Anda di halaman 1dari 16

A.

Evidence Based Kebidanan


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,persalinan, dan
kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu
kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan
kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan
akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi ke keadaan
normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat
digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat
mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang
lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian perinatal.
Karena alasan yang etis, politis dan ekonomi, semua intervensi kesehatan
di harapkan untuk berdasar pada bukti ( evidence-based care ), dan bukan
berdasarkan kebiasaan,  keyakinan pribadi atau praktek rutin hal ini pun berlaku
di bidang kesehatan ibu.

B. Tujuan Evidence Based Kebidanan


Evidence based adalah suatu pendekatan medik yang di dasarkan pada bukti-
bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan
demikian dalam praktek evidence based practices memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang
paling dapat di percaya ( Sackett et al, 1996)
Evidence based adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru
dengan sabjek pasien dan kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik atau
merupakan juga hasil penelitian terbaru yang merupakan integrasi antara

1
pengalaman klinik, pengetahuan fatofiisiologi dan keputusan terhadap kesehatan
pasien (Sugiarto,2009). Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses
pemberian informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997).
Evidence based mengkombinasikan antara penemuan terbaru dalam
bidang praktek kebidanan dengan pelayanan kesehatan terbaik yang diterima
oleh klien. Dengan dilakukannya penelitian yang mengawali pengumpulan data
dan kemudian dilakukan analisa. Sehingga  mengetahui kesenjangan antara
pengetahuan atau teori yang berkembang dengan aplikasinya dalam memberikan
pelayanan.
Untuk mencapai tujuan ini melibatkan jutaan wanita yang telah ikut
berpartisipasi dalam melakukan uji coba terkontrol secara acak. Hasil yang
terbukti bermanfaat baru digunakan secara rutin. Pelayanan kesehatan tanpa
bukti telah ditinggalkan karena kurangnya fleksibilitas dan relevan. Hasil
penelitian yang diterapkan adalah yang mudah dimengerti dan mudah digunakan
secara klinis.
Tujuan evidence based practices adalah membantu dalam proses
pengambilan keputusan seorang bidan yang berkerja berdasarkan bukti ilmiah
(Murti,b .2009).Tujuan evidence based adalah membantu proses pengambilan
keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan,diagnose, terapeutik,
maupun rehabilitasi yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang terpercaya
dan dapat untuk di pertanggung jawabkan.
Dalam makalah ini, penulis mengambil tema Evidence Based Kebidanan
tentang Penundaan Pemotongan Tali Pusat, dan Manfaatnya

C. Judul Jurnal tentang Penundaan Pemotongan Tali Pusat


Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali Pusat Terhadap Lama LAhir Plasenta,
Lama Puput Tali Pusat, dan Keberhasilan Inisissi Menyusu Dini di RB Anny
Rahardjo dan RB Rosnawati Jakarta Timur
Waktu Penundaan Pengkleman Tali Pusat Berpengaruh Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir
Penundaan Penjepitan Tali Pusat Sebagai Strategi Yang Efektif Untuk
Menurunkan Insiden Anemia Defisiensi Besi Pada Bayi Baru Lahir

2
D. Penundaan Pemotongan Tali Pusat
Penjepitan tali pusat merupakan salah satu tindakan dari manajemen aktif kala
tiga. Penjepitan tali pusat ini tidak pernah disebutkan konsensus pasti kapan
waktu penjepitan yang tepat. Pengertian segera memotong tali pusat mengacu
kepada waktu dari bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali pusat adalah 1
menit dan menunda penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat
dimaksudkan bahwa waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali
pusat diperkirakan 2 – 3 menit atau sampai tidak ada denyut ditali pusat.
Definisi penundaan pengikatan tali pusat bervariasi diantara beberapa
penelitian yang sudah dilakukan. Mcdonnel tahun 1997 menyebutkan waktu
penundaan adalah 31 detik, menurut Rabe tahun 2000 adalah selama 45 detik,
dan menurut Hoffmeyr tahun 1993 adalah selama 60 sampai 120 detik. Sampai
saat ini waktu yang tepat untuk menunda penjepitan tali pusat masih
diperdebatkan oleh beberapa ahli.

E. Penundaan Pemotongan Tali Pusat Murunkan Insidens Anemia Defisiensi


Besi Pada Bayi Baru Lahir
Kontroversi saat memotong tali pusat yang tepat dan manfaat untuk bayi baru
lahir masih menjadi perdebatan para ahli dan menunda pemotongan tali pusat
masih dianggap suatu tindakan yang berbahaya pada manajemen aktif kala tiga.
beberapa penelitian membuktikan berbagai manfaat menunda pemotongan tali
pusat pada bayi baru lahir baik dari segi mencegah anemia maupun pengaruh
jangka panjang untuk perkembangan selanjutnya dari bayi baru lahir.
Penundaan penjepitan tali pusat dapat menyediakan tambahan darah
sebanyak 80- 100 ml pada bayi baru lahir.Penundaan waktu penjepitan tali pusat
sekitar 2-3 menit dapat memberikan redistribusi darah diantara plasenta dan bayi,
memberikan bantuan placental transfusion yang didapatkan oleh bayi sebanyak
35-40 ml/kg dan mengandung 75 mg zat besi sebagai hemoglobin, yang
mencukupi kebutuhan zat besi bayi pada 3 bulan pertama kehidupannya.
Sebaliknya penjepitan tali pusat secara dini (kurang lebih 10-15 detik setelah
kelahiran) dapat menghalangi sebagian besar jumlah zat besi yang masuk ke

3
dalam tubuh bayi. Penundaan penjepitan tali pusat juga dapat meningkatkan
penyimpanan zat besi saat lahir sehingga dapat mencegah terjadinya anemia
defisiensi besi.
Penjepitan tali pusat lambat atau menunda penjepitan tali pusat adalah
pendekatan fisiologis melibatkan penjepitan tali pusat pada saat denyut tali pusat
sudah berkurang. Tapi definisi dari segera atau lambat masih menjadi
perdebatan. Jika tali pusat tidak di potong atau di jepit maka sirkulasi umbilical
akan terhenti dengan tetutupnya arteri umbilikalis dan tali pusat berhenti
berdenyut. Pada saat bayi lahir masih terdapat peredaran darah antara bayi dan
plasenta melalui arteri dan vena umbilikalis, dan saat yang tepat dalam
memotong tali pusat akan mempengaruhi volume darah neonatus saat persalinan.
Dengan mengukur volume darah residu di plasenta setelah penjepitan tali
pusat pada beberapa waktu didapatkan bahwa darah mengalir melalui arteri
umbilikalis (dari neonatus ke plasenta) selama 20 sampai 25 detik pertama
setelah persalinan, akan tetapi bisa juga mencapai 40 sampai 45 detik. Pada vena
umbilikalis didapatkan aliran darah berlanjut dari plasenta ke neonatus sampai
dengan 3 menit setelah persalinan.
Dari beberapa penelitian yang mengukur volume darah neonatus cukup
bulan dengan berbagai waktu penjepitan tali pusat didapatkan 40 ml per kg darah
dari plasenta ditransferkan ke neonatus setelah memperlambat penjepitan tali
pusat selama 3 menit, hal ini membuat peningkatan sekitar 50 % volume darah
total neonatus. Untuk neonatus preterm transfusi plasenta setelah persalinan juga
terjadi meskipun dengan jumlah yang lebih kecil dibanding dengan neonatus
aterm.
Memperlambat
penjepitan tali pusat 30 sampai 45 detik dinyatakan
meningkatkan volume darah sebesar 8 sampai 24 %. Bayi yang baru lahir
disebutkan menerima 80-100 ml darah dari placenta (equivalent terhadap 50-75
mg zat besi) apabila penjepitan tali pusat ditunda. Penundaan penjepitan tali
pusat juga dapat meningkatkan penyimpanan cadangan zat besi saat lahir
sehingga dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi Dari penelitian
Geethanath diketahui bahwa nilai serum ferritin pada bayi usia 3 bulan adalah

4
lebih rendah pada penjepitan tali pusat secara dini dibandingkan penjepitan tali
pusat yang ditunda.

Kecepatan transfusi plasenta meningkat pada beberapa detik pertama dan


menurun setelah beberapa detik, diperkirakan 25% dari transfer terjadi pada 15
sampai 30 detik pertama saat uterus berkontraksi setelah bayi lahir. Lima puluh
sampai dengan tujuh puluh delapan persen dari aliran darah transfer saat menit
pertama dan sisanya terjadi dalam menit ketiga. Jumlah dan lama dari aliran
darah dari plasenta ke neonatus dipengaruhi beberapa faktor, kontraksi uterus
adalah salah satu faktor yang dapat mempercepat jumlah aliran darah.
Kontraksi uterus yang normalnya muncul antara 1 dan 3 menit setelah
bayi lahir mempunyai peranan untuk transfer darah dari plasenta ke neonatus.
Pada pelaksaan manajemen aktif kala tiga yaitu segera menyuntikan oksitosin
setelah bayi lahir dapat mempercepat timbulnya kontraksi uterus dan
menguntungkan untuk transfer darah dari plasenta ke uterus. Gravitasi juga
memiliki peranan dalam jumlah dan kecepatan transfer darah dari plasenta ke
neonatus, jika neonatus diletakan dibawah ketinggian uterus maka transfusi
plasenta akan terjadi lebih cepat akan tetapi tidak mengubah jumlah total darah
yang ditransfer.
Jika neonatus diletakan diatas ketinggian uterus maka transfusi plasenta
akan terjadi lambat atau bahkan bisa tidak terjadi
Beberapa penelitian menyatakan penjepitan tali pusat segera setelah bayi lahir (5
sampai 10 detik atau dalam 30 menit pertama) dibandingkan dengan menunda
penjepitan tali pusat menyebabkan penurunan volume darah 20 sampai 40 ml /
kg berat badan bayi yang setara dengan jumlah besi sebesar 30 sampai 35 mg hal
ini dapat dinyatkan bahwa penjepitan tali pusat segera setelah bayi lahir
meningkatkan risiko gangguan hivopolemia dan kehilangan kadar besi dengan
berbagai efeknya. Penjepitan tali pusat segera telah dinyatakan sebagai penyebab
utama anemia pada bayi dan hal ini membuat para peneliti merekomendasikan
menunda penjepitan tali pusat sebagi suatu intervensi fisiologis yang mudah dan
murah untuk menurunkan kejadian anemia bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.

5
Waktu yang tepat dalam memotong tali pusat merupakan hal penting
setelah
ditemukan bukti yang menguntungkan untuk neonatus ketika tali pusat tidak
segera dipotong saat persalinan atau menunda penjepitan tali pusat. Penelitian
menunjukan beberapa hal fisiologis terjadi selama menunda penjepitan tali pusat
diantaranya transfer darah dari plasenta ke neonatus berkisar 80 ml pada 1 menit
setelah kelahiran dan mencapai 100 ml pada 3 menit setelah kelahiran.
Tambahan darah karena menunda penjepitan tali pusat ini bisa memberikan
cadangan besi sebesar 40 – 50 mg/kg BB. Dan cadangan besi yang diperoleh ini
mampu menjadi cadangan besi dan mencegah anemia defisiensi besi dalam
tahun pertama kehidupannya.
Penundaan penjepitan tali pusat baik pada bayi preterm maupun bayi term
sama-sama memiliki keuntungan hematologi. Pada bayi term terjadi peningkatan
level hematokrit pada usia 2 bulan dan juga terjadi peningkatan level ferritin.
Pada bayi preterm terjadi peningkatan level hematokrit dan hemoglobin. Selain
itu, kebutuhan transfusi darah menurun pada 4 sampai 6 minggu awal kehidupan.
Menunda penjepitan tali pusat memberikan waktu untuk transfer darah di
plasenta kepada bayi pada saat persalinan.
Transfusi plasenta ini mampu menambahkan volume darah bayi sebesar
30 % dan sel darah merah sampai dengan 60 %. Jumlah dari darah yang
mengalir ke bayi pada saat menunda penjepitan tali pusat tergantung dari saat
lamanya menunda penjepitan tali pusat atau saat penjepitan tali pusat dan faktor
ketinggian bayi saat dilakukan penundaan penjepitan tali pusat apakah lebih
rendah dari abdomen ibu atau lebih tinggi dari abdomen ibu
Manfaat untuk bayi dari menunda penjepitan tali pusat adalah, nilai hemoglobin
yang lebih tinggi, tambahan cadangan besi tubuh, berkurangnya anemia pada
perkembangan selanjutnya. Kadar sel darah merah lebih tinggi mengalir ke organ
– organ vital menyebabkan adaptasi cardiopulmoner yang lebih baik, dan
meningkatkan durasi dari menyusui saat – saat awal.
Bebarapa penelitian telah mempelajari efek dari waktu penjepitan tali
pusat untuk keadaan hematologi dan kadar besi pada bayi cukup bulan di minggu
pertama kehidupannya dan dapat disimpulkan bahwa menunda penjepitan tali

6
pusat minimal selama 2 menit sangat berguna untuk kadar besi bayi selanjutnya

5,7
(umur 2 sampai 6 bulan). Di Mexico dilakukan RCT dari 476 bayi yang
diikuti sampai umur enam bulan dan didapatkan bayi yang dilakukan tindakan
menunda pemotong tali pusat selama kira – kira 1,5 menit mempunyai nilai
MCV yang signifikan lebih tinggi dari kelompok bayi yang lahir dan segera
dilakukan penjepitan tali pusat begitu juga konsentrasi ferritin yang lebih tinggi.
Penelitian pada 370 bayi yang lahir pada umur kehamilan 34 sampai 36 minggu
yang secara acak mendapatkan tindakan menunda penjepitan tali pusat (selama 3
menit setelah lahir) atau menerima penjepitan tali pusat segera (kurang lebih 10
sampai 15 detik setelah lahir), pada kelompok dengan penundaan penjepitan tali
pusat didapatkan peningkatan signifikan nilai hemoglobin pada umur 1 jam
sampai 10 minggu. Dari empat randomized controlled trial yang dilakukan di
beberapa Negara berkembang didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan
konsentrasi hemoglobin secara signifikan dan juga peningkatan penyimpanan
cadangan zat besi setelah dilakukan penundaan penjepitan tali pusat. Selain itu,
dilaporkan juga ada penurunan kebutuhan transfusi darah pada enam bulan
pertama kehidupan setelah dilakukan penundaan penjepitan tali pusat.
Sebuah metanalisis menyatakan menunda penjepitan tali pusat selama
minimal 2 menit setelah bayi lahir meningkatkan keadaan hematologi jangka
pendek dan jangka panjang juga kadar besi pada bayi lahir cukup bulan. Nilai
hematocrit juga meningkat dalam batas normal. Peningkatan ini tidak diikuti
dengan peningkatan bilirubin dan viscositas plasma selama minggu pertama
kehidupan bayi. Meskipun tindakan menunda penjepitan tali pusat dihubungkan
dengan peningkatan viskositas darah dan polisitemia, tidak ditemukan bukti yang
mengarah ke suatu keadaan yang membahayakan yang ditandai dengan
dibutuhkannya phototherapy untuk mengatasi ikterus atau dengan dibutuhkannya
perawatan NICU. Dari metanalisa ini juga didapatkan efek menguntungkan
menunda penjepitan tali pusat berupa penurunan risiko anemia sebesar 47 % dan
penurunan risiko defisiensi besi sebesar 33 % pada umur 2 sampai dengan 3
bulan.
Pada journal Tansfusion dipublikasikan 105 Bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 30 sampai 36 minggu dilakukan tindakan menunda penjepitan tali

7
pusat dan didapatkan peningkatan sel darah merah, dan nilai hematocrit yang
diukur tiap minggu dan hal ini tidak meningkatan kejadian ikterus, polisitemia
dibandingkan dengan tindakan penjepitan tali pusat segera setelah bayi lahir.
Nilai APGAR dan perawatan NICU tidak ada perbedaan signifikan antara kedua
kelompok. Aladangday pada penelitiannya mendapatkan volume darah rata-rata
pada bayi dengan penjepitan tali pusat lambat (setelah 30 detik bayi lahir)
meningkat secara signifikan dibandingkan kelompok dengan penjepitan tali
pusat segera baik dengan persalinan pervaginam ataupun dengan persalinan
seksio sesaria

F. Penundaan Pemotongan Tali Pusat Berpengaruh Terhadap Kadar


Hemoglobin Bayi Baru Lahir
Pengkleman tali pusat secepatnya akan mengambil darah bayi 54-160 cc, yang
artinya setengah lebih volume darah total bayi. Pengkleman sebelum bayi
bernafas mengakibatkan suplai darah ke paru-paru berkurang sehingga terjadi
hipovolemi. Pengkleman tali pusat secepatnyanya juga meningkatkan resiko bayi
terkena anemia (Destariyani, 2015).
Penjepitan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar yang
selalu dilakukan saat bayi dilahirkan. Namun sampai saat ini waktu yang paling
tepat untuk penjepitan dan pemotongan tali pusat masih menjadi perdebatan oleh
para ahli. Tidak ada panduan yang pasti tentang hal tersebut. Departeman
Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2007 sudah merekomendasikan untuk
melakukan penundaan penjepitan tali pusat hingga 2 menit untuk bayi normal
(Nurrochmi, dkk, 2014). Penjepitan tali pusat tunda merupakan strategi yang
murah dan efektif untuk menurunkan kejadian anemia pada bayi terutama pada
negara berkembang (Gupta dan Ramji , 2002).
Lubis (2008) menunjukkan bahwa pengkleman tali pusat segera (dalam 5-
10 detik), bila dibandingkan dengan pengkleman tali pusat yang ditunda ternyata
menimbulkan penurunan 20-40 ml darah perkilogram berat badan yang setara
dengan 30-35 mg zat besi. Terdapat peningkatan dari kadar hemoglobin dan
hematokrit dari bayi yang dilakukan penundaan penjepitan tali pusat selama 2
menit dibandingkan dengan bayi yang dilakukan penjepitan tali pusat segera.

8
Hasil penelitian Destariyani (2015) bahwa nilai rata-rata kadar Hb pada bayi
yang dilakukan penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat > 3 menit
adalah 14,5 gr%, sedangkan pada kelompok pengkleman dan pemotongan tali
pusat ≤ 3 menit kadar Hb 12,4 gr% dan ada pengaruh penundaan pengkleman
dan pemotongan tali pusat terhadar kadar zat besi bayi baru lahir.
Waktu yang tepat untuk melakukan penjepitan tali pusat sampai saat ini
masih banyak diperdebatkan. Walaupun perdebatan telah berlangsung lama,
namun jawaban atas pertanyaan mana yang lebih baik bagi bayi, penjepitan dini
atau tunda dan kapan waktu penjepitan yang terbaik, para ahli masih berbeda
pandangan (Philip, 2004).
Penelitian oleh Rafika dkk diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin bayi
baru lahir pada kelompok 2 menit sebesar 14,5 gr/dl dan kelompok 3 menit
sebesar 15,9 gr/dl, berarti terdapat perbedaan kadar Hb bayi pada kedua
kelompok waktu penundaan pengkleman tali pusat. Penjepitan tunda akan
meningkatkan jumlah eritrosit yang ditransfusikan ke bayi, hal tersebut tercermin
dalam peningkatan kadar Hb bayi baru lahir baik pada kelompok 3 menit
dibandingkan kelompok 2 menit waktu penundaan klem tali pusat. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p= 0.000 (p<0.05). Hal ini berarti ada pengaruh waktu
penundaan pengkleman tali pusat terhadap kadar hemoglobin pada bayi baru
lahir. Hal ini menunjukkan waktu penundaan pengkleman tali pusat 3 menit
lebih tinggi kadar hemoglobinnya dibandingkan waktu 2 menit, namun keduanya
memberikan kadar hemoglobin yang normal. Berarti semakin lama waktu
penundaan pengkleman tali pusat, maka akan memberikan dampak yang lebih
baik terhadap peningkatan jumlah hemoglobin bayi, sehingga bisa mengurangi
defisiensi zat besi bayi baru lahir.
Menurut Philip dan Saigal (2004) bahwa kadar Hb dan Ht bayi baru lahir
memegang peran penting dalam menyuplai oksigen pada masa transisi fetus ke
bayi saat proses persalinan. Konsentrasi Hb yang cukup pada bayi baru lahir
menentukan tingkat oksigenasi otak, sehingga penjepitan dini dianggap tidak
fisiologis dan bisa merugikan bayi. Menurut Irsa (2002) sebagaimana dikutip
Destariyani (2015) bahwa kadar Hb dan eritrosit yang cukup memungkinkan
tingkat oksigenasi yang optimal dan dapat menyediakan sumber Fe yang sangat

9
bermanfaat bagi bayi. Sumber Fe yang cukup, sangat penting untuk kehidupan
selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan sel akan Fe, termasuk produksi eritrosit.
Fe sebagai salah satu mikronutrien penting bagi sel. Besi adalah nutrien yang
penting tidak hanya untuk pertumbuhan normal, kesehatan dan kelangsungan
hidup anak, tetapi juga untuk perkembangan mental, motorik dan fungsi kognitif.
Penelitian Santosa (2007) menemukan pada kelompok penjepitan tali
pusat 15 dan 45 detik terdapat perbedaan bermakna rerata Hb subyek (16,30 g%
±1,36 dan 17,34 g%±1,67) dan Ht (47,08 %±4,54 dan 51,34 %±6,07) dengan
angka signifikansi p=0,048 dan p=0,022. Sehingga rerata kadar Hb dan Ht pada
kelompok penjepitan 45 detik lebih tinggi secara statistik bermakna
dibandingkan kelompok 15 detik. Nurrochmi, dkk. (2014) menghasilkan
gambaran rata-rata waktu yang tepat untuk dilakukannya pemotongan tali pusat
pada bayi baru lahir adalah kurang lebih 45 menit atau ditunda sampai tali pusat
berhenti berdenyut. Didapatkan pula gambaran rata-rata kadar hemoglobin bayi
baru lahir sebelum dilakukan pemotongan tali pusat, pada kelompok penundaan
pemotongan tali pusat dan pemotongan segera memiliki kadar hemoglobin yang
hampir sama antara kadar Hb dari bayi yang dilakukan penundaan penjepitan tali
pusat sampai pulsasi berhenti dengan bayi yang dilakukan penjepitan tali pusat
dengan segera. Hal ini diperkuat dengan meta analisis dari Van Rheenen, et al.
(2006) menunjukkan bahwa kadar hemoglobin bayi baru lahir lebih tinggi secara
signifikan pada kelompok yang dilakukan pengkleman tali pusat yang ditunda.
Begitu pula penelitian Destariyani (2015) menemukan nilai rata-rata Hb
bayi baru lahir pada kemilan aterm yang dilakukan penundaan pengkleman dan
pemotongan tali pusat > 3 menit adalah 14,5 gr% ± 1,92, dan kelompok
pengkleman dan pemotongan tali pusat ≤ 3 menit adalah kadar Hb 12,4 gr% ±
1,80. Hb tersebut secara statistic lebih tinggi pada kelompok penjepitan > 3
menit dengan p= 0,001 berarti ada pengaruh penundaan pengkleman dan
pemotongan tali pusat terhadar kadar zat besi bayi baru lahir
Menurut Emhamed, et.al. (2004) melaporkan penelitian pada bayi aterm,
pada kelompok bayi dengan penjepitan tunda (setelah tali pusat berhenti
berdenyut) proporsi polisitemia (>65%) saat 24 jam pertama sebesar 5,3%,
sedangkan pada penjepitan dini (10 detik setelah bayi lahir) tidak didapatkan

10
polisitemia dengan angka signifikansi p= 0,12. Penelitian oleh Batlajery dkk.,
(2013) menemukan kadar Hb bayi neonatus 3 hari adalah 14-20,8 g/dl dan rata-
rata 17,46 g/dl. Rata-rata Hb bayi pada penjepitan tali pusat < 2 menit adalah
15,9 gr/dl. Pada penjepitan tali pusat 2-7 menit rata-rata kadar Hb nya 17,8 gr/dl.
Penjepitan tali pusat > 7 menit, rata-rata Hb bayi adalah 19,66 gr/dl. Ada
perbedaan kadar Hb diantara ketiga waktu penjepitan tali pusat. Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat pengaruh lama waktu penjepitan tali pusat dengan
kadar Hb pada bayi usia 3 hari. Semakin lama penundaan waktu penjepitan tali
pusat akan meningkatkan kadar Hb bayi dan mengurangi risiko anemia pada bayi
baru lahir.
Penundaan penjepitan memungkinkan waktu untuk mentransfer darah
janin di plasenta ke bayi pada saat kelahiran. Transfusi plasenta ini dapat
memberi bayi tambahan volume darah 40% lebih banyak (Airey, et. al. 2010).
Manfaat lain untuk neonatal yang berhubungan dengan peningkatan transfusi
plasenta ini mencakup konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi, penambahan
zat besi dan kurang anemia pada awal masa bayi dan adaptasi kardiopulmoner
yang lebih baik (McDonald, et al. 2013; Hutton and Hassan, 2007; Bhatt, et al.
2013).
Andersson, et al. (2011) memperoleh penundaan pengkleman tali pusat
dibandingkan dengan penjepitan tali pusat segera berhubungan dengan
peningkatan kadar zat besi dalam darah dan menurunkan risiko defisiensi besi
pada bayi usia 4 bulan tanpa efek samping yang nyata. Abalos (2008) bahwa
manfaat untuk bayi dari menunda penjepitan tali pusat adalah nilai hemoglobin
yang lebih tinggi, tambahan cadangann besi tubuh, berkurangnya anemia pada
perkembangan selanjutnya. Kadar sel darah merah lebih tinggi mengalir ke
organ- organ vital menyebabkan adaptasi cardiopulmoner yang lebih baik, dan
meningkatkan durasi dari menyusui saat-saat awal.
Defisiensi zat besi pada bayi karena dikaitkan dengan perkembangan
gangguan neurologis. Dengan risiko anemia bayi yang tinggi di seluruh dunia,
penundaan penjepitan tali pusat berpotensi mengurangi bayi anemia dengan
demikian memperbaiki kesehatan dan perkembangan bayi dan anak. Jumlah
pengurangan sebesar 10% berarti pengurangan tahunan 60.000 bayi dengan

11
anemia di Nepal. Penelitian ini penting dilakukan karena indikasi kuat untuk
efek menguntungkan dari penjepitan tali pusat tertunda pada bayi usia 8 sampai
12 bulan terjadi anemia, belum dievaluasi dengan uji coba dalam lingkungan
berpendapatan rendah dengan prevalensi tinggi anemia defesiensi besi. Selain
itu, hasilnya mungkin tidak hanya berkontribusi di Nepal, tetapi juga untuk
masyarakat global, khususnya negara-negara berkembang lainnya dengan
prevalensi anemia defesiensi besi yang tinggi (Ashish, et al. 2015)

G. Penundaan Pemotongan Tali Pusat Terhadap Lama Puput Tali Pusat, Lama
Lahir Plasenta, Dan Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini
Tali pusat merupakan penghubung antara bayi dengan plasenta. Fungsi tali pusat
diantaranya adalah untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen dari ibu kepada janin.
Pemotongan tali pusat sebelum waktunya lepas, dapat berbahaya bagi bayi yang
baru lahir karena membuat mereka dua kali lebih rentan terkena infeksi. Setelah
persalinan tali pusat akan lepas dengan sendirinya dari tubuh bayi dalam waktu
3-10 hari.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Munawaroh dkk di dapatkan bahwa bayi
dari ibu bersalin dengan penundaan pemotongan tali pusat akan mengalami
puput tali pusat dalam waktu kurang dari atau sama dengan 5 hari sebanyak
54.5% dan yang lebih dari 5 hari sebanyak 36.1% sedangkan bayi dari ibu
bersalin yang segera dipotong tali pusatnya akan puput dalam waktu kurang dari
atau sama dengan 5 hari sebanyak 45.5% dan yang yang lebih dari 5 hari
sebanyak 63.9%. Dengan RR 1.5 (95% CI 0.896-2.502) artinya ibu dengan
penundaan pemotongan tali pusat akan 1.5 kali lebih cepat puput tali pusatnya
dibandingkan dengan ibu bersalin yang segera dipotong tali pusatnya. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Mercer yang menyatakan bahwa lama waktu
puput tali pusat bila nanti dipotongnya rata-rata 3.75 hari sedangkan bila segera
dipotong rata-rata puput tali pusat 9.56 hari. WHO menekankan pentingnya
penyatuan atau penggabungan untuk asuhan ibu dan bayi. Hal ini dinyatakan
dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal (Genewa Swiss, 1997) bahwa
Penundaan pengkleman atau tidak diklem sama sekali adalah cara fisiologis
dalam perawatan tali pusat dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan

12
intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut. Dengan semakin
cepat penyembuhan atau waktu puput tali pusat berarti semakin sedikit waktu
perawatan tali pusat sehingga semakin rendah risiko infeksi yang terjadi pada tali
pusat. Banyak juga ibu-ibu yang belum berani memandikan bayi mereka apabila
tali pusat belum puput, semakin cepat puput tali pusat maka ada kemungkinan
ibu-ibu akan lebih percaya diri dalam memberikan perawatan kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Munawaroh dkk di dapatkan bahwa ibu
bersalin dengan penundaan pemotongan tali pusat akan mengalami lama lepas
plasenta kurang dari atau sama dengan 5 menit sebanyak 28% dan yang lebih
dari 5 menit sebanyak 31% sedangkan ibu bersalin yang segera dipotong tali
pusatnya akan mengalami lepas plasenta dalam waktu kurang dari atau sama
dengan 5 menit sebanyak 72% dan yang lebih dari 5 menit sebanyak 38%. Ibu
bersalin dengan penundaan pemotongan tali pusat 0.6 kali lebih cepat lahir
dibandingkan dengan ibu bersalin yang segera dipotong tali pusatnya dengan RR
0.6 (95% CI 0.239-1.160). Manajemen aktif kala III untuk mempercepat
kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi risiko perdarahan post
partum. Manajemen aktif kala III telah dimasukkan kedalam Asuhan Persalinan
Nornal (APN) dengan mengklem tali pusat dan menyuntikkan 10 unit oksitosin 2
menit setelah bayi lahir (Saifudin, 2007). Selain manajemen aktif kala III ada
juga manajemen fisiologis persalinan kala III atau penundaan pengkleman tali
pusat sampai tali pusat berhenti berdenyut. Untuk mengklem dan memotong tali
pusat pada semua bayi tanpa memandang usia kehamilan dan berat badan bayi.
Dengan adanya Manajemen Aktif Kala III diharapkan dapat mempercepat
kelahiran plasenta sehingga dapat juga mengurangi risiko perdarahan post
partum. Akan tetapi manajemen fisiologis persalinan kala III yaitu dengan
penundaan pemotongan tali pusat atau membiarkan saja plasenta terlahir tanpa
intervensi juga memberikan keuntungan berupa adanya transfer darah dari
plasenta sekitar 80 – 100 ml pada 3 menit setelah bayi lahir, meningkatkan kadar
hematokrit dan bilirubin dan meningkatkan oksigen.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Munawaroh dkk di dapatkan bahwa ibu
bersalin dengan penundaan pemotongan tali pusat akan melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) selama 60 menit sebanyak 42.2% dan tidak ada yang

13
melakukan IMD kurang dari 60 menit sedangkan ibu bersalin yang segera
dipotong tali pusatnya yang melakukan IMD selama 60 menit sebanyak 57.8%.
Ibu yang melakukan IMD selama 60 menit akan 0.5 kali berhasil memberikan
ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD atau IMD
kurang dari 60 menit dengan RR 0.578 (95% CI 0.484-0.689) Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) merupakan permulaan atau sebagai langkah awal untuk keberhasilan
dalam pemberian ASI eksklusif. Munawaroh (2010), menyatakan bahwa 43%
ibu yang berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan berhasil juga
dalam pemberian ASI eksklusif . Penundaan pemotongan tali pusat akan
memberikan peluang kepada ibu yang melahirkan untuk dapat melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga bayi akan mendapatkan ASI lebih awal
dan hal ini akan mempengaruhi terhadap keberlangsungan pemberian ASI
eksklusif. Pemberian ASI eksklusif sudah terbukti banyak keuntungannya, salah
satunya adalah bayi tidak mudah sakit karena ASI mempunyai kandungan
antibodi.

H. RINGKASAN
Anemia defisiensi besi pada bayi merupakan masalah kesehatan yang hampir
terdapat di seluruh negara berkembang. Anemia defisiensi besi pada bayi
merupakan masalah kesehatan serius karena akan mengganggu perkembangan
mental dan kognitif untuk perkembangan selanjutnya setelah dewasa. Sehingga
harus dicegah dengan melakukan tehnik penundaan penjepitan tali pusat saat
bayi baru lahir. Penundaan penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat
dimaksudkan bahwa waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali
pusat diperkirakan 2 – 3 menit atau sampai tidak ada denyut ditali pusat. Sampai
saat ini waktu yang tepat untuk menunda penjepitan tali pusat masih
diperdebatkan oleh beberapa ahli. Penundaan penjepitan tali pusat menyediakan
darah sebanyak 80 ml selama 1 menit dan 100 ml selama 3 menit saat kelahiran.
Hal ini dapat memberikan tambaan 40-50 mg/kg zat besi ekstra pada bayi,
sehingga dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada tahun pertama
kehidupan bayi.

14
Nilai rata-rata kadar hemoglobin pada bayi yang dilakukan pengkleman
tali pusat kelompok 2 menit sebesar 14,5 gr/dl, sedangkan nilai rata-rata kadar
hemoglobin pada bayi yang dilakukan pengkleman tali pusat kelompok 3 menit
sebesar 15,9 gr/dl. Waktu penundaan pengkleman tali pusat berpengaruh
terhadap kadar hemoglobin pada bayi baru lahir. Penelitian ini menyarankan
perlunya petugas kesehatan mengevalusi waktu penundaan pengkleman tali
pusat yang digunakan dalam APN agar meningkatkan kadar hemoglobin pada
bayi baru lahir, sehingga mengurangi resiko bayi dari defesiensi zat besi.
Masih banyaknya ibu yang melahirkan dengan tanpa penundaan
pemotongan tali pusat yang disebabkan masih sedikit pilihan tempat melahirkan
dengan penundaan pemotongan tali pusat; Ibu yang melahirkan dengan
penundaan pemotongan tali pusat plasentanya akan lahir 0.6 kali lebih cepat
dibandingkan dengan ibu melahirkan yang segera dipotong tali pusatnya; Ibu
yang melahirkan dengan penundaan pemotongan tali pusat akan mengalami
puput pada tali pusat lebih cepat 1.5 kali dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan segera dipotong tali pusatnya; Ibu yang melahirkan dengan
penundaan pemotongan tali pusat akan lebih berhasil melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) selama 60 menit sebesar 0.5 kali dibandingkan dengan ibu
melahirkan yang segera dipotong tali pusatnya. Saran metode penundaan
pemotongan tali pusat merupakan cara persalinan alamiah tanpa menggunakan
alat dan dapat dilakukan oleh bidan dimanapun termasuk pada saat terjadi
kegawatdaruratan; Banyak manfaat yang diperoleh untuk bayi dan ibunya
sehingga tidak ada alasan untuk tidak mencoba penerapan metode persalinan
alamiah ini; Melakukan penundaan pemotongan tali pusat merupakan pilihan ibu
yang akan melahirkan, peningkatan pengetahuan calon ibu perlu ditingkatkan
untuk melakukan metode ini.

RUJUKAN
Ida Bagus RKA, Ketut PK. I wayan M. Penundaan Penjepitan Tali Pusat Sebagai
Strategi Yang Efektif Untuk Menurunkan Insiden Anemia Defisiensi Besi Pada
Bayi Baru Lahir. 2018

15
Rafika. Waktu Penundaan Pengkleman Tali Pusat Berpengaruh Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir 2018
Munawaroh,dkk. Penundaan Penjepitan Tali Pusat Sebagai Strategi Yang Efektif
Untuk Menurunkan Insiden Anemia Defisiensi Besi Pada Bayi Baru Lahir 2018

16

Anda mungkin juga menyukai