Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal - Universitas Bandar Lampung (UBL)

PEMBANGUNAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


DALAM ERA GLOBALISASI

TAMI RUSLI
Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Jl.ZA Pagar Alam No.26, Bandar Lampung

Abstract

This study is about development of human rights regulations in Indonesia in


globalization era. Perspective of law science, the revolution theory which until now
becomes concern in Indonesian case, it is because there are lot of legal regulations
which touch the lives of the basic welfare of the majority are still dominated by the
rule of law derived from colonial product, such as the Criminal Code, Civil Code and
the Commercial Code. Those legal regulations still have clash in substance with the
concept of human rights in Indonesia. This situation must have been realized, and
the awareness increases enthusiasm for the construction of national law. Should we
build a legal system based on Pancasila, ideas such as this gives a large place to
explore the principles of customary law in making laws to conform with the ideals of
the law of Indonesia, namely willing the Pancasila and 1945 Constitution in which
there is recognition of basic human rights as the realization of human rights.

Keyword : Law, Human Rights, Globalization


I. PENDAHULUAN 2. merupakan kaidah hukum adat, masih
berorientasi sempit (lokal), maka belum
Era globalisasi sebagai akibat revolusi sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang Pancasila dan UUD 1945, sekalipun
tidak terbendung, sehingga menimbulkan Pancasila itu sendiri digali dari hukum adat;
berbagai dampak dalam masyarakat, 3. perundang-undangan yang terbentuk
baik positif maupun negatif. Terutama bagi sesudah tanggal 17 Agustus 1945, mungkin
masyarakat yang sedang berkembang, juga banyak yang belum sesuai dengan jiwa
sehingga dalam berbagai ilmu sosial Pancasila, UUD 1945, walaupun undang-
kemasyarakatan menimbulkan pemikiran- undang yang bersangkutan di dalam
pemikiran baru termasuk dalam bidang konsiderans atau pertimbangan hukumnya
ilmu hukum. Suatu penilaian atau evaluasi menyebutkan Pancasila dan UUD 1945
terhadap hukum positif menunjukkan sebagai landasannya.
bahwa hukum positif yang merupakan ius Dengan demikian terutama mengenai
constitutum belum menunjukkan ciri perundang-undangan apapun bentuknya
khas hukum nasional yang dicita-citakan (undang-undang, peraturan pemerintah,
(ius constituendum), karena hukum keputusan presiden, dan peraturan
yang berlaku di negara kita adalah sebagai pelaksanaan lainnya) agar merupakan suatu
berikut : sistem hukum nasional yang berlandaskan cita
1. berasal dari zaman kolonial dan tentunya hukum Pancasila seyogyanya ditempatkan ke
tidak berdasarkan Pancasila dan Undang- dalam suatu pola pemikiran tentang cita-
Undang Dasar 1945; cita hukum nasional rechtsidee. Serta tidak

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 111
terlepas dari konsep dasar Undang-Undang Globalisasi, PDIH KPK Undip-Unila,
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Semarang 17 Juli 2011).
Manusia (HAM). Pandangan Indonesia terhadap
Sistem hukum adalah keseluruhan hak asasi manusia dimana Indonesia
kaidah-kaidah hukum yang merupakan menganut partikular relatif yang
satu kesatuan yang teratur, dan terdiri mempertemukan titik dialogis dengan
dari sejumlah sub sistem (misalnya sub sistem Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi berdasarkan asas kekeluargaan dengan
Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata dan pendekatan sistemik (Paulus Hadi Suprapto,
Hukum Dagang dan Hukum Ekonomi), yang Bahan kuliah HAM dan Pembangunan
saling berkaitan dan saling pengaruh dan Hukum di Era Globalisasi, PDIH KPK
mempengaruhi), tidak terkecuali hukum Undip-Unila, Semarang 15 Juli 2011).
Hak Asasi Manusia. Beranjak dari rumusan Selanjutnya Arief Hidayat menyatakan bahwa
ini, maka sistem hukum nasional itu selalu dalam membuat peraturan hukum harus
harus dikaitkan pula dengan landasan berlandaskan pada empat pilar kehidupan
groundnorm yaitu Pancasila, UUD 1945 dan berbangsa. Pilar-pilar kehidupan berbangsa
asas-asas hukum umum yaitu ukuran-ukuran itu antara lain Pancasila, Undang-Undang
hukumiah-ethis yang memberikan arah Dasar Neraga Republik Indonesia 1945,
kepada pembentukan hukum (Notohamidjojo, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
1985:49) yang merupakan penjabaran dari Bhineka Tunggal Ika (Arief Hidayat, Bahan
grundnorm tersebut. Kuliah Pemba-haruan Hukum Nasional,
Mengenai sistem hukum nasional PDIH KPK Undip-Unila, Bandar Lampung,
yang berhubungan dengan perundang- 30 Januari 2011).
undangan adalah merupakan penjelasan Selain apa yang telah dikemukakan
kembali bahwa perundang-undangan oleh Arief Hidayat,terdapat empat prinsip
menduduki posisi sentral atau utama dalam lain yang perlu diperhatikan pembentuk
pembangunan hukum nasional, yang akan undang-undang terutama pembentukan
dilengkapi dengan hukum tidak tertulis hukum di era globalisasi ini agar setiap
(hukum adat). Di samping itu dikemukakan produk hukum yang dibuat tidak akan
pula perlunya univikasi dengan tidak merugikan masyarakat, sehingga hak-
meninggalkan kebhinekaan terutama dalam hak masyarakat dapat terpenuhi. Sebagai-
bidang-bidang kehidupan spiritual. Berikutnya mana rumusan yang terdapat dalam Pasal 1
hal yang menyangkut persoalan nilai- angka (1) Undang-Undang No. 39 Tahun
nilai Pancasila, pada pokoknya bahwa 1999 tentang HAM, menyebutkan HAM
pembentuk undang-undang (Presiden dan adalah seperangkat hak yang pada hakikat
DPR) dalam penyusunan undang-undang dan keberadaan manusia sebagai mahluk
perlu dengan tepat menunjukan nilai- Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
nilai Pancasila yang melandasi undang- anugerah-Nya yang wajib dihormati, di
undang itu sehingga dalam penerapannya junjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
tidak akan terjadi pelanggaran terhadap hukum, pemerintah, dan setiap orang
hak asasi manusia sebagai bentuk dari demi kehormatan serta perlindungan
objek aturan yang dibuat tersebut harkat dan martabat manusia. Empat prinsip
karena HAM sebagai hak moral yakni tersebut yaitu :
hak yang melekat pada diri manusia 1. mempunyai pengetahuan yang cukup
karena harkat martabatnya (martabat berakal tentang keadaan senyatanya;
dan berhati nurani) (Rahayu, Bahan kuliah 2. mengetahui sistem nilai yang berlaku dalam
HAM dan Pembangunan Hukum di Era masyarakat;

112 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


3. mengetahui benar-benar hubungan sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk
kausal antara sarana yang digunakan melayani masyarakat pada tingkat
oleh undang-undang seperti sanksi, baik perkembangannya yang mutakhir, suatu
sanksi negatif (punishment) maupun pengertian yang biasanya disebut
sanksi positif (reward) dan tujuan yang sebagai modernisasi hukum. Kedua,
hendak dicapai. dapat diartikan juga sebagai suatu usaha
4. melakukan penelitian terhadap efek untuk memfungsionalkan hukum dalam
dari Undang-undang itu, termasuk masa pembangunan, yaitu dengan cara
efek sampingan yang tidak diharapkan. turut mengadakan perubahan-perubahan
Berdasarkan apa yang dikemukakan sosial sebagaimana dibutuhkan oleh
pada latar belakang di atas, maka rumusan suatu masyarakat yang sedang mem-
masalahnya yaitu: bagaimana pembangunan bangun (Satjipto Rahardjo, 2009:203).
hukum yang sesuai dengan cita Berdasarkan makna pembangunan di
hukum Pancasila dengan memperhatikan atas, menurut Arief Hidayat (Bahan Kuliah
aturan-aturan hukum Hak Asasi Manusia Pembaharuan Hukum Nasional, PDIH
yang memuat hak-hak kodrat, dan peraturan KPK Undip-Unila, 30 Januari 2011) bahwa
yang bagaimana yang harus dibuat yang pembangunan hukum dapat dilihat
sesuai dengan jiwa dan pandangan hidup dari dua sisi, yaitu dari sisi pembuatan
bangsa Indonesia di era globalisasi ?. (law reform/ law making) dan sisi htt
implementasinya atau penegakan hukumnya
(law enforcement) yang disesuaikan dengan
II. PEMBAHASAN nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
pembangunan Sistem Hukum Nasional
Pembangunan Hukum Nasional (Siskumnas) dan Pembangunan Hukum
Indonesia Nasional (Bangkumnas). Penegakan hukum
Banyaknya peristiwa dalam tataran merupakan upaya yang dilakukan untuk
kehidupan dewasa ini, terutama dalam menjadikan hukum sebagai pedoman
kehidupan dunia hukum Indonesia saat ini, perilaku dalam setiap perbuatan hukum,
yaitu adanya realitas atau fakta bahwa sering baik oleh para subjek hukum yang
terjadinya berbagai bentuk penolakan bersangkutan maupun oleh aparatur
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penegak hukum yang resmi diberi tugas
produk hukum yang dihasilkan oleh dan wewenang oleh undang-undang untuk
negara melalui lembaga legislatif, penolakan menjamin berfungsinya norma-norma
ini karena substansi produk hukum tersebut hukum yang berlaku dalam kehidupan
kurang memperhatikan hak-hak dasar bermasyarakat dan bernegara.
masyarakat sebagaimana makna yang Berbagai aspek kehidupan masyarakat
terkandung dalam Undang-Undang No. telah mengalami perubahan yang sangat
39 Tahun 1999 tentang HAM. Bentuk signifikan, baik dalam bidang politik,
penolakan ini tidak jarang menimbulkan ekonomi sosial, budaya serta pertahanan
berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan, dan keamanan. Bahkan oleh Fritjof Capra
baik oleh masyarakat sendiri ataupun (2007) mengatakan bahwa pada saat ini
kekerasan yang dilakukan oleh para aparat dunia sedang mengalami titik balik peradaban
penegak hukum sendiri. (The Turning Point). Transformasi alami saat
Pada dasarnya pembangunan hukum ini mungkin lebih dramatis daripada
mengandung makna ganda, yaitu: pertama, transformasi yang pernah terjadi sebelumnya,
dapat diartikan sebagai suatu usaha karena perubahannya berlangsung lebih
untuk memperbaharui hukum positif sendiri cepat dan dalam skala yang lebih besar yang

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 113
melibatkan seluruh dunia, dan karena untuk mencapai suatu tertib atau
beberapa transisi besarnya terjadi secara keadaan masyarakat sebagaimana
bersamaan. Perulangan irama dan pola- dicita-citakan atau untuk melakukan
pola kebangkitan dan kemunduran perubahan-perubahan yang diinginkan.
yang tampak mendominasi evolusi budaya Kemampuan hukum semacam ini
telah bersama-sama mencapai titik balik melekat pada pengertian hukum modern.
pada saat yang sama. Dari sisi ini, tampak hukum di dalam fungsi
Pada awalnya tidak ada keragu- nya dapat pula mengubah, merekayasa,
raguan mengenai kemampuan negara untuk mengatur, memaksa masyarakat untuk
secara otonom dan mutlak mengatur melangkah sesuai irama dan cita-cita
serta menata kehidupan masyarakat. hukum, satu situasi yang adil atau dianggap
Hukum menjadi semacam alat di tangan adil lewat kesepakatan bersama (bukan
kekuasaan untuk mewujudkan apa yang kehendak penguasa). Dengan demikian
dikehendaki. Sejak adanya kompleksitas lengkaplah tugas hukum, as a channel of
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu justice dan as a tool of social engineering.
tentang kehadiran kekuasaan lain di luar Persoalannya kemudian, bagaimana anggota
negara, maka perencanaan pembangunan masyarakat, akankah setiap anggota
hukum menjadi tidak sederhana lagi. masyarakat memutarbalikan/ menyalahguna-
Masyrakat mengetahui resiko besar yang harus kan “misi” hukum yang ada. Persoalan antara
di tanggung manakala perencanaannya gagal justice/ adil, truth/ benar dalam hukum selalu
mengantisipasi dinamika masyarakat dibicarakan terus sepanjang masa (A Masyhur
dan apa yang dapat dilakukan masyarakat Effendi, 2010:8).
(Satjipto Rahardjo, 2008:3). Menurut Satjipto Hal ini menyangkut tidak hanya
Raharjo (2009:137) bahwa hukum sebagai hakikat kemanusiaan dan harkat manusia
sarana kontrol sosial ini nampaknya bersifat sendiri dalam masyarakat, tetapi juga
statis, karena hukum sebagai sarana kontrol hubungan antar manusia bermasyarakat.
sosial hanya sekedar mempertahankan pola Dalam hukum alam salah satu muatannya
hubungan-hubungan serta kaidah-kaidah yang adalah hak-hak pemberian dari alam, karena
ada pada masa sekarang. dalam hukum alam ada sistem keadilan
Akan tetapi sebenarnya pekerjaan yang berlaku universal. Adanya hak dalam
kontrol sosial ini cukup sarat pula dengan hukum alam memihak kepada kemanusiaan.
dinamika dan perubahan-perubahan. Terlepas dari adanya kelemahan-kelemahan
Pelaksanaan kontrol sosial ini suatu saat tidak yang ada, perdebatan tentang hubungan
lagi berhenti pada suatu orientasi masa antara hak, kewajiban dalam diri hukum itu
sekarang, tetapi dapat juga melampauinya, sendiri akan terus berlangsung. Satu hal
yang berarti ditujukan untuk menjangkau yang pasti, hak mempunyai kedudukan/
masa yang akan datang. Dengan demikian, derajat utama dan pertama dalam konteks
persoalan yang ingin dipecahkan bukan hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam
lagi bagaimana mempengaruhi tingkah rangka tercapainya keharmonisan hubungan
laku orang-orang agar sesuai dengan antar anggota masyarakat dalam praksisnya
harapan masyarakat dalam keadaan terkait dengan hak, kewajiban, dan
sekarang, melainkan menyangkut masalah- juga tanggung jawab. Tiga elemen
masalah perubahan yang dikehendaki. tersebut secara proporsional akan
Untuk jenis kontrol sosial yang terakhir mewujudkan hubungan ideal antar anggota
ini biasa dipakai istilah social engineering. masyarakat.
Hukum sebagai social engineering, Sejalan dengan pendapat ini, Sudikno
adalah penggunaan hukum secara sadar Mertokusumo (1996:11) menjelaskan bahwa

114 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


hukum bertugas mengusahakan ke- Kebijakan pembaharuan yang tidak menying-
seimbangan tatanan di dalam masyarakat gung apa yang menjadi dasar penentuan arah
dan kepastian hukum agar tujuannya tercapai, kebijakan pembangunan hukum, yakni
yaitu ketertiban masyarakat. Pada Pancasila dapat dikatakan masih bersifat
masa sekarang ini banyak sekali segi-segi parsial karena kurang melihat sisi
kehidupan masyarakat yang berubah pembangunan hukum nasional secara integral
dan berkembang pesat. Perubahan ini tentu yang seharusnya melibatkan pembicaraan
saja sangat mempengaruhi perkembangan tentang Pancasila sebagai bintang pemandu
hukum yang ada di Indonesia. Pembangunan arah (leitztern).
di segala bidang senantiasa dilaksana-
kan, termasuk pembangunan hukum Pancasila Sebagai Cita Hukum
melalui pembaharuan hukum dalam Proses pembangunan hukum ini
rangka pengembangan hukum nasional sebenarnya telah berjalan lama, namun
yang bersumber pada Pancasila dan cita-cita pembentukan hukum nasional
UUD 1945 sehingga tidak menimbulkan dalam segala bidang kehidupan masyarakat,
pelanggaran hak moral masyarakat sesuai berbangsa dan bernegara di era global,
dengan konsep HAM. belum tercapai sepenuhnya. Pembentukan
Selama ini Hak Asasi Manusia, yang hukum nasional yang dimaksudkan dalam
sering disebut hak kodrat, hak dasar, juga hal ini adalah pembentukan peraturan
dengan natural right, menjadi bahan perundang-undangan nasional yang
perdebatan internasional yang tidak ada merupakan produk pembentuk undang-
hentinya. Istilah-istilah tersebut menunjuk, undang (badan Legislatif), yang didasarkan
sebagaimana disebut di muka, titik beratnya pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
pengakuan adanya hak asasi manusia. Dalam dan diakui sebagai hukum (living law)
kehidupan bermasyarakat lebih lanjut, hak yang penerapannya dapat menjangkau
asasi manusia selain bergandengan masyarakat luas baik dalam lingkup
tangan dengan kewajiban asasi juga masyarakat nasional maupun masyarakat
tanggung jawab asasi. Sejak Indonesia internasional sebagai wujud perkembangan
merdeka bangsa ini telah bersepakat hukum atas hak asasi manusia di era
menjadikan Pembukaan UUD 1945 sebagai globalisasi. Globalisasi yang dimaksud
kesepakatan luhur yang final (modus vivendi). merupakan suatu perluasan dan intensifikasi
Dalam Pembukaan UUD 1945 percepatan dan peningkatan pengaruh yang
dicantumkan dasar dari negara ini di bersifat mendunia, tergantung satu sama
dirikan, yakni Pancasila. Kedudukan lain dipelbagai bidang kehidupan (Rahayu,
Pancasila sebagai dasar negara membawa Bahan kuliah HAM dan Pembangunan
konsekuensi bahwa hukum ketatanegaraan Hukum di Era Globalisasi, PDIH KPK
pun harus berbasis nilai-nilai Pancasila. Undip-Unila, 17 Juli 2011).
Pancasila telah ditetapkan sebagai rechtsidee Perjuangan umat manusia untuk meme-
maupun grundnorm, baik kedudukan nuhi hak-haknya ini telah mendorong mereka
sebagai rechtside dan grundnorm , nilai- untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi.
nilai Pancasila harus mewarnai, menjiwai Pembentukan negara adalah manifestasi
pembaharuan hukum di Indonesia, baik keinginan untuk hidup bermasyarakat guna
pada tataran substansial (materi hukum), melindungi kemanusiaan dan hak asasi
struktural (aparatur hukum) maupun kultural manusia. Negara memperoleh kekuasaan dari
(budaya hukum). Pancasila harus disebutkan warga negaranya sebagai pemegang
sebagai bintang pemandu arah (leitztern) kedaulatan semata-mata untuk memenuhi dan
kebijakan pembaharuan hukum di Indonesia. melindungi hak asasi warga negara.

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 115
Konsep inilah yang mendasari ketentuan 2000:181). Melalui pemahaman mengenai
imternasional bahwa kewajiban perlindungan cita hukum sebagaimana uraian di atas,
dan pemajuan HAM utamanya ada dengan demikian maka dapat di mengerti
pada negara. Isu HAM kemudian dijadikan bahwa bangsa Indonesia sangat mengidam-
isu internasional atau isu global. kan perkembangan hukum yang ber-
Masalah bila suatu isu nasional menjadi sumberkan atas dasar gagasan, rasa,
isu global dapat dilihat dalam (Mohtar karsa, cipta dan pikiran asli dari masyarakat
Mas’oed dan Riza Noer Arfani, 2009:11), Indonesia sendiri yang tentunya tidak terlepas
jaminan yang diberikan negara atas HAM dari pemahaman Bangsa Indonesia terhadap
warganya ini bukan berarti bahwa HAM, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/
hak-hak tersebut lahir setelah negara 1998 tentang HAM.
meratifikasi konvensi internasional tentang Hukum itu bukan merupakan tujuan
HAM atau mengeluarkan peraturan apapun akan tetapi merupakan jembatan, yang akan
yang menjamin hak asasi warganya, tetapi membawa bangsa Indonesia kepada ide
lebih merupakan tanggung jawab negara yang dicita-citakan (I Gede A.B. Wiranata,
dalam menjamin hak-hak yang telah dimiliki 2007:78). Negara wajib menjamin
oleh setiap warganya secara kodrati. Hal pelaksanaan hak asasi manusia bagi
ini disebabkan karena HAM adalah hak setiap orang yang berada di bawah
yang secara kodrati dimiliki manusia kekuasaannya. Kewajiban ini dilaksanakan
bersamaan dengan kelahirannya di dunia negara dengan mengambil langkah-langkah
sebagai seorang individu yang merdeka. yang diperlukan, baik itu dalam ranah
Dalam kehidupan sehari-hari masih ada kekusaan legislatif, eksekutif maupun
berbagai kegiatan kehidupan manusia yang yudikatif. Untuk menciptakan semua kondisi
sebenarnya merupakan hukum yang yang dibutuhkan dalam bidang sosial,
hidup dalam masyarakat, namun belum ada ekonomi, politik maupun bidang-bidang
peraturan perundang-undangan yang lain serta jaminan hukum yang diperlukan
mengaturnya. Kondisi semacam ini dapat untuk semua orang di bawah yuridiksinya.
dipahami, karena kebutuhan hidup manusia Cita hukum bagi bangsa Indonesia berakar
serta kegiatan kehidupan manusia sangat dalam Pancasila, sebagai landasan kefilsafatan
banyak dan beragam, serta cepat sekali dalam menata kerangka dan struktur dasar
berubah dan berkembang, sedangkan organisasi negara sebagaimana yang secara
peraturan perundang-undangan tidak formal dirumuskan dalam Pembukaan
mungkin dapat menampung semua segi Undang-Undang Dasar 1945 terutama
kehidupan manusia selengkap-lengkapnya dan pada alenia IV yang menyatakan: “Kemudian
sejelas-jelasnya terutama dalam hubungannya dari pada itu untuk membentuk suatu
dengan pengaturan hukum di era global. Pemerintahan Negara Indonesia yang
Cita hukum (rechtsidee) mengandung melindungi segenap bangsa Indonesia
arti bahwa pada hakikatnya hukum dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
sebagai aturan tingkah laku masyarakat untuk memajukan kesejahteraan umum,
berakar pada gagasan, rasa, karsa, cipta mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
dan pikiran masyarakat itu sendiri. Jadi cita melaksanakan ketertiban dunia yang ber-
hukum itu adalah gagasan, karsa, cipta dan dasarkan kemerdekaan, perdamaian
pikiran, berkenaan dengan hukum atau abadi dan keadilan sosial, maka disusun-
persepsi tentang makna hukum, yang lah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
pada intinya terdiri atas tiga unsur: itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
keadilan, kehasilgunaan (doelmatigheid) Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
dan kepastian hukum (Bernard Arief Sidharta susunan Negara Republik Indonesia yang

116 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan -an Pancasila justru terletak dalam kenyataan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa rumusannya “singkat padat”,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ternyata dapat mengungkapkan secara
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan singkat segala pokok yang oleh segenap
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan golongan di Indonesia dapat dikenali
dalam Permusyawaratan / Perwakilan, kembali sebagai miliknya (Dardji
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Darmodihardjo, 1981:16).
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Tidak dapat disangkal, bahwa Pancasila
Alenia ke-IV di atas menjelaskan dua hal, merupakan hasil kompromi politik. Muladi
yaitu tertib kemauan rakyat dan arah mana berpendapat bahwa Pancasila pada dasar-
kemauan itu. Kemauan rakyat yang nya merupakan kristalisasi berbagai
berdasarkan Pancasila itulah yang “common denominators” yang merupakan
menjadikannya mempunyai kedaulatan. jawaban atas akar permasalahan (root
Kedaulatan rakyat yang berdasarkan case) dan sekaligus merupakan refleksi dan
Pancasila itulah yang merupakan dasar, reaksi atas persoalan-persoalan bangsa
sebagai sumber hukum dari segala sumber secara riil.
hukum. Kemauan rakyat untuk berdaulat Yang memungkinkan pendirian Republik
yang kemudian menjadi hukum dasar, Indonesia. Sebagai rumusan tanggal 18
ukuran utamanya adalah Pancasila yang Agustus 1945, Pancasila merupakan
merupakan pandangan hidup (way of live) peristiwa politik, tepatnya sebuah pernyataan
sekaligus dasar kehidupan bernegara. filsafat politik tentang dasar Negara Republik
Berkaiatan dengan Pancasila sebagai Indonesia. Pancasila merupakan rumusan
pandangan hidup menurut Bernard Arief pandangan hidup yang dapat diterima
Sidharta bahwa Pancasila adalah pandangan oleh semua suku, agama, kebudayaan,
hidup bangsa Indonesia yang mengungkap- golongan, dan kelas dalam masyarakat
kan pandangan bangsa Indonesia tentang Indonesia, sebagai dasar ideal bersama
hubungan antara manusia dan tuhan, manusia untuk di atasnya bersama-sama membangun
dan sesama manusia, serta manusia dan alam satu Negara Republik Indonesia serta
semesta yang berintikan keyakinan tentang mengembangkan bangsa dan masyarakat di
tempat manusia individual di dalam masyarakat dalamnya.
dan alam semesta (Bernard Arief Sidharta, Pancasila merupakan jawaban atas
2003:182). pertanyaan tentang kearah mana kemauan
Kedudukan dan fungsi penting Pancasila rakyat akan di bawa oleh Negara Kesatuan
salah satunya adalah sebagai pandangan Republik Indonesia ?, jawabannya adalah
hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa secara formal dicantumkan dalam Pembukaan
adalah petunjuk arah semua kegiatan atau Undang-Undang Dasar 1945, khususnya
aktifitas hidup dan kehidupan di dalam dalam rumusan lima Sila Pancasila,
segala bidang. Sebagai pandangan hidup dan dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal-
bangsa selalu merupakan keseluruhan, Pasal Batang Tubuh Undang-Undang
suatu kontinum nilai-nilai, cita-cita, pan- Dasar tersebut. Oleh karena itu, cita
dangan-pandangan, kebiasaan-kebiasaan, hukum Pancasila harus mencerminkan
sesuatu yang dihayati oleh semua, tetapi tujuan bernegara dan merupakan sepe-
tentunya tidak dapat dijelaskan satu demi rangkat nilai dasar yang tercantum baik
satu unsur-unsurnya. Sejak beratus-ratus dalam Pembukaan maupun Batang
tahun dihayati oleh bangsa Indonesia bukan Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, dan
sebuah rumusan singkat dan abstrak, berbagai peraturan perundang-undangan
melainkan suatu cara hidup. Kehebatan rumus yang berlaku.

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 117
Hal ini sesuai dengan kedudukannya, ketiga, ideologi sebagai retorika. Ideologi
maka Pancasila merupakan sumber dari menjadi pedoman kegiatan untuk memberi
segala sumber hukum, baik dari segi wujud pada nilai-nilai yang terkandung di
filosofis ideologis bangsa Indonesia dalamnya dan memberi gambaran masa
maupun sebagai sumber hukum formal depan yang dicita-citakan.
yang tertinggi, (Moelatiningsih Moempoeni, Sebagai dasar negara dan sebagai
Pidato Pengukuhan Guru Besar UNDIP, pandangan hidup, Pancasila mengandung
2003:12) yaitu sumber yang harus selalu nilai-nilai etis yang bersifat normatif.
dijadikan dasar dalam penyelenggaraan Maksudnya Pancasila menjadi ukuran
kegiatan bernegara dan pengembangan baik dan buruk tingkah laku manusia,
hukum yang meliputi pembentukan, pene- khususnya manusia Indonesia. Dengan
muan dan penerapan serta penegakan hukum demikian Pancasila merupakan suatu
nasional di Indonesia. Dengan perkataan postulat yang menjadi ukuran bagi seluruh
lain Pancasila sebagai dasar dan arah kegiatan dalam kehidupan masyarakat
pengembangan hukum akan mewarnai dan kenegaraan sehingga hak-hak
segala sub sistem di bidang hukum, warga negara sebagai hak dasar dalam
baik substansi hukum yang bernuansa “law hukum HAM dalam kehidupan masyarakat
making process”, struktur hukum yang tidak terganggu. Oleh sebab itu, Pancasila
bersentuhan dengan “law enforcement”, juga merupakan garis pengarah yang
maupun budaya hukum yang berkaitan dengan menunjukkan jalan yang akan ditempuh untuk
“law awareness”. mencapai tujuan bersama, yaitu masyarakat
Pancasila mempunyai berbagai adil dan makmur (Sunoto, 1987:116).
fungsi, Notonagoro mengatakan bahwa Kedudukan Pancasila bagi bangsa
Pancasila itu adalah asas persatuan, kesatuan, Indonesia dapat dikatakan sebagai norma
damai, kerjasama, hidup bersama dalam dasar (basic norm) atau disebut juga
Negara Republik Indonesia. Fungsi dari sebagai grundnorm (Satjipto Raharjo,
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah 1982:244). Pancasila sebagai dalil akbar
negara, sebagai asas dan landasan negara yang di sebut grundnorm itu kecuali
serta sebagai pedoman dalam kehidupan berfungsi sebagai dasar, juga sebagai
berbangsa dan bernegara (Endang Danuri tujuan yang harus diperhatikan oleh setiap
Asdi, 2003:52) Maka dapat dikatakan hukum atau peraturan yang ada, semua
bahwa Pancasila merupakan ideologi hukum yang berada dalam kawasan
negara (Endang Danuri Asdi, 2003:53). rezim grundnorm tersebut harus bisa mengait
Yang mana dalam ideologi terkandung kepadanya. Grundnorm ini semacam
tiga unsur, yaitu interpretasi, etika bensin yang menggerakan seluruh sistem
dan retorika. Unsur yang pertama dapat hukum. Proses konkritisasi selanjutnya menjadi
dilihat pada adanya suatu penafsiran atau norma-norma yang khusus diwarnai dan
pemahaman terhadap kenyataan adalah dialiri dengan nilai-nilai dasar (grundnorm)
pemahaman terhadap Pancasila dalam tersebut, proses ini melahirkan stufenbow-
konteks Pembukaan Undang-Undang theory. Hans Kelsen menyebut grundnorm
Dasar 1945, yaitu adanya sejarah perjuangan itu sebagai cita hukum serta memandangnya
bangsa Indonesia. Unsur yang kedua sebagai “the source of identity and as the
dapat dilihat pada adanya nilai-nilai moral source of unity of legal system” (Joseph Raz,
yang ada dalam ideologi. Apabila diterapkan 1973:67).
pada Pancasila, maka Pancasila mengandung Grundnorm merupakan sumber nilai
nilai-nilai yang menjadi dasar bagi bagi adanya sistem hukum, keberadaan-
tata kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur nya merupakan bensin yang menggerakan

118 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


seluruh sistem hukum (Joseph Raz, 1973:91). Hukum yang baik adalah hukum yang
Di samping itu grundnorm menyebabkan sesuai dan hidup dalam masyarakat.
terjadinya keterhubungan internal dari Hal Ini berarti bahwa hukum positif
adanya sistem (Moelatiningsih Moempoeni, yang berlaku di Indonesia harus bersumber-
2003: 8). Hal ini berarti bahwa grundnorm kan pada nilai yang terkandung dalam
itu merupakan sistem nilai, dalam esensi- Pancasila yang merupakan asas kerohanian
nya sistem nilai itu dapat dibedakan Negara Indonesia.
menjadi nilai dasar dan nilai tujuan. Pancasila mengharuskan tertib
Sebagai nilai dasar grundnorm berarti hukum Indonesia sesuai dengan norma-
merupakan sumber nilai bagi pembuat norma moral, kesusilaan, etika dan
kebijakan dan juga sebagai pembatas sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa
dalam implementasinya, sebagai landasan Pancasila selain mengandung nilai moral
dan acuan untuk mencapai atau memper- juga mengandung nilai politik seperti
juangkan sesuatu. Grundnorm sebagai yang dikemukakan oleh Moh Hatta: “Pancasila
nilai tujuan berarti merupakan sesuatu terdiri atas dua fundamen yaitu fundamen
yang harus dan layak untuk diperjuangkan. politik dan fundamen moral. Dengan
Sistem ini mempunyai peranan penting meletakkan fundamen moral di atas,
dalam hubungannya dengan pembentukan negara dan pemerintahan akan mem-
hukum, sistem nilai ini diejawantahkan peroleh dasar yang kokoh, yang memerintah
ke dalam berbagai asas hukum dan kaidah berbuat benar, melaksanakan keadilan,
hukum yang secara keseluruhan mewujudkan kebijakan, dan kejujuran serta persaudaraan
sebagai sistem hukum. keluar dan ke dalam. Dengan fundamen
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia politik pemerintah yang berpegang pada
akan menjumpai banyak nilai kehidupan moral yang tinggi diciptakan tercapainya
diantaranya mencakup nilai-nilai sebagai suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
berikut: ada nilai kebenaran, nilai kesusilaan, Indonesia”.
nilai keindahan, nilai sopan santun, dan Mengacu pada pemikiran Mohammad
ada nilai hukum (nilai keadilan, nilai Hatta tersebut di atas dapat disimpulkan
kepastian dan nilai kemanfaatan). Nilai- bahwa Pancasila bukan hanya norma
nilai kehidupan manusia dalam bermasya- dari kehidupan hukum nasional, akan
rakat itu secara teoritis dan konsepsional tetapi juga merupakan norma dasar dari
harus disusun sedemikian rupa dalam norma-norma lain, seperti norma moral,
sistem norma hukum, sehingga nilai-nilai norma etika, norma kesusilaan dan
dan norma-norma yang terkandung dalam lain-lain. Oleh karena itu Pancasila
sistem hukum merupakan suatu jalinan mengharuskan agar tertib hukum serasi
pemikiran yang logis. Ini berarti bahwa dengan norma moral, sesuai dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan ke- norma kesusilaan dan norma etika yang
hidupan masyarakat pada umumnya dan merupakan pedoman bagi setiap warga
nilai kepastian, nilai kemanfaatan, serta negara untuk bertingkah laku sehingga
nilai keadilan pada khususnya, menempati aturan hukum tersebut sesuai dengan kaidah
atau mempunyai kedudukan yang penting moral dalam hukum HAM.
dalam hukum. Tujuan hukum berdasarkan cita
Hukum tidak terlepas dari nilai hukum Pancasila adalah untuk memberi-
yang berlaku dalam masyarakat, bahkan kan pengayoman kepada manusia,
dapat dikatakan bahwa hukum itu me- yakni melindungi manusia secara pasif
rupakan pencerminan dari nilai-nilai yang (negatif) dengan mencegah tindakan
berlaku dalam masyarakat. sewenang-wenang dan secara aktif (positif)

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 119
dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan berfungsi sebagai “margin of appre-
yang manusiawi yang memungkinkan ciation” yaitu batas-batas pembenaran,
proses kemasyarakatan berlangsung secara tolok ukur tentang etika moral, ke-
wajar sehingga secara adil tiap manusia hormatan dan martabat bangsa
memperoleh kesempatan yang luas dan 5. Sebagai bintang pemandu (leitstern) bagi
sama untuk mengembangkan seluruh tercapainya cita-cita masyarakat.
potensi kemanusiaannya secara utuh
(Muchtar Kusumaatmadja, 1996:49).
Pelaksanaan pengayoman itu dilaku- III. PENUTUP
kan dengan usaha mewujudkan: (Bernard
Arief Sidharta, 2003: 190) Pada masa sekarang ini banyak
1. Ketertiban dan keteraturan yang sekali segi-segi kehidupan masyarakat
memunculkan prediktabilitas. yang berubah dan berkembang pesat.
2. Kedamaian dan ketentraman. Perubahan ini tentu saja sangat mem-
3. Keadilan (distributif, kumulatif, vindikatif, pengaruhi perkembangan hukum yang
protektif) ada di Indonesia. Pembangunan di
4. Kesejahteraan dan keadilan sosial. segala bidang pun senantiasa dilaksanakan,
5. Pembinaan akhlak luhur berdasarkan termasuk pembangunan hukum melalui
Ketuhanan Yang Maha Esa. pembaharuan hukum dalam rangka
Dalam kaitannya sebagai basic norm pengembangan atau pembangunn
dan rechtsidée, maka peran dan fungsi hukum nasional yang bersumber pada
Pancasila dalam pembentukan hukum Pancasila dan UUD 1945 yang tidak
nasional adalah sebagai berikut (Kuat Puji melepaskan kepentingan masyarakat sesuai
Prayitno, Jurnal Media Hukum Vol. 14 No. 3 dengan konsep HAM. Meski secara teoritis
November 2007) : berhasilnya revolusi Indonesia yang
1. Cita hukum Pancasila berfungsi sebagai titik kulminasinya Proklamasi Kemerdekaan
tolok ukur yang bersifat regulatif dan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
konstruktif. Tanpa cita hukum maka dengan sendirinya dikatakan menciptakan
produk hukum yang dihasilkan akan hukum nasional, ia hanya melegakan dalam
kehilangan maknanya. Dalam hal ini arti politik saja.
Pancasila menjadi standar penilaian Secara hukum justru teori revolusi
dalam peraturan perundang-undangan di tersebut sampai kini memprihatikan
Indonesia. bangsa Indonesia, karena bukankah
2. Cita hukum Pancasila adalah faktor masih cukup banyak peraturan hukum
yang memotivasi dan mempedomani dibidang kehidupan yang mendasar
(guiding principle) dalam penye- dan menyentuh hajat hidup orang banyak
lenggaraan hukum (law making process, masih dikuasai peraturan hukum berasal
law enforcement maupun law dari zaman penjajahan, seperti Kitab
awareness). Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
3. Cita hukum Pancasila menentukan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
masalah, metode dan penjelasan yang (KUHPdt), dan Kitab Undang-Undang
dianggap relevan untuk ditelaah sehingga Hukum Dagang (KUHD) yang seyogyanya
merupakan kunci pembentukan hukum masih ada pertentangan substansi dengan
oleh lembaga-lembaga hukum. konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia.
4. Sebagai norma kritik (kaidah evaluasi) Keadaan ini tentunya telah disadari,
dalam menghadapi tantangan kaitannya dan kesadaran tersebut menumbuhkan
dengan penegakan hukum, karena ia semangat untuk melakukan pembaharun atau

120 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


pembangunan hukum nasional. Hendak- Khudhaifah Dimyati, Teorisasi Hukum Studi
nya untuk membangun suatu sistem Tentang Perkembangan Pemikiran
hukum atas dasar nilai-nilai baru keroha- Hukum di Indonesia 1945-1990,
nian Pancasila. Ide seperti ini memberikan Muhammadiyah University Press,
tempat yang luas untuk menggali asas- Surakarta, 2004.
asas hukum adat dalam membuat Muchtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu
peraturan perundang-undangan agar sesuai Hukum, Unpublished Draf, 1996.
dengan cita-cita hukum Indonesia, yaitu Muladi (ed), Hak Asasi Manusia Hakekat,
bersemangatkan Pancasila dan UUD Konsep dan Implikasinya Dalam
1945 yang di dalamnya terdapat Perspektif Hukum dan Masyarakat,
pengakuan terhadap hak-hak dasar manusia Refika Aditama, Bandung, 2009.
sebagai perwujudan hak asasi manusia -----,Pancasila Sebagai Dasar
(HAM). Pengembangan Ilmu Hukum
Indonesia, Unversitas Pancasila, Jakarta.
Notohamidjojo, Demi Keadilan Dan
DAFTAR PUSTAKA Kemanusiaan, Gunung Mulia, Jakarta,
1985.
Buku: Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah
A. Masyhur Effendi, Hak Asasi Manusia Populer, Pantjuran Tujuh, Jakarta.
Dalam Dimensi/ Dinamika Yuridis, Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Alumni,
Sosial, Politik, Ghalia Indonesia, Bandung, 1982.
Jakarta, 2010 -----, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Sosiologis, Genta Publishing,
Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Yogyakarta. 2009
Bandung, 2000 -----, Hukum dan Perubahan Sosial Suatu
Dardji Darmodihardjo, Santiaji Pancasila, Tinjauan Teoritis Serta Pengalaman-
Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Pengalaman di Indonesia, Genta
Malang, 1981 Publishing, Yogyakarta, 2009
Endang Danuri Asdi, Manusia Seutuhnya Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum
Dalam Moral Pancasila, Pustaka Sebuah Pengantar, Liberty Yogya-
Raja, Yogjakarta, 2003 karta,1996.
Franz Magnis Suseno, Kuasa dan Moral, Sunoto, Filsafat Pancasila, Hanindito,
Gramedia, Jakarta, 1995 Yogyakarta, 1987.
Fritjop Capra, The Turning Point,
Penerjemah M Toyyibi, Jejak,
Yogyakarta, 2007 Makalah / Artikel:
I Gede A.B. Wiranata, Reorientasi Terhadap Arief Hidayat, Pembaharuan Hukum
Struktur Tanah Sebagai Obyek Nasional, Bahan Kuliah KPK Undip-
Investasi, Universitas Lampung, Bandar Unila, Bandar Lampung, 30 Januari
Lampung, 2007. 2011.
Joseph Raz, The Concept A Legal System, Kuat Puji Prayitno, Pancasila Sebagai
An Introduction to the Theory of Legal Bintang Pemandu (Leitstern) Dalam
System, Oxford University Press, Pembinaan Lembaga dan Pranata
London 1973. Hukum di Indonesia, Jurnal Media
Kaelan, Pancasila Sebagai Falsafah Hukum Fakultas Hukum Universitas
Bangsa dan Negara Indonesia, UGM, Muhammadiyah Yogyakarta, Vol. 14 No.
Yogyakarta, 2006 3 November 2007.

Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia Dalam Era Globalisasi (Tami Rusli) 121
Moelatiningsih Moempoeni M,
Impementasi Asas-Asas Hukum Tata
Negara Menuju Perwujudan Ius
Constituendum di Indonesia, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Universitas
Diponegoro, Semarang, 2003.
Satjipto Raharjo, Merencanakan
Pembangunan Hukum Dalam Era
Demokrasi, Transparansi dan
Perkembangan Sains, Makalah dalam
Seminar dan Temu Hukum Nasional,
Yogyakarta, 2008
Soenaryati Hartono, Ekonomi Pancasila,
Sistem Ekonomi Indonesia dan Hukum
Ekonomi Pembangunan, Prisma.
Sri Rahayu, Bahan kuliah Ham dan
Pembangunan Hukum Di Era
Globalisasi, KPK Undip-Unila,
Semarang 14 Juli 2011
Tim Peneliti Fakultas Hukum UGM
& Fakultas Hukum Universitas
Pancasila, Pokok-pokok Hasil
Penelitian tentang Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Dasar Peng-
embangan Ilmu Hukum Indonesia,
Makalah Pada Seminar Nasional
Dalam Rangka Dies Natalis ke-40
Universitas Pancasila, Jakarta 7
Desember 2006

122 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011

Anda mungkin juga menyukai