Anda di halaman 1dari 22

POLITIK DAN STRATEGI

NASKAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Semester Gasal 2015/2016
Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bpk.Muchtar
Kelompok 3
Oleh
1. Ariska Endah Pratiwi

(140151600399)

2. Laila Riyanasari

(140151600971)

3. Mohammad Ilham Saputro (140151600107)


4. Wahyu Dwi Jayanti(140151600428)
5. Wulan Mertti Zandria

(140151600892)

Offering PGSD A4

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Oktober 2015

I. SISTEM KONSTITUSI
A. Substansi Konstiusi
Konstitusi merupakan istilah dari bahasa Perancis
(constituer) yang berarti membentuk. Pemakaian istilah
konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan suatu negara. Sedangkan istilah
undang-undang dasar merupakan terjemahan istilah dari belanda
Groundwet. Kata wet diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
sebagai undang-undang dasar, dan ground berarti tanah atau
dasar.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah
preposisi yang berarti besama-sama dengan ..., sedangkan
stratuere mempunyai arti berdiri. Atas dasar itu, kata stratuere
mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau
medirikan/menetapkan. Dengan demikian, konstitusi adalah
mendirikan sesuatu secara bersama-sama. (Syahrial, 2006:73)
Banyak orang yang menganggap bahwa konstitusi dan
undang-undang dasar memiliki arti yang sama. L. J. Van
Apeldoorn membedakan arti Konstitusi adalah memuat aturan
tertulis dan peraturan tidak tertulis, sedangkan Undang-undang
Dasar adalah bagian tertulis dari konstitusi.
Muatan atau isi yang terkandung di dalam konstitusi
seharusnya singkat dan jelas untuk menghindari berbagai
kesulitan bagi pembentuk Undang-Undang Dasar dalam memilih
mana yang penting dan mana yang harus dicantumkan dalam
konstitusi dan mana yang tidak perlu. Menurut J. G. SteenBeek
dalam Syahrial Starbani dkk (2006:75) pada hakikatnya
konstitusi berisi tiga hal pokok, yaitu:
1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan
warga negaranya
2) Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental

3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan


yang juga bersifat fundamental.
Sedangkan menurut Miriam Budiardjo dalam Syahrial
Starbani dkk (2006:75) setiap undang undang dasar memuat
ketentuan mengenai:
1) Organisasi negara
2) Hak-hak asasi manusia
3) Prosedur mengubah undang-undang dasar
4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari undang-undang dasar.
B. Tahap-tahap amandemen Undang-undang Dasar 1945
Waktu amandemen UUD 1945 dari amandemen ke 1- ke 4:
1) Perubahan pertama, Disahkan 19 Oktober 1999
2) Perubahan kedua, disahkan 18 Agustus 2000
3) Perubahan ketiga, disahkan 10 November 2001
4) Perubahan keempat, doisahkan 10 Agustus 2002
Undang-undang dasar merupakan peraturan tertulis yang
mengatur jalannya semua kegiatan ketatanegaraan. Sehingga
perubahan UUD 1945 tidak semata-mata ditentukan oleh
kekuatan hukum mengatur tata cara perubahan, tetapi lebih
ditentukan oleh berbagai kekuatan politik dan sosial yang sedang
bergulir di era reformasi. Amandemen terhadap UUD 1945
dimaksudkan untuk penyempurnaan UUD 1945 tanpa bermaksud
untuk menggani UUD 1945 yang lama. Munculnya ide tentang
amandemen UUD 1945 yaitu saat berlangsungnya masa orde
lama dan orde baru dimana terdapat sentralisasi kekuasaan pada
presiden. Sehingga apabila mengikuti prosedur hukum, maka
harus terlebih dahulu dilakukan referendum (suatu prose
pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan
terutama keputusan politik yang mempengaruhi suatu Negara
secara keseluruhan) dan barulah MPR melakukan perubahan
sesuai pasal 37 UUD 1945 setelah rakyat menyetujui 90% suara.

Menurut Syahrial (2006:77) secara umum sistem yang


dianut oleh negara dalam mengamandemen UUD-nya dapat
dibedakan menjadi dua sistem, yaitu:
1) Sistem eropa kontinental, yaitu amandemen dengan
membuat UUD yang baru secara keeluruhan. Penganut
adalah Belanda, Jerman, Perancis.
2) Sistem Amerika, yaitu apabila konstitusi berubah maka
yang asli tetap berlaku, yang mana perubahan itu sebagai
lampiran dari konstitusi.
Dalam mengamandemen UUD 1945, terdapat pasal yang
berkenaan dengan cara perubahan UUD, yaitu pasal 37 UUD
yang mengandung 3 norma, yaitu:
1) Wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR;
2) Mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR hadir;
3) Putusan perubahan disetujui 2/3 dari jumlah yang hadir.
C. Sistem Konstitusional dalam Kehidupan berbangsa dan
Bernegara
Sebelum membahas perilaku konstitusional dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih dahulu memahami
konstitusional itu sendiri. Konstitusional merupakan konstitusi
Negara yang digunakan sebagai acuan atau pedoman
pelaksanaan roda pemerintahan suatu Negara tersebut.
Sehingga, di dalam sistem konstitusional pemerintahan
dikendalikan oleh ketentuana-ketentuan konstitusi dan ketentuan
hukum lainnya yang merupakan produk dari konstitusi seperti
Ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. Maka
pemerintah tidak dapat bertindak sewenang-wenang dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Seperti yang diungkapakan
Kaelan dan Achmad Zubaidi (2012:89) pemerintah berdasarkan
atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang tidak berbatas). Dengan demikian, sistem

konstitusional ini diharapkan hak-hak warga Negara akan lebih


terlindungi dari kekuasaan perintah yang sewenang-wenang.
Sistem konstitusional ini memperkuat dan menegaskan sistem
Negara hukum (Rechsstaat) yaitu Negara beserta pemerintah
dan lembaga-lembaga lainnya dalam menyelenggarakan
tugasnya harus berdasarkan peraturan hukum dan bertanggung
jawab secara hukum. Sehingga konsttutsi dalam Negara yang
menjunjung tinggi demokrasi (kekuasan di tangan rakyat)
memiliki arti yang penting.
Menurut Syahrial (2006:83-84) berikut ini prinsip-prinsip
yang harus dimiliki konstitusi yang demokratis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara:
1) Menempatkan warga Negara sebagai sumber utama
kedaulatan
2) Mayoritas berkuasa dan adanya jaminan pemegang hak
minoritas
3) Pembatasan pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
Negara yang meliputi:
a) Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias
politika
b) kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga
pemerintahan
Dari pemisahan wewenang seperti yag dijelaskandiatas
diharapkan setiap lembaga dapat saling mengkoreksi
lembaga-lembaga yang lain sehingga tercipta check
and balance.
c) Proses hukum
d) Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme perlaihan
kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokratis diatas merupakan
refleksi dari nilai-nilai hak asasi manusia yaitu hak-hak dasar, hak

kebebasan mengeluarkan pendapat, hak-hak individu, hak


keadilan, hak persamaan, hak keterbukaan dan lain-lainnya.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kedudukan konstitusi
dalam suatu Negara sangatlah penting. Karena konstitusi atau
Undang-Undang digunakan sebagai panduan penyelenggaraan
perintah dan juga pembataas dari kekuasaan Negara. Menurut
A.A.H Strucyken dalam buku Syahrial (2006:84) konstitusi
sebagai dokumen formal berisi sebagai berikut:
1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau
2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa
3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik untuk waktu sekarang maupun di masa depan
4) Suatu keinginan, dengan nama perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa yang hendak dipimpin.
Pada negara modern konstitusi digunakan sebagai hukum
dasar atau konstitusi atau undang-undang dianggap sebagai
keputusan politik tertinggi (Kaelan 2012:84). Sehingga konstitusi
memiliki kedudukan yang sama dengan supremasi dalam suatu
Negara. Supremasi konstitusi yaitu konstitusi mempunyai
kedudukan tertinggi dalam tertib hukum di Indonesia. Sehingga
menurut Syahrial (2006:85) konstitusi di dalam Negara dapat
dibedakan dalam dua aspek yaitu:
1) Aspek hukum
Konstitusi dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat
tertinggi dari aturan hukum yang ada karena beberapa
pertimbangan:
a) Konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat Undang-Undang
atau Lembaga Negara
b) Kostitusi dibentuk atas nama rakyat, dari rakyat dan
kekuatan berlakunya dijamin oleh rakyat dan
dilaksanakan untuk kepentingan rakyat.

c) Konstitusi dibuat oleh badan yang diakui keabsahannya


d) Daya ikatnya bukan saja kepada rakyat tetapi juga
kepada penguasa dan pembuat konstitusi itu sendiri.
2) Aspek moral
Konstitusi dibuat berdasarkan lanndasan etika moral dan
nilai-nilai yang bersifat universal. Moral dan nilai-nilai
universal setiap waktu dapat mengontrol konstitusi agar
konstitusi dapat menyesuaikannya. Contohnya konstitusi
yang melegalisir sistem apartheid (pemisahan ras) di Afrika
Selatan dimana pemisahan warga kulit putih dan warga
kulit hitam. Dengan sendirinya hal tersebut bertentangan
dengan moral dan akan mendapat kritik dan sorotan dari
masyarakat secara umum.
D. Dinamika pelaksanaan UUD 1945
Periodesasi pelaksanaan UUD 1945 di Indonesia sejak
kemerdekaan hingga sekarang:
1) 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945
2) 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS
1949
3) 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 berlaku UUD Sementara 1950
4) 5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999 berlaku kembali UUD 1945
5) 19 Oktober 1999- sekarang berlaku UUD 1945
Berikut ini merupakan pelaksanaan UUD 1945 dalam
dinamika ketata negaraan Republik Indonesia menurut Syahrial
(2006:86), yaitu :
1) Masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 29
Desember 1949)
Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945,
maka mulai saat itu berlaku tata hukum baru yang
bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
tidak berlaku tata hukum lama (zaman kolonial). Pada
masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan

sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga


negara yang masih belum tertata dengan baik. Faktor
lainnya adalah UUD 1945 masih sangat sederhana karena
dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 49
hari oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal
18 Agustus. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara,
sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena
harus melalui pemilu. Waktu itu masih diberlakukan pasal
aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, Sebelum
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut
Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam
kurun waktu 1945 1949, yaitu : Pertama, berubahnya
fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat dari pembantu
Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif
dan ikut menentukan Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal
ini berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16
Oktober 1945. Kedua, berdasarkan usul Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dikeluarkan juga
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahan negara dari sistem
Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer,
disinilah letak penyimpangan konstitusional yang prinsipil
karena maklumat tersebut melanggar pasal 17 UUD 1945.
Kemudian pada Tanggal 3 November 1945 atas usul BPKNIP, pemerintah mengeluarkan juga suatu maklumat yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden tentang pembentukan
partai partai politik. Hal ini bertujuan agar berbagai aliran
yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan kepada

perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan


persatuan dan kesatuan.
2) Masa orde lama (5 Juli 1959 11 Maret 1966)
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam
bahaya, karena itu presiden mengeluarkan dekrit presiden
yang isinya:
a) Menetapkan pembubaran konstituante.
b) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan terhitung mulai dari
dikeluarkannya dekrit ini, UUDS 1950 tidak diberlakukan
lagi.
c) Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR,
perwakilan daerah- daerah dan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai
berkuasa kekuasaan orde lama yang secara ideologis
banyak dipengaruhi oleh faham komunisme.
Penyimpanagan ideologis tersebut berakibat pada
penyimpangan konstitusional seperti Indonesia diarahkan
menjadi demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang
jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD
1945. Selain itu terdapat pula penyimpangan
penyimpangan lain, antara lain:
a) MPR dengan ketetapan No. I/MPRS/960 telah mengambil
putusan menetapkan pidato Presiden tanggal 17
agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali
Revolusi Kita yang lebih dikenal dengan Manifesto
Politik Republik Indonesia (Manipol) sebagai GBHN
bersifat tetap, yang jelas bertentangan dengan
ketentuan UUD 1945.

b) MPRS telah mengambil putusan mengangkat Ir.


Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
c) Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955
dan membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR).
d) Pimpinan Lembaga-lembaga negara dijadikan menterimenteri negara sedangkan Presiden sendiri menjadi
anggota DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.
Penyimpangan ini bukan saja mengakibatkan tidak
berjalannya sistem yang diterapkan UUD 1945, namun
juga memburuknya keadaan politik dan keamanan serta
kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya adalah
adanya pemberontakan G30S PKI.
3) Masa orde baru (11 Maret 1966 22 Mei 1998)
Pemberontakan G30S PKI dapat digagalkan oleh rakyat
Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan dipelopori
oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia
menyampaikan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi:
a) Bubarkan PKI;
b) Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI;
c) Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga
presiden tidak mampu lagi mengembalikannya. Maka
keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yang diberikan
kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil
langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan negara.
Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia
dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru. Selama 32 tahun
Pemerintahan Orde Baru, hasilnya justru lebih parah
daripada Orde Lama. Kenyataan ini menurut Muchsan
(1999:3-7) atas dasar indikator sebagai berikut:

a) Dengan adanya fusi antarpartai sehingga hanya dua


partai politik dan satu Golkar membrangus sistem
demokrasi.
b) Adanya single majority
c) Secara material Presiden memiliki kekuasaan yang tidak
terbatas meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif
d) Semua lembaga pengawasan terhadap pemerintah
dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak berdaya.
e) MPR yang merupakan corong Presiden menyatakan
tidak akan mengubah UUD
f) Secara material jabatan Presiden tidak terbatas
g) Lembaga-lembaga Tinggi Negara yang lain melakukan
yes men
4) Masa reformasi (22 Mei 1998 Sekarang)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden
Soeharto sampai tahun 1998 membuat pemerintahan
Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi
seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar normanorma dan pasal-pasal UUD 1945. Hal itu menyebabkan
munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori
oleh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa
sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi
disegala bidang Negara.
Gerakan reformasi tersebut dapat menurunkan presiden
Soeharto dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh
Prof. B.J Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Sebagai usaha
untuk mengembalikan Negara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan UUD 1945, MPR mengeluarkan seperangkat
ketetapan, yaitu:

1. Pencabutan ketetapan MPR tentang Referendum


(Tap.No.VIII/MPR/1998)
2. Pembatasan masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
(Tap.No.XIII/MPR/1998)
3. Pernyataan Hak Asasi Manusia (Tap.No.XVII/MPR/1998)
4. Pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4
dan penetapan tentang penegasan pancasila sebagai
dasar negara (Tap.No.XVIII/MPR/1998)
5. Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober
1999
6. Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus
2000
7. Sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan
(Tap.No.III/MPR/2000)
8. Perubahan ketiga pada tanggal 1-10 November 2001
9. Perubahan keempat (terakhir) UUD 1945 1-11 Agustus
2002
II. SISTEM POLITIK DAN KENEGARAAN INDONESIA
A. Pengetahuan politik dan sistem politik
Secara etimologis politik diartikan sebagai urusan kesatuan masyarakat
yang berdiri sendiri. Pengertian ini diambil dari kata bahasa Yunani Politeia
dengan kata dasar polis dan teia. Polis artinya kesatuan masyarakat yang berdiri
sendiri dan teia yang berarti urusan (Syahrial,2006:97-98). Politik juga dapat
diartikan sebagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah
penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap dapat menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang dikehendaki. Kebijakan
tersebut menyangkut pengaturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang
ada.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
negara, kekuasaan, pengambil keputusan, kebijakan, dan alokasi sumber daya
(Syahrial,2006:98).

1) Negara
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Negara merupakan organisasi
paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat, karena dengan adanya
negara maka rakyat punya ruang untuk mewujudkan tujuan bersamanya serta
mendapatkan perlindungan karena negara bersifat legal.
2) Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar mengkuti keinginannya. Kekuasaan ini perlu
ada, karena dengan adanya kekuasaan akan ada pengarah untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.
3) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Oleh karena itu
keputusan yang dibuat tidak boleh menguntungkan satu pihak, namun harus
dapat dinikmati oleh semua pihak. Jadi, sebelum pengambilan keputusan
perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan
itu dibuat. Pengambil keputusan perlu diperhatikan karena akan berhubungan
dengan siapa saja yang akan terkena dampak dari keputusan tersebut, karena
semakin tinggi jabatan seseorang maka keputusannya akan berlaku untuk
kalangan yang lebih luas dan sebaliknya. Sedangkan penerima keputusan
tersebut juga harus diperhatikan karena akan mempengaruhi keputusan yang
diambil oleh pembuat keputusan.
4) Kebijaksaan umum
Kebijakan umum merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai
tujuan itu. Hal ini perlu ada karena setiap orang memiliki tujuan-tujuan yang
berbeda, maka diperlukan suatu kumpulan keputusan yang dapat dijadikan
pengikat tujuan-tujuan masyarakat yang banyak tersebut menjadi tujuan
umum untuk dicapai bersama.
5) Alokasi sumber daya
Alokasi sumber daya dapat dikatakan sebagai distribusi. Yang dimaksud
dengan distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam
masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting dan harus
dibagi secara adil.
Sedangkan sistem politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip,
keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pengertian

ini diambil dari pengertian sistem yaitu perangkat atau unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk totalitas dan politik yang berarti tujuan
yang ingin dicapai. Unsur yang teratur dan saling berkaitan itu dijabarkan sebagai
rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara serta alat.
B. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan
sebagai seni seorang panglima dalam peperangan. Karl von
Clauseweitz (1780-1831) dalam (Syahrial, 2006:98) berpendapat
bahwa strategi adalah penggunaan pertempuran untuk
memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik. Artinya karena ingin mencapai
tujuannya negara mengambil langkah untuk bertempur agar
tujuan tersebut itu bisa tercapai.
Namun, pada jaman modern seperti ini strategi tidak
diartikan lagi sebagai pertempuran untuk memenangkan
peperangan. Strategi saat ini memiliki arti yang lebih luas,
strategi tidak lagi hanya mencakup tentang peperangan namun
juga termasuk ilmu ekonomi ataupun olahraga. Secara umum
strategi merupakan cara yang dilakukan untuk mendapatkan
kemenangan atau pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan ini tidak lepas dari peran rakyat di dalamnya.
Oleh karena itu, masyarakat perlu untuk berpartisi di dalamnya.
Dalam era reformasi saaat ini masyarakat memiliki peran
yang sangat besar dalam mengontrol jalannya politik dan
strategi nasional yang ditetapkan oleh MPR maupun yang
dilaksanakan oleh presiden.
C. Pengertian Politik Dan Strategi Nasional (Polstranas)
Politik Nasional adalah asas, haluan, usaha serta
kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian) serta
penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Strategi Nasional adalah cara melaksanakan politik nasional

dalam mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang ditetapkan


oleh politik nasional.
Dasar pemikiran dari polstranas ini adalah ideologi
Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional. Dasar pemikiran ini penting artinya karena didalamnya
terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan konsep strategis
bangsa Indonesia (I Anna Tul Munikha, 2014).
Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun
berdasarkan sistem kenegaraaan menurut UUD 1945. Sistem kenegaraan menurut
UUD 1945 ini terdiri dari suprastruktur politik yang terdiri dari lembaga MPR,
DPR, Presiden, DPA, BPK, MA serta infrastruktur politik yan terdiri dari pranata
politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi
kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan
kelompok penekan (pressure group).
Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan
memiliki kekuatan yang seimbang . Mekanisme penyusunan politik dan strategi
nasional di tingkat suprastruktur politik diatur oleh presiden. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non
departemen berdasarkan petunjuk presiden. Jadi yang dilaksanakan oleh presiden
sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan .
D. Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi adalah tingkatan-tingkatan untuk membedakan
kelas-kelas yang ada di dalam lapisan masyarakat berdasarkan
kriteria tertentu. Sedangkan politik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang berhubungan dengan
kekuasaan dan kebijakan dalam sistem suatu negara. Jadi,
stratifikasi politik nasional adalah pembagian kekuasaan dan
kebijakan suatu negara ke dalam kelas-kelas berdasarkan
kriterianya masing-masing.
Stratifikasi politik nasional dalam Negara Republik
Indonesia dibagi menjadi 4 tingkat, diantaranya yaitu:
1) Tingkat Penentu Kebijakan Puncak

Kebijakan pada tingkat puncak dilakukan oleh MPR. Tingkat


kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara
nasional dan mencakup penentuan undang-undang dasar dan
menitikberatkan pada masalah makro politik bangsa dan negara untuk
merumuskan tujuan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
2) Tingkat Penentu Kebijakan Umum
Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat
kebijakan puncak yang lingkupnya meliputi keseluruhan nasional dan
menitikberatkan pada masalah makro strategis untuk mencapai tujuan
nasional dalam situasi dan kondisi tertentu. Penentu kebijakan umum ini
dilakukan oleh presiden.
3) Tingkat Penentu Kebijakan Khusus
Tingkat penentu kebijakan khusus merupakan tingkat kebijakan
yang menitikberatkan pada suatu bidang utama dalam pemerintahan.
Kebijakan tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan umum dengan
tujuan untuk merumuskan strategi, administrasi, sistem serta prosedur di
dalam bidang tersebut. Wewenang penentu kebijakan khusus ini berada di
tangan menteri.
4) Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu ruang dari bidang
utama dalam bentuk prosedur serta teknik yang berguna untuk
mengimplementasikan rencana, program, dan kegiatan. Kebijakan teknis
ini dilakukan oleh kepala daerah, propinsi dan kabupaten/kota
(Syahrial,2006: 101).
E. Ketatanegaraan Indonesia
Berdasarkan perubahan UUD 1945 tidak mengenal
lembaga tertinggi dan tinggi negara, melainkan lembaga
kekuasan negara yang terdiri dari:
1) Lembaga legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
2) Lembaga eksekutif, yaitu Presiden dan wakil Presiden

3) Lembaga yudikatif yang memegang kekuasaan kehakiman,


terdiri dari Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi
(MK) dan Komisi Yudisial (KY).
4) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Susunan Lembaga Negara RI Sebelum Amandemen UUD 1945
MPR
5)
UUD 1945

DPR

Presiden

BPK

DPA

MA

Susunan Lembaga Negara RI Sesudah Amandemen UUD 1945


6)
UUD 1945

BPK

MPR
MK MA KY
DPD DPR
Presiden dan Wakil Presiden

Majelis Permusyaratan Rakyat


Berdasarkan perubahan susunan lembaga negara RI
sesudah amandemen, MPR merupakan lembaga negara yang
beranggotakan DPR dan DPD. Masa jabatan MPR adalah 5 tahun
hal ini sesuai dengan UUD 1945 Pasal 2 ayat (2) yang
menyebutkan Majelis Permusyawaratan rakyat bersidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara dan Pasal 2
ayat (2) yang menyebutkan bahwa pemilihan DPR dan DPD
seluruhnya dipilih melalui pemilu.
Fungsi, tugas dan wewenang MPR sesuai di dalam UUD
1945
1)
2)
3)

Pasal 3 adalah sebagai berikut:


Mengubah dan menetapkan UUD (ayat 1).
Melantik presiden dan wakil presiden (ayat 2).
Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa
jabatannya sesuai UUD (ayat 3)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Dewan Perwakilan rakyat (DPR) merupakan salah satu
lembaga perwakilan rakyat. Semua aspirasi rakyat akan
ditampung oleh DPR lalu akan disampaikan kepada peerintahan
pusat. Dalam UUD 1945 Pasal 19 ayat 1,2, dan 3 menyatakan
bahwa anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum. Susunan
Dewan Perwakilan rakyat diatur di dalam undang-undang dan
bersidang sedikitnya satu kali dalam satu tahun. Secara umum,
tugas dan wewenang DPR ialah:
1) Bersama-sama dengan Presiden membentuk undangundang.
2) Bersama-sama dengan Presiden menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undangundang, APBN, dan kebijaksanaan pemerintah.
4) Membahas untukmeratifikasi dan untuk memberikn
persetujuan atas pernyataan perang, pembuatan
perdamaian dan prjanjian dengan negara lain yan
dilakukan oleh Presiden.
5) Membahas hasil pemeriksaan keuangan negara yang
duberitahukan oleh BPK.
6) Melakukan hal-hal yang ditugaskan oleh Ketettapan MPR
kepada DPR.
Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga negara yang
diatur di dalam Pasal 22C dan 22D UUD 1945 dengan
ketentuannya sebagai berikut:
1) Keanggotaannya dipili melalui pemilihan umum
2) Persidangan sedikitnya sekali dalam satu tahun
3) Kewenangannnya mengajukan kepada DPR rancangan
undang-undang berkaitan dengan otonomi daerah
4) Kepengawasan DPD melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah.
Presiden dan Wakil Presiden

Menurut Pasal 4 UUD 1945 Presiden Indonesia memegang


kekuasaan pemerintah menurut undang-undang dasar, yang
artinya Presiden adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam
negara. Di dalam menjalankan kewajibannya Presiden dibantu
oleh wakil Presiden. Masa jabatan bagi Presiden dan wakil
Presiden ialah selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali hana satu kali masa jabawatan. Pemberhentian
Presiden diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi.
Kekuasaan Presiden sebagai kepaa negara sesuai pasal 10
sampai dengan pasal 15 UUD 1945 adalah:
1) Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan angkatan Udara (pasal 10)
2) Hak menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
(pasal 11)
3) Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12)
4) Mengangkat duta dan konsul dan menerima duta lain
(pasal 13)
5) Memberi grasi dan rehabilitasi. Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
Sedangkan amnesti dan abolisi memperhatikan
pertimbangan DPR.
6) Memberi gelaran, diatur dengan Undang-undang.
Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan lembaga pemegang
kekuasaan kehakiman yang merdeka, dikatakan merdeka karena
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Mahkamah Agung
merupakan lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Pada Pasal
24 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya serta oleh sebuah Mahkamah Kostitusi.
Lingkungan kekuasaan kehakiman berdasarkan masingmasing undang-undangnya adalah:
1) Peradilan umum (UU No.2/1986)
2) Peradilan agama (UU No.7/1989)
3) Peradilan militer (UU No.5/1950)

4) Peradilan tata usaha Negara (UU No.5/1986)


Mahkamah Kontitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan
ketentuan Pasal 24C ayat 1 dan 2 yaitu:
1) Kewenangan menguji undang-undang terhadap UUD,
memutuskan sengketa kelembagaan negara, memutuskan
pembubaran partai politik dan perselisihan hasil pemilu.
2) Kewajibannya memberika putusan ats pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran Presiden menurut undangundang dasar
3) Keanggoaannya, Sembilan anggota hakim yang ditetapkan
oleh Presiden yang diajukan masing-masing tiga orang oleh
MA, tiga orang oleh DPR dan tiga orang dari Presiden.
Ketua dan wakilnya dipilih oleh anggota.
Komisi Yudisial
Kewenangan Komisi Yudisial:
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menjaga
kehormatan hakim.
2) Keanggotaa aiangkat dan diperhentikan Presiden atas
persetjuan DPR.
Badan Pemriksa Keuangan
BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri untuk
memeriksa pengelolaaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara dan hasil pemeriksaan tersebut diserahkan kepada DPR,
DPD, dan DPRD. Perkembangan aturan mengenai BPK dalam
Undang Undang Dasar yaitu menyangkut perubahan bentuk
organisasiya secara struktural dan perluasan jangkauan tugas
pemeriksaan secara fungsional, karena saat ini pemeriksaan BPK
juga terhadap pelaksanaan APBN di daerah-daerah dan hasilnya
harus diserahkan kepada DPD dan DPRD. Selain dalam kerangka
pemeriksaan APBN, hubungan BPK dengan DPR dan DPD adalah
dalam hal proses pemilihan anggota BPK. Anggota BPK dipilih
DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Adapun wewenang BPK adalah sebagai berikut:
1) Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan
keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta

menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD


dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
2) Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi.
3) Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas
internal department yng bersangkutan ke dalam BPK.

DAFTAR RUJUKAN
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma
Munikha, I Anna Tul. 2014. Politik dan Strategi, (online),
(http://annatul.blogspot.co.id/2014/04/politik-dan-strateginasional_29.html), diakses 2 Oktober 2015.
Starbaini, Syahrial dkk. 2006. Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaran. Jakarta:
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai