Anda di halaman 1dari 11

Nama Dosen : Nahdhah, S.H.I., M.H.

Mata Kuliah : Etika Profesi Hukum

Materi : Profesi Hukum

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai beberapa arti. Dalam
percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh
nafkah (Belanda; baan; Inggris: job atau occupation), yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi
diartikan sebagai setiap kegiatan tetap tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan
secara berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi
dengan menerima bayaran yang tinggi. Keahlian tersebut diperoleh melalui proses pengalaman,
belajar pada lembaga pendidikan (tinggi) tertentu, latihan secara intensif, atau kombinasi dari
semuanya itu.

Pengemban profesi adalah orang yang memiliki keahlian yang berkeilmuan dalam bidang
tertentu. Karena itu, ia secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang
memerlukan pelayanan dalam bidang yang memerlukan keahlian berkeilmuan itu. Pengemban
profesi yang bersangkutan sendiri yang memutuskan tentang apa yang harus dilakukannya dalam
melaksanakan tindakan pengembanan profesionalnya. Ia secara pribadi bertanggung jawab atas
mutu pelayanan jasa yang dijalankannya. Karena itu, hakikat hubungan antara pengemban
profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan personal, yakni hubungan antar subyek
pendukung nilai.

Pengertian Profesi Hukum

Profesi dalam kamus besar bahasa indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu . Profesi hukum merupakan profesi
yang mulia (Nobile Officium), juga ada beberapa Jenis profesi yang dikenal antara lain :profesi
bisnis, profesi kedokteran, profesi pendidikan (guru). menurut Budi Santoso ciri-ciri profesi
adalah :

1. Suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus menerus dan berkembang
dan diperluas.
2. Suatu teknis intelektual.
3. Penerapan praktis dari teknis intelektual pada urusan praktis.
4. Suatu periode panjang untuk suatu pelatihan dan sertifikasi.
5. Beberapa standar dan pernyatan tentang etika yang dapat diselenggarakan.
6. Kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri.
7. Asosiasi dari anggota-anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang akrab dengan
kualitas komunikasi yang tinggi antar anggota.

Darji Darmodiharjo dan Sidharta menyimpulkan bahwa bekerja merupakan kebutuhan


bagi setiap manusia, khususnya bagi manusia yang memasuki usia produktif. Dengan bekerja
manusia akan memperoleh kepuasan dalam dirinya. Semakin tinggi tingkat kepuasan yang ingin
dicapai oleh manusia atas pekerjaan, semakin keras upaya yang diperlukan, dengan kata lain
bahwa pekerjaan yang mendatangkan kepuasan yang tinggi itu menuntut persyaratan yang tinggi
pula lalu semakin tinggi tuntutan persyaratannya, semakin psikis pula sifat pekerjaannya.
Persyaratan-persyaratan yang dilekatkan kepada pekerjaan itu pula yang menyebabkan suatu
pekerjaan mempunyai bobot kualitas berbeda dengan pekerjaan lain sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi persyaratan suatu pekerjaan maka semakin berkualitas pekerjaan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa nilai kualitas pekerjaan yang tertinggi itulah yang disebut dengan
profesi. 

Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang


memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung
pada kekuatan fisik maupun finansial).Hal ini dikarenakan Ketertiban berkeadilan adalah
kebutuhan dasar manusia; dan Keadilan merupakan Nilai dan keutamaan yang paling luhur serta
merupakan unsur esensial dan martabat manusia.

Pengemban profesi hukum itu mencakup 4 (empat) bidang karya hukum, yaitu:
Penyelesaian konflik secara formal (peradilan yang melibatkan profesi hakim, Advokat, dan
Jaksa); Pencegahan konflik (perancangan hukum); Penyelesaian konflik secara informal
(mediasi, negoisasi); dan Penerapan hukum di luar konflik. 

Profesi hukum di Indonesia meliputi semua fungsionaris utama hukum seperti Hakim,
Jaksa, Advokad, Notaris, Kepolisian dan Jabatan lain. Apabila terjadi penyimpangan atau
pelanggaran kode etik, maka mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai
dengan tuntukan kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi ada dewan kehormatan yang akan
mengoreksi pelanggaran kode etik.

Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan
perkembangannya.Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari
perbuatan luhur.

Profesi Hukum

Profesi hukum adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile) karena
bertujuan menegakkan hukum & keadilan dalam kehidupan masyarakat. Profesi hukum meliputi
polisi, jaksa, hakim, advokad, notaris dan lain-lain, yang kesemuanya menjalankan aktivitas
hukum dan menjadi objek yang dinilai oleh masyarakat tentang baik buruknya upaya penegakan
hukum, walaupun faktor kesadaran hukum masyarakat sebenarnya juga sangat menentukan
dalam upaya tersebut.

Profesi hukum merupakan profesi yang bersyaratkan harus memiliki kompetensi dan
keahlian khusus dibidang hukum. Profesi yang termasuk kedalam profesi hukum adalah sebagai
berikut : 

Polisi
menurut KBBI, Polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memilahara keamanan dan
ketertiban umum. 

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri ) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang
bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di
seluruh wilayah Indonesia.Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Kapolri).
Notaris
Notaris Menurut pengertian undang undang no 30 tahun 2004 dalam pasal 1, yaitu: “Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana maksud dalam undang-undang ini.” Pejabat umum adalah orang yang menjalankan
sebagian fungsi publik dari negara, khususnya di bidang hukum perdata. Sebagai pejabat umum
notaris adalah:

Berjiwa pancasila;

Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik notaris;

Berbahasa Indonesia yang baik;

Sebagai profesional notaris:

1.    Memiliki perilaku notaris;

2.    Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;

3.    Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat.

Notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, kewenangan dan kewajiban sebagaimana
ditentukan di dalam undang-undang jabatan notaris.

Pengacara/ Advocat

Pengacara atau advokat atau Kuasa Hukum adalah kata benda, subyek.Dalam praktik dikenal
juga dengan istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau
memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan
(klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum.

Istilah pengacara berkonotasi jasa profesi hukum yang berperan dalam suatu sengketa yang dapat
diselesaikan di luar atau di dalam sidang pengadilan .Dalam profesi hukum, dikenal istilah
beracara yang terkait dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata.Istilah pengacara dibedakan
dengan istilah Konsultan Hukum yang kegiatannya lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum
secara umum. 

Hakim

Hakim (Inggris : Judge, Belanda : Rechter ) adalah pejabat yang memimpin persidangan. Hakim
bertugas untuk memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut.Dalam menjatuhkan putusan
Hakim memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus yang secara langsung mempengaruhi hasil
putusan tersebut.

Didalam pasal 1 butir 8 undang-undang No 8 tahun 1981 (KUHAP) menyatakan Bahwa Hakim
adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. 
Jaksa

Dalam KBBI dijelaskan bahwa, Jaksa adalah pegawai pemerintah dalam bidang hukum
yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan terhadap orang
yang diduga telah melanggar hukum. 

Berdasarkan pasal 1 Butir 6a Undang-undang Nomer 8 tahun1981 (KUHAP) ditegaskan bahwa


jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Kejaksaan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan Jaksa adalah “Pejabat Fungsional yang
diberi wewenang oleh undang undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang

Profesionalisme Hukum

Membangun sistem hukum terkait dengan tiga hal, yakni struktur hukum, substansi
hukum dan budaya hukum.Tiga unsur dari sistem hukum ini disebut Lawrence M. Friedman
sebagai Three Elements of Legal System. Struktur hukum menurut Friedman, adalah rangkanya
atau kerangka, dan sebagai bagian-bagian dari hukum yang tetap senantiasa bertahan, atau
bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan.Kelembagaan hukum
adalah bagian dari struktur hukum, seperti Lembaga Mahkamah Agung, Kejaksaan, Kepolisian.
Substansi atau materi hukum, yaitu aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada
dalam system itu. Subtansi hukum juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada
dalam system hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan, juga aturan baru yang
mereka susun.Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya pada aturan
yang ada dalam kitab hukum (law in books). Budaya hukum adalah sikap manusia terhadap
hukum dan sistem hukum, kepercayaan, nilai, pemikiran, dan harapannya.Budaya hukum juga
mencakup suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum
digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Tanpa budaya hukum, maka sistem hukum itu sendiri
tidak akan berdaya.

Aparat penegak hukum dalam pengertian luas merupakan institusi penegak hukum,
sedangkandalam arti sempit, aparat penegak hukum adalah polisi, jaksa, dan
hakim.Dalampenyelenggaraan sistem peradilan pidana, diperlukan jajaran aparatur penegak
hukum yang profesional, cakap, jujur, dan bijaksana.

Para penegak hukum memiliki tanggung jawab, Penegak hukum disebut profesional
karena kemampuan berpikir dan bertindak melampaui hukum tertulis tanpa menciderai nilai
keadilan. Dalam menegakkan keadilan, dituntut kemampuan penegak hukum mengkritisi hukum
dan praktik hukum demi menemukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang
profesional. Kedua, pelanggaran profesi tidak pernahhilang; tetapi perkembangannya bisa
dicegah.Perlu dicatat, kualitas komitmen tergantungkemampuan membangun self-image positif
dan menjadi refleksi pentingnya self-esteem sebagai nilai. Kesadaran akan pentingnya self-image
positif dan self-esteem sebagai nilai akan membantuseorang profesional hukum tidak mudah
memperdagangkan profesinya. Artinya, keahlian sajatidak cukup.Diperlukan keutamaan bersikap
professional, berani menegakkan keadilan.Konsistensi bertindak adil menciptakan kebiasaan
bersikap adil.menegakkan wibawa hukum dan menegakkan keadilan. Profesionalisme penegak
hukum dapatdilihat dari tingkat penguasan ilmu hukum, keterampilan dan kepribadian para
penegak hukumdalam menjalankan tugas dan wewenangnya dalam bekerja.Ketiga, keutamaan
bersikap adil menjadi nyata tidak saja melalui perlakuan fair terhadap kepentingan masyarakat,
tetapi juga lewat keberanian menjadi whistleblower saat terjadi salah praktik profesi.Seorang
profesional seharusnya tidak mendiamkan tindakan tidak etis rekan seprofesi.Ini bagian dari
pelaksanaan tugas yang tidak mudah, namun harus dilakukan karena kemampuan bersikap adil
menuntut keberanian mempraktikkan, bukan sekadar mengetahui keadilan. 

Kriteria Nilai Moral Profesi hokum

Frans Margins Suseno (1975) mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang
mendasari keperibadian profesional hukum: 

1.    Kejujuran

2.    Otentik

3.    Bertanggung jawab

4.    Kemandirian moral

5.    Keberanian moral

Untuk mewujudkan ketertiban yang berkeadilan, hukum merupakan sarana yang


mewujud dalam berbagai kaidah perilaku kemasyarakatan yang disebut kaidah
hukum.Keseluruhan kaidah hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat tersusun dalam
suatu sistem yang disebut tata hukum.Ada dan berfungsinya tata hukum dengan kaidah-kaidah
hukumnya serta penegakannya merupakan produk dari perjuangan manusia dalam upaya
mengatasi masalah-masalah kehidupan. Dalam dinamika kesejahteraan manusia, hukum dan tata
hukumnya tercatat sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pengadaban dan
penghalusan dari budi manusia.

Pengemban profesi hukum memiliki dan menjalankan otoritas profesional yang bertumpu
pada kompetensi teknikal yang lebih superior.Sedangkan masyarakat yang tersandung masalah
hukum dan bersinggungan dengan profesi tersebut tidak memiliki kompetensi teknikal atau tidak
berada dalam posisi untuk menilai secara obyektif pelaksanaan kompetensi tekhnikal pengemban
profesi yang diminta pelayanan profesionalnya. Karena itu, masyarakat yang tersandung masalah
hukum dan bersinggungan dengan profesi tersebut berada dalam posisi tidak ada pilihan lain
kecuali untuk mempercayai pengemban profesi terkait. Mereka harus mempercayai bahwa
pengemban profesi akan memberi pelayanan profesionalnya secara bermutu dan bermartabat
serta tidak akan menyalahgunakan situasinya, melainkan secara bermartabat. Dan, secara
bermartabat akan mengarahkan seluruh pengetahuan dan keahlian berkeilmuannya dalam
menjalankan jasa profesionalnya.

Sikap Yang Harus Dimiliki Profesional Hukum

Dalam pelaksanaannya tugas penegekan hukum, penegakan hukum wajib menaati norma-
norma yang telah ditetapkan. Notohamidjojo menggunakan empat norma yang penting dalam
penegakan hukum, ytaitu: kemanusiaan, keadilan, kepatautan, dan kejujuran.
1.    Kemanusiaan

Norma kemanusiaan menuntut agar dalam penegakan hukum manusia senantiasa


diperlakukan sebagai manusia yang memiliki keluhuran pribadi.Dihadapan hukum, manusia
harus dimanusiakan, artrinya dalam penegakan hukum manusia harus dihormati sebagai pribadi
dan sekaligus sebagai mahlik social.Martabat manusia yang terkandung didalam hak-hak
manusia menjadi prinsip dasar hukum, yaitu dasar kenmanusiaan dal adil dan beradab.
Manusia menuntut kodratnya adalah baik, namun kondisi hidup yang  kadangkala memaksa
manusia  berbuatrjahat-justru untuk mempertahankan kodratnya itu. Untuk mempertahankan
hidup, maka dia mencuri hak orang lain walaupun dia sadar bahwa mencuri hak orang lain itu
dilarang oleh hukum positif. Menurut pertimbangannya, daripada mati kelaparan lebih baik
bertahan hidup dengan barang curian, dan hidup adalah hak asasi yang harus dipertahankan.
2.    Keadilan

Menurut Thomas Aquinas, keadilan adalah kebiasaan untuk memberikan kepada orang
lain apa yang menjadi haknya berdasarkan kebebasan kehendak. Kebebasan kehendak itu ada
pada setiap manusia.Hak dan keadilan mempunyai hubungan yang sangat erat.Adanya hak
mendahului adanya keadilan. Hak yang dimiliki setiap manusia melekat pada kodrat manusia itu
sendiri,  bukan semata-mata berasal dari luar diri manusia . jadi, adanya hak itu dapat diketahui
dari dua sisi. Pada satu sisi hak itu melekat pada diri karena kodrat manusia, sedangkan pada sisi
lain hak itu merupakan akibat hubungan dengan pihak lain melalui kontrak, keputusan hukum.
Hak karena kodrat bersifat mutlak, sedangkan hak karena kontrak, keputusan hukum bersifat
relative.
Hak pada sisi pertama sering disebut hak kodrat yang berasal dari hukum kodrat (ius
naturale).Hak pada sisi lainnya disebut hak kontrak yang berasal dari hukum positif.Thomas
aquinus menyatakan bahwa segala sesuatu yang bertentengan dengan hak kodrat selalu dianggap
tidak adil.  Manusia mempunyai hak kodrat yang berasal dari tuhan, tetapi juga mempunyai
kewajiban kodrat terhadap orang lain. Apabila hak kodrat itu dijelmakan kepada hukum positif,
maka segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum positif selalu dianggap tidak adil.
Keadilan merupakan salah satu bentuk kebaikan yang menuntun manusia dalam berhubungan
sesama  manusia. Seorang disebut adil bila mengakui orang lain sebagai orang yang mempunyai
hak yang seharusnya dipertahankan atau diperolehnya. Keadilan juga dapat dalam bentuk
kewajiban, sebagai hutang yang harus dibayar kepada orang lain. Sanksi pidana terhadap pelaku
kejahatan berfungsi sebagai pembayaran kembali untuk memulihkan pelanggaran pidana yang
telah dilakukannya.Sanksi pidana berfungsi mengalihkan keadilan yang dirusak oleh pelaku
kejahatan. John Kaplan seperti dikutip oleh muladi dan barda nawawi menyatakan, pemidanaan
mengandung arti bahwa hutang penjahat telah dibayar  kembali.

3.    Kepatutan (equity)

Pada dasarnya kepatutan merupakan suatu koreksi terhadap keadilan legal.Keadilan legal
adalah keadilan yang menerbitkan hubungan antara individu dan masyarakat atau Negara.Yang
diperlukan oleh manusia adalah koreksi atau perhatian khusus kepada dirinya.Kepatutan
memperhatikan dan memperhitungkan situasi dan keadaan manusia individual dalam penerapan
keadilan, kepatutan merupakan kebaikan yang menggerakan manusia untuk berbuat secara
rasional dan menggunakan keadilan.Kepatutan menyingkirkan kekerasan dan kekejaman hukum
terutama dalam situasi dan kondisi khusus.Dengan menggunakan kepatutan, hubungan yang
meruncing antara manusia dikembalikan kepada proporsi yang sewajarnya.

4.    Kejujuran

Penegak hukum harus jujur dalam menegakan hukum atau melayani pencari keadilan dan
menjauhkan diri dari perbuatan curang. Kejujuran berkaitan dengan kebenaaran, keadilan,
kepatutan yang semuanya itu menyatakan sikap bersih dn ketulusan pribadi seseorang yang sadar
akan pengendalian diri terhadap apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Kejujuran
mengarahkan penegakan hukum agar bertindak benar, adil, dan patut. Kejujuran adalah kendali
untuk berbuat menurut apa adanya sesuai dengan kebenaran akal (ratio) dan kebenaran hati
nurani (ratio) dan kebenaran hati nurani. Benar menurut akal, baik menurut hati nurani.Benar
menurut akal diterima oleh hati nurani.

Penegak hukum yang jujur melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, dan itu menurut
pertimbangannya adalah baik. Kejujuran itu dibuktikan oleh:

a)    Perbuatan rasional (benar).

b)    Pelayanan terhadap pencari keadilan manusiawi (beradab).

c)    Bicaranya lemah lembut dan ramah (sopan).

d)    Wanita diperlakukan secara wajar dan sopan (senonoh).

Kesimpulan
Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang memungkinkan
manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung pada kekuatan fisik
maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia;
dan Keadilan merupakan Nilai dan keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial
dan martabat manusia.

Profesi hukum di Indonesia meliputi semua fungsionaris utama hukum seperti Hakim, Jaksa,
Advokad, Notaris, Kepolisian dan Jabatan lain. Apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran
kode etik, maka mereka harus rela mempertanggung jawabkan akibatnya sesuai dengan tuntukan
kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi ada dewan kehormatan yang akan mengoreksi
pelanggaran kode etik.

Aparat penegak hukum dalam pengertian luas merupakan institusi penegak hukum, sedangkan
dalam arti sempit, aparat penegak hukum adalah polisi, jaksa, dan hakim. Dalam
penyelenggaraan sistem peradilan pidana, diperlukan jajaran aparatur penegak hukum yang
profesional, cakap, jujur, dan bijaksana.

Frans Margins Suseno (1975) mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari
keperibadian profesional hukum: 
a)    Kejujuran

b)    Otentik

c)    Bertanggung jawab

d)    Kemandirian moral

e)    Keberanian moral

Dalam pelaksanaannya tugas penegekan hukum, penegakan hukum wajib menaati norma-norma
yang telah ditetapkan. Notohamidjojo menggunakan empat norma yang penting dalam
penegakan hukum, ytaitu: kemanusiaan, keadilan, kepatautan, dan kejujuran.

Anda mungkin juga menyukai