Anda di halaman 1dari 3

BKKBN Siapkan SIGA, Data Keluarga By Name By Address

https://keluargaindonesia.id/kabar/bkkbn-siapkan-siga-data-keluarga-by-name-by-address

26 Juni 2018 14:53 WIB

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan menerapkan sistem
informasi yang lebih rigit, kekinian dan akuntabel. Sistem Informasi Keluarga (SIGA)
namanya. SIGA akan menjadi data operasional bagi petugas KB dan pihak terkait dalam
melakukan intervensi terhadap program pemberdayaan keluarga.

Demi membangun sistem data dan informasi yang lebih ‘mumpuni’, pada 2018 ini BKKBN
melakukan sinkronisasi Basis Data Keluarga Indonesia (BDKI) dengan sistem informasi
kependudukan. Menurut Direktur Pelaporan dan Statistik BKKBN, Rudi Budiman,
sinkronisasi itu menjadi salah satu fokus BKKBN. Fokus lainnya mengintegrasikan data
statistik rutin KKBPK, menjamin ketersedian data program KKBPK dan menjaga
kerahasiaan individu.

Sistem informasi yang dibangun BKKBN ini dikemas dengan nama Sistem Informasi
Keluarga atau SIGA. SIGA digunakan sebagai peta kerja, intervensi program dan pengukuran
kinerja. Penerapan SIGA akan diuji coba di 68 kabupaten. “Masing-masing provinsi dua
kabupaten,” ujar Rudi dalam wawancara khusus dengan Jurnal Keluarga, baru-baru ini, di
ruang kerjanya.

SIGA menjadi ‘kendaraan’ yang begitu penting bagi BKKBN khususnya. Pasalnya, data dan
informasi keluarga berfungsi sebagai alat monitoring dan dasar perencanaan, pengukuran
kinerja dan peta kerja pada setiap tingkatan wilayah Program Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

Rudi mengakui masih ada kendala. Satu di antaranya adalah proses validasi. Seiring dengan
kegiatan sinkronisasi data dan informasi, kendala itu akan diminimalisasi. Caranya melalui
peningkatan kompetensi dan pendayagunaan SDM pengelola data dan informasi (datin) di
setiap tingkatan wilayah dan peningkatan cakupan. Dengan demikian akan terjadi
peningkatan kualitas BDKI.

Menurut Rudi, pemutakhiran BDKI adalah kegiatan untuk memutakhirkan data keluarga
Indonesia dengan cara melengkapi, memperbaiki, memperbaharui, mencatat mutasi, mencatat
migrasi, dan mendata keluarga baru yang ada maupun belum ada dalam BDKI. Hal ini
dilakukan petugas melalui kunjungan rumah dengan cara mewawancarai dan atau observasi
keluarga.
“Yang jelas, dengan adanya SIGA, tersedia data akurat lengkap dengan nama dan alamat (by
name, by address),” tutur Rudi. Dengan data dan informasi yang lengkap dalam Siga,
BKKBN maupun pihak-pihak yang memanfaatkan data SIGA akan dimudahkan dalam
melakukan pembinaan maupun intervensi.
 
Uji Coba
Tahun ini, BKKBN menggiatkan workshop ataupun ujicoba entri pada aplikasi SIGA di
berbagai daerah. Sistem aplikasi SIGA dikembangkan sebagai aplikasi yang dapat
mengintegrasikan aplikasi statistik rutin (pelayanan kontrasepsi, pengendalian lapangan) dan
aplikasi pendataan keluarga.

“Penerapan aplikasi ini sebagai upaya meningkatkan ketersediaan data dan informasi
keluarga yang berkualitas dan tepat waktu,” tambah Rudi.

Workshop digelar dengan tujuan meningkatkan kualitas anggota KKBPK di setiap daerah


dalam menyajikan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu. Kegiatan ini sekaligus
juga untuk mensosialisasikan penggunaan aplikasi SIGA dalam pengelolaan data statistik
rutin, berupa pelayanan KB dan pengendalian lapangan berdasarkan formulir tahun 2015.

Rudi mengatakan, ke depan, salah satu arah kebijakan dan strategi program KKBPK
difokuskan pada peningkatan ketersediaan dan kualitas data serta informasi kependudukan
yang memadai. Untuk itu, SIGA harus menghasilkan data dan informasi yang tepat waktu
dan tepat ukur. “Jajaran BKKBN dituntut agar data dan informasi program KKBPK harus
akurat dan valid, terpercaya, serta dapat dimanfaatkan,” tandas Rudi.

Untuk menghasilkan data akurat, data yang ditampilkan harus benar-benar sesuai dengan
situasi dan kondisi di lapangan. Sebab, kebenaran data dan informasi akan memberikan potret
yang sama dengan gambaran wilayah yang dipotret. “Data yang baik haruslah objektif (sesuai
dengan keadaan sebenarnya), representatif (mewakili semua kondisi), up to date (kekinian),
relevan, dan mempunyai tingkat kesalahan baku (standard error) yang kecil,” jelasnya.

Lebih lanjut Rudi mengatakan, pengelolaan data keluarga dapat menggunakan aplikasi SIGA.
Dan adalah kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah provinsi serta kabupaten dan kota
dalam mengumpulkan, mengolah data serta informasi program KKBPK. Landasan hukum
penyediaan data dan informasi Program KKBPK didasari UU No 53/2009 pasal 49 dan pasal
50, tentang Penyelenggaraan dan Pengembangan Sistem Informasi Kependudukan dan
Keluarga (Siduga).

Juga sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. UU ini mengamanatkan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, menyajikan data,
informasi mengenai kependudukan dan keluarga.
Dalam upaya melakukan pengendalian program KKBPK, sejak awal keberadaannya,
BKKBN selalu mengedepankan pencatatan dan pelaporan (R/R). Inilah salah satu cara
lembaga ini melakukan pemantauan perkembangan program hingga pun program yang
dilakukan organisasi perangkat daerah sektor KKBPK.

Menurut catatan Jurnal Keluarga, BKKBN terus melakukan inovasi dan kreativitas dalam
menyampaikan dan melaksanakan program KKBPK. Sistem informasi R/R perkembangan
program KB model formulir terbaru, merupakan pelaporan berbasis IT yang sangat
diperlukan oleh BKKBN dan mitra kerja.

Dengan SIGA, pelaporan yang dilakukan bisa lebih berkualitas dan transparan serta
akuntabel. Sistem ini akan menggantikan sistem yang saat ini dipakai. Sistem saat ini belum
saling terintegrasi.

Di dalam SIGA tercakup data kelahiran, kematian, kesertaan ber-KB, penggunaan alat
kontrasepsi, dan data keluarga lainnya. “SIGA sudah digagas pada 2015 dan uji coba
dilakukan hingga Oktober. Bila segalanya mulus, pada 2019 akan dituntaskan untuk seluruh
Indonesia,” ujar Rudi, seraya menambahkan, SIGA akan menjadi acuan pemerintah karena
data yang dihasilkan bersifat detail per Kepala Keluarga.

Aplikasi SIGA kelak dapat diakses secara online, offline  maupun mobile, sehingga


memberikan kemudahan bagi pengelola data dan informasi di seluruh tingkatan wilayah
dalam hal pengelolaan sistem pencatatan dan pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai