Anda di halaman 1dari 6

Tata Cara Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Oleh

Dwi Hidayat Junaidi

Pendahuluan

Setiap Negara dunia pasti mempunyai undang-undaang dasar atau konstitusi masing-masing.
Konstitusi dibuat sesuai dengan kebutuhan masayarakat di Negara tersebut. Konstitusi pada
dasarnya merupakan kesepakatan antar masyarakat untuk mengatur kehidupan bernegara,
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara.

Di Indonesia konstitusi dikenal dengan istilah Undang-undang Dasar 45. Undang-undang ini
disusun oleh founding people/para pendiri bangsa setelah deklarasi kemerdekaan. Sejak awal
pembuatan undang-undang tersebut, memang sifatnya sementara. Karena pada saat itu para
pendahulu Negara ini berpendapat bahwasanya peraturan perundang-undang yang ada saat itu
dimungkinkan untuk di revisi atau diamandemen.dikarenakan kondisi masyarakat awal
kemerdekaan tentu saja berbeda dengan kondisi masyarakat saat ini.

Perubahan problematika social yang selalu berubah-ubah/dinamis sesuai dengan zamannya,


membuat pola hubungan bernegara juga ikut berubah. Maka dari itulah undang-undang pun
harus diamandemen sesuai kebutuhan zaman. Undang-undang sejatinya bukanlah barang yang
sahih yang berasal dari langit, karena undang-undang adalah hasil produk manusia dan sangat
boleh direvisi.

Amandemen undang-undang dasar 1945 sudah diamandemen sebanyak 4 (empat) kali


terhitung setelah reformasi dari tahun 1999-2002. Amandemen dimaksudkan untuk
mengakomodir aspirasi masyarakat yang tidak sampai karena adanya pembatasan oleh undang-
undang. Kemudian memberi kebebasan untuk pers dalam mewartakan berita, tanpa perlu
adanya sensor oleh pemerintah. Sehingga amandemen kelima sangat dimungkinkan karena
factor kebutuhan saat ini.
Landasan teoritis pemakalah setuju dengan wacana amandemen kelima yang mengacu dari
pendapat Prof. Saldi Isra yang pemakalah kutip langsung dari tulisan beliau, yaitu:1

1. Sifat sementara

Secara tegas Sukarno menyatakan bahwa penetapan undang-undang dasar 1945 tidak bersifat
tetap:

“Undang-undang Dasar yang dibuat sekarang adalah Undang-undang Dasar Sementara.


Kalau boleh saya memakai perkataan, ini adalah Undang-undang Dasar kilat. Nanti kalau
kita telah bernegara, di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan
mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat
Undang-undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna”

Undang-undang bersifat sementara, maka adalah hal yang lumrah jika amandemen undang-
undang dasar diwacanakan, karean pertimbangan perubahan fenomena social.

2. Fleksibel

Undang-undang berifat fleksibel karena bisa ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan
kebutuhan, sesuai dengan kondisi politik dan kepentingan penguasa. Fleksibelitas juga bisa
berupa penafsiran, dimana pada masa orde lama Sukarno menafsirkan konsep demokrasi
undang-undang dasar 1945 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
pemusyarawatan perwakilan. Penafsiran Sukarno terhadap butir tersebut adalah adanya
demokrasi terpimpin.

3. Tidak konsisten

Dari semenjak dibentuk undang-undang 45 memang bentuknya tidak konsisten. Berkaca pada
beberapa kali perubahan bentuk pemerintahan yang sejatinya adalah bentuk presidensial
namun perakteknya adalah parlementer. Berubah-ubahnya posisi DPR dan presiden adalah

1
Saldi Isra, Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Dan Implikasinya Terhadap Sistem Ketatanegaraan Indonesia,
dalam jurnal online http://www.saldiisra.web.id/index.php/buku-jurnal/jurnal/19-jurnalnasional/384-perubahan-
undang-undang-dasar-1945-dan-implikasinya-terhadap-sistem-ketatanegaraan-indonesia.html. Diakses pada 15
September 2016
salah satu inkosistensi undang-undang, terlepas dari penerapannya oleh pelaksana
pemerintahan.

Perlunya Amandemen kelima!

Dari sudut pandang pemakalah sendiri amandemen kelima terhadap undang-undang dasar
1945 perlu dilakukan.Perdebatan terhadap amandemen kelima yang diperdebatkan oleh
berbagai kelompok yang berkepentingan. Dalam hal ini pemakalah mengambil istilah dari Prof.
Mahfud MD, Beliau menyebutkan 3 (tiga) arus atau kelompok. Kelompok pertama yaitu arus
yang menginginkan kembalinya Undang-undang dasar 1945 yang asli. Kedua yaitu kelompok
yang ingin mempertahankan undang-undang dasar 45 perubahan, dan yang ketiga arus yang
menginginkan amandemen kelima undang-undang dasar 1945.2

Kesahihan undang-undang dasar 1945 sebelum reformasi coba dikembalikan oleh para
purnawirawan TNI yang memang setia pada Pancasila dan undang-undang dasar 45. Upaya ini
dilakukan oleh pendukung setia orde lama. Kedua, arus yang ingin mempertahankan undang-
undang 45 perubahan. Kelompok ini berpendapat bahwa amanden keempat sudah
mengakomodir segala aspirasi dari masayarakat saat ini. Apabila dilakukan amandemen kelima
maka akan menguras banyak waktu, tenaga, dan materi. Pendukung dari arus ini adalah parpol
yang berkuasa di parlemen3.

Khusus untuk arus ketiga pemakalah menaruh perhatian serius terhadap gagasan mereka untuk
melakukan amandemen kelima undang-undang dasar 1945. Pemakalah sejatinya setuju dengan
maksud dan tujuan arus ketiga, pemakalah mengharapkan adanya perubahan dengan wacana
amandemen kelima yang sesuai kebutuhan saat ini.

Merujuk dari pendapat Prof Saldi Isra, pemakalah melihat adanya inkonsistensi dari berbagai
ayat per ayaat maupun pasal per pasal dari undang-undang amandemen keempat. Sebagai

2
Moh. Mahfud MD, Perlukah Amandemen Kelima UUD 1945?, Jurnal Online yang diposting oleh
http://dialektikahukum.blogspot.co.id/2009/02/perlukah-amandemen-kelima-uud-1945.html, diakses pada 15
September 2016
3
ibid
contoh pemakalah merujuk pada pasal 7C yang berbunyi Presiden tidak dapat membekukan
dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Secara logika Presiden dan wakil Presiden
dipilih oleh rakyat dan DPR dipilih oleh Rakyat, dimana dalam pasal tersebut menyebutkan DPR
tidak dapat membekukan DPR. Namun pada pasal 7A MPR atas usul DPR dapat
memberhentikan Presiden. Hubungan antar pasal di atas tidak bisa diterima secara logis,
karena baik Presiden maupun DPR dipilih secara langsung oleh rakyat. Ini adalah pendapat
pemakalah sendiri, karena pemakalah melihat adanya power kekuasaan yang luar biasa besar
pada DPR kita. Pada prakteknya DPR saat ini lebih mirip system parlementer ketimbang
presidensial.

Selain itu pertimbangan pemakalah mengusulkan amandemen kelima adalah posisi DPD
sebagai Dewan Perkiwan Daerah yang seakan dinobatkan sebagai macan ompong yang tidak
punya kekuatan dalam perumusan undang-undang. DPD seakan menjadi pelengkap dalam
Musyawarah Pemusyawaratan Rakyat semata. Berkaca pada pasal 20 Ayat (2) UUD 1945
bahwa DPD tidak ikut memberikan persetujuan terhadap Rancangan undang-undang untuk
menjadi undang-undang. Pasal 20 Ayat (2) hanya menyebutkan bahwa persetujuan dilakukan
oleh Presiden dan DPR. Dalam hai ini pemakalah berpandangan perlu adanya reposisi
kedudukan DPD, agar jelas arah dan tujuannya.

Kenyataan kurangnya wewenang DPD dalam parlemen Republik Indonesia diperparah dengan
kekuasaan DPR yang semakin besar. Kehadiran partai politik di DPR seakan-akan mereduksi
kewenangan DPD. Tidak begitu mengherankan jika ada beberapa golongan masyarakat
menginginkan diperkuatnya kewenangan DPD. Amandemen kelima terhadap kewenangan
dirasa perlu untuk dipertimbangkan.

Catataan kritis

Perlu disikapi dengan bijak bahwa amandemen undang-undang 1945 mempunyai muatan
politik yang sangat kuat. Kecenderungan partai penguasa di DPR lebih dominan yang akan
menjawab, apakah amandemen kelima diperlukan atau tidak? Pada prinsipnya undang-undang
yang ada di Negara ini adalah hasil dari lobby politik yang dilakukan oleh orang politik. Oleh
sebab itu perlu pengawasan ketat oleh seluruh elemen masyarakat, bilamana seandaninya
amandemen memang dilaksanakan.

Yang perlu disoroti juga adalah fleksibelitas penafsiran penguasa terhadap pasal di undang-
undang. Gaya bahasa pada undang-undang yang umum juga akan menyebabkan adanya
perbedaan dalam penafsiran. Bila kita kaji dalam perspektik politik hukum, maka hal ini menjadi
celah bagi penguasa untuk sesuka hati menafsirkan pasal sesuai kehendak. Maka gaya bahasa
yang umum, dirasa perlu untuk lebih jelas untuk mencegah penafsiran negative.

Dalam materi diskusi dari panitia, pemakalah juga menyoroti amandemen yang diwacanakan
dengan persetujuan rakyat secara referendum. Balik lagi ke undang-undang 1945 tidak satu pun
pasal atau ayat yang menulis tentang referendum. Referendum tidak sesuai dengan pancasila
yang mengedepankan muasyawarah mufakat. Hal ini akan menyebabkan inkosistensi terhadap
undang-undang dasar.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah terbatasnya pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang konsep bernegara. Yang akan timbul nantinya adalah propaganda media
partai penguasa yang akan menggiring opini masyarakat. Oleh karena itu wacana referendum
perlu dikaji ulang.

Penutup

Amandemen terhadap undang-undang adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Tidak ada
jaminan amandemen akan memihak kepada rakyat atau tidak. Akan tetapi sebagai rakyat kita
berhak berpendapat. Makalah ini hanyalah pengetahuan singkat pemakalah terkait denga tata
cara perubahan undang-undang Negara Republik Indonesia.
Daftar Pustaka

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, CV Mandar Maju,
Bandung, 1995.

Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945: Antara Mitos dan Pembongkaran, Mizan. Bandung,
2007.

Moh. Mahfud MD, Perkembangan Politik Hukum, Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik
terhadap Karakter Produk Hukum, disertasi Bidang Ilmu Hukum di Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 1993.

Moh. Mahfud MD, Amandemen Konstitusi dalam Rangka Reformasi Tata Negara. UII Press,
Yogyakarta, 1999.

Webiste:

Saldi Isra, Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Dan Implikasinya Terhadap Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, dalam jurnal online http://www.saldiisra.web.id/index.php/buku-
jurnal/jurnal/19-jurnalnasional/384-perubahan-undang-undang-dasar-1945-dan-implikasinya-
terhadap-sistem-ketatanegaraan-indonesia.html. Diakses pada 15 September 2016

Moh. Mahfud MD, Perlukah Amandemen Kelima UUD 1945?, Jurnal Online yang diposting oleh
http://dialektikahukum.blogspot.co.id/2009/02/perlukah-amandemen-kelima-uud-1945.html,
diakses pada 15 September 2016

Anda mungkin juga menyukai