TAMI RUSLI
Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Jl.ZA Pagar Alam No.26, Bandar Lampung
Abstract
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 111
terlepas dari konsep dasar Undang-Undang Globalisasi, PDIH KPK Undip-Unila,
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Semarang 17 Juli 2011).
Manusia (HAM). Pandangan Indonesia terhadap
Sistem hukum adalah keseluruhan hak asasi manusia dimana Indonesia
kaidah-kaidah hukum yang merupakan menganut partikular relatif yang
satu kesatuan yang teratur, dan terdiri mempertemukan titik dialogis dengan
dari sejumlah sub sistem (misalnya sub sistem Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi berdasarkan asas kekeluargaan dengan
Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata dan pendekatan sistemik (Paulus Hadi Suprapto,
Hukum Dagang dan Hukum Ekonomi), yang Bahan kuliah HAM dan Pembangunan
saling berkaitan dan saling pengaruh dan Hukum di Era Globalisasi, PDIH KPK
mempengaruhi), tidak terkecuali hukum Undip-Unila, Semarang 15 Juli 2011).
Hak Asasi Manusia. Beranjak dari rumusan Selanjutnya Arief Hidayat menyatakan bahwa
ini, maka sistem hukum nasional itu selalu dalam membuat peraturan hukum harus
harus dikaitkan pula dengan landasan berlandaskan pada empat pilar kehidupan
groundnorm yaitu Pancasila, UUD 1945 dan berbangsa. Pilar-pilar kehidupan berbangsa
asas-asas hukum umum yaitu ukuran-ukuran itu antara lain Pancasila, Undang-Undang
hukumiah-ethis yang memberikan arah Dasar Neraga Republik Indonesia 1945,
kepada pembentukan hukum (Notohamidjojo, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
1985:49) yang merupakan penjabaran dari Bhineka Tunggal Ika (Arief Hidayat, Bahan
grundnorm tersebut. Kuliah Pemba-haruan Hukum Nasional,
Mengenai sistem hukum nasional PDIH KPK Undip-Unila, Bandar Lampung,
yang berhubungan dengan perundang- 30 Januari 2011).
undangan adalah merupakan penjelasan Selain apa yang telah dikemukakan
kembali bahwa perundang-undangan oleh Arief Hidayat,terdapat empat prinsip
menduduki posisi sentral atau utama dalam lain yang perlu diperhatikan pembentuk
pembangunan hukum nasional, yang akan undang-undang terutama pembentukan
dilengkapi dengan hukum tidak tertulis hukum di era globalisasi ini agar setiap
(hukum adat). Di samping itu dikemukakan produk hukum yang dibuat tidak akan
pula perlunya univikasi dengan tidak merugikan masyarakat, sehingga hak-
meninggalkan kebhinekaan terutama dalam hak masyarakat dapat terpenuhi. Sebagai-
bidang-bidang kehidupan spiritual. Berikutnya mana rumusan yang terdapat dalam Pasal 1
hal yang menyangkut persoalan nilai- angka (1) Undang-Undang No. 39 Tahun
nilai Pancasila, pada pokoknya bahwa 1999 tentang HAM, menyebutkan HAM
pembentuk undang-undang (Presiden dan adalah seperangkat hak yang pada hakikat
DPR) dalam penyusunan undang-undang dan keberadaan manusia sebagai mahluk
perlu dengan tepat menunjukan nilai- Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
nilai Pancasila yang melandasi undang- anugerah-Nya yang wajib dihormati, di
undang itu sehingga dalam penerapannya junjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
tidak akan terjadi pelanggaran terhadap hukum, pemerintah, dan setiap orang
hak asasi manusia sebagai bentuk dari demi kehormatan serta perlindungan
objek aturan yang dibuat tersebut harkat dan martabat manusia. Empat prinsip
karena HAM sebagai hak moral yakni tersebut yaitu :
hak yang melekat pada diri manusia 1. mempunyai pengetahuan yang cukup
karena harkat martabatnya (martabat berakal tentang keadaan senyatanya;
dan berhati nurani) (Rahayu, Bahan kuliah 2. mengetahui sistem nilai yang berlaku dalam
HAM dan Pembangunan Hukum di Era masyarakat;
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 113
melibatkan seluruh dunia, dan karena untuk mencapai suatu tertib atau
beberapa transisi besarnya terjadi secara keadaan masyarakat sebagaimana
bersamaan. Perulangan irama dan pola- dicita-citakan atau untuk melakukan
pola kebangkitan dan kemunduran perubahan-perubahan yang diinginkan.
yang tampak mendominasi evolusi budaya Kemampuan hukum semacam ini
telah bersama-sama mencapai titik balik melekat pada pengertian hukum modern.
pada saat yang sama. Dari sisi ini, tampak hukum di dalam fungsi
Pada awalnya tidak ada keragu- nya dapat pula mengubah, merekayasa,
raguan mengenai kemampuan negara untuk mengatur, memaksa masyarakat untuk
secara otonom dan mutlak mengatur melangkah sesuai irama dan cita-cita
serta menata kehidupan masyarakat. hukum, satu situasi yang adil atau dianggap
Hukum menjadi semacam alat di tangan adil lewat kesepakatan bersama (bukan
kekuasaan untuk mewujudkan apa yang kehendak penguasa). Dengan demikian
dikehendaki. Sejak adanya kompleksitas lengkaplah tugas hukum, as a channel of
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu justice dan as a tool of social engineering.
tentang kehadiran kekuasaan lain di luar Persoalannya kemudian, bagaimana anggota
negara, maka perencanaan pembangunan masyarakat, akankah setiap anggota
hukum menjadi tidak sederhana lagi. masyarakat memutarbalikan/ menyalahguna-
Masyrakat mengetahui resiko besar yang harus kan “misi” hukum yang ada. Persoalan antara
di tanggung manakala perencanaannya gagal justice/ adil, truth/ benar dalam hukum selalu
mengantisipasi dinamika masyarakat dibicarakan terus sepanjang masa (A Masyhur
dan apa yang dapat dilakukan masyarakat Effendi, 2010:8).
(Satjipto Rahardjo, 2008:3). Menurut Satjipto Hal ini menyangkut tidak hanya
Raharjo (2009:137) bahwa hukum sebagai hakikat kemanusiaan dan harkat manusia
sarana kontrol sosial ini nampaknya bersifat sendiri dalam masyarakat, tetapi juga
statis, karena hukum sebagai sarana kontrol hubungan antar manusia bermasyarakat.
sosial hanya sekedar mempertahankan pola Dalam hukum alam salah satu muatannya
hubungan-hubungan serta kaidah-kaidah yang adalah hak-hak pemberian dari alam, karena
ada pada masa sekarang. dalam hukum alam ada sistem keadilan
Akan tetapi sebenarnya pekerjaan yang berlaku universal. Adanya hak dalam
kontrol sosial ini cukup sarat pula dengan hukum alam memihak kepada kemanusiaan.
dinamika dan perubahan-perubahan. Terlepas dari adanya kelemahan-kelemahan
Pelaksanaan kontrol sosial ini suatu saat tidak yang ada, perdebatan tentang hubungan
lagi berhenti pada suatu orientasi masa antara hak, kewajiban dalam diri hukum itu
sekarang, tetapi dapat juga melampauinya, sendiri akan terus berlangsung. Satu hal
yang berarti ditujukan untuk menjangkau yang pasti, hak mempunyai kedudukan/
masa yang akan datang. Dengan demikian, derajat utama dan pertama dalam konteks
persoalan yang ingin dipecahkan bukan hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam
lagi bagaimana mempengaruhi tingkah rangka tercapainya keharmonisan hubungan
laku orang-orang agar sesuai dengan antar anggota masyarakat dalam praksisnya
harapan masyarakat dalam keadaan terkait dengan hak, kewajiban, dan
sekarang, melainkan menyangkut masalah- juga tanggung jawab. Tiga elemen
masalah perubahan yang dikehendaki. tersebut secara proporsional akan
Untuk jenis kontrol sosial yang terakhir mewujudkan hubungan ideal antar anggota
ini biasa dipakai istilah social engineering. masyarakat.
Hukum sebagai social engineering, Sejalan dengan pendapat ini, Sudikno
adalah penggunaan hukum secara sadar Mertokusumo (1996:11) menjelaskan bahwa
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 115
Konsep inilah yang mendasari ketentuan 2000:181). Melalui pemahaman mengenai
imternasional bahwa kewajiban perlindungan cita hukum sebagaimana uraian di atas,
dan pemajuan HAM utamanya ada dengan demikian maka dapat di mengerti
pada negara. Isu HAM kemudian dijadikan bahwa bangsa Indonesia sangat mengidam-
isu internasional atau isu global. kan perkembangan hukum yang ber-
Masalah bila suatu isu nasional menjadi sumberkan atas dasar gagasan, rasa,
isu global dapat dilihat dalam (Mohtar karsa, cipta dan pikiran asli dari masyarakat
Mas’oed dan Riza Noer Arfani, 2009:11), Indonesia sendiri yang tentunya tidak terlepas
jaminan yang diberikan negara atas HAM dari pemahaman Bangsa Indonesia terhadap
warganya ini bukan berarti bahwa HAM, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/
hak-hak tersebut lahir setelah negara 1998 tentang HAM.
meratifikasi konvensi internasional tentang Hukum itu bukan merupakan tujuan
HAM atau mengeluarkan peraturan apapun akan tetapi merupakan jembatan, yang akan
yang menjamin hak asasi warganya, tetapi membawa bangsa Indonesia kepada ide
lebih merupakan tanggung jawab negara yang dicita-citakan (I Gede A.B. Wiranata,
dalam menjamin hak-hak yang telah dimiliki 2007:78). Negara wajib menjamin
oleh setiap warganya secara kodrati. Hal pelaksanaan hak asasi manusia bagi
ini disebabkan karena HAM adalah hak setiap orang yang berada di bawah
yang secara kodrati dimiliki manusia kekuasaannya. Kewajiban ini dilaksanakan
bersamaan dengan kelahirannya di dunia negara dengan mengambil langkah-langkah
sebagai seorang individu yang merdeka. yang diperlukan, baik itu dalam ranah
Dalam kehidupan sehari-hari masih ada kekusaan legislatif, eksekutif maupun
berbagai kegiatan kehidupan manusia yang yudikatif. Untuk menciptakan semua kondisi
sebenarnya merupakan hukum yang yang dibutuhkan dalam bidang sosial,
hidup dalam masyarakat, namun belum ada ekonomi, politik maupun bidang-bidang
peraturan perundang-undangan yang lain serta jaminan hukum yang diperlukan
mengaturnya. Kondisi semacam ini dapat untuk semua orang di bawah yuridiksinya.
dipahami, karena kebutuhan hidup manusia Cita hukum bagi bangsa Indonesia berakar
serta kegiatan kehidupan manusia sangat dalam Pancasila, sebagai landasan kefilsafatan
banyak dan beragam, serta cepat sekali dalam menata kerangka dan struktur dasar
berubah dan berkembang, sedangkan organisasi negara sebagaimana yang secara
peraturan perundang-undangan tidak formal dirumuskan dalam Pembukaan
mungkin dapat menampung semua segi Undang-Undang Dasar 1945 terutama
kehidupan manusia selengkap-lengkapnya dan pada alenia IV yang menyatakan: “Kemudian
sejelas-jelasnya terutama dalam hubungannya dari pada itu untuk membentuk suatu
dengan pengaturan hukum di era global. Pemerintahan Negara Indonesia yang
Cita hukum (rechtsidee) mengandung melindungi segenap bangsa Indonesia
arti bahwa pada hakikatnya hukum dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
sebagai aturan tingkah laku masyarakat untuk memajukan kesejahteraan umum,
berakar pada gagasan, rasa, karsa, cipta mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
dan pikiran masyarakat itu sendiri. Jadi cita melaksanakan ketertiban dunia yang ber-
hukum itu adalah gagasan, karsa, cipta dan dasarkan kemerdekaan, perdamaian
pikiran, berkenaan dengan hukum atau abadi dan keadilan sosial, maka disusun-
persepsi tentang makna hukum, yang lah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
pada intinya terdiri atas tiga unsur: itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
keadilan, kehasilgunaan (doelmatigheid) Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
dan kepastian hukum (Bernard Arief Sidharta susunan Negara Republik Indonesia yang
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 117
Hal ini sesuai dengan kedudukannya, ketiga, ideologi sebagai retorika. Ideologi
maka Pancasila merupakan sumber dari menjadi pedoman kegiatan untuk memberi
segala sumber hukum, baik dari segi wujud pada nilai-nilai yang terkandung di
filosofis ideologis bangsa Indonesia dalamnya dan memberi gambaran masa
maupun sebagai sumber hukum formal depan yang dicita-citakan.
yang tertinggi, (Moelatiningsih Moempoeni, Sebagai dasar negara dan sebagai
Pidato Pengukuhan Guru Besar UNDIP, pandangan hidup, Pancasila mengandung
2003:12) yaitu sumber yang harus selalu nilai-nilai etis yang bersifat normatif.
dijadikan dasar dalam penyelenggaraan Maksudnya Pancasila menjadi ukuran
kegiatan bernegara dan pengembangan baik dan buruk tingkah laku manusia,
hukum yang meliputi pembentukan, pene- khususnya manusia Indonesia. Dengan
muan dan penerapan serta penegakan hukum demikian Pancasila merupakan suatu
nasional di Indonesia. Dengan perkataan postulat yang menjadi ukuran bagi seluruh
lain Pancasila sebagai dasar dan arah kegiatan dalam kehidupan masyarakat
pengembangan hukum akan mewarnai dan kenegaraan sehingga hak-hak
segala sub sistem di bidang hukum, warga negara sebagai hak dasar dalam
baik substansi hukum yang bernuansa “law hukum HAM dalam kehidupan masyarakat
making process”, struktur hukum yang tidak terganggu. Oleh sebab itu, Pancasila
bersentuhan dengan “law enforcement”, juga merupakan garis pengarah yang
maupun budaya hukum yang berkaitan dengan menunjukkan jalan yang akan ditempuh untuk
“law awareness”. mencapai tujuan bersama, yaitu masyarakat
Pancasila mempunyai berbagai adil dan makmur (Sunoto, 1987:116).
fungsi, Notonagoro mengatakan bahwa Kedudukan Pancasila bagi bangsa
Pancasila itu adalah asas persatuan, kesatuan, Indonesia dapat dikatakan sebagai norma
damai, kerjasama, hidup bersama dalam dasar (basic norm) atau disebut juga
Negara Republik Indonesia. Fungsi dari sebagai grundnorm (Satjipto Raharjo,
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah 1982:244). Pancasila sebagai dalil akbar
negara, sebagai asas dan landasan negara yang di sebut grundnorm itu kecuali
serta sebagai pedoman dalam kehidupan berfungsi sebagai dasar, juga sebagai
berbangsa dan bernegara (Endang Danuri tujuan yang harus diperhatikan oleh setiap
Asdi, 2003:52) Maka dapat dikatakan hukum atau peraturan yang ada, semua
bahwa Pancasila merupakan ideologi hukum yang berada dalam kawasan
negara (Endang Danuri Asdi, 2003:53). rezim grundnorm tersebut harus bisa mengait
Yang mana dalam ideologi terkandung kepadanya. Grundnorm ini semacam
tiga unsur, yaitu interpretasi, etika bensin yang menggerakan seluruh sistem
dan retorika. Unsur yang pertama dapat hukum. Proses konkritisasi selanjutnya menjadi
dilihat pada adanya suatu penafsiran atau norma-norma yang khusus diwarnai dan
pemahaman terhadap kenyataan adalah dialiri dengan nilai-nilai dasar (grundnorm)
pemahaman terhadap Pancasila dalam tersebut, proses ini melahirkan stufenbow-
konteks Pembukaan Undang-Undang theory. Hans Kelsen menyebut grundnorm
Dasar 1945, yaitu adanya sejarah perjuangan itu sebagai cita hukum serta memandangnya
bangsa Indonesia. Unsur yang kedua sebagai “the source of identity and as the
dapat dilihat pada adanya nilai-nilai moral source of unity of legal system” (Joseph Raz,
yang ada dalam ideologi. Apabila diterapkan 1973:67).
pada Pancasila, maka Pancasila mengandung Grundnorm merupakan sumber nilai
nilai-nilai yang menjadi dasar bagi bagi adanya sistem hukum, keberadaan-
tata kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur nya merupakan bensin yang menggerakan
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 119
dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan berfungsi sebagai “margin of appre-
yang manusiawi yang memungkinkan ciation” yaitu batas-batas pembenaran,
proses kemasyarakatan berlangsung secara tolok ukur tentang etika moral, ke-
wajar sehingga secara adil tiap manusia hormatan dan martabat bangsa
memperoleh kesempatan yang luas dan 5. Sebagai bintang pemandu (leitstern) bagi
sama untuk mengembangkan seluruh tercapainya cita-cita masyarakat.
potensi kemanusiaannya secara utuh
(Muchtar Kusumaatmadja, 1996:49).
Pelaksanaan pengayoman itu dilaku- III. PENUTUP
kan dengan usaha mewujudkan: (Bernard
Arief Sidharta, 2003: 190) Pada masa sekarang ini banyak
1. Ketertiban dan keteraturan yang sekali segi-segi kehidupan masyarakat
memunculkan prediktabilitas. yang berubah dan berkembang pesat.
2. Kedamaian dan ketentraman. Perubahan ini tentu saja sangat mem-
3. Keadilan (distributif, kumulatif, vindikatif, pengaruhi perkembangan hukum yang
protektif) ada di Indonesia. Pembangunan di
4. Kesejahteraan dan keadilan sosial. segala bidang pun senantiasa dilaksanakan,
5. Pembinaan akhlak luhur berdasarkan termasuk pembangunan hukum melalui
Ketuhanan Yang Maha Esa. pembaharuan hukum dalam rangka
Dalam kaitannya sebagai basic norm pengembangan atau pembangunn
dan rechtsidée, maka peran dan fungsi hukum nasional yang bersumber pada
Pancasila dalam pembentukan hukum Pancasila dan UUD 1945 yang tidak
nasional adalah sebagai berikut (Kuat Puji melepaskan kepentingan masyarakat sesuai
Prayitno, Jurnal Media Hukum Vol. 14 No. 3 dengan konsep HAM. Meski secara teoritis
November 2007) : berhasilnya revolusi Indonesia yang
1. Cita hukum Pancasila berfungsi sebagai titik kulminasinya Proklamasi Kemerdekaan
tolok ukur yang bersifat regulatif dan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
konstruktif. Tanpa cita hukum maka dengan sendirinya dikatakan menciptakan
produk hukum yang dihasilkan akan hukum nasional, ia hanya melegakan dalam
kehilangan maknanya. Dalam hal ini arti politik saja.
Pancasila menjadi standar penilaian Secara hukum justru teori revolusi
dalam peraturan perundang-undangan di tersebut sampai kini memprihatikan
Indonesia. bangsa Indonesia, karena bukankah
2. Cita hukum Pancasila adalah faktor masih cukup banyak peraturan hukum
yang memotivasi dan mempedomani dibidang kehidupan yang mendasar
(guiding principle) dalam penye- dan menyentuh hajat hidup orang banyak
lenggaraan hukum (law making process, masih dikuasai peraturan hukum berasal
law enforcement maupun law dari zaman penjajahan, seperti Kitab
awareness). Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
3. Cita hukum Pancasila menentukan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
masalah, metode dan penjelasan yang (KUHPdt), dan Kitab Undang-Undang
dianggap relevan untuk ditelaah sehingga Hukum Dagang (KUHD) yang seyogyanya
merupakan kunci pembentukan hukum masih ada pertentangan substansi dengan
oleh lembaga-lembaga hukum. konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia.
4. Sebagai norma kritik (kaidah evaluasi) Keadaan ini tentunya telah disadari,
dalam menghadapi tantangan kaitannya dan kesadaran tersebut menumbuhkan
dengan penegakan hukum, karena ia semangat untuk melakukan pembaharun atau
Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 121
Moelatiningsih Moempoeni M,
Impementasi Asas-Asas Hukum Tata
Negara Menuju Perwujudan Ius
Constituendum di Indonesia, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Universitas
Diponegoro, Semarang, 2003.
Satjipto Raharjo, Merencanakan
Pembangunan Hukum Dalam Era
Demokrasi, Transparansi dan
Perkembangan Sains, Makalah dalam
Seminar dan Temu Hukum Nasional,
Yogyakarta, 2008
Soenaryati Hartono, Ekonomi Pancasila,
Sistem Ekonomi Indonesia dan Hukum
Ekonomi Pembangunan, Prisma.
Sri Rahayu, Bahan kuliah Ham dan
Pembangunan Hukum Di Era
Globalisasi, KPK Undip-Unila,
Semarang 14 Juli 2011
Tim Peneliti Fakultas Hukum UGM
& Fakultas Hukum Universitas
Pancasila, Pokok-pokok Hasil
Penelitian tentang Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Dasar Peng-
embangan Ilmu Hukum Indonesia,
Makalah Pada Seminar Nasional
Dalam Rangka Dies Natalis ke-40
Universitas Pancasila, Jakarta 7
Desember 2006