Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan sistematik yang disusun secara lengkap
denganpengertian dapat dipahami dan dilakukan oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran
ganda. Sebagai illustrasi dapat kita contohkan profesi seorang guru. Rancang pembelajaran yang
disusunnya dapat terlaksana dengan baik untuk mendukung kompetensi siswa. Hal yang berkaitan
dengan suatu perencanaan terdapat dalam firman Allah, Al Quran Surat Al Hasyar (59) ayat 18
yaitu :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap individu
memperhatikan rencana apa yuang akan diperbuatnya hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang akan kamu kerjakan.

Pengimplementasian program pembelajaran yang sudah dituangkan dalam silabus, maka guru perlu
menyusun RPP. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar sesuai dengan aturan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang menyatakan bahwa proses
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.

Namun kenyataannya, penyiapan RPP sering dianggap cenderung bersifat formalitas yang
umumnya hanya berisi langkah-langkah yang kurang operasional dan langkah tersebut cenderung
bersifat kegiatan rutin. Belum tampak adanya spesifikasi langkah-langkah pembelajaran sesuai
karakter mata pelajaran dan perkembangan peserta didik.

RPP tersebut seharusnya disusun selengkap mungkin dan sistematis, sehingga mudah dipahami
dan dilaksanakan. Misalnya, saat guru yang bersangkutan tidak hadir, guru lain dari mata pelajaran
serumpun dapat menggantikan langsung dengan panduan RPP yang dirancang oleh guru
bersangkutan, tanpa harus merasa kebingungan guru lain yang hendak melaksanakannya.

Pada hakekatnya, penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir yang spesifik untuk menyusun suatu RPP,
karena rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan
lingkungan belajar siswa (sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa itu inovasi dan difusi ?

2. Apa yang dimaksud dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?

3. Apa prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?


4. Bagaimana komponen dan sistematik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Inovasi dan difusi

2. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

4. komponen dan sistematik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

D. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Sebagai pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya untuk tenaga
pendidik kedepannya

2. Membantu mahasiswa memahami model pembelajaran dalam merancang Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model pembelajaran


program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana Universitas Negeri Padang.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. INOVASI DAN DIFUSI


1. Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata innovate yang artinya memperkenalkan sesuatu yang baru, sedangkan
innovative berarti sifat memperbaharui. Kemudian dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan
penulisan menjadi inovatif, yang berarti bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru. Drucker
(1985) mendefenisikan bahsa inovasi adalah penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Rogers (1995) menyatakan bahwa inovasi adalah an idea, practice, or object perceived as new by
the individual., artinya suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh
individu. Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin
suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi
sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau
benda tersebut.

Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain
yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu
hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang
sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Jadi inovasi dapat dikatakan sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil
inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang) yang digunakan untuk mencapai
tujuan

2. Pengertian Difusi
Difusi adalah penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari suatu pihak
ke pihak lainnya ( KBBI: 2005 ). Menurut Rogers (1995) menyatakan Diffusion as the process by
which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a
social system, artinya difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial

Difusi, menurut W.R. Spence (1982) adalah the means whereby an innovation spreads, artinya
cara cara penyebaran hasil inovasi. Tujuan mendasar dari difusi ini menurut Rogers (1995) The
essence of the diffusion process is the information exchange by which one individual
communicates a new idea to one or several others, artinya esensi dari proses difusi adalah
pertukaran informasi dari individu yang mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada pihak-pihak
lain

Jadi difusi dapat dikatakan sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.
Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Istilah difusi tidak terlepas dari kata
inovasi, karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem
sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau
sub sistem

3. Ciri ciri Inovasi

1. Memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide,
program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan

2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik
sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan.

3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu
inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-gesa, namun keg-inovasi
dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu

4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah
yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Teori Difusi dan Inovasi
Menurut Everett M. Rogers dalam Purwanto (2000: 11), teori difusi dapat dibedakan menjadi 4 teori
yaitu :
a. Teori Proses Keputusan Invasi
Teori proses kepurtusan inovasi menyatakan bahwa difusi adalah proses yang terjadi dalam suatu
waktu dan dapat dilihat dalam lima tahapan yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi
dan konfirmasi.

b. Teori Keinovatifan individual


Teori keinovatifan individual menyatakan bahwa mereka yang inovatif akan mengadopsi suatu
inovasi lebih awal daripada mereka yang kurang inovatif.

c. Teori kecepatan adopsi


Teori kecepatan adopsi menyatakan bahwa inovasi didifusikan dalam waktu yang terpola dalam
suatu kurva ketajaman S. Kecepatan adopsi suatu inovasi berjalan mulai dari tahapan lambat,
tumbuh secara gradual, kemudian bertambah secara dramatis dan cepat, setalah itu diikuti masa
stabil dan akhirnya terjadi penurunan dalam jumlah pertambahan adopternya.

d. Teori Persepsi tentang atribut inovasi


Teori ini menyatakan bahwa orang yang berpotensi menjadi adopter menilai suatu inovasi atas
dasar persepsinya tentang karakteristik inovasi tersebut. Menurut teori ini suatu inovasi akan
diadopsi jika menurut persepsi calon adopter inovasi tersebut :

Dapat dicoba secara terbatas sebelum diadopsi

Menjanjikan suatu hasil yang dapat dilihat

Memiliki suatu keuntungan relative disbanding inovasi yang lain atau statusquo

Tidak terlalu rumit atau kompleks

Sesuai atau cocok dengan cara atau nilai-nilai yang telah ada.

5. Prinsip prinsip difusi dan inovasi


Proses difusi inovasi dapat berjalan efektif dengan melalui lima tahapan yaitu :
Pertama, inovasi harus dimulai dengan membuat calon pengadopsi tahu, paham, atau mengerti
tentang isi inovasi tersebut.

Kedua, sepanjang tahap pengetahuan tersebut, ditanamkan dan diyakinkan pula apa manfaat
inovasi bagi pengajar dalam bekerja.

Ketiga, atas dasar pemahaman terhadap makna inovasi serta didukung oleh semangat dan
tekad untuk menerapkan, maka pengajar dibimbing dalam menerapkan inovasi dalam pekerjaan
sehari hari, di bawah supervisi dari dekat dan terus menerus dari atasan langsung masing-masing.
Keberhasilan penerapan inovasi berkorelasi secara positif dengan usaha atasan langsung.
Sepanjang supervisi tersebut diberikan penghargaan, seperti berupa pujian lisan, atas keberhasilan
menerapkannya dan koreksi atau penguatan negatif atas kegagalan atau kekurang-berhasilannya

Keempat, partisipasi atasan tidak boleh turun atau lemah sampai semua pengajar telah terbiasa
bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip inovasi yang ditetapkan.

Kelima, apabila tujuan inovasi telah tercapai dan menjadi acuan sehari-hari dan masuk dalam
kebiasaan atau budaya kerja maka pada saat itu institusi pendidikan harus mampu menciptakan lagi
inovasi lain yang dapat membuat pembelajaran lebih berkualitas.

6. Sifat perubahan dalam Difusi dan Inovasi


a. Penggantian (substitution)
Misalnya : Inovasi dalam penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk perabotan, alat-alat atau
sistem ujian yang lama diganti dengan yang baru.

b. Perubahan (alternation)
Misalnya : Mengubah tugas guru yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah dengan tugas
menjadi guru pembimbing dan penyuluhan / mengubah kurikulum sekolah yang semula bercorak
teoretis akademis menjadi kurikulum dan mata pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan
hidup praktis.

c. Penambahan (addition)
Misalnya : Adanya pengenalan cara penyusunan dan analisis item tes objektif di kalangan guru
sekolah dasar dengan tidak mengganti atau mengubah cara-cara penilaian yang sudah ada.

d. Penyusunan kembali (restructturing)


Misalnya : Upaya menyusun kembali susunan peralatan, menyusun kembali komposisi serta ukuran
dan daya tampung kelas, menyusun kembali urutan mata-mata pelajaran / keseluruhan sistem
pengajaran, sistem kepangkatan, sistem pembinaan karier baik untuk tenaga edukatif maupun
tenaga administratif, teknisi, dalam upaya perkembangan keseluruhan sumber daya manusia dalam
sistem pendidikan.

e. Penghapusan (elimination)
Contohnya : Upaya menghapus mata-mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran menulis halus,
atau menghapus kebiasaan untuk senantiasa berpakaian seragam

f. Penguatan (reinforcement)
Misalnya : Upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga
berfungsi secara optimal dalam permudahan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien

Anda mungkin juga menyukai