Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP STANDAR PERILAKU

ETIS NOTARIS

Supriyanta
Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Jalan Sumpah Pemuda No.18 Joglo, Kadipiro Surakarta
E-mail: superprian@gmail.com
Abstract

A notary bound norms and values that constitute the parameters behave ethically. Philosophically, there
is a size that is not universally applicable in the world of ethical behavior parameters notary. In a more
concrete level, and factual measures for ethical behavior is a notary public Notary code of Ethics. In order
to realize a notary ethical behavior, integrity and commitment required in the process of enforcement of
the code Notary substance through a mechanism that has been agreed. This process must be done
continuously so that woke standards of ethical behavior that can guide behavior that is not only derived
from the text of the Notary Code, but also from a contextual understanding of the implementation of
the Notary code of Ethics. Notary code of Ethics as the only parameter Notary ethical behavior in the
sense that the most factual, should always be tailored to the developmental dynamics that occur in the
community, so that the values contained in it maintained its existence.

Keyword: Philosopycal Analysis, Ethical Standards Of Conduct Notary

A. Pendahuluan secara tertulis atas berbagai perbuatan hukum.


Posisi notaris sangat penting dalam membantu
Di bidang hukum, telah berkembang profesi
menciptakan kepastian dan perlindungan hukum
hukum, salah satu diantaranya adalah profesi
bagi masyarakat. Notaris memiliki kedudukan
notaris. Sebuah profesi menurut Soetandyo
yang sangat strategis dalam ranah hukum
Wignyosubroto selalu ditandai oleh : kegiatan
perdata, karena profesi ini menyangkut urusan
pelayanan jasa atas dasar pembayaran upah atau
paling pokok dan sangat mendasar dalam setiap
honoraris; penggunaan kecakapan teknis yang
perbuatan hukum, terutama bidang hukum
tinggi, dan karenanya harus dipenuhi oleh suatu
perdata. Masyarakat yang menjadi subyek
pendidikan khusus yang formil; dan landasan
sekaligus obyek dari setiap perbuatan hukum
kerja yang ideal, dan disokong oleh cita-cita etis
akan sangat terbebani dengan urusan administrasi
masyarakat (Wawan Tunggul Alam, 2004 : 19).
hukum. Dokumen-dokumen yang berhubungan
Di bidang hukum perdata, hadirnya profesi dengan perbuatan-perbuatan hukum yang akan
notaris memiliki arti yang sangat penting dalam dilakukan tidak akan tersusun secara benar dan
kehidupan sosial. Ia adalah pembuat dokumen sesuai prosedur hukum, jika dikerjakan oleh orang
yang kuat dalam suatu proses hukum ( Tan Thong yang bukan ahli dan benar-benar menguasai
Kie, 2007 : 444). Menurut Undang-Undang No. bidang tersebut, karena itulah para notaris
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal hadir dan menawarkan jasa untuk membantu
1 disebutkan : “Notaris adalah pejabat umum masyarakat.
yang berwenang untuk membuat akta otentik
Undang-Undang Jabatan Notaris telah
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
mempergunakan secara bersama-sama institusi
dalam undang-undang ini.” Pejabat umum
Notaris sebagai Jabatan (Jabatan Notaris)
adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi
dan Notaris sebagai Profesi (Profesi Notaris)
publik dari negara, khususnya di bidang hukum
atau istilah tersebut dipersamakan (setara)
perdata. Sebagai sebuah profesi yang salah satu
penggunaannya (Habib Adjie, 2009 : 7). Pasal 1
karakteristiknya adalah memiliki kode etik, maka
angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN)
notaris dalam menjalankan tugas profesinya
menentukan bahwa Notaris adalah Pejabat Umum
harus mematuhi kode etik notaris dan peraturan
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
notaris.
dalam Pasal 15 UUJN. Kedudukan notaris
Notaris merupakan salah satu profesi sebagai pejabat umum dalam arti kewenangan
yang menjalankan pelayanan hukum kepada yang ada pada notaris tidak pernah diberikan
masyarakat luas, yang memiliki tanggung jawab kepada pejabat-pejabat lainnya selama-sepanjang
berkenaan dengan alat bukti otentik berupa surat- kewenangan tersebut tidak menjadi kewenangan
surat, akta-akta maupun dokumen yang dibuatnya pejabat-pejabat lain dalam membuat akta otentik

Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ... 137
dan kewenangan lainnya, maka kewenangan B. Filsafat, Etika dan Profesi Hukum
tersebut menjadi kewenangan Notaris (Habib
Menurut pandangan Theo Huijbers (1995)
Adjie, 2009 : 40).
filsafat adalah kegiatan intelektual yang metodis
Notaris diangkat sebagai pejabat umum, dan sistematis, secara refleksi menangkap
bukan untuk kepentingan dirinya, namun untuk makna yang hakiki keseluruhan yang ada. Obyek
melayani masyarakat dalam bidang hukum filsafat bersifat universal, mencakup segala yang
perdata. Pekerjaan notaris bukanlah pekerjaan dialami oleh manusia. Berpikir secara filsafat
biasa yang semata-mata mencari nafkah. Namun adalah mencari arti segala yang ada melalui
pekerjaan notaris merupakan panggilan untuk pandangan yang paling luas. Sementara itu
mengabdi kepada kemanusiaan, disamping harus Sumaryono (1995) menjelaskan bahwa filsafat
bekerja secara profesional dan mempunyai sikap adalah ilmu yang berfungsi sebagai interpretasi
yang luhur demi menjaga martabat jabatannya. tentang hidup manusia, tugasnya adalah meneliti
Notaris diharapkan memiliki posisi netral, sehingga dan menentukan semua fakta konkrit sampai
dalam melaksanakan tugas profesinya untuk dan pada yang paling mendasar. Ciri khasnya adalah
atas permintaan kliennya. Dalam hal melakukan dalam menjawab pertanyaan selalu menimbulkan
tindakan hukum untuk kliennya, notaris juga tidak pertanyaan baru.
boleh memihak kliennya, karena tugas notaris Istilah etika, etis dan moral sering
ialah untuk mencegah terjadinya masalah. dipergunakan orang dalam keseharian karena
Melihat pekerjaan dan fungsi notaris yang persoalan etika dan moral bersentuhan langsung
begitu vital diantaranya adalah memberikan dengan kehidupan manusia. Etika merupakan
kepastian hukum bagi para pihak, menjadi bagian dari filsafat, sedangkan filsafat adalah
sangat berbahaya jika seorang notaris dalam suatu interpretasi mengenai hidup manusia yang
menjalankan profesinya melakukan tindakan mempunyai tugas meneliti dan menentukan semua
tercela, seperti ikut membantu memanipulasi fakta konkrit sampai kepada dasarnya yang paling
data dan fakta demi kepentingan salah satu dalam. (Muchsin, 2004 : 66). Selain itu makna
pihak, sehingga dapat merugikan pihak lainnya ( etika juga merupakan predikat atas perbuatan-
Wawan Tunggul Alam 2004:93). Oleh karena itu perbuatan seseorang. Karena itu seringkali etika
pula, seorang notaris yang seringkali dipanggil juga dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
menghadap ke Pengadilan karena suatu kasus menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah
tertentu, misalnya untuk menerangkan akta yang yang mendasari pemberian tanggapan atau
telah dibuatnya, atau terlebih lagi jika sempat penilaian terhadap perbuatan-perbuatan (Louiss
terlibat menjadi pelaku dalam suatu kasus pidana, O. Kattsoft : 352). Bender mengatakan filsafat
jelas mengurangi kredibilitas notaris tersebut di adalah genus, filsafat etika adalah spesies ( Othe
mata masyarakat. Salman, 2010 :7)
Notaris harus bersikap profesional artinya Etika merupakan sistem nilai-nilai dan
notaris harus mempunyai keahlian/kemahiran norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
tek nis yang bermutu tinggi, disertai rasa individu atau suatu kelompok dalam mrngatur
tanggung jawab, menjamin kepastian hukum, tingkah lakunya. Etika bertujuan agar orang
bekerja tanpa pamrih dengan menjauhkan hidup bermoral baik dan berkepribadian, sesuai
kepentingan pribadinya serta bersikap adil dengan etika moral yang dianut oleh kesatuan atau
bagi kliennya. Notaris yang bekerja secara lingkungan hidupnya. Etika moral ini menimbulkan
norma-norma etika yang mencakup teori nilai
profesional harus mematuhi etik a profesi
tentang hakikat yang baik dan yang buruk dan
notaris, dengan kata lain seorang notaris
teori tentang perilaku tentang perbuatan mana
dalam melakukan pekerjaan profesinya
yang baik dan yang buruk.Sedangkan istilah etika
harus mampu menunjukkan perilaku yang
profesi hukum berkaitan dengan ilmu tentang
etis. Seorang notar is dalam member ik an
kesusilaan, mengenai yang baik dan buruk, yang
pelayanan harus mempertahankan cita-cita
patut atau tidak patut dilakukan oleh seseorang
luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban
dalam jabatannya sebagai pelaksana hukum
hati nurani (Abdulkadir Muhammad, 2001: 60).
termasuk di sini adalah seorang notaris. Seorang
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan
profesional hukum menurut Notohamidjojo
yang patut diajukan adalah seperti apakah
(1975) dalam melaksanakan kewajibannya perlu
hakikat standar perilaku etis notaris serta
memiliki :Sikap manusiawi, artinya menyikapi
faktor apakah yang mempengaruhi perilaku hukum tidak hanya secara formal melainkan
etis notaris dalam menjalank an tugasnya kebenaran yang sesuai dengan hati nurani,
selaku pejabat umum? sikap adil artinya mencari kelayakan yang sesuai

138 Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ...
dengan perasaan masyarakat, sikap patut artinya dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut
mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia
dalam suatu perkara konkrit, dan sikap jujur perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya
artinya menyatakan sesuatu itu benar menurut Etika orang Jawa. Etika agama Budha.(2) Etika
apa adanya, dan menjauhi yang tidak benar dan dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai
tidak patut. moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik,
misalnya: Kode Etik Notaris Indonesia. (3) Etika
dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau
C. Standar Perilaku Etis Notaris
yang buruk. Arti Etika di sini sama dengan filsafat
Secara filosofis terdapat parameter yang moral.Dihubungkan dengan Etika Profesi Hukum,
beragam dalam menentukan ukuran terhadap Etika dalam arti pertama dan kedua adalah
perilaku etis notaris, dikarenakan belum terdapat relevan karena kedua arti tersebut berkenaan
ukuran yang bersifat universal yang berlaku di dengan perilaku seseorang atau kelompok
seluruh dunia (Abdul Ghofur Anshori, 2009 : 123). profesi hukum. Misalnya notaris tidak bermoral,
Meskipun demikian ukuran-ukuran yang masih artinya perbuatan notaris itu melanggar nilai-nilai
belum bersifat universal tersebut sudah dapat dan norma-norma moral yang berlaku dalam
dijabarkan kedalam prinsip-prinsip atau nilai-nilai kelompok profesi notaris. Dihubungkan dengan
yang berlaku dan dapat diterapkan pada suatu arti yang kedua, etika profesi hukum berarti Kode
tempat, waktu dan situasi tertentu yang kurang Etik Profesi Hukum. Salah satu contohnya di sini
lebih sepadan. Dalam tataran yang lebih konkrit, adalah yang disebut dengan Kode Etik Notaris.
dan faktual dapatlah dikatakan bahwa ukuran Kode Etik dalam arti materiil adalah norma atau
untuk perilaku etis notaris adalah apa yang disebut peraturan yang praktis baik tertulis maupun tidak
sebagai kode etik notaris (Abdul Ghofur Anshori, tertulis mengenai etika berkaitan dengan sikap
2009 : 123). Meskipun kode etik notaris tersebut serta pengambilan keputusan hal-hal fundamental
dalam tataran praksis menimbulkan persoalan- dari nilai dan standar perilaku orang yang dinilai
persoalan yang menyangkut soal otoritas mana baik atau buruk dalam menjalankan profesinya
yang dianggap berwenang membuat penafsiran yang secara mandiri dirumuskan, ditetapkan dan
terhadap teks kode etik notaris tersebut, namun ditegakkan oleh organisasi profesi.
kode etik tersebut sudah dapat dipergunakan Kode Etik Notaris merupakan suatu kaidah
sebagai pedoman guna menentukan apakah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan
seorang notaris tersebut berperlaku etis atau Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan
tidak etis. Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, dan diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang artinya ilmu tentang norma-norma hidup. yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku
Dalam bahasa Inggris disebut ethic. Sedangkan bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua
pengertian dalam bentuk bahasa Indonesia anggota perkumpulan dan semua orang yang
adalah tata susila (kesusilaan, akhlak). Yang menjalankan tugas dan jabatan sebagai Notaris.
dimaksud etika adalah segala peraturan yang Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Jabatan
mengandung petunjuk bagaimana sebaiknya Notaris (UUJN) menyatakan bahwa “Organisasi
manusia bertingkah laku. Etika meliputi peraturan- Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik
peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum Notaris”. Ketentuan tersebut di atas ditindaklanjuti
dan adat. Sedangkan etika dalam arti sempit dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Anggaran
adalah yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi Dasar Ikatan Notaris Indonesia yang menyatakan:
(Wawan Tunggul Alam : 2004 : 22). Dalam Kamus “Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran
Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen martabat jabatan notaries, P e r k u m p u l a n
Pendidikan dan Kebudayaan (1988), Etika mempunyai Kode Etik Notaris yang ditetapkan
dirumuskan dalam tiga arti, yaitu:(1) Ilmu tentang oleh Kongres dan merupakan kaidah moral yang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang wajib ditaati oleh setiap anggota Perkumpulan”.
hak dan kewajiban moral (akhlak); (2) Kumpulan Kode Etik Notaris dilandasi oleh kenyataan bahwa
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak Notaris sebagai pengemban profesi adalah orang
(3) Nilai mengenai benar dan salah yang yang memiliki keahlian dan keilmuan dalam
dianut suatu golongan atau masyarakat.Dengan bidang kenotariatan, sehingga mampu memenuhi
demikian, pengertian etika dapat dirumuskan k ebutuhan mas yar ak at yang memerluk an
sebagai berikut:(1) Etika dipakai dalam arti: pelayanan dalam bidang kenotariatan. Secara
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pribadi Notaris bertanggungjawab atas mutu
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok pelayanan jasa yang diberikannya.

Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ... 139
Spirit Kode Etik Notaris adalah penghormatan harus muncul dari kesadaran berkewajiban,
terhadap martabat manusia pada umumnya bukan sekedar dari lingkungan yang mewajibkan
dan martabat Notaris pada khususnya. Dengan tetapi karena keyakinan yang mendalam bahwa
dijiwai pelayanan yang berintikan “penghormatan tuntutan profesi itu merupakan kewajiban yang
terhadap martabat manusia pada umumnya berat. Demikian juga dengan idealisme yang
dan martabat Notaris pada khususnya”, maka berarti dalam sikap dan tindakan ditentukan oleh
pengemban Profesi Notaris mempunyai ciri- motivasi untuk melaksanakan cita-cita luhur.
ciri mandiri dan tidak memihak; tidak mengacu Idealisme dalam arti bahwa seorang profesional
pamrih; rasionalitas dalam arti mengacu pada akan sungguh-sungguh, tanpa pamrih, bersedia
kebenaran obyektif; spesifitas fungsional serta melayani sesama menurut jalur-jalur profesinya.
solidaritas antar sesama rekan seprofesi.Lebih Perilaku Notaris yang baik dapat diperoleh
jauh, dikarenakan Notaris merupakan profesi dengan berlandaskan pada Kode Etik Notaris.
yang menjalankan sebagian kekuasaan negara Dengan demikian, maka Kode Etik Notaris
di bidang hukum privat dan mempunyai peranan mengatur mengenai hal-hal yang harus ditaati oleh
penting dalam membuat akta otentik yang seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan dan juga di luar menjalankan jabatannya.
oleh karena jabatan Notaris merupakan jabatan
Pasal 83 a yat (1) UUJN menyatak an:
kepercayaan, maka seorang Notaris harus
“Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan
mempunyai perilaku yang baik.
Kode Etik Notaris”. Atas dasar ketentuan Pasal 83
Menurut Franz Magnis Suseno dkk terdapat ayat (1) UUJN tersebut Ikatan Notaris Indonesia
dua prinsip etika profesi luhur yaitu mendahulukan pada Kongres Luar Biasa di Bandung pada tanggal
kepentingan klien dan pengabdian pada tuntutan 27 Januari 2005, telah menetapkan Kode Etik yang
luhur profesi (Abdul Ghofur Anshori, 2009: 62). terdapat dalam Pasal 13 Anggaran Dasar:
Para profesional wajib membaktikan keahliannya a. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran
semata-mata pada kepentingan yang mereka martabat jabatan Notaris, Perkumpulan
layani, tanpa mempedulikan untung ruginya. mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh
Sekalipun seorang profesional berhak bisa hidup Kongres dan merupakan kaidah moral yang
dari profesinya, namun pembayaran tersebut tidak wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan.
boleh menjadi tujuan utama dari pelaksanaan
b. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya
profesinya. Profesi notaris harus dijalankan sesuai
untuk menegakkan Kode Etik.
dengan pengabdian pada tuntutan luhur profesi.
Tuntutan luhur profesi dalam bidang notariat c. Pengurus perkumpulan dan/atau Dewan
adalah membuat suatu akta yang di dalamnya Kehormatan bekerjasama dan berkoordinasi
dengan Majelis Pengawas untuk melakukan
menentukan hak dan kewajiban tertentu. Dalam
upaya penegakkan Kode Etik.
kaitan ini yang menjadi landasan utama dalam
melakukan pengabdian terhadap tuntutan luhur Hubungan antara notaris dengan klien adalah
profesi adalah kebenaran. Kebenaran di sini hubungan yang bersifat personal, yaitu hubungan
harus ditinjau dari segi hakikat hukum dan fakta antar subyek pendukung nilai, karena itu secara
yang disajikan. Fakta hukum adalah fakta yang pribadi notaris bertanggungjawab terhadap mutu
menimbulkan akibat hukum ( Herlien Budiono, pelayanan dan jasanya.
2011 :1). Karena itu demi perlindungan hukum bagi Secara formal yuridis kedudukan notaris
para pihak dan orang-orang lain yang terikat dari dan klien adalah sejajar, sama dan seimbang.
suatu perjanjian yang melibatkan notaris misalnya, Namun secara sosio psikologis dalam hubungan
maka sebuah fakta hukum harus difahami secara itu terdapat ketidakseimbangan disebabkan oleh
komprehensif guna memperoleh suatu kebenaran. ketidakmampuan klien untuk dapat menilai secara
Profesi notaris sebagai profesi luhur terikat obyektif pelaksanaan kompetensi pengemban
pada moralitas profesi luhur karena tuntutan profesi (notaris) yang dimintai pelayanan
etika profesi luhur jelas sekali menuntut kejelasan profesionalnya. Jadi hubungan horizontal antara
dan kekuatan moral yang tinggi. Franz Magnis pengemban profesi (notaris) dan kliennya
Suseno mencatat terdapat tiga ciri dari moralitas sesungguhnya merupakan hubungan atas dasar
profesi luhur yakni berbuat dengan bertekad, “kepercayaan”, oleh karena itu notaris dalam
kesadaran berkewajiban dan idealisme (Abdul menjalankan profesinya dituntut untuk menjiwai
Ghofur Anshori : 63) . Seorang profesional dengan sikap etis tertentu, yang disebut dengan
harus memiliki kepribadian yang kuat, dia bukan etika profesi.
orang yang mengikuti perasaan dan emosinya Disamping hubungan horizontal antara
saja. Kepribadian moralitas yang kuat tersebut notaris dan kliennya, seorang notaris juga harus

140 Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ...
memperhatikan hubungan vertikal antara manusia Etika tidak hanya mempelajari individu
dengan Tuhannya. Hubungan antara manusia atau hanya memperhatikan “batin” dan hukum
dengan Tuhannya adalah merupakan hubungan yang memperhatikan yang “lahir” saja, karena
personal vertikal yang berlandaskan kepada etika juga dalam memperhatikan perbuatan
kepercayaan kepada Tuhan yang mengharuskan harus memandang ak ibat-ak ibat yang
adanya cinta kasih sesama manusia.Hubungan timbul dari perbuatan itu. Tidaklah mungkin
vertikal ini merupakan akar dari hubungan menganalisa kewajiban-kewajiban etis manusia
personal horizontal sesama manusia yang tanpa memperhatikan kewajibannya terhadap
bersifat kepercayaan kepada Tuhan. Sehingga sesamanya atau kedudukannya dalam masyarakat.
seseorang akan termotivasi untuk menghayati Hukum mengatur tingkah laku manusia agar
profesi sebagai fungsi kemasyarakatan dan sesuai dengan huk um dan mendasark an
memotivasi untuk mewujudkan etika profesi pertanggungjawaban dengan sanksi, agar orang
sebagai sikap hidup dalam melaksanakan tugas tidak berbuat yang bertentangan dengan hukum,
profesinya. sedangkan etis, letak pertanggungjawabannya
Etika profesi adalah sebagai sikap etis, pada kesukarelaan seseorang untuk berperilaku
sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam sesuai dengan ketentuan “etika”. Jadi hanya
menjalankan kehidupan sebagai pengemban berdasarkan tuntutan batin seseorang untuk
profesi notaris. Kepatuhan pada etika profesi mentaati norma-norma etika itu, namun demikian
adalah tergantung pada akhlak notaris yang aturan etika itu menyempurnakan aturan hukum.
bersangkutan, karena orang awam tidak dapat Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip
menilai apa yang dilakukan oleh notaris dalam profesional yang telah digariskan, sehingga dapat
menjalankan profesinya, maka notaris itu sendiri diketahui dengan pasti kewajiban profesional
membutuhkan pedoman obyektif lebih konkrit bagi anggota lama, baru, atau calon anggota kelompok
perilaku profesionalnya yang diwujudkan dalam profesi. Kode Etik Profesi dibuat tertulis, karena
seperangkat kaedah atau norma perilaku yang mempunyai fungsi sebagai sarana kontrol sosial,
berlaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi, sebagai pencegah campur tangan pihak lain dan
yang disebut sebagai kode etik profesi, baik secara sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
tertulis maupun tidak tertulis. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan
Kode etik profesi merupakan kaedah etika, terjadinya konflik kepentingan antara sesama
atau aturan moral positif yang bertujuan untuk anggota kelompok profesi, atau antara anggota
menjaga martabat profesi yang bersangkutan kelompok profesi dan masyarakat.
dan di lain pihak bertujuan untuk melindungi klien Anggota kelompok profesi atau anggota
dari penyalahgunaan keahlian dan otoritas dari masyarakat dapat melakukan kontrol melalui
pengemban profesi tersebut. Profesi hukum sangat rumusan kode etik profesi, apakah anggota
berkaitan dengan masalah untuk mewujudkan kelompok profesi telah memenuhi kewajiban
dan memelihara ketertiban yang berkeadilan di profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.
dalam kehidupan masyarakat. Penghormatan Pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur
terhadap martabat manusia merupakan titik tolak tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya
atau landasan tujuan akhir dari hukum. Dalam anggota k elompok notaris melak sanak an
mewujudkan ketertiban yang berkeadilan, hukum kewajibannya. Kode etik notaris dapat mencegah
menjadi sarana untuk mewujudkan berbagai kesalahpahaman dan konflik. Kode etik notaris
kaedah perilaku masyarakat yang disebut sebagai yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral
kaedah hukum. anggota kelompok notaris sendiri dan pihak
Suatu kaedah hukum harus dibedakan yang membutuhkan pelayanan profesi yang
dengan kaedah etika atau moral, karena etika bersangkutan. Oleh karena itu dalam hal penegakan
merupakan suatu pengetahuan tentang kebaikan kode etik notaris, integritas dan komitmen haruslah
yang tertinggi. Kaedahnya harus diikuti karena menjadi taruhannya demi terjaganya citra profesi
kaedahnya merupakan sesuatu yang baik. notaris itu sendiri. Penegakan kode etik diartikan
Sedangkan kaedah hukum adalah suatu kaedah sebagai kemampuan komunitas notaris dan
yang menentukan apa yang layak untuk waktu organisasinya untuk memaksakan kepatuhan atas
dan tempat tertentu.Hukum lebih memperhatikan ketentuan-ketentuan etika bagi para anggotanya,
hubungan sosial manusia daripada kebaikan dan memproses dugaan terjadinya pelanggaran kode
watak individu dan memperhatikan kesesuaian etik dan menindak anggota yang melanggar
perbuatan manusia dengan ukuran-ukuran ketentuan-ketentuan yang tercantum didalamnya.
tertentu dan jarang memperhatikan motif manusia. Guna menjaga dan mempertahankan kualitas

Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ... 141
para anggotanya, sebuah organisasi notaris kondisi nafs ammarah atau dalam keadaan Ego
harus memperhatikan kompetensi intelektual tidak dapat menguasai Id. Ketiga adalah Nilai
para anggotanya agar lebih baik lagi kualitas Pribadi dan Personalitas. Nilai-nilai dan moralitas
pelayanannya kepada masyarakat. individu juga akan mempengaruhi standar etika
seseorang. Seseorang yang menekankan sifat
jujur akan berperilaku sangat berbeda dari
d. F a kt o r- F akt or yan g Me m p eng a ru h i
orang yang tidak menghargai hak milik orang
Perilaku Etis Notaris
lain. Dalam hal ini variabel kunci kepribadian
Perilaku etis notaris dipengaruhi oleh banyak yang mempengaruhi perilaku etis seorang
faktor yang dapat dijabarkan sebagai berikut: individu adalah kemampuannya mengendalikan
(Abdul Ghofur Anshori, 2009 : 155-159). Pertama, diri. Seorang individu memiliki kemampuan
adalah faktor intepretasi hukum, yang merupakan mengendalikan diri secara internal jika individu
faktor internal perilaku etis seorang notaris. tersebut percaya bahwa ia dapat mengontrol
Pemahaman mengenai apa yang disebut sebagai berbagai hal dalam kehidupannya. Sebagai
hukum akan menentukan seperti apakah perilaku konsekuensinya, individu dengan keyakinan
etis notaris itu. Intepretasi hukum dalam konteks internal ini akan merasa bertanggung jawab
etika menunjukkan bahwa hukum bukanlah terhadap segala bentuk tindakannya. Sebaliknya,
sarana untuk merekayasa masyarakat dengan seorang individu yang mempunyai kemampuan
suatu paksaan, melainkan sebagai sarana mengendalikan diri secara eksternal, percaya
tertib masyarakat dengan suatu penerimaan bahwa nasib dan keberuntungan, atau orang
yang berupa kerelaan. Intepretasi hukum dapat lain, yang mempengaruhi hidupnya. Individu
mewujud dalam banyak aspek namun salah seperti ini cenderung percaya bahwa kekuatan
satu hal yang terpenting adalah melihat hukum eksternal yang menyebabkan berperilaku etis
dari perspektif asal-usulnya. Dalam masyarakat atau tidak. Secara keseluruhan, mereka yang
sekuler, inteprestasi hukum didasarkan pada berkeyakinan internal akan cenderung untuk
nilai-nilai dan standar kontemporer yang seringkali membuat keputusan-keputusan etis daripada
berbeda-beda, sementara dalam masyarakat mereka yang berkeyakinan eksternal. Mereka
religius, hukum didasarkan pada nilai-nilai agama lebih sulit dipaksa bertindak secara tidak etis,
yang bersifat dogmatik dan universal. Kedua, dan akan menolak untuk melukai orang lain,
tahap perkembangan moral, yang dapat dilihat bahkan meskipun ketika diminta oleh orang
melalui struktur kesadaran manusia sebagaimana lain yang kedudukannya lebih tinggi. Keempat
teori psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939). adalah Motivasi. Motivasi dapat menguatkan
Freud mengidentifikasikan unsur-unsur utama atau memperlemah/ mengurangi tingkat moralitas
suatu perbuatan. Motivasi merupakan suatu niat
dalam kesadaran manusia sebagai Id, Ego, dan
untuk berbuat sesuatu. Melalui niat ini dapat
Superego. Ajaran Sigmund Freud mengenai tahap
ditelusur apakah suatu perbuatan adalah etis
perkembangan moral sejalan dengan konsepsi
ataukah tidak. Etika menghendaki antara niat,
Timur yang menyatakan bahwa jiwa manusia
sarana atau cara dan hasil merupakan suatu hal
dalam perkembangannya dapat dijelaskan melalui
yang selaras. Ketidakselarasan antara ketiga
tiga variabel, yakni tahap ammarah, lawwamah,
elemen tersebut menjadikan adanya cacat
dan muthmainnah. Tahap ammarah adalah
periaku sehingga perilaku tersebut tidaklah dapat
tahap ketika jiwa cenderung pada perbuatan
dikategorikan sebagai suatu perilaku yang etis.
jahat, dan jika tidak dikontrol atau dijaga, akan
Kelima adalah tujuan akhir dari suatu perilaku yang
menyeret pada kemungkaran. Tahap lawwamah
merupakan faktor internal yang penting dalam
adalah tahap perasaan akan kesadaran atas menentukan suatu tindakan manusia. Sasaran
kejahatan, dan untuk menahannya dengan adalah perwujudan dari perbuatan itu sendiri,
melakukan perbuatan pencegahan. Salah satu yaitu perbuatan yang dikehendaki secara bebas
cara yang dilakukan adalah dengan bermunajat menurut aturan moral. Moralitas pada dasarnya
memohon kemurahan dan ampunan Allah setelah terletak pada kehendak. Di dalam menghendaki,
bertaubat dan menjauhinya, sehingga diharapkan manusia menghendaki sesuatu, sehingga pada
akan memperoleh keselamatan. Muthmainah akhirnya perbuatan itu menjadi obyek perhatian
adalah tahap yang tertinggi, yaitu ketika jiwa kehendak. Perbuatan manusiawi mendapatkan
mencapai kepenuhan hati dan kepuasan setelah moralitas pertamanya dari hakikat perbuatan yang
akal dibersihkan dari kecenderungan jahat senyatanya dikehendaki oleh pelakunya untuk
manusia. Jika notaris berperilaku secara tidak dilakukan, dalam hal ini perbuatan yang dilakukan
etis maka dapat dikatakan bahwa pada saat dan motivasinya berbaur.
itu notaris yang bersangkutan berada dalam

142 Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ...
Selain faktor internal sebagaimana diuraikan di norma dan nilai yang merupakan parameter
atas, juga terdapat faktor dari luar. Faktor eksternal dalam berperilaku secara etis. Secara filosofis,
adalah apa saja yang dapat mempengaruhi belum terdapat ukuran yang bersifat universal
suatu perilaku etis notaris yang bukan berasal yang berlaku di seluruh dunia tentang parameter
dari pribadi, namun dari lingkungan yang ada yang dapat dijadikan sebagai ukuran perilaku etis
di sekitarnya sepanjang manusia hidup. Faktor notaris. Meskipun demikian hal tersebut sudah
eksternal ini merupakan ruang lingkup atau dapat dijabarkan kedalam prinsip- prinsip atau
lingkungan perbuatan, ialah segala sesuatu yang nilai-nilai yang berlaku dan dapat diterapkan pada
secara aksidental mengelilingi dan mewarnai suatu tempat, waktu dan situasi tertentu yang
perbuatan. Meskipun faktor eksternal ini tidak kurang lebih sepadan. Dalam tataran yang lebih
semuanya pada kenyataannya mempengaruhi konkrit, dan faktual ukuran untuk perilaku etis
suatu perilaku etis, namun faktor eksternal ini
notaris adalah apa yang disebut sebagai kode etik
merupakan pendorong yang dapat mempengaruhi
notaris. Akhirnya agar terwujud sebuah perilaku
suatu perilaku baik secara langsung maupun
etis, diperlukan integritas dan komitmen bersama
tidak langsung. Antara faktor eksternal dan
dalam proses penegakan substansi Kode Etik
internal seringkali terjadi tarik ulur mengenai apa
yang semestinya dilakukan dan seseorang yang Notaris melalui mekanisme yang telah disepakati
berusaha untuk berperilaku etis akan memilih bersama. Proses ini harus dilakukan secara terus
perilaku yang sesuai dengan fitrahnya (hakikat) menerus sehingga terbangun standar perilaku etis
sebagai manusia dan tidak menafikan dorongan- yang bisa menjadi pedoman berperilaku yang
dorongan hati untuk selalu berbuat kebaikan. bukan hanya bersumber dari teks dalam Kode Etik
Faktor eksternal ini dapat berupa pengaruh Notaris, melainkan juga dari pemahaman secara
keluarga, pengalaman hidup, teman sebaya, kontekstual terhadap implementasi Kode Etik
organisasi, faktor situasional dan faktor-faktor Notaris tersebut. Kode Etik Notaris sebagai satu-
lainnya yang berasal dari lingkungan notaris yang satunya parameter perilaku etis Notaris dalam arti
bersangkutan. yang paling faktual, hendaknya selalu disesuaikan
dengan perkembangan dinamika yang terjadi di
lingkungan masyarakat, agar eksistensi nilai-nilai
E. Simpulan
yang terkandung di dalamnya tetap terjaga.
Dal a m men ge mb an tu ga sn ya se lak u
profesional, seorang notaris terikat berbagai

Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ... 143
daftar Pustaka

Abdul Ghofur Anshori. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia ( Perspektif Hukum dan Etika). Yogyakarta:
UII Press.
Abdulkadir Muhammad. 2001. Etika profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Frans Magnis Suseno. 2001. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia.
Habib Adjie. 2009. Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris). Bandung: Refika Aditama.
. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik. Bandung:
PT Refika Aditama.
. 2011. Majelis pengawas Notaris Sebagai pejabat Tata Usaha Negara. Bandung: PT Refika
Aditama.
Herlien Budiono. 2011. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kamus Terbaru Bahasa Indonesia Tahun 2008. Surabaya: Reality Publisher.
Kode Etik Notaris Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Louiss O. Kattsoft. 1987. Element of phylosophy (pengantar Filsafat), alih bahasa Soejono Soemargono,
Yogyakarta, Tiara Wacana
Muchsin. 2004. Ikhitisar Materi pokok Filsafat Hukum. Jakarta : STIH “IBLAM”
Sumaryono, E .1995. Etika profesi Hukum, Norma-Norma Bagi penegak Hukum. Yogyakarta: Kanisius.
O. Notohamidojo. 1975. Soal-Soal pokok Filsafat Hukum. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Otje Salman. 2010. Filsafat Hukum (perkembangan & Dinamika Masalah), Bandung : Refika Aditama
Tan Thong Kie. 2007. Studi Notariat dan Serba- Serbi praktek Notaris. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Theo Huijbers. 1995. Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kanisius
Undang-Undang No. 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Wawan Tunggul Alam. 2004. Memahami Profesi Hukum ( Hakim, Jaksa, Polisi, Notaris, Advokat dan
Konsultan Hukum pasar Modal ). Jakarta: Milenia Populer.

144 Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013 Kajian Filosofis Terhadap Standar Perilaku ...

Anda mungkin juga menyukai