Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ETIKA
PROFESI NOTARIS” pada mata kulah etika profesi hukum ini dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hefni Efendi, M.H, selaku dosen pengampu
kami pada mata kuliah ini, yang telah memberi dukungan kepada kami baik secara moral
maupun materi. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
yang akan kami susun di masa yang akan datang. Dengan ini kami berharap agar makalah ini
dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Samarinda, 16 November
2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................ 13
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas
terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian
hukum bagi para warga anggota masyarakatnya. Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh
pemerintah melalui Undang-Undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan
sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu
memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1
Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. “Notaris berwenang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang”. Kepastian hukum
tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai kekuatan pembuktian, yaitu secara
lahiriah, formil maupun materil termasuk juga etika seorang Notaris dalam menjalankan
jabatannya. Dalam melaksanakan tugas jabatannya para Notaris tidak hanya menjalankan
pekerjaan yang diamanatkan oleh undang-undang semata sekaligus menjalankan suatu
fungsi sosial yang sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk melaksanakan
kepercayaan yang diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang Notaris harus
berpegang teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya, keselarasan
pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik
Notaris tersebut. Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat setiap anggotanya
belum dijalankan sebagaimana mestinya.
Salah satu kasus pelanggaran kode etik profesi hukum yang dilakukan oleh seorang
Notaris pernah terjadi di wilayah Bintaro kabupaten Tangerang sebut saja Notaris X, dimana
seorang klien yang membeli tanah dengan status tanah Girik didaerah tersebut berkehendak
merubah status tanah menjadi sertipikat yang merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi
pemegang hak yang bersangkutan, dimana Notaris X tersebut mengharuskan klien membayar
dimuka seluruh biaya pembuatan sertipikat tersebut dan klien tersebut telah memenuhi
permintaan Notaris tersebut.
Namun setelah berjalan lebih dari dua tahun ternyata sertipikat tersebut tidak kunjung
selesai, beberapa kali Notaris tersebut dihubungi klien yang bersangkutan melalui telepon, tetapi
Notaris tersebut selalu menghindar dengan menyuruh pegawainya berbohong bahwa notaris
tersebut tidak berada ditempat.
1
Pada saat klien yang bersangkutan mendatangi kantor Notaris tersebut, dengan alasan
sibuk Notaris tersebut tidak mau bertemu. Karena terus- menerus menghindar, klien mencoba
mendatangi kantor Notaris X tersebut yang menerimanya dengan nada yang tinggi dan berbicara
tidak sopan. Pada akhirnya dengan berbagai macam alasan, Notaris tersebut lepas tangan dan
tidak bertanggung jawab dengan menyerahkan berkas-berkas girik tersebut tanpa terbit sertipikat
dengan memotong biaya lebih dari 50 (lima puluh) persen dari pelunasan yang telah dibayar oleh
klien setelah lebih dari dua tahun klien tersebut menunggu.
Dalam kasus tersebut diatas jelas, telah terjadi pelanggaran kode etik Notaris yang
merugikan klien tersebut dan nama baik lembaga Notaris, dimana seharusnya seorang Notaris
berkewajiban menegakkan Kode Etik Notaris dan memiliki perilaku profesional ( professional
behaviour ) yaitu mepunyai integritas moral, menghindari sesuatu yang tidak baik, jujur, sopan
santun, tidak semata-mata karena pertimbangan uang dan berpegang teguh pada kode etik
profesi dimana didalamnya ditentukan segala prilaku yang harus dimiliki oleh notaris.
Kode Etik Notaris dibuat untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan
Notaris yang memuat kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan yang
telah diatur, baik dalam Staatsblad 1860 Nomor 3 maupun dalam Pasal 89 Undang-undang
Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris berikut sanksi-sanksi yang akan
diberikan bila anggota melalukan pelanggaran.
Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan profesional
dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara rasional
dan kritis serta menjunjung tinggi nilai- nilai moral.
Pelayanan jasa Notaris sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat harus berjalan
sejajar dengan perkembangan masyarakat dimasa depan. Kecermatan, kecepatan dan kecakapan
Notaris, tidak hanya semata-mata berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat formalistik,
akan tetapi harus berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat profesionalistik, sehingga usaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan Notaris benar-benar membawa hasil yang positif bagi
masyarakat.
Dalam hal kasus tersebut diatas, sebenarnya sudah terbentuk suatu badan yang
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan Pengawasan
terhadap Notaris seperti tersebut dalam Pasal 67 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris, Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri dalam hal ini adalah Menteri
2
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan membentuk Majelis Pengawas yang
terbagi atas Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah.
Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan wewenang tersendiri, dan secara
berjenjang Majelis Pengawas Daerah bertanggung jawab atas kinerjanya kepada Majelis
Pengawas Wilayah kemudian Majelis Pengawas Wilayah bertanggung-jawab atas kinerjanya
kepada Majelis Pengawas Pusat dan Majelis Pengawas Pusat tersebut bertanggungjawab atas
kinerjanya kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris harus lebih
maksimal dalam menjalankan tugas pengawasan juga dalam memberikan peringatan kepada
Notaris yang melakukan pelanggaran dengan memberikan sanksi yang tegas dengan
menggunakan Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39-
PW.07.10 Tahun 2004.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam melakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah Notaris dalam
menjalankan tugas jabatan sudah berpedoman pada Kode Etik Notaris yang telah ditetapkan
dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan Undang-undang nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang hendak
dibahas dalam Makalah ini adalah
1) Apakah itu Profesi notaris?
2) Apa saja Tugas Notaris?
3) Apa saja Wewenang Notaris?
4) Apa saja Fungsi Notaris
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris.
2. Untuk mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
3
3. Untuk memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik Notaris.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang menjalankan sebagian dari fungsi publik dari negara,
khususnya di bagian hukum perdata dalam membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan. Selain itu juga, pejabat yang bertugas mengesahkan
tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal pembuatan surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus Pasal. Biasanya, profesi ini dijabat orang-orang lulusan
pendidikan hukum dan telah memiliki lisensi dari pemerintah untuk melakukan tindakan hukum,
termasuk menjadi saksi resmi dari penandatanganan suatu dokumen penting. Sementara, istilah
notaris adalah berasal dari nama notarius yang digunakan sebagai sebutan untuk seorang penulis
cepat atau stenografer. Karena diharapkan memiliki peran dan posisi netral, maka notaris tidak
memiliki kedudukan di lembaga, baik itu eksekutif, yudikatif maupun legislatif. Notaris dan
PPAT seringkali dianggap sama oleh masyarakat tetapi sebetulnya profesi ini memiliki
spesifikasi wewenang yang cukup berbeda.
B. TUGAS NOTARIS
Selama ini, tugas notaris dan PPAT seringkali disamakan. Padahal, notaris adalah pihak yang
membuat segala akta otentik terkait hukum yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan tugas dan
wewenang PPAT hanya sebatas menangani akta otentik yang berhubungan dengan tanah dan
bangunan saja. Bisa dibilang, ranah profesi notaris lebih luas dan umum.
4
Proses pelantikan keduanya pun berbeda, karena PPAT maupun notaris adalah dua profesi yang
berada di bawah naungan lembaga berbeda. Notaris dilantik oleh Departemen Hak dan Asasi
manusia, sementara PPAT dilantik oleh BPN.
Seorang notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat
kedudukannya. Dengan demikian, notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat
kedudukannya. Dalam menjalankan jabatannya, tentunya notaris juga tidak luput dengan
sejumlah kewajiban dan tugas. Berikut ini adalah tugas dan kewajiban notaris:
Bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan
pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari
Protokol Notaris.
Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta.
Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta.
Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UU 30/2004 sebagaimana diubah
dengan UU 2/2014, kecuali ada alasan untuk menolaknya.
Merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-
undang menentukan lain.
Menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak
lebih dari 50 Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku.
Membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat
berharga.
Membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan
Akta setiap bulan.
Mengirimkan daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat atau daftar nihil yang berkenaan
dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap
bulan berikutnya;
5
Notaris biasanya hadir atau dipilih sebagai saksi penandatanganan sebuah dokumen, salah
satunya dokumen jual beli properti. Apabila Anda berencana untuk membeli rumah, jangan lupa
untuk menyediakan biaya untuk notaris.
C. FUNGSI NOTARIS
Notaris mempunyai peran yang sangat penting di Indonesia yang merupakan negara
hukum. Salah satunya untuk melayani masyarakat dalam hal pembuatan akta otentik
sebagai alat bukti atau sebagai syarat sah/mutlak untuk perbuatan hukum tertentu. Prinsip-
prinsip kenotariatan yang menjadi ciri dari notaris adalah pejabat umum yang diangkat
negara, berwenang membuat akta autentik yang menjalankan jabatannya dengan mandiri
(independent) dan tidak berpihak (impartial) serta merahasiakan isi akta dan keterangan
yang diperoleh.Notaris menjalankan jabatan dan menjaga sikap, tingkah laku sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan Kode Etik Notaris. Selain itu, fungsi notaris tidak
sebatas membuat akta autentik tetapi dengan dasar dan alasan filosofis, sosiologis dan
yuridis dapat mendeteksi kemungkinan itikad buruk dan akibat yang tidak diinginkan.Oleh
karenanya, notaris juga mampu melindungi pihak-pihak yang lemah dalam kedudukan
sosial ekonomi dan yuridis. Dengan demikian notaris juga berfungsi menjamin kecakapan
serta kewenangan dari para pihak untuk melakukan tindakan hukum di dalam akta yang
dibuatnya.
D. WEWENANG NOTARIS
Kewenangan notaris dapat dilihat dalam Pasal 15 UU 2/2014. Notaris berwenang membuat Akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan
dalam Akta autentik.
Kemudian notaris bertugas menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta. Sepanjang pembuatan akta itu tidak juga
6
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang. Selain itu, notaris berwenang pula terhadap:
Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan
dengan mendaftar dalam buku khusus (legalisasi).
Membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya.
Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau membuat akta risalah lelang.
a. Berjiwa Pancasila;
8
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris.
b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan
jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai
kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;
c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada diri sendiri;
f. berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan segala perilaku
yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang sempurna.
a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan penuh rasa
tanggung jawab;
b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang, tidak
mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak menggunakan perantara;
9
c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam, dan atau
mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita
Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan;
e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-
Cuma;
f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu membuat akta
pada Notaris yang menahan berkas itu;
g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata menandatangani akta
buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang bersangkutan;
h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh
klien atau klien-klien yang bersangkutan;
i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat akta
padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;
j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia dengan tujuan
untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara khusus/ekslusif,
apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk berpartisipasi.
b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral
maupun material;
c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas
dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif.
10
tidak mencampurkan usaha lain dengan jabatan Notaris, memberikan informasi atau masukkan
mengenai klien-klien yang nakal setempat.
5. Etika Pengawasan
a. Etika pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik Notaris dilakukan
oleh Majelis Kehormatan Daerah dan atau Majelis Kehormatan Pusat Ikatan Notaris
Indonesia;
b. Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur dalam peraturan
tersendiri;
c. Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan tingkatan sanksi-
sank si berupa peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang oleh
Pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian sementara
sebagai anggota Ikatan Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat kepada Kongres
untuk memecat anggota yang bersangkutan adalah pelanggaran-pelanggaran yang
disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan Jabatan Notaris yang berakibat bahwa
anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris dalam
pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :
a. Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut dan
dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"
b. Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
c. Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta
tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui
oleh Notaris yang bersangkutan
d. Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum
kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
e. Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu yang
bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah kesemua akta
tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.
BAB III
11
` PENUTUP
A. Kesimpulan
Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga
diperlukan lembaga kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris
tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik Notaris adalah merupakan penjabaran
lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris , mengingat
Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala
ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya. Yang tercantum
dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan satu
satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya
seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.
,
B. Saran
Berdasarkan uraian tentang kewajiban dan larangan sebagaimana terinci di atas,
diharapkan notaris dalam menjalankan jabatannya senantiasa bercermin pada
etika moral profesi yang diembannya, taat asas, serta tunduk dan patuh pada
setiap peraturan yang mengatur jabatannya tersebut sehingga masyarakat dan
semua kalangan benar-benar dapat memaknai profesi notaris sebagai salah satu
profesi yang mulia dan bermartabat.
12
DAFTAR PUSTAKA
13