Abstract
Development of Indonesian criminal law is an effort to make the Indonesian people that has aspired
by Constitustion. One of them through the reform of the legal system that fully recognizes and
respects customary law. Criminal Code draft put the customary law position in a very fundamental
principle. Sources of law or legal foundation to declare an act as a criminal offense, based not only
legislation, but also based on the principle of material legality by give the place to the adat law.
Abstrak
Pembangunan hukum pidana Indonesia merupakan suatu upaya untuk membentuk masyarakat
Indonesia yang dicita-citakan. Salah satunya melalui penataan sistem hukum yang menyeluruh dan
terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum adat. RUU KUHP memposisikan hukum adat
dalam asas yang sangat fundamentil. Sumber hukum atau landasan legalitas untuk menyatakan
suatu perbuatan sebagai tindak pidana, tidak hanya didasarkan undang-undang, tetapi juga
didasarkan pada asas legalitas materiil yaitu dengan memberi tempat kepada hukum adat.
5.
Muladi, “Hukum Pidana Adat dalam Kontemplasi tentang Asas Legalitas”, Makalah dalam seminar “Relefunsi
Hukum Pidana Adat dan Implementasinya dalam Hukum Pidana Nasional”, Fakultas Hukum Universitas
Udayana, Denpasar, 16 – 17 Desember 1994, hlm. 2
6.
Ibid, hlm. 3
126
Nyoman Serikat Putra Jaya, Hukum (Sanksi) Pidana Adat
127
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016
wawasan atau paradigma dalam memaknai Disamping itu terdapat satu Pasal yang
Asas Legalitas dan Asas Keadilan diatur dalam Buku II Bab XXXVII tentang
sehubungan dengan Pemberlakuan Hukum Tindak Pidana Berdasarkan Hukum Yang
Pidana secara Retroaktif sebagai berikut : Hidup dalam masyarakat pada konsep KUHP
Pertama, Asas Legalitas hanya 2015 dan dirumuskan dalam Pasal 775. Pasal
memberikan perlindungan kepada individu 755 Konsep KUHP 2015 menentukan :
pelaku tindak pidana dan kurang memberikan (1) Setiap orang yang melakukan perbuatan
perlindungan kepada masyarakat/kelompok yang menurut hukum yang hidup dalam
masyarakat yang menjadi korban tindak masyarakat dinyatakan sebagai
pidana, sehingga akses untuk memperoleh perbuatan yang dilarang, diancam
keadilan bagi korban terutama korban dengan pidana.
kolektif terhambat. Kedua, Meskipun asas (2) Pidana sebagaimana dimaksud pada
legalitas diakui sebagai asas yang ayat (1) ancaman pidana sebagaimana
fundamental, namun berlakunya tidak secara dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf
mutlak ketika perbuatan tersebut e jo Pasal 102.
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Pasal 68 ayat (1) huruf e Konsep KUHP
umum yang diakui masyarakat bangsa- 2015 mengatur tentang pidana tambahan
bangsa. Ketiga, Pemberlakuan hukum pidana berupa : pemenuhan kewajiban adat setempat
secara retroaktif merupakan pengecualian atau kewajiban menurut hukum yang hidup
dari asas legalitas atas dasar “extra ordinary dalam masyarakat.
crimes”, seperti pelanggaran HAM yang Pasal 102 Konsep KUHP 2015
berat. Keempat, Pemberlakuan hukum pidana menentukan :
secara retroaktif merupakan penyeimbang (1) Dengan memperhatikan ketentuan
asas legalitas yang semata-mata berpatokan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
pada “kepastian hukum” dan “asas keadilan ayat (2) hakim dapat menetapkan
untuk semuanya”. Kelima, pemberlakuan pemenuhan kewajiban adat setempat
hukum pidana secara retroaktif dengan dan/atau kewajiban menurut hukum
kondisi-kondisi tertentu dapat diterima guna yang hidup dalam masyarakat.
memenuhi tuntutan moral pembalasan (2) Pemenuhan kewajiban adat setempat
masyarakat. 9 atau kewajiban menurut hukum yang
Dalam kenyataan atau fenomena dalam hidup dalam masyarakat sebagaimana
penegakan hukum pidana, sering terjadi dimaksud pada ayat (1) merupakan
adanya pertentangan/ perbenturan antara pidana pokok atau yang diutamakan,
tegaknya hukum (kepastian hukum) dan jika tindak pidana dilakukan memenuhi
keadilan. Jika terjadi pertentangan antara ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
kepastian hukum dan keadilan, maka Konsep Pasal 2 ayat (1).
KUHP memberikan jalan keluar sebagaimana (3) Kewajiban adat setempat atau kewajiban
dirumuskan dalam Pasal 13. Pasal 13 Konsep menurut hukum yang hidup dalam
KUHP 215 menentukan : masyarakat sebagaimana dimaksud
(1) Hakim dalam mengadili suatu perkara pada ayat (1) dianggap sebanding
pidana mempertimbangkan tegaknya dengan pidana denda Kategori I dan
hukum dan keadilan. dapat dikenakan pidana p e n g g a n t i
(2) J i k a d a l a m m e m p e r t i m b a n g k a n untuk pidana denda, jika kewajiban adat
tegaknya hukum dan keadilan setempat atau kewajiban menurut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hukum yang hidup dalam masyarakat itu
terdapat pertentangan yang tidak tidak dipenuhi atau tidak dijalankan oleh
dapat dipertemukan, hakim dapat terpidana.
mengutamakan keadilan. (4) P i d a n a p e n g g a n t i s e b a g a i m a n a
dimaksud pada ayat (3) dapat juga
9.Nyoman Serikat Putra Jaya, 2013, Pemberlakuan Hukum Pidana Secara Reroaktif sebagai Penyeimbang Asas
Legalitas dan Asas Keadilan (Suatu Pergeseran Paradigma dalam Ilmu Hukum Pidana), Semarang, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, hlm. 47 – 48.
129
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016
Daftar Pustaka
10.
Sudarto, “Pemidanaan, Pidana dan Tindakan”, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Tahun XVII – 1987, hlm. 21.
130