Disusun Oleh :
Amalia Adysti (12020126195)
M. Yazid Albustomi (12020117033)
Rudi Azhari (12020115742)
KELAS 7G
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen Pengampu yakni
Bapak Abdul Ghoni., S.H., M.H. yang telah membimbing serta mengajarkan
kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul
“Notaris dan Etika Profesi Notaris” dan juga terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga
terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pengampu dan teman-
teman sekalian.
II
`
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Kesimpulan ................................................................................................17
III
`
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat
umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan,
tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk
memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
notaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, terutama yang berkaitan dengan pembuatan akta autentik. Pasal
1868 KUHPerdata, menyatakan bahwa akta autentik adalah suatu akta yang
di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh dan di
hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu dimana akta dibuatnya.1
Notaris didalam profesinya bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai
pejabat yang diangkat oleh pemerintah. Dalam pelayanannya Notaris terikat
pada Peraturan Jabatan dan kode etik profesi sebagai notaris.
Posisi Notaris yang urgen dalam kehidupan kemanusiaan tersebut
menjadikan proses seseorang yang ingin menuju menjadi notaris yang ahli
menjadi penting. Karenanya dalam pendidikan notariat diperhatikan pula
etika notaris. Sehingga dalam hal ini ditegaskan bahwa suatu pendidikan
profesional tanpa pendidikan mengenai tanggung jawab dan etika profesional
tidaklah lengkap. Dalam bidang hukum keterampilan teknis yang
mengabaikan segi yang menyangkut tanggung jawab yang dipercayakan
1
Lihat KUHPerdata pasal 1868.
1
`
kepadanya dan profesinya pada umumnya, serta nilai-nilai dan ukuran etika
yang harus menjadi pedoman dalam menjalankan profesinya, hanya akan
menjadi tukang-tukang yang terampil belaka dibidang hukum dan
profesinya.2
Seperti yang telah diketahui bahwa beberapa tugas Notaris salah satunya
adalah mengatur secara tertulis dan autentik hubungan-hubungan hukum
antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.3
Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena
dengan adanya moral yang tinggi maka Notaris tidak akan menyalahgunakan
wewenang yang ada padanya, sehingga Notaris akan dapat menjaga
martabatnya sebagai seorang pejabat umum yang memberikan pelayanan
yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merusak citra Notaris itu
sendiri. Sebagaimana harapan kita semua atau bangsa, agar setiap Notaris
mempunyai pengetahuan yang cukup luas dan mendalam serta keterampilan
sehingga merupakan andalan masyarakat dalam merancang, menyusun dan
membuat berbagai akta otentik, sehingga susunan bahasa, teknis yuridisnya
rapi, baik dan benar, karena disamping keahlian tersebut diperlukan pula
kejujuran atau ketulusan dan sifat atau pandangan yang objektif.4
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut diatas, maka
pemakalah akan membahas terkait notaris dan etika profesi notaris.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Notaris ?
2. Seperti apa Tugas dan Tanggung Jawab Notaris ?
3. Jelaskan Bagaimana Etika Notaris ?
4. Seperti apa Kode Etik Notaris ?
5. Seperti apa Pengawasan Etika, Sikap dan Prilaku notaris ?
2
Darji Darmodiharjo dan shidarta, 2004, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan
BagaimanaFilsafat Hukum Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, h. 265.
3
Supriadi, 2008, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, h. 50.
4
Komar Andasasmita, 1981, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban,
Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung, h. 14.
2
`
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Notaris
Kata notaris berasal dari kata "nota literaria" yaitu tanda tulisan atau
karakter yang dipergunakan untuk menuliskan atau menggambarkan
ungkapan kalimat yang disampaikan narasumber. Tanda atau karakter yang
dimaksud adalah tanda yang dipakai dalam penulisan cepat (stenografie).5
Jabatan notaris disebutkan dalam Pasal 1 UU Jabatan Notaris
(selanjutnya UUJN) yang menyatakan bahwa: Notaris adalah pejabat umum
yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta autentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan
umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam
suatu akta autentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya, dan
memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan
akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat atau orang lain.
Pengertian Notaris dalam sistem civil law yang diatur dalam Pasal 1 Ord.
Stbl. 1860 Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia mulai
berlaku tanggal 1 Juli 1860 yang kemudian diterjemahkan oleh R. Soeondo
disebutkan pengertian Notaris adalah sebagai berikut:
Notaris adalah pejabat khusus (satu-satunya) yang berwenang untuk
membuat akta-akta otentik tentang semua tindakan, perjanjian-perjanjian, dan
keputusan-keputusan yang diharuskan oleh perundang-undangan umum untuk
dikehendaki oleh yang berkepentingan bahwa hal itu dinyatakan dalam surat
otentik, menjamin tanggal, menyimpan akta-akta dan mengeluarkan grosse
(salinan, sahih), salman-salman (turunan-turunan), dan kutipan-kutipan semua
itu apabila pembuatan akta-akta demikian itu atau dikhususkan kepada
pejabat atau orang-orang lain.6
5
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), )Jakarta:
Erlangga, 1980), h. 41
6
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 1993, h. 41.
3
`
B. Tugas dan Tanggung Jawab Notaris
Tugas dan tanggung jawab merupakan suatu tindakan hukum yang diatur
dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mengatur tentang jabatan tersebut. Secara
yuridis, kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada Notaris
ialah membuat akta autentik, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1
angka 1 UUJNP. Kedudukan Notaris adalah sebagai pejabat umum, dalam
arti kewenangan yang ada pada Notaris tidak pernah diberikan kepada
pejabat-pejabat lainnya.
Tugas dan Tanggung jawab Notaris menurut Pasal 15 UUJNP, adalah :7
1. Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semua itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang di tetapkan oleh
Undang-Undang.
2. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris
berwenang pula:
a) Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
b) Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan
yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam
surat yang bersangkutan;
c) Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya;
d) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta;
e) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
7
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Jo. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris.
4
`
f) Membuat Akta Risalah Lelang
C. Etika Notaris
Notaris mengatur mengenai hal-hal yang harus ditaati oleh seorang
Notaris dalam menjalankan jabatannya dan juga diluar menjalankan
jabtannya. Etika Notaris merupakan tuntunan, bimbingan atau pedoman
moral atau kesusilaan Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum
yang diangkat pemerintah dalam rangka pemberian pelayanan umum
khususnya dalam bidang pembuatan akta.
bidang kenotariatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang memerlukan pelayanan dalam bidang kenotariatan. Berdasarkan hal
8
8 E. Y. Kanter, Etika Profesi Hukum: Sebuah Pendekatan Sosio Religius, Jakarta, Storia
Grafika, 2001, h. 304.
5
`
tersebut, seorang Notaris harus mempunyai etika profesional dengan unsur-
unsur sebagai berikut :9
1. Etika kepribadian Notaris, sebagai pejabat umum maupun sebagai
profesional;
2. Etika melakukan tugas jabatan;
3. Etika pelayanan terhadap klien;
4. Etika hubungan sesama rekan Notaris.
Mengenai perilaku sebagai Notaris ada empat hal pokok yang harus
diperhatikan yakni :
9
Abdul kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2006,
h. 14
6
`
a. Ruang lingkup Kode Etik Notaris.
Mengenai ruang lingkup Kode Etik Notaris ini diatur dalam Bab II
pasal 2 Kode etik Notaris, Kode Etik berlaku bagi seluruh anggota
Perkumpulan maupun orang lain (selama yang bersangkutan
menjalankan Jabatan Notaris), baik dalam pelaksanaan Jabatan maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian jelas bahwa Kode Etik
Notaris ini bukan hanya berlaku bagi Notaris selama menjalankan profesi
dan jabatannya saja tetapi juga mencakup juga dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Kewajiban, Larangan dan Pengecualian Kode Etik Notaris.
Dalam bidang kenotariatan, upaya konkrit sebagai perwujudan dari
prinsip kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum tersebut
diaplikasikan dalam bentuk pembuatan akta yang memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna karena dibuat oleh pejabat yang berwenang
yaitu Notaris. Notaris dan produk hukumnya yang berupa akta otentik
dapat dimaknai sebagai upaya negara untuk menciptakan kepastian
hukum bagi masyarakat. Mengingat dalam wilayah hukum perdata,
negara menempatkan Notaris Pejabat Umum yang berwenang dalam hal
pembuatan akta otentik, untuk kepentingan pembuktian atau alat bukti.10
Notaris sebagai Pejabat Umum yang berwenang membuat akta
otentik dalam menjalankan profesi dan jabatannya memiliki peraturan
yang harus dipatuhi, bukan hanya bertujuan untuk melindungi otentitas
akta yang dibuat akan tetapi juga untuk menjaga harkat, martabat dan
kehormatan kedudukan Notaris sebagai profesi mulia (officium nobile).
Kewajiban dan larangan Notaris dalam menjalankan jabatannya
disamping diatur dalam UUJN pasal 16 dan pasal 17, juga diatur dalam
Kode Etik Notaris yaitu dalam Bab III pasal 3 dan pasal 4
Dalam menjalankan jabatannya Notaris mempunyai sikap :
1) Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;
10
Munir Fuady, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya
Bakti, h .77
7
`
2) Menghormati dan menjunjung btinggi harkat dan martabat Jabatan
Notaris;
3) Menjaga dan membela Kehormatan Perkumpulan;
4) Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh
rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan isi sumpah jabatan Notaris;
5) Meningkatkan ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;
6) Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan
negara;
7) Memberikan jasa pembuatan akta dan kewenangan lainnya untuk
masyarakat yang tidak mampun tanpa memungut honorarium;
8) Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugas jabatan sehari hari;
9) Memasang 1 (satu) papan nama di depan /dilingkungan kantornya
dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau
200 cm x 80 cm, yang memuat :
- Nama lengkap dan gelar yang sah;
- Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan terakhir
sebagai notaris;
- Tempat kedudukan;
- Alamat kantor dan nomor telepon/fax.
- Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna
hitamdan tulisan di atas papan nama harus jelas dan mudah
dibaca. Kecuali dilingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan
untuk pemasangan papan nama tersebut;
10) Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan Perkumpulan;
11) Menghormati, mematuhi, melaksanakan Peraturan-peraturan dan
Keputusan-keputusan Perkumpulan;
12) Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib;
`
13) Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat
yang meninggal dunia;
14) Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium
yang ditetapkan Perkumpulan;
15) Menjalankan Jabatan Notaris di kantornya, kecuali karena alasan-
alasan tertentu;
16) Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam
melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling
memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati,
saling menghargai, saling membantu, serta selalu berusaha menjalin
komunikasi dan silaturahim;
17) Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak
membedakan status ekonomi dan/ataustatus sosial;
18) Membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk menjalankan
peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Jabatan
Notaris dan Kode Etik.
`
- Kegiatan pemasaran;
- Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun
olah raga
4) Bekerjasama dengan biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada
hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau
mendapatkan klien;
5) Menandatangani akta yang proses pembuatannya telah dipersiapkan
oleh pihak lain;
6) Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani;
7) Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang
berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu diajukan
langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantara
orang lain;
8) Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-
dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan
psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta
padanya;
9) Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang
menjurus ke arah persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan
Notaris;
10) Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah
yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan
Perkumpulan;
11) Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus
karyawan kantor Notaris lain tanpa persetujuanterlebih dahuludari
Notaris yang bersangkutan, termasuk menerima pekerjaan dari
karyawan kantor Notaris lain;
12) Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang
dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau
menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata
di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau
membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahuakan
10
`
kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang
dibuatnya dengan cara yang bersifat tidak menggurui, melainkan
untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap
klien yang atau rekan sejawat tersebut;
13) Tidak melakukan kewajiban dan melakukan pelanggaran terhadap
larangan sebagaimana dimaksud dalam Kode Etik dengan
menggunakan media elektronik, termasuk namun tidak terbatas
dengan menggunakan internet dan media sosial;
14) Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif
dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau
lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain lain untuk
berpartisipasi;
15) Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
16) Membuat akta melebihi batas kewajaran yang batas jumlahnya
ditentukan oleh Dewan Kehormatan;
17) Mengikuti pelelangan untuk mendapatkan pekerjaan/pembuatan
akta.
11
`
D. Pengawasan Terhadap Etika, Sikap, dan Perilaku Notaris
Menurut pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris, Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai
kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap Notaris.
12
`
Pengawasan dan pelaksanaan Kode Etik Notaris yang dilakukan oleh
Dewan Kehormatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan
Dewan Kehormatan Daerah
Untuk tingkat pertama Pengurus Daerah perkumpulan mempunyai
Dewan Kehormatan Daerah. Dewan Kehormatan Daerah ini terdiri dari 3
(tiga) anggota yaitu Ketua, Wakil Ketua dan Sekertaris. Yang dapat
diangkat sebagai anggota Dewan Kehormatan Daerah adalah anggota
biasa yang telah menjabat sebagai Notaris sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun dan anggota luar biasa (mantan Notaris), yang senantiasa menaati
peraturan perkumpulan dan peraturan perundang-undanagn yang berlaku,
berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta mempunyai rasa kepedulian
yang tinggi. Masa jabatan Dewan Kehormatan Daerah adalah sama
dengan masa jabatan Pengurus Daerah.
Dewan Kehormatan Daerah mempunyai kewenangan sebagai berikut :
a) Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada
hubungannya dengan Kode Etik Notaris dan pembinaan rasa
kebersamaan profesi (corpsgeest) kepada Pengurus Daerah;
b) Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun lesan secara
langsung kepada para anggota di daerah masingmasing yang melukan
pelanggaran atau melakukan perbuatan 46 yang tidak sesuai dengan
Kode Etik atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi.
c) Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus
Daerah, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus
Pusat dan Dewan Kehormatan pusat;
d) Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan
Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat untuk pemberhentian
sementara (schorsing) anggota perkumpulan yang melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik.
`
Kehormatan Daerah harus melaksanakan putusan Dewan Kehormatan
Wilayahdan memberitahukan kepada anggota yang bersangkutan dan
kepada Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan Dewan Kehormatan
Pusat.
`
Jika Keputusan Dewan Kehormatan Wilayah ditolak oleh Dewan
kehormatan Pusat , baik sebagian maupun seluruhnya, maka Dewan
Kehormatan wilayah diwajibkan untuk melaksanakan Keputusan Dewan
Kehormatan Pusat dan diwajibkan untuk melaksanakan keputusan
Dewan Kehormatan Pusat dan memberitahukannya kepada anggota yang
bersangkutan dan kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat,
Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah.
3. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia dan
Dewan Kehormatan Pusat.
Selanjutnya pada tingkat terakhir kepengurusan perkumpulan
mempunyai Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat Pusat Ikatan Notaris
Indonesia. Dewan Kehormatan Pusat terdiri dari 5 (lima) orang anggota
dengan susunan kepengurusan yaitu Ketua, Wakil Ketua dan Sekertaris.
Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Kehormatan Pusat adalah
anggota biasa yang telah menjabat sebagai Notaris sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) tahun dan anggota luar biasa (mantan Notaris), yang
senantiasa mentaati peraturanperkumpulan atau peraturan
perundangundangan yang berlaku, berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal
serta mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada perkumpulan yang
dipilih oleh konggres.
Dewan Kehormatan Pusat ini merupakan badan yang bersifat otonom
di dalam mengambil keputusan-keputusan. Dewan Kehormatan Pusat
mempunyai kewenangan untuk :
a. Memberikan dan menyampaikan usul serta saran yang ada
hubungannya dengan Kode Etik dan pembinaan rasa kebersamaan
profesi (corpgeest) kepada Pengurus Pusat;
b. Memberikan Peringatan baik secara tertulis maupun dengan lesan
secara langsung kepada para anggota yang melakukan pelanggaran
atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Kode Etik atau
bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi;
15
`
c. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus Pusat,
Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah
dan Dewan Kehormatan Daerah;
d. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat untuk melakukan pemberhentian
sementara dari anggota perkumpulan yang melakukan pelanggaran
Kode Etik;
e. Menolak atau menerima pengaduan atas pelanggaran Kode Etik;
16
`
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan
yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta autentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktanya, dan memberikan grosse, salinan dan
kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan
umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.
Tugas dan Tanggung jawab Notaris menurut Pasal 15 UUJNP, adalah :
1. Notaris berwenang membuat akta autentik
2. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
3. Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya
4. Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan
5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan
17
`
9. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas jabatan sehari hari
10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan Perkumpulan
11. Menghormati, mematuhi, melaksanakan Peraturan-peraturan dan
Keputusan-keputusan Perkumpulan;
12. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib
13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium yang
ditetapkan Perkumpulan
14. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang
meninggal dunia
15. Menjalankan Jabatan Notaris di kantornya, kecuali karena alasan-alasan
tertentu;
16. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan
tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari
17. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan
status ekonomi dan/ataustatus sosial
18. Membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk menjalankan peraturan
perundang-undangan,
18
`
DAFTAR PUSTAKA.
Darmodiharjo, Darji dan shidarta, 2004, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan
BagaimanaFilsafat Hukum Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Fuady, Munir . 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra
Aditya Bakti
Muhammad, Abdul kadir. 2006. Etika Profesi Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti
Supriadi, 2008, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta
19