pengadilan.

Ø  Terjaminnya Kebebasan Pengadilan.


Kebaikan yang baik dari konstitusi rigid adalah menyediakan jaminan kebebasan kepada
pengadilan. Bila komposisi, kekuatan dan prosedur pengadilan telah diterapkan dalam konstitusi,
maka mereka tidak mudah dirubah dengan ambisi para politikus dan pengadilan bisa diharapkan
berfungsi secara bebas dan adil.

2.     Kekurangan Konstitusi Rigid


Ø  kurang Elastisitas.
Konstitusi rigid tidak mudah dalam menyesuaikan diri. Konstitusi rigid tidak bisa
berdampingan dengan perubahan yang sangat cepat, baik dari segi ekonomi, politik dan kondisi
sosial. Bisa saja konstitusi akan hancur dengan berubahnya kondisi atau masa emergency.
Bahaya yang dialami oleh Negara federal lebih baik daripada Negara dalam kesatuan gabungan,
dimana diteliti dari sebab pandangan komplikasi kekuatan. Konstitusi rigid bisa juga
menghalangi perkembangan Negara.

Ø  kemungkinan Besar Menyebabkan pergolakan.


Konstitusi ini membuka peluang besar terjadinya pergolakan politik. Jika konstitusi
terlalu rigid dan dalam perubahannya membutuhkan seksi luas dari rakyat, maka memungkinkan
rakyat jengkel hingga menuntut metode extra konstitusional. Disini pula akan lahir element
ekstrim yang mana maju dengan langkah revolusi. Lord Macaulay menyatakan bahwa sebab
yang penting dari revolusi merupakan fakta yang menggerakkan massa maju, sedangkan
konstitusi mengalami perhentian.

Ø  Tidak semestinya untuk pengadilan.


Cacat lainnya dari konstitusi ini terletak dibawah pengadilan, dimana memiliki kekuatan
besar untuk menetapkan perihal berlakunya hukum konstitusi. Konstitusi ini mencerminkan
kerangka ruh masa lampau. Pengadilan juga terkesan kolot atau konservatif. Disini melahirkan
percobaan dalam menafsirkan konstitusi yang dilahirkan dari ruh semula. Pengadilan tidak
mengambil pertimbangan terhadap ruh baru, aspirasi dan ide – ide yang baru atau lebih segar
yang lahir dari rakyat. Sedikit banyaknya ini memberikan kekuatan tertinggi untuk pengadilan
yang ditempati oleh legislature, dimana secara realita menunjukkan sentiment dan ide- ide
rakyat.

b.      Kebaikan dan Kekurangan Konstitusi Flexibel


1.       Sisi Kebaikan konstitusi flexible

Ø  penyesuaian
Penyesuaian merupakan pokok utama kebaikan konstitusi flexible. Dimana ia dapat
diamandemenkan dengan beberapa jalan yang sama bahkan mudah, dan juga fasilitas hukum
biasa. Disini memungkinkan pengaturan terhadap konstitusi baru dan merubah kondisi
masyarakat. Konstitusi flexible bisa diputar – putar bila menghadapi hal darurat. Seperti yang
dikatakan Bryce; konstitusi ini bisa dipotong –potong bila menghadapi emergency, dimana
tampa merusak kerangka dasar, dan bila situasi emergency berlalu atau terkendalikan maka
konstitusi ini kembali lagi pada semula. Demikianlah konstitusi ini bila memperoleh guncangan
dimana tidak melahirkan luka- luka.

Ø  Cermin Aspirasi Rakyat


Konstitusi flexible tepatnya bisa mencerminkan pemikiran dan aspirasi rakyat daripada
konstitusi yang rigid. Perubahan kehidupan bangsa didalam Negara berjalan abadi. Dimana
aspirasi dan ide –ide rakyat berubah cepat atau berkembang terus menerus. Dimana konstitusi ini
flexible maka memudahkan untuk menampung aspirasi baru, tampa melalui proses yang rumet
dalam mengamandemenkannya. Konstitusi ini juga menunjukan sejarah perkembangan
bangsa.  Judge Cooley mengatakan; dari semua konstitusi yang exist untuk pemerintahan rakyat,
dimana yang paling excellent yakni dengan nyata dan jelas, laksana hasil alamiah dari
kedewasaan, mungkin juga fakta – fakta masa yang mengungkapkan berlakunya perasaan
mengenai pemerintahan.

Ø  Tak perlu membuat revolusi


Bangsa yang memiliki konstitusi flexible menghindarkan terjadinya pergelokan. Saat
konstitusi dengan mudah diubah sesuai dengan tuntutan rakyat, karena revolusi atau pergelokan
lahir dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah.

2.      Kekurangan konstitusi flexible


Ø  Tidak stabil
Konstitusi flexible memiliki sifat cacat yang tidak stabil, mungkin saja menguraikan
perubahan yang terus menerus akan abadi. Sejak konstitusi bisa diubah kapan saja seperti hukum
biasa, secara mutlak sangatlah berbahaya. Dimana lazimnya legislature tidak selalu reflek
mewakili mayoritas opini rakyat. Jadi satu badan akan mewakili minoritas yang mungkin
memainkan konstitusi yang sesuai menurut diri sendiri.Appadorai

Ø  Keadilan warganegara tidak terjamin


Negara yang menganut konstitusi flexible tidak memiliki guarantee atau jaminan
terhadap keadilan warganegara. Begitu juga dengan inti prinsip keadilan yang diwujudkan dalam
konstitusi, dimana bisa dengan mudah untuk di ubah atau dicabut oleh legislature.  Sedangkan
partai – partai bisa bermain atau membawa malapetaka dari sisi kebebasan rakyat. Sering sekali
kita memcontohkan Inggris dimana warganegara enjoy dengan hak keadilan yang luas,
dikarenakan fakta bahwa konstitusi Negaranya flexible dan parlement yang berkuasa. Akan
tetapi setiap Negara tidak memiliki kestabilan tradisi politik seperti layaknya inggris.

Ø  Berbahanya hak kebebasan pengadilan


Secara universal diakui bahwa kebebasan pengadilan merupakan kondisi yang perlu
untuk menuju demokrasi. Dan pengadilan berfungsi secara bebas dalam komposisinya, kekuatan
dan prosedur dalam menetapkan keputusan, dan bukan subjek tingkah para legislature. Negara
yang memiliki konstitusi flexible memungkinkan pengadilan untuk dijadikan mainan para
politikus. Apa bila legislature memiliki kekuatan untuk mengubah komposisi dan kekuatan
pengadilan yang sesuai keinginannya, maka kebebasan warganegara tidak akan pernah terwujud.

Ø  Tidak cocok untuk Negara federal


Konstitusi flexible sama sekali tidak sesuai untuk Negara federal. Sistem kekuatan
pemerintahan federal bercabang antara pemerintahan federal dan kesatuan gabungan. Sistem ini
akan stabil dan berfungsi secara sukses, jika kekuatan divisi ini memelihara akan kepuasan
semua partai yang gelisah. Ini sangat memungkinkan bila konstitusi tersebut rigid dan tidak bisa
dimanipulasikan oleh para politikus untuk melampiaskan nafsu mereka. Jadi Negara federal
dengan menganut konstitusi flexible didalam realitanya tidak dapat dibayang.
Berikut Adalah Perbandingan Antara Negara Yang Berkonstitusinya Flexibel
Dan Konstitusi Rigid.

No Negara Yang Konstitusi Rigid Negara Yang Konstitusi Fleksibel


1 Indonesia Inggris
Indonesia menganut konstitusi rigid Hal ini dikarebnakan Negara Inggris tidak
dikarenakan negara kita indonesia mempunyai konstitusi tertulis, oleh sebab
mengganggap bahwa UUD 1945 itu itu, dianggap memudahkan pemerintah
adalah hal yang sangat sakral. Hal ini untuk menyesuaikan tindakan-tindakan dan
disebabkan karena para konseptor lembaga-lembaganya menyesuaikan dengan
negara kita dulu tidakl ingin bentuk tuntutan zaman tanpa mengalami kesulitan
negara kita akan berubah di suatu hari, dalam prosedurnya. Apabila terdapat
jadi para pendiri negara kita membuat perbedaan pokok-pokok mengenai
isi UUD 1945 dengan bentuk pemerintah, kedua belah pihak secara retorik
subtansinya sangat sulit untuk dapat kembali pada prinsip-prinsip
dilakukan perubahan. konstitusional dan perbedaan biasanya
Menurut sifatnya UUD 1945 termasuk diselesaikan oleh kekuatan politik terkuat.
konstitusi yang Rigid (kaku) karena
UUD 1945 hanya dapat diubah dengan Bila soal persengketaan langsung berakhir,
cara tertentu secara khusus dan semua pihak yang bersengketa akan
istimewa tidak seperti mengubah menerima resolusi terhadap tindakan-
peraturan perundangan biasa. Hal ini tindakan pemerintah yang dipersengketakan
dijelaskan dalam BAB XVI pada masa lalu itu sebagai bagian dari
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG praktik kelembagaan pada masa sekarangini
DASAR pasal 37 ayat 1” Untuk (yurisprudensi). Kekuasaan pemerintah
mengubah UUD sekurang-kurangnya Inggris tergantung pada raja (bukan secara
2/3 dari pada jumlah anggota MPR pribadi), makudnya raja berperan sebagai
harus hadir” dan pasal 2 “Putusan symbol kolektif bagi lembaga-lembaga
Diambil dengan persetujuan sekurang- pemerintah dalam system Inggris. Negara
kurangnya 2/3 dari pada jumlah Inggris merupakan salah satu Negara yang
anggota yang hadir”. menerapkan konstitusinya berdasarkan
konsep-konsep liberalisme.
2 Prancis New Zeland (Slandia Baru)
Negara prancis juga tidak terlalu jauh Pada 26 September tahun 1907,
perbedaan dari negara indonesia hal Kepulauan Selandia Baru meraih
ini dikarenakan para pendiri negara kemerdekaannya. Sejak tahun 1769,
mereka juga mengkonsepkan Selandia Baru dijajah oleh Inggris. Pada
konstitusi mereka agar sulit untuk abad 19, seiring dengan derasnya arus
diubah, hal ini beralasan agar imigrasi orang-orang Inggris ke kawasan itu,
ketahanan harga diri dan bentuk situasi penjajahan makin terasa menekan
negara tidak mudah di obok-obok. warga setempat. Atas dasar itu, orang-orang
Selain dari alasan diatas hal ini juga Maori yang merupakan pendudukan asli di
dikarenakan Sistem Yudikatif Perancis sana, Menjelang tahu 1840 inggris telah
terdiri dari dua cabang, dimana pada memutuskan untuk mendudukin selandia
masing-masing cabang terdapat baru dan pada tahun itu pula kepala suku
semacam hierarki mahkamah agung. maori, menandatangani perjanjian dengan
Cabang yang pertama (pengadilan pemerintah Inggris.
Administratif) mengurusi masalah Akan tetapi, setelah itu pemerintah
yang berkaitan dengan peraturan Inggris melakukan sejumlah pelanggran atas
pemerintah atau sengketa antar perjanjian itu. Akibatnya, terjadilah dua kali
lembaga-lembaga publik. Cabang pertempuran berdarah di antara kedua pihak,
yang kedua (pengadilan umum) yaitu pada tahun 1845 hingga 1848 dan
mengurusi kasus-kasus sipil dan tahun 1860 hingga 1870. Dalam kedua
kriminalitas warga Perancis. Dalam perang itu, suku Maori ditumpas. Pada tahun
pengadilan umum atau pengadilan 1907, Selandia dijadikan sebuah kawasan
yudisial terdapat dua jenis pengadilan. independen dengan bentuk pemerintahan
Yaitu pengadilan sipil dan pengadilan gubernur jenderal. Negara Selandia Baru
kasus kriminalitas. Pengadilan sipil terdiri dari dua pulau utama dan sejumlah
bertugas untuk menangani kasus antar kepulauan kecil. Negera ini terletak di
perseorangan atau perseorangan Samudera Pasifik selatan.
dengan korporasi. Sedangkan Bentuk Pemerintahan Selandia Baru
pengadilan kriminal menangani kasus (New Zeeland) merupakan negara monarki
pelanggaran ringan dan atau kasus konstitusional dengan demokrasi
pembunuhan. parlementer.  Ratu Elizabeth
II adalah kepala negara yang diberi
gelar Queen of New Zealand yang
diwakilkan secara khusus oleh Gubernur
Jenderal. Pengangkatan seorang gubernur
jenderal dilakukan atas saran khusus
dari perdana menteri.
Peran gubernur jenderal adalah sebagai
pengganti kekuasaan kepala negara, yaitu
untuk mengangkat dan memberhentikan
seorang menteri serta mengkepalai
dewan eksekutif yang terdiri atas para
menteri. Fungsi konstitusional yang dimiliki
oleh seorang gubernur jenderal adalah untuk
menyatukan seluruh partai-partai besar yang
ada untuk membentuk sebuah pemerintahan.
Berdasarkan perjanjian
konstitusional, gubernur jenderal bertindak
atas saran dari para menteri yang
mempunyai dukungan besar di parlemen.
Bentuk konstitusi New Zealand hampir
sama dengan Inggris, hal ini dikarnakan
New Zealand merupakan negara bekas
koloni Inggris dan  Negara ini tidak
mempunyai konstitusi tertulis, oleh sebab
itu, dianggap memudahkan pemerintah
untuk menyesuaikan tindakan-tindakan dan
lembaga-lembaganya menyesuaikan dengan
tuntutan zaman tanpa mengalami kesulitan
dalam prosedurnya

3 Norwegia
Salah satu alasan negara ini menganut
sistem konstitusi rigid yaitu negara
Norwegia adalah merupakan negara
monarki konstitusional yang
menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Parlemennya, Stortinget,
memiliki 169 anggota (sebelumnya
165, kemudian ditambah 4 orang pada
tanggal 12 September 2005) yang
dipilih untuk masa jabatan 4 tahun.
Parlemen ini terbagi dua dalam voting
legislasi, Odelsting dan Lagting.
Kecuali untuk beberapa hal, Storting
berfungsi sebagai parlemen
unikameral.

4 Amerika Serikat
Alasan Konstitusi Amerika merupakan
sebuah konstitusi pengganti dari
“Articles of Confederation and
Perpetual Union” atau “Pasal-pasal
tentang Konfederasi dan
Perserikatan”. Articles of
Confederation secara keseluruhan
diratifikasi oleh 13 negara bagian
pada awal tahun 1781 dimana
membatasi sistem kekuasaan
pemerintah pusat dengan urusan-
urusan negara bagian dalam bidang
penting seperti pertahanan,
anggaran belanja, dan
perdagangan. Dengan menjalankan
konstitusi tersebut selama enam
tahun, pemerintahan Amerika
tampaknya gagal karena self-
sufficient economy system dianggap
tidak dapat membantu  dalam
membayar hutang – hutang. Presiden
pun tidak ada. Kondisi tersebut
menimbulkan kekacauan-
kekacauan, seperti Pemberontakan
Shays. Sehingga menurut George
Washington, Articles of
Confederation patut direvisi
kembali. Keinginan untuk kembali
mewujudkan impian memperkuat
negara-negara dengan sebuah
pemerintahan pusat, membuat
Kongres Kontinental pada Februari
1787 menginginkan adanya
pertemuan delegasi-delegasi negara
bagian untuk merevisi konstitusi
yang kurang memadai itu.
Pertemuan Konvensi Konstitusi di
Philadelphia itu memulai sidangnya
pada tanggal 25 Mei 1787.
Sebenarnya, tujuan awal hanya
untuk merevisi, tetapi karena
Articles of Confederation dianggap
sudah tidak dipercaya lagi, maka
ke-55 delegasi menyetujui untuk
membuat sebuah konstitusi baru
dengan pemusatan pemerintahan
nasional. Diputuskan tiga cabang
pemerintahan yang baru dan lebih
kuat, yaitu legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Masing-masing
mempunyai kekuasaannya sendiri
dan terpisah. Legislatif berperan
sebagai respon dari rakyat, yang
terdiri dari dua kamar ’bikameral’
yaitu House of Representatif dan
Senat. Eksekutif berperan
menegakkan hukum dan berkuasa
untuk menghadapi ancaman dari
luar, yaitu Presiden dan kabinetnya.
Yudikatif berperan mengawasi
pelaksanaan hukum yang bebas
dari segala tekanan, yaitu
Mahkamah Agung.
Konstitusi ini ditulis oleh tokoh-tokoh
besar seperti G. Washington, James
Madison, Alexander Hamilton,
dan Gouverneur Morris. Pada tanggal
17 September 1787, konstitusi ini
selesai dibuat setelah melalui
perdebatan-perdebatan yang panjang.
Terdiri dari tujuh pasal, dimana Pasal I
membahas tentang batas-batas
kekuasaan legislatif Amerika. Pasal II
membahas tentang batas-batas
kekuasaan Presiden Amerika. Pasal III
membahas batas-batas kekuasaan
Yudikatif. Pasal IV membahas Negara
Bagian. Pasal V membahas
Amandemen Konstitusi. Pasal VI
membahas tentang kekuasaan Kongres
lainnya. Pasal VII membahas tentang
Konvensi. Langkah selanjutnya,
negara-negara bagian meratifikasi
konstitusi baru tersebut. Dimulai oleh
Delaware pada Desember 1787
dengan keputusan bulat, diikuti oleh
delapan negara bagian lain, hingga
yang kesembilan, yaitu New
Hampshire, telah meratifikasi
konstitusi tersebut pada 21 Juni 1788.
Konstitusi tersebut telah resmi
menjadi dasar hukum tertinggi, sesuai
dengan pasal ke tujuh yaitu tiga
perempat dari negara-negara yang ada,
menyetujuinya. Konstitusi ini berlaku
untuk negara-negara yang
meratifikasinya saja. Kongres Pertama
untuk memulai pemerintahan baru
diadakan pada 4 Maret 1789  dan
George Washington dilantik
sebagai Presiden dua bulan kemudian.
Namun, butuh waktu dua tahun untuk
semua negara bagian menerimanya.
Hal ini disebabkan karena lebih
besarnya nasionalisme di negara
bagian daripada untuk Amerika.
Ketakutan lainnya. dan kekhawatiran
akan pemerintahan terpusat yang
sewenang-wenang juga merupakan
penghambat.

5 Swiss
Swiss adalah sebuah negara yang
berbentuk Republik Federal dan
menganut sistem pemerintahan
parlementer. Hingga saat ini negara
Swiss terkenal memiliki sistem
pemerintahan yang sangat bagus
karena dengan sistem pemerintahan
yang berjalan sekarang dianggap
mampu menyerap serta mencerminkan
keanekaragaman masyarakatnya.
Wilayah Swiss yang terdiri dari 26
kanton, seperti halnya negara bagian
di Amerika Serikat. Walaupun selama
ini terkenal sebagai negara yang
netral, tidak membela blok barat
maupun blok timur, Swiss tetap
menjalankan fungsinya sebagai negara
yang memiliki hubungan bilateral
serta hubungan multilateral dengan
negara - negara tetangganya, termasuk
Indonesia.

Karena berbentuk Republik Federal,


sistem pemilihan umum yang berlaku
di Swiss adalah sistem pemilihan
umum yang bersifat langsung. Dimana
penduduk memilih anggota parlemen
secara langsung dengan diwakili
majelis federal yang dianggap telah
menyerap semua aspirasi penduduk.
Ini berlainan dengan konsep dasar
sebuah sistem pemerintahan yang
berbentuk parlemen dimana dalam
pemerintahan parlemen tidak dikenal
hubungan langsung antara rakyat dan
pemerintah. Di negara Swiss,
parlemen memegang kekuasaan
tertinggi dimana sebagai pusat
kekuasaan pemerintahan, parlemen
selalu mengusahakan agar tercapai
dinamika hubungan politik yang
seimbang antara badan legislatif dan
badan eksekutif. Hubungan yang baik
antara badan legislatif dan badan
eksekutif bisa emnciptakan sebuah
supremasi parlementer.

Dalam sistem pemerintahan Swiss,


kabinet dibentuk sebagai suatu
kesatuan dengan tanggung jawab
kolektif di bawah perdana menteri.
Kabinet juga memiliki hak
konstitusional untuk membubarkan
parlemen sebelum masa kerjanya
selesai. Selain itu, setiap anggota
kabinet merupakan anggota parlemen
yang terpilih.  Di Swiss juga terdapat
pemisahan yang tegas antara batas
kepala negara dan kepala
pemerintahan. Disini, badan eksekutif
dan badan legislatif saling bergantung.
Kabinet yang merupakan bagian dari
badan eksekutif diharapkan mampu
mencerminkan kekuatan -kekuatan
politik dalam badan legislatif yang
emndukungnya. Keberlangsungan
kabinet juga bergantung pada
dukungan badan legislatif sebagai asas
tanggung jawab menteri kabinet.

Sebagai negara yang menganut sistem


pemerintahan berbentuk parlementer,
di negara Swiss terdapat sekelompok
eksekutif yang berperan menjalankan
pemerintahan dan bertanggung jawab
baik secara perseorangan maupun
bersama-sama. kelompok eksekutif ini
dipimpin oleh perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan. Di negara Swiss,
kepala negara hanya lah sebagai
simbol pemersatu bangsa karena
sebenarnya yang menjalankan
pemerintahan adalah perdana menteri
bersama kabinetnya.   
Konstitusi Federal Swiss diadopsi
pada tahun 1848 adalah dasar hukum
negara federal modern, keempat tertua
di dunia (setelah San Marino (1600),
Amerika Serikat (1791) dan Norwegia
(1815)). Sebuah konstitusi baru
diadopsi tahun 1999, tapi tidak
memperkenalkan perubahan penting
pada struktur federal. Ini menguraikan
hak-hak dasar dan politik individu dan
partisipasi warga dalam urusan publik,
membagi kekuasaan antara
Konfederasi dan kanton dan
mendefinisikan yurisdiksi federal dan
otoritas. Ada tiga badan pemerintahan
utama di tingkat federal: parlemen
bikameral (legislatif), Dewan Federal
(eksekutif) dan Pengadilan Federal
(peradilan).
Parlemen Swiss terdiri dari dua
rumah: Dewan Negara yang memiliki
46 perwakilan (dua dari setiap distrik
dan satu dari setiap canton-setengah)
yang dipilih di bawah sistem
ditentukan oleh setiap distrik, dan
Dewan Nasional, yang terdiri dari 200
anggota yang terpilih di bawah sistem
perwakilan proporsional, tergantung
pada populasi masing-masing kanton.
Anggota kedua rumah melayani
selama 4 tahun. Ketika kedua rumah
tersebut dalam sesi bersama, mereka
dikenal secara kolektif sebagai Majelis
Federal. Melalui referendum, warga
bisa menantang hukum yang disahkan
oleh parlemen dan melalui inisiatif,
memperkenalkan amandemen
terhadap konstitusi federal, sehingga
membuat Swiss demokrasi langsung.
Dewan Federal merupakan
pemerintah federal, mengarahkan
pemerintahan federal dan menjabat
sebagai Kepala Negara kolektif. Ini
adalah badan kolegial dari tujuh
anggota, dipilih untuk mandat empat
tahun oleh Majelis Federal yang juga
melakukan pengawasan terhadap
Dewan. Presiden Konfederasi dipilih
oleh Majelis dari antara tujuh anggota,
yang secara tradisional di rotasi dan
untuk jangka waktu satu tahun,
Presiden kursi pemerintah dan
menjalankan fungsi representatif.
Namun, presiden adalah primus inter
pares tanpa kekuatan tambahan, dan
tetap menjadi kepala departemen
dalam administrasi.
Pemerintah Swiss telah menjadi
koalisi dari empat partai politik besar
sejak tahun 1959, masing-masing
pihak memiliki jumlah kursi yang
kasar mencerminkan pangsa pemilih
dan perwakilan di parlemen federal.
Distribusi klasik 2 / CVP PDC, 2 SPS
PSS /, 2 FDP / PRD dan 1 SVP / UDC
seperti berdiri 1959-2003 dikenal
sebagai "formula ajaib". Pada 2007
Dewan Federal pemilihan tujuh kursi
di Dewan Federal dibagikan sebagai
berikut:

         2 Sosial Demokrat (SPS / PSS),


Liberal Demokrat (FDP / PRD),
2 Partai Rakyat Swiss (SVP / UDC),
1 Kristen Demokrat (CVP / PDC).
Fungsi Mahkamah Agung Federal
untuk mendengar banding terhadap
keputusan pengadilan kewilayahan
atau federal. Para hakim dipilih oleh
Majelis Federal untuk masa enam
tahun.
Demokrasi Langsung
Warga Swiss akan dikenakan tiga
yurisdiksi hukum: komune, kanton
dan tingkat federal. 1848 konstitusi
federal mendefinisikan sebuah sistem
demokrasi langsung (demokrasi
langsung kadang-kadang disebut
setengah-langsung atau perwakilan
karena dibantu oleh lembaga yang
lebih umum dari sebuah demokrasi
parlementer). Instrumen demokrasi
langsung Swiss di tingkat federal,
yang dikenal sebagai hak sipil
(Volksrechte, droits civiques),
termasuk hak untuk mengajukan
inisiatif konstitusional dan
referendum, yang keduanya dapat
membatalkan keputusan parlemen
dengan menelepon sebuah referendum
federal sekelompok warga negara
mungkin tantangan hukum yang telah
disahkan oleh DPR, jika mereka dapat
mengumpulkan 50.000 tanda tangan
melawan hukum dalam waktu 100
hari. Jika demikian, suara nasional
dijadwalkan di mana para pemilih
memutuskan dengan mayoritas
sederhana apakah menerima atau
menolak hukum. Delapan kanton
bersama-sama juga dapat menelepon
referendum pada hukum federal.
Demikian pula, inisiatif
konstitusional federal memungkinkan
warga untuk meletakkan amandemen
konstitusi ke suara nasional, jika
mereka bisa mendapatkan 100.000
pemilih untuk menandatangani
perubahan yang diusulkan dalam
waktu 18 bulan. Parlemen dapat
melengkapi perubahan yang diusulkan
dengan proposal-counter, dengan
pemilih harus menunjukkan preferensi
pada surat suara dalam hal kedua
proposal diterima. amandemen
Konstitusi, apakah diperkenalkan oleh
inisiatif atau dalam Parlemen, harus
diterima oleh mayoritas ganda dari
kedua suara populer nasional dan
mayoritas suara populer kewilayahan.
Walaupun secara sepintas kontitusi
swiss memberikan kebebasan kepada
rakyat nya untuk menerima atau
menolak, namun konstitusi ini masih
bertahan sukup lama sampai sekaran
tanpa perubahan, hal ini dikarnakan
syarat tersebut cukup sulit dipenuhi
serta dilaksanakan baik dikarnakan
waktu serta tingkat intektualitas yang
cukup tinggi dari masyarkatnya.

[1] . Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 juni 1945, Jakarta, Bandung Salman ITB,


1981, Hal. 167
[2] . Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi,Bogor Selatan, Gahalia Indonesia 2004.
Hal. 107
2. Soehino, Hukum Tata Negara, Hubungan Funsional Antara Lembaga-lembaga
Negara,  Yogyakarta, Liberty, Cet 1, 1984. Hal. 6
[4]. Joniarto, Sejarah Ketatanegraan RI,  Opcit. Hal. 6
[5].  Sek. DPR Gotong Royong,  Seperempat Abad DPR RI, Jakarta, Sek. DPR-GR, 1983,
Hal. 68
[6] . Soehino, Hukum Tata Negara, Yogyakarta : Liberty, Cet. 1, 1984. Hal. 6
[7] . Ismail Sunny, Mencari Keadilan,  Jakarta, Cet. 1, 1982. Hal. 449-453
[8] . Adnan Buyung,  Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Jakarta, Grafito, Cet. 1.
1995. Hal. 75
[9] . Endang Saifuddin Ansari, Piagam Jakarta 22 juni 1945, Bandung, Pustaka Salaman ITB ,
1981. Hal.  19
[10].  Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta, Pusat Studi
Hukum FH-UI, cet. V, 1983, Hal. 93
[11] .  Lembaran Negara republik Indonesia Serikat, Tahun 1950 Nomor 56
[12] . Muhammad Hatta, Memoir Muhammad Haat,  Jakarta, Tintamas, 1982, Hal. 98
[13].  M. Jamin, Pembahasan Unndang-Undang Dasar, Jakarta, 1992. Hal. 134
[14].  Ismail Sunny, Mencari Keadilan,  Jakarta, Ghalia Indonesia, cet, 1982. Hal. 73
[15].  Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi,Bogor Selatan, Gahalia Indonesia
2004. Hal. 130
[16] . Yusri Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, Jakarta,
Pramadina, 1999. Hal.67
[17]. Umar Basalim, Pro-Kontra Piagam Jakarta di Era Reformasi,  Jakarta, Pustaka Indonesia
Satu,2002. Hal. 75.
[18] . Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negar, Bandung:
Mandar Maju, 1995. hlm 5
[19]. Khoirul Anam, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk perguruan
tinggi, Yogyakarta: Inti Media, 2011. hlm. 136.
[20]. F. Strong, konstitusi-konstitusi politik Modern studi perbandingan tentang sejarah dan bentuk
,  cetakan III,  Bandung: Nusa Media, 2010. hlm.192

Anda mungkin juga menyukai