Sesudah pengalaman Allah itu banyak orang yang merasa didorong untuk
------------------------------------------------------------------------------------------------------------- mengenal dan mencintai Tuhan secara lebih mendalam serta bersatu dengan Dia. Ia
Dipanggil Menjadi Kudus ingin menjadi semakin serupa dengan Kristus. Dengan kata lain ia ingin menjadi kudus.
Romo Yohanes Indrakusuma, CSE Sesungguhnya panggilan untuk menjadi kudus adalah panggilan bagi setiap orang
kristen, seperti nyata dari Kitab Suci sendiri serta ajaran Gereja Katolik. Seluruh Kitab
Suci menggema dengan panggilan kepada kekudusan atau kesempurnaan ini, sejak
Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, karena memang itulah rencana Tuhan bagi
kita. Ketika Tuhan menampakkan diri di gunung Sinai kepada Musa, Ia menyatakan
rencanaNya terhadap bangsa Israel, yaitu supaya mereka menjadi kudus bagi Dia:
"Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (Kel 19:6; lihat 1
Ptr 2:9). Kemudian dalam Kitab Imamat berkali-kali Tuhan menegaskan tuntutan-Nya
supaya bangsa Israel menjadi umat yang kudus: "... haruslah kamu kudus, sebab Aku
ini kudus..." (Im. 11:44). Dalam Perjanjian Baru seluruh pengajaran Tuhan Yesus
mengarah kepada kekudusan hidup ini dan kesempurnaan dalam cintakasih. "Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna"
(Mat 5:48). St. Petrus pun mengajak umat supaya menjadi kudus, karena Allah adalah
kudus: "Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama
seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu" (1 Ptr 1:15). Bila Israel lama
"Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang dituntut untuk menjadi kudus, lebih-lebih lagi Israel baru yang telah ditebus dengan
kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku ini darah Kristus sendiri, sebab mereka itu adalah " bangsa yang terpilih, imamat yang
kudus” (1 Petrus 1:16) rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri..." (1 Ptr 2:9). Himbauan
yang sama dapat kita jumpai dalam surat-surat Santo Paulus yang berkali-kali
I. Pengalaman Allah, sumber pembaharuan dan kekudusan menekankan bahwa kita harus menjadi kudus, supaya kita mempersembahkan tubuh
kita sebagai persembahan yang kudus kepada Allah (lih. Rm 12:1), supaya kita menjadi
Satu faktor yang sangat penting dan bahkan menentukan dalam kerinduan orang kudus dan tak bercacat dihadapan Allah (Ef 1:4) dan kita menjadi bait-Nya yang kudus
untuk mengejar kekudusan ialah pengalaman Allah yang diterima orang pada suatu saat (Ef 2:21). Kemudian dalam Lumen Gentium nomor 40 dikatakan sebagai berikut:
dalam hidupnya, biasanya pada suatu saat yang tidak disangka-sangka. Dewasa ini,
karena situasi zaman, banyak orang dapat menerima pengalaman itu lewat apa yang Para pengikut Kristus yang dipanggil oleh Allah bukan karena jasa mereka, ...
disebut pencurahan Roh Kudus atau Pembaptisan dalam Roh Kudus yang diberikan Tuhan mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan karenanya sungguh- sungguh
secara melimpah dalam Gereja di seluruh dunia. Lewat pencurahan Roh Kudus ini orang dikuduskan. Karena itu mereka harus mengejar kesempurnaan dan
dibawa ke suatu kesadaran baru, bahwa Allah itu sungguh hidup, mengasihi kita dan menyempurnakan dalam hidup mereka pengudusan yang telah mereka terima
dapat kita alami kasihnya, walaupun tetap dalam iman, namun suatu pengalaman yang dari Allah ....”
nyata dan transformatif, yang mengubah hidup seseorang secara mendalam. Pengalaman
itu dapat diterima dan dialami baik oleh kaum awam pada umumnya, maupun para Paus Yohanes Paulus II bahkan menghimbau, agar panggilan kepada
biarawan-biarawati dan imam, bahkan juga uskup, yang terbuka untuknya. Pengalaman kekudusan itu dimasukkan sebagai dasar perencanaan pastoral. “Kenyataannya
Allah lewat Pencurahan Roh Kudus itu bukan satu-satunya cara, karena Allah tidak terikat menaruh perencanaan pastoral di bawah kategori kekudusan ialah pilihan penuh
oleh suatu sarana, tetapi memang merupakan suatu rahmat istimewa yang diberikan Roh dengan konsekuensi-konsekuensi .... Kiranya bertentanganlah dengan panggilan ini
Kudus untuk zaman ini.
Di masa lampau cita-cita ini sangat hidup di antara para Karmelit, karena ada
tokoh-tokoh terkenal dalam Ordo yang memperkembangkan cita-cita ini, antara lain