ACARA PIDANA
Hukum Acara Pidana Reguler B
Get Started
Kelompok 4
Anggota Kelompok 4
Next Page
Sebelum Masa Kolonial
Sejak zaman kerajaan, di Indonesia sudah ada badan pengadilan yang
berkedaulatan mutlak pada tangan raja. Berdasarkn prasasti pada candi
di zaman kerajaan kahuripan, Raja Airlangga memegang kewenangan
mengadili, misalnya untuk kejahatan pencurian, dihukum dengan
Pengaruh Kerajaan Hindu hukuman mati
Badan Peradilan:
1. Pradata (perkara yang menjadi urusan raja)
2. Padu (perkara yang tidak menjadi urusan raja)
Dalam akta pendirian VOC di Indonesia, tertera hak dan kekuasaan VOC berupa memberikan kekuasaan
untuk mengangkat hakim-hakim yang menjadi cikal bakal kekuasaan hukum di wilayah yang diduduki
VOC oleh VOC. Pada tahun 1620, dibentuk suatu pengadilan yang dinamakan College van Schepenen, yang
bertugas mengurusi pemerintahan dan kepolisian dalam kota. Majelis ini mengadili perkara perdata dan
pidana untuk seluruh penduduk kota yang merdeka. Sedangkan untuk pegawai VOC dan serdadu VOC
diadili oleh Raad van Justitie.
Daendels menerapkan dualisme kewenangan mengadili, ia mengubah nama Raad vaan Justitie menjadi
Hoge Raad. Hoge Raad adalah badan peradilan untuk bangsa Eropa dan orang Jawa yang melakukan
kejahatan bersama dengan orang asing. Sedangkan Landraad untuk bumi putera. Daendels melakukan DAENDELS
perubahan-perubahan dengan tujuan membuat penduduk di pulau jawa dapat mencari keadilan,
namun pada kenyataannya Daendels juga banyak ikut campur dalam urusan pengadilan.
Raffles mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa semua peradilan untuk bangsa eropa
berlaku juga untuk bangsa Indonesia yang tinggal di dalam lingkungan kekuasaan kehakiman kota-
RAFFLES kota (Batavia, Semarang, dan Surabaya). Susunan badan peradilan pada era raffles:
Saat kembali kepada belanda, ada beberapa perubahan dalam hukum acara pidana, seperti susunan
pengadilan yang berbeda antara bangsa indonesia yang tinggal di kota dan tinggal di desa melalui
Reglement acara pidana dan perdata. Belanda kembali menciptakan dualisme badan pengadilan dengan
membentuk kembali Raad van Justitie dan Hooggerechtschof (mengawasi urusan kehakiman berjalan
BELANDA
dengan baik, sebagai pengadilan kasasi dan banding atas putusan Raad van Justitie).
Tahun 1848 berlaku Reglement tentang susunan pengadilan dan kebijaksanaan kehakiman, yang
menentukan 6 macam pengadilan yang dibentuk oleh Commissarissen General.
Segera setelah Jepang menduduki Pulau Jawa, dikeluarkan balatentara jepang yang menyatakan segala
peraturan pemerintah Hindia-Belanda teteap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
balatentara Jepang. Pada masa jepang, didirikan pengadilan sipil untuk mengadili perkara perdata dan
pidan dan juga pembentukan kejaksaan.
JEPANG
Pengadilan pada masa jepang:
1. Gun Hooin 4. Tihoo Hooin
2. Ken Hooin 5. Kootoo Hooin
3. Keizai Hooin 6. Saikoo Hooin
Setelah Indonesia merdeka, dibentuk lah tata peradilan di
daerah yang sudah dikuasai Indonesia. Pengadilan yang
sudah ada sebelumnya dibiarkan, hanya terdapat
penambahan wilayah.
Melalui undang-undang ini, badan pengadilan sipil yang ada pada saat
itu di seluruh wilayah Indonesia meliputi:
Pengadilan Negeri
Berwenang mengadili perkara perdata dan pidana, kecuali perkara yang menjadi wewenang Mahkamah
Agung yang mengadili dalam tingkat pertama.
Pengadilan Tinggi
Memeriksa di tingkat kedua segala perkara perdata dan pidana sepanjang bisa dimintakan banding.
Mahkamah Agung
Melakukan pengawasan tertinggi atas peradilan di bawahnya.
Setelah Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981
Secara normatif, beberapa perubahan penting yang terdapat dalam KUHAP adalah
sebagai berikut:
1. Penghapusan pengakuan sebagai alat bukti
2. Memperkuat perlindungan hak-hak tersangka
3. Pembatasan jangka waktu penahanan
4. Diferensiasi fungsional
5. Lembaga Praperadilan
Rancangan Perubahan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
KUHAP yang pada masanya dianggap mampu menjawab permasalahan yang ada
dalam sistem peradilan pidana, seiring berjalannya waktu selama kurang lebih 30 tahun
semakin menunjukkan kelemahan-kelemahan yang mendasar. Kelemahan ini sendiri
sebenarnya sudah diprediksi oleh beberapa pihak pada masa pembahasan KUHAP.
Dorongan untuk memperbaiki KUHAP dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah fakta bahwa setelah KUHAP disahkan, Indonesia banyak mengesahkan
berbagai kovenan internasional yang berkaitan dengan hak asasi manusia terutama
dalam proses peradilan pidana, begitu pula dengan perkembangan global negara-negara
maju yang melakukan revisi terhadap aturan hukum acara pidananya.
Kritik terhadap KUHAP yang diundangkan sejak tabun 1981 adalah ketinggalan
zaman dan tidak sungguh-sungguh menempatkan hak asasi manusia sebagai dasar
pembentukannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal misalnya diskresi penyidik,
penuntut yang terlalu luas tanpa adanya hakim pengawas, kewenangan praperadilan
yang sangat terbatas (sebelum putusan Mahkamah Konstitusi), jangka waktu penahanan
yang sangat panjang. Hal ini terjadi karena pada zaman Orde Baru berkuasa ketika
KUHAP dibentuk, fokus pemerintah adalah stabilitas nasional yang paling utama baru
kemudian supremasi hukum.
Rancangan Perubahan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
Get Started
Kelompok 4
Pengertian Penyelidikan
Dua unsur penting yang harus dipahami dari tahap penyelidikan adalah, yang
pertama, penyelidikan bertujuan untuk mencari dan menemukan peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana dan kedua, penyelidikan berguna untuk menentukan
dapat atau tidaknya suatu peristiwa ditindaklanjuti ke tahap penyidikan. Untuk
mencapai tujuan dari penyelidikan, guna menentukan apakah suatu peristiwa diduga
sebagai tindak pidana atau tidak, penyelidikan berwenang melakukan serangkaian
tindakan berupa pengolahan tempat kejadian perkara, pengamatan, wawancara,
pembuntutan, penyamaran, pelacakan, penelitian dan analisis.
Pengertian
Penyidikan
Kewenangan Penyelidik,
Penyidik, Penyidik, Pembantu
dan Penyidik PNS
Kewenangan Penyelidik
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a UU Nomor 8
Tahun 1981 KUHAP
3. Pemberhentian
Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
4. Tindakan lain
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Kewenangan Penyelidik Berdasarkan Perintah Penyidik
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Nomor 8 Tahun 1981
KUHAP
Apabila ada pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat, menurut Pengadilan HAM,
penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
1 2 3
KORUPSI NARKOTIKA PELANGGARAN
HAM BERAT
Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana
Pelanggaran HAM Berat
Tahun 1999)
oleh BNN BNN, Jaksa Agung juga
HAM BERAT
Berwenang melakukan Berwenang dalam tahap Kewenangan Komnas HAM
penyelidikan dan penyidikan penyidikan yaitu melakukan pada dasarnya sama dengan
untuk tindakan seperti penyadapan, pembelian kewenangan seorang
menyadap dan merekam, terselubung dan penyerahan penyelidik dalam KUHAP.
melarang pergi keluar negeri,
di bawah pengawasan serta
memblokir rekening, meminta
data kekyaan, menghentikan memusnahkan narkotika dan
transaksi keuangan. prekursor narkotika.
Koordinasi
Tercermin di antaranya melalui pemberitahuan tertulis dimulainya
penyidikan. Sebagai contoh, dalam menangani kasus korupsi, Polri dan
Kejaksaan selaku Penyidik wajib memberitahukan dimulaikan penyidikan
kepada KPK. Kedua, dalam kasus narkotika, BNN juga memberitahukan
kepada Polri dalam bentuk memberitahukan dimulainya penyidikan,
bergitupun sebaliknya,
Koordinasi Penyidik Polri
dengan Penyidik Luar Polri
Supervisi
Supervisi dapat dicerminkan melalui contoh kasus pemberantasan
tindak pidana korupsi. KPK berwenang untuk melakukan supervisi
dalam bentuk pengawasan serta penelitian atau penelaahan terhadap
instansi yang menjalankan tugas (termasuk Polri). Kewenangan
Supervisi KPK juga dapat diwujudkan melalui pengambil alihan
penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana korupsi yang
sedang dalam penyidikan Polri atau Kejaksaan.
HAPID
7 Menghentikan penyidikan
HAPID
Pemanggilan
Pemanggilan
Kedudukan
Penasihat Hukum
Pada Penyidikan
Kedudukan
Pada saat proses penyidikan, penasihat hukum
Penasihat Hukum
dapat hadir untuk mengikuti jalannya
Pada Penyidikan pemeriksaan. Tetapi kalau penyidik tidak
memperbolehkan, penasihat hukum tidak dapat
Pasal 115 KUHAP
memaksakan kehendaknya untuk mengikuti
(1) Dalam hal penyidik sedang
melakukan pemeriksaan terhadap
jalannya pemeriksaan. Kedudukan dan kehadiran
tersangka penasihat hukum penasihat hukum dalam mengikuti pemeriksaan
dapat mengikuti jalannya pemeriksaan
dengan cara melihat serta mendengar
adalah bersifat "pasif". Sesuai dengan Pasal 115
pemeriksaan. ayat (1) KUHAP, yakni pada tingkat penyidikan,
(2) Dalam hal kejahatan terhadap
keamanan negara penasihat hukum penasihat hukum hanya sebagai penonton dan
dapat hadir dengan cara tidak diperbolehkan menyusun pembelaan atau
melihat tetapi tidak dapat mendengar
pemeriksaan terhadap tersangka melakukan pemberian nasihat.
Next Page
KESIMPULAN
Setelah melewati proses yang panjang mengenai sejarah Hukum Acara Pidana,
dapat disimpulkan bahwa masih banyak aturan-aturan serta ketentuan yang
harus dibahas lebih lanjut lagi. Saat ini, rancangan KUHAP masih berubah-
ubah dan berkali-kali gagal. Namun, Rancangan KUHAP membawa sistem
peradilan Indonesia ke arah yang lebih menempatkan hak asasi manusia sebagai
fondasi utamanya.
Penyelidikan dan penyidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Penyelidikan merupakan awal dari penyidikan untuk mengumpulkan bukti dan
dapat membuat terang suatu tindakan atau dugaan tindak pindana. Penyelidik
sendiri sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir 4 KUHP bahwa penyelidik adalah
pejabat polisi Negara Republik Indonesia. Sedangkan penyidik, bisa dari Polri
maupun luar polri seperti KPK dan BNN.
Proses penyelidikan dan penyidikan pun dapat dibilang cukup panjang karna harus
melewati proses yang dilakukan secara hati-hati. Adapun yang disebut sebagai
Pemanggilan yang dilakukan saat pemeriksaan, untuk memanggil tersangka yang
diduga sebagai pelaku tindak pidana.