Anda di halaman 1dari 6

Analisis secara kritis peranan hukum adat bagi hukum nasional

Putri hanna pratiwi (2021508009)


Sulpitasari (2021508034)

Rumusan masalah

1.Bagaimana kedudukan dan peranan hukum adat?


2. Bagaimana peranan hukum adat dalam pembangunan hukum nasional?
3.bagaimana analisis hukum adat dan hukum nasional?
4.apa saja hukum adat dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia?
A.Kedudukan Dan Peranan Hukum Adat

1. Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting untuk memperoleh bahan-
Bahan bagi Pembangunan Hukum Nasional, yang menuju Kepada Unifikasi
Pembuatan peraturan perundangan dengan tidak mengabaikan timbul/tumbuhnya Dan
berkembangnya hukum kebiasaan dan pengadilan dalam pembinaan hukum.

2. Pengambilan bahan-bahan dari hukum adat dalam penyusunan Hukum Nasional .

Pada dasarnya berarti :


-Penggunaan konsepsi-konsepsi dan azas-azas hukum dari hukum adat untuk
Dirumuskan dalam norma-norma hukum yang memenuhi kebutuhan masyarakat masa
kini dan mendatang dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar.
- Penggunaan lembaga-lembaga hukum adat yang dimodernisir dan disesuaikan
dengan kebutuhan zaman tanpa menghilangkan ciri dan sifat-sifat kepribadian
Indonesia nya
- Memasukkan konsep-konsep dan azas-azas hukum adat ke dalam lembaga-lembaga
hukum dari hukum asing yang dipergunakan untuk memperkaya dan
memperkembangkan Hukum Nasional, agar tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
3. Di dalam pembinaan hukum harta kekayaan nasional, hukum adat merupakan salah satu
unsur sedangkan di dalam pembinaan hukum kekeluargaan dan hukum kewarisan nasional
merupakan intinya.
4. Dengan terbentuknya hukum nasional yang mengandung unsur-unsur hukum adat, maka
kedudukan dan peranan hukum adat itu telah terserap di dalam hukum nasional.

B. Peranan Hukum Adat bagi Pembangunan Hukum Nasional


Untuk mengetahui peranan hukum adat dalam pembentukan / pembangunan Hukum nasional,
maka harus diketahui nilai-nilai sosial dan budaya yang menjadi latar Belakang hukum adat
tersebut, serta perannya masing masing yaitu: (Soerjono Soekanto,1976,h.200).
1.Nilai – nilai yang menunjang pembangunan (hukum), nilai – nilai mana harus Dipelihara
dan diperkuat.
2.Nilai – nilai yang menunjang pembangunan (hukum ), apabila nilai-nilai tadi Disesuaikan
atau diharmonisir dengan proses pembangunan.
3.Nilai – nilai yang menghambat pembangunan(hukum), akan tetapi secara Berangsur –
angsur akan berubah karena faktor – faktor lain dalam pembangunan.
4.Nilai-nilai yang secara definitif menghambat pembangunan (hukum) oleh karena Itu harus
dihapuskan dengan sengaja.
Dengan demikian berfungsinya Hukum Adat dalam proses pembangunan / Pembentukan
hukum nasional adalah sangat tergantung pada tafsiran terhadap nilai-Nilai yang menjadi
latar belakang hukum adat itu sendiri . Dengan cara ini dapat Dihindari akibat negatif , yang
mengatakan bahwa hukum adat mempunyai peranan Terpenting atau karena sifatnya yang
tradisional,maka Hukum Adat harus ditinggalkan.
Dalam kepustakaan memang dikemukakan adanya tiga golongan pendapat Yang menyoroti
kedudukan hukum adat pada masa sekarang, yaitu :
1. Golongan yang menentang Hukum Adat, yang memandang Hukum Adat, sebagai
Hukum yang sudah ketinggalan jaman yang harus segera ditinggalkan dan diganti
Dengan peraturan – peraturan hukum yang lebih modern. Aliran ini berpendapat
Bahwa hukum adat tak dapat memenuhi kebutuhan hukum di masa kini, lebih –Lebih
untuk masa mendatang sesuai dengan perkembangan modern.
2. Golongan yang mendukung sepenuhnya terhadap hukum adat. Golongan ini
Mengemukakan pendapat yang sangat mengagung-agungkan Hukum Adat , Karena
hukum adat yang paling cocok dengan kehidupan bangsa Indonesia Sehingga oleh
karenanya harus tetap dipertahankan terus sebagai dasar bagi Pembentukan Hukum
Nasional.
3. Golongan Moderat yang mengambil jalan tengah kedua pendapat golongan
diatas,Golongan ini mengatakan bahwa hanya sebagian saja dari pada hukum adat
yang Dapat dipergunakan dalam lingkungan Tata Hukum Nasional, sedangkan untuk
Selebihnya akan diambil dari unsur – unsur hukum lainnya. Unsur-unsur hukum Adat
yang masih mungkin dipertahankan terus adalah berkenaan dengan masalah Hukum
kekeluargaan dan hukum warisan, sedangkan untuk lapangan hukum Lainnya dapat
diambil dari unsur-unsur bahan – bahan hukum yang berasal dari Luar, misal hukum
barat.
Dari pendapat ketiga golongan tersebut , kami menyetujui pendapat golongan Yang ketiga
(golongan moderat), sebab memang dalam kenyataannya banyak Ketentuan hukum adat yang
tidak sesuai dengan tuntutan jaman modern., akan tetapi Yang perlu diperhatikan disini ialah
bahwa asas- asas Hukum Adat bersifat universal Harus tetap mendasari Pembinaan Hukum
Nasional dalam rangka menuju kepada tata Hukum nasional yang baru, walaupun asaa-asas
dan kaidah-kaidah baru akan lebih Mendominasi hukum nasional, seperti apa yang dikatakan
oleh Soetandjo Wignjosoebroto : “Hukum Nasional tak hanya hendak merefleksi pilihan atas
kaidah-kaidah hukum suku / lokal atau hukum tradisional untuk menegakkan tertib sosial
masa kini, akan tetapi juga hendak mengembangkan kaidah-kaidah baru yang dipandang
fungsional untuk mengubah dan membangun masyarakat baru guna kepentingan masa depan.
Maka kalau demikian halnya, asas – asas dan kaidah-kaidah hukum baru akan banyak
mendominasi hukum nasional”.
Kemudian dalam meninjau sumbangan Hukum Adat dalam pembentukan Hukum nasional,
perlu disimak pula pandangan Paul Bohannan , yang menyatakan Bahwa hukum itu timbul
dari pelembagaan ganda , yaitu diberikannya suatu kekuatan Khusus, sebuah senjata bagi
berfungsinya pranata-pranata “adat istiadat “: perkawinan, Keluarga, agama. Namun ,ia juga
mengatakan bahwa hukum itu tumbuh sedemikian Rupa dengan ciri dan dinamikanya sendiri.
Hukum membentuk masyarakat yang Memiliki struktur dan dimensi hukum: hukum tidak
menjadi sekedar pencerminan, Tetapi berinteraksi dengan pranata-pranata tertentu.
Selanjutnya ia berpendapat bahwa Hukum secara istimewa berada diluar fase masyarakat ,
dan proses inilah yang Sekaligus merupakan gejala sebab dari perubahan sosial (Lihat.
Mulyana W. Kusumah Dan Paul S. Baut, 1988,h.198). Pandangan Bohannan tersebut
berguna untuk Menyangkal keunggulan peraturan hukum, untuk memahami sifat umum dari
Masyarakat-masyarakat yang tidak stabil atau mengalami kemajuan. Disamping itu Juga
merupakan abstraksi untuk merumuskan hakekat abadi hukum itu dengan Pengandaian
kebenaran yang belum pasti . Hukum tidak memiliki hakekat seperti itu Tetapi mempunyai
sifat historis yang dapat dirumuskan .
C. Analisis Hukum Adat dan Hukum Nasional
Pound mengakui bahwa hukum hanyalah merupakan salah satu alat pengendalian sosial,
bahkan hukum selalu menghadapi tantangan dari pertentangan - pertentangan (Umanailo,
2016). Karena itu wajar jika antara satu hukum Indonesia dengan hukum Indonesia yang lain
juga saling bertentangan, mengingat masyarakat Indonesia sendiri tidak hanya menggunakan
satu sistem hukum saja.
Hukum adat sebagai bentuk hukum yang dinilai paling kuno di Indonesia karena sudah ada
sejak lama, dianggap tidak cocok digunakan sebagai dasar hukum nasional karena objek dari
hukum itu sendiri adalah masyarakat era modern saat ini, dan hukum adat tersebut lebih
cocok digunakan bagi masyarakat terbelakang yang biasanya ada di dalam pedalaman. Hal
ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Susylawati dalam jurnalnya, Eksistensi Hukum Adat
Dalam Sistem Hukum Di Indonesia (2009) :
Ada sebagian para sarjana yang meragukan tentang kemampuan hukum adat untuk dijadikan
dasar atau landasan hukum nasional. Pendapat ini didasarkan pada pendapat dan argumentasi
bahwa hukum adat adalah hukum kuno, dan sering disebut hukum primitif, yang hanya cocok
untuk digunakan pada masyarakat yang terbelakang. Pendapat ini menimbulkan konsekwensi
bahwa hukum adat tidak sesuai lagi bilamana digunakan sebagai hukum bagi masyarakat
peradaban modern.
Namun kendati demikian, hukum adat tetap di akui sebagai salah satu sistem hukum di
Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 18D ayat 2
menyatakan : Negara mengakui dan menghormati kesatuan - kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang (Manarisip, 2012).
Selain itu, karena Hukum adat lahir dari kondisi masyarakat dari daerah tertentu, yang erat
kaitannya dengan tradisi dan budaya dari masyarakat itu sendiri, serta dapat berkembang dan
dapat mengikuti perkembangan masyarakatnya, hukum adat dapat dinilai sebagai salah satu
kearifan lokal yang harus dijaga dan dipertimbangkan sebagai suatu sistem hukum dalam
mengatur kehidupan sosial di dalam masyarakat tersebut.
Karena selain memperhatikan suatu sistem hukum yang berlaku, hal lain yang paling penting
yang perlu diperhatikan terkait mengenai hukum tersebut adalah bagaimana hukum itu
berlaku semestinya di dalam masyarakat, mengetahui perbuatan mana yang menurut hukum
bertentangan atau tidak bertentangan, serta kedudukan seseorang dalam masyarakat akan hal
dan kewajibannya.
D. Hukum Adat dalam Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia

1. Hukum Adal dalam Undang-Undang Dasar 1945 Dalam UUD 1945 tidak ada satu
ketentuan pun yang secara tegas menyinggung persoalan hukum adat. Akan tetapi,
dalam Penjelasan UUD 1945, sedikit ada petunjuk tentang hal itu. Dinyatakan di
dalamnya bahwa undang- undang dasar suatu negara hanyalah sebagian dari
hukumnya dasar negara itu. UUD hanyalah hukum dasar yang tidak tertulis, ialah
aturan-aturan dasar yang tumbuh dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
negara meskipun tidak tertulis. Para ahli Hukum Tata Negara kebanyakan
mengartikannya sebagai “konvensi” yang biasa dicontohkan dengan beberapa praktik
ketatanegaraan yang tidak diatur dalam UUD 1945.

Jika mengikuti pendapat R. Soepomo yang menyatakan bahwa hukum adalah sinonim dari
hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif (unstatory law), hukum yang hidup
sebagai konvensi di badan-badan. Hukum negara (parlemen, Dewan Propinsi dan sebagainya)
dan seterusnya, maka konvensi tersebut adalah termasuk dalam golongan hukum adat.
(Abdurrahman. 1984)
Selain itu, dalam Pembukaan UUD 1945 pada pokok-Pokok pikiran yang menjiwai
perwujudan cita-cita hukum Dasar negara adalah Indonesia mempunyai dasar-dasar Hukum
baru, hukum yang mencerminkan keprivamian Bangsa Indonesia untuk mengatur tata tertib
hidup bangsa Dan masyarakat Indonesia baru yang bebas dari sisa-sisa Ciri penjajahan.
Penegasan Pancasila sebagai sumber tertib hukum sangat besar artinya bagi hukum adat,
karena hukum adat justru berurat berakar kepada kebudayaan rakyat, sehingga dapat
menjelmakan perasaan hukum yang nyata dan hidup di kalangan rakyat dan dengan demikian
mencerminkan kepribadian bangsa dan masyarakat Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa walaupun UUD 1945 tidak menetapkan dengan tegas, ketentuan
khusus bagi hukum adat di dalamnya, akan tetapi secara “tersirat” dinyatakan dalam
Pembukaan dan Penjelasan UUD 1945. Karena hukum adat merupakan satu-satunya hukum
yang berkembang di atas kerangka dasar pandangan hidup rakyat dan bangsa Indonesia,
maka hukum adat selanjutnya akan merupakan sumber yang paling utama dalam pembinaan
tata hukum nasional Negara Republik Indonesia.

Kesimpulan
Hukum Adat akan memegang Peranan yang penting dalam mewarnai Pembentukan Hukum
Nasional. Hubungan antara hukum Adat dan Hukum Nasional dalam rangka Pembinaan
Hukum nasional adalah Hubungan yang bersifat fungsional,Dalam arti bahwa Hukum Adat
berfungsi Sebagaisumber utama dalam mengambil Bahan-bahan yang diperlukan dalam
Rangka pembinaan Hukum Nasional. Unsur-unsur yang dapat diambil Dari Hukum Adat
sebagai bahan dalam Rangka pembinaan Hukum Nasional,Yaitu berupa konsepsi, asas-
asas,lembaga-lembaga hukum dan sistem dari Hukum Adat itu sendiri. Hukum Adat yang
diperlukan dalam era globalisasi,yaitu Hukum Adat yang disesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan zaman, sehingga tidak menutupbkemungkinan kemurnian penerapan kaidah-
kaidah Hukurn Adat menjadi Hukum Nasional.

Referensi
Abdurrahman.1978.kedudukan hukum adat dalam rangka pembangunan nasional, Alumni,
bandung.
Iman Sudiyat. 1981 , Asas – Asas Hukum Bekal Pengantar , Liberty, Yogyakarta.
M. Koesnoe. 1996 , Hukum Adat (Dalam Kemerdekaan Nasional dan Persoalannya
Menghadapi era Globalisasi), UBHARA Press, Surabaya.
Sutjipto Raharjo. 1988. Relevansi Hukum adat Dengan Modernisasi Hukum Adat,
Makalah Seminar Masa Depan Hukum Adat Fakultas Hukum UII, Yogjakarta.
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko. 1981. Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai