Otong Rosadi
Fakultas Hukum dan Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Ekasakti Padang,
E-mail: otong_rosadi@yahoo.co.uk.
Abstract
Goal of legislation establishment is fair legislation carries out mission of prosperous society. To
achieve the goal, process of the establishment has to be based on moral nation as philosophical
foundation. For Indonesian people, Pancasila on Preamble of UUD 1945, not only as national goal but
also as fundamental basic rule of state, should be the basis of legislation establishment.
Abstrak
dua masalah sekaligus, yakni masalah prosedur moralitas hukum akan menjadi dasar teoretis
dan teknis pembentukan peraturan perundang- dalam ikhtiar menelusuri jawaban atas per-
an dan masalah asas dan materi muatan tanyaan ini. Sedangkan nilai-nilai dalam Panca-
pembentukan peraturan perundang-undangan. sila ditempatkan sebagai jawaban atas per-
Dari dua masalah ini, artikel ini mencoba untuk tanyaan mendasar ini.
melihat sisi asas (dan materi muatan) dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan. Hukum Kodrat Thomas Aquino
Pembentukan hukum,4 terutama melalui Thomas Aquinas (1225-1275 M), pemikir
pembentukan peraturan perundang-undangan abad pertengahan memberi pengertian hukum
memegang peranan penting di Indonesia5. Se- sebagai: “Quendam rationis ordinatio ad bo-
kalipun demikian pembentukan peraturan per- num commune, ab eo curam communitatis ha-
undang-undangan seringkali tidak serta merta bet, promulgata” (perintah yang masuk akal,
menghadirkan masyarakat yang tertib, mak- yang ditujukan untuk kesejahteraan umum,
mur, dan adil sebagaimana yang dicita-cita- dibuat oleh mereka yang mengemban tugas
kan6. Pertanyaannya mengapa hal ini terjadi? suatu masyarakat dan dipromulgasikan atau
Apakah karena peraturan perundang-undangan diundangkan).8
yang dibuat tidak ‘memadai’ sebagai sebuah Thomas Aquinas merumuskan bahwa tu-
kaidah hukum yang menuntun, memandu, sa- juan hukum tidak lain menghadirkan kesejah-
rana atau bahkan mendorong (memaksa) ter- teraan bagi rakyat secara umum. Rakyat dalam
jadinya perubahan masyarakat.7 Pertanyaan suatu Negara haruslah menikmati kesejahtera-
yang tidak sederhana ini akan coba dijawab an umum itu. Pemerintah yang tidak menjamin
dengan makalah singkat sebagai awal dari rakyatnya menikmati kesejahteraan umum
kajian. Sebagai kajian awal tentu saja tidak adalah pemerintah yang mengkhianati mandat
cukup memadai menjawab pertanyaan ‘radikal’ yang diembannya. Pemerintah haruslah melak-
mengapa hukum yang dibuat tidak meng- sanakan suatu Negara demi kesejahteraan an-
hadirkan kesejahteraan umum dan keadilan tara lain melalui hukumnya yang adil. Kesejah-
bagi masyarakat. teraan umum selain merupakan tujuan hukum,
Hukum kodrat, utamanya pandangan dari juga merupakan suatu prasyarat adanya masya-
Thomas Aquinas tentang hubungan hukum dan rakat atau Negara yang memperhatikan rakyat-
moral dan pandangan Lon Fuller mengenai nya. Kesejahteraan umum itu meliputi antara
lain, keadilan, perdamaian, ketentraman hi-
4
Meuwissen, menyebut pembentukan hukum adalah
penciptaan hukum baru dalam arti umum. Pembentukan
dup, keamanan, dan jaminan bagi warganya.9
hukum dapat juga ditimbulkan dari keputusan-keputusan Thomas Aquinas menyebutkan hukum Kodrat
konkrit (hukum preseden atau yurisfrudensi). Juga dapat
berakar pada kodrat manusia, bergerak pada
dengan tindakan nyata “yang hanya terjadi sekali saja”
(einmalig) yang dilakukan oleh organ yang berwenang. hakikat manusia dan terarah demi kesejah-
Lihat B. Arief Sidharta, 2007, Meuwissen: Tentang
teraan dan kebahagiaaan manusia itu sendiri.
Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan
Filsafat Hukum, Bandung: Refika Aditama, hlm. 9. Dalam rangka itu, hukum haruslah adil dan
5
Sekalipun kita tidak secara tegas menganut sistem
hukum Eropa kontinental, namun tidak dapat dipungkiri
memperjuangkan keadilan. Hukum yang tidak
bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan adil bertentangan dengan hakikat hukum, dan
menjadi sarana pembangunan hukum yang penting dan
haruslah diubah agar mencapai sasarannya,
dominan.
6
UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemerintah Negara yakni kesejahteraan umum.
Indonesia mempunyai tujuan “…melindungi segenap
Relevansi ajaran Thomas Aquinas tentang
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencer- hukum kodrat terhadap kritik atas positivisme
daskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan keter-
hukum tampak terutama dalam hal-hal yang
tiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial,…”
7 8
Bandingkan dengan pancafungsi hukum: direktif, Lihat Martino Sardi dalam Kata Pengantar buku E.
integrative, stabilitatif, perpektif, dan korektif, dari Sumaryono, 2002, Etika dan Hukum: Relevansi Teori
Sjachran Basah Perlindungan Hukum terhadap Sikap Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Yogyakarta: Kanisius,
Tindak Administrasi Negara, Orasi Ilmiah Dies Natalis hlm. 5.
9
UNPAD, Bandung, 24 September 1986, hlm. 13-14. Sumaryono, E. ibid., hlm 32.
284 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 3 September 2010
berhubungan tentang keadilan; kebajikan; dan masyarakat, hukum juga harus melindungi
keadilan sosial dalam keberlakuan hukum. pihak-pihak yang lemah.13
Thomas Aquinas mengkaji konsep keadilan pada Fuller menyebut delapan (syarat) morali-
saat membahas hubungan antara hukum kodrat tas internal dari hukum. Fuller, membahas se-
dengan hukum positif dan pemberlakuannya da- cara terperinci pada bab II bukunya dengan
lam penyelenggaraan negara. Asas-asas formal judul ‘The Morality that Makes Law Possible”.
hukum kodrat menjadi rambu-rambu keadilan Kedelapan prinsip di atas, diawali lebih dahulu
dalam pembuatan hukum dan kebijakan po- oleh Fuller dengan menyebutkan ‘eight ways to
litik.10 fail to make law”, yaitu:
Thomas Aquinas berpandangan bahwa “The first and most obvious lies in a
hukum positif yang adil memiliki daya ikat failure to achieve rules at all, so that
melalui hati nurani. Hukum positif akan disebut every issue must be decided on an ad
hoc basis. The other routes are (2) a
adil jika memenuhi syarat: diperintahkan atau failure to publicize, or at least to make
diundangkan demi kebaikan umum; diperintah- available to the affected party, the
kan oleh legislator yang tidak menyalahgunakan rules he is expected to observe; (3) the
kewenangan legislatifnya; dan memberikan be- abuse of retroactive legislation, which
ban yang setimpal demi kepentingan kebaikan not only cannot itself guide action, but
undercuts the integrity of rules pros-
umum. pective in effect, since it puts them un-
Mengenai dasar pembentukan hukum po- der the threat of retrospective change;
sitif yang baik, Lon Fuller dalam bukunya The (4) a failure to make rules understand-
Morality of the Law (Moralitas Hukum)11 mem- able; (5) the enactment of contradictory
perkenalkan dua macam moralitas, yakni mo- rules or (6) rules that require conduct
beyond the powers of the affected par-
ralitas kewajiban (the morality of duty) dan ty; (7) introducing such frequent cha-
moralitas nilai atau moralitas ikhtiar atau mo- nges in the rules that the subject cannot
ralitas aspirasi (the morality of aspiration).12 orient his action by them; and finally (8)
Moralitas kewajiban, terbuka untuk ditransfor- a failure of congruence between the
masikan ke dalam hukum positif. Fuller juga rules as announced and their actual
administration.14
membedakan antara moralitas hukum internal
dan moralitas hukum eksternal. Moralitas hu- Menggunakan kalimat lain, delapan jalan
kum internal terdiri atas syarat-syarat formal keliru membentuk hukum itu dapat dikategori-
yang harus dipenuhi agar layak menyandang kan sebagai berikut: pertama, The rules must
nama hukum. Syarat-syarat formal ini adalah be expressed in general term; (aturan harus
sejenis aturan-aturan teknikal yang diperlukan berupa aturan umum, tak boleh sekadar ke-
untuk membentuk hukum. Aturan-aturan yang putusan-keputusan ad hoc). Kedua, The rules
tidak memenuhi tuntutan-tuntutan moral hu- must be publicly promulgated; (aturan itu ha-
kum internal, tidak dapat dipandang sebagai rus dipublikasikan kepada masyarakat luas),
aturan hukum dan keputusan hukum. Di sam- ketiga, The rules must be prospective in ef-
pingnya, terdapat moralitas hukum eksternal, fect; (aturan tak boleh berlaku surut), keempat
berkenaan dengan syarat-syarat substansial ba- The rules must be expressed in understandable
gi hukum, jika hukum itu ingin berfungsi de- terms; (aturan harus disusun dalam rumusan
ngan baik dan disebut adil. Termasuk bahwa yang bisa dimengerti), kelima, The rules must
hukum itu harus mempertahankan standar hi-
dup minimal, bahwa hukum harus menyeleng-
13
B. Arief Sidharta, 1999, Bruggink, Rechts-Reflecties,
garakan ketertiban dan keamanan di dalam
Grondbegrippen uit de Rechtstheorie atau Refleksi Ten-
tang Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 261.
10 14
Ibid., hlm. 20. Fuller, Lon. L., The Morality, op cit., hlm. 39;
11
Fuller, Lon. L., 1973. The Morality of Law, Revised Bandingkan Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-
edition Ninth Printing, New Haven and London: Yale undang, Jakarta: Konpress, hlm. 149-158, menguraikan
University Press hlm. 4 dasar-dasar pengujian materiil (substantive review) dan
12
Ibid., hlm. 5. pengujian formil (procedural review).
Hukum Kodrat, Pancasila dan Asas Hukum Dalam Pembentukan Hukum di Indonesia 285
be consistent with one another; (aturan-aturan penjabaran nilai tersebut dan (2) sebagai sara-
itu tak boleh saling bertentangan), keenam, na bantu untuk mengintepretasikan aturan yang
The rules must not require conduct beyond the bersangkutan yaitu untuk menetapkan ruang
powers of the affected parties; (aturan itu tak lingkup wilayah penerapan ketentuan undang-
boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa undang yang bersangkutan.16
yang dapat dilakukan), ketujuh The rules must Sementara dalam konteks pembentukan
not be changed so frequently that the subject hukum melalui peraturan perundang-undangan
cannot rely on them; (aturan tak boleh sering dapat dikemukakan pandangan I.C. van der
diubah-ubah). Sedangkan kedelapan, The rules Vlies dalam “Het wetsbegrip en beginselen van
must be administered in a manner consistent behoorlijke regelgeving” yang membagi asas-
with their wording. (aturan yang diadakan asas pembentukan peraturan negara yang baik
harus mengandung kecocokan antara aturan menjadi: Asas-asas yang formal, meliputi: asas
yang diundangkan dengan pelaksanaannya tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke
sehari-hari). doelstelling); Asas organ/lembaga yang tepat
Umumnya dalam buku teks dan pem- (beginsel van het juiste orgaan); Asas perlunya
bahasan asas-asas hukum dalam pembentukan pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);
perundang-undangan hanya syarat-syarat for- Asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van
mal atau prosedural saja yang disebutkan, agar uitvoerbaarheid); dan Asas konsensus (het
hukum yang sedang dan akan dibuat menjadi beginsel van de consesus).
‘hukum yang baik dan patut’. Jarang sekali Adapun asas-asas pembentukan peraturan
asas-asas hukum material atau substansial negara yang material meliputi: (1) Asas tentang
disebutkan agar menjadi ‘hukum yang adil’. terminologi dan sistematika yang benar (het
Mengenai asas hukum relevan dikemuka- beginsel van duidelijke terminologie en dui-
kan pandangan Satjipto Rahardjo15 yang menya- delijke sytematiek); (2) Asas tentang dapat di-
takan bahwa asas hukum merupakan ‘jantung- kenali (het beginsel van de kenbaarheid); (3)
nya’ peraturan hukum. Menurut Satjipto Rahar- Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het
djo, asas hukum disebut jantungnya peraturan rechtsgelijkheids beginsel); (4) Asas kepastian
hukum karena dua alasan. Pertama, karena hukum (het rechtszekerheids beginsel); dan (5)
asas hukum merupakan landasan yang paling Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan indivi-
luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. dual (het beginsel van de individuele rechts-
Kedua, merupakan alasan bagi lahirnya per- bedeling).17 Asas-asas material meliputi asas
aturan hukum, atau ratio legis dari peraturan se-suai dengan cita hukum Indonesia dan norma
hukum. Asas hukum tidak akan habis kekuat- fundamental negara, asas sesuai dengan hu-
annya dengan melahirkan peraturan hukum, kum dasar negara, asas sesuai dengan prinsip-
melainkan akan tetap saja ada dan melahirkan prinsip negara berdasar atas hukum dan asas
peraturan-peraturan selanjutnya. Asas hukum sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan
sebagai suatu sarana yang membuat hukum berdasarkan sistem konstitusi.18
hidup, tumbuh dan berkembang. Dengan ada-
nya asas hukum, menyebabkan hukum tidak 16
B. Arief Sidharta dalam, Otong Rosadi, 2010, Inkorpora-
si Prinsip Keadilan Sosial dalam Pembentukan Undang-
sekedar kumpulan peraturan, karena asas itu
undang tentang Kehutanan dan Undang-undang tentang
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan Pertambangan Periode 1967-2009, Disertasi, Jakarta:
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indo-
etis. Sementara B. Arief Sidharta menyebut
nesia, hlm. 94.
bahwa asas hukum lebih merupakan nilai, 17
A.Hamid S. Attamimi, ibid., hlm. 330.
18
A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Re-
sebagai nilai maka fungsi asas hukum, adalah:
publik Indonesia dalam Penyelenggaraan Negara: Suatu
(1) sebagai norma kritis untuk menilai kualitas Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Ber-
fungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I-Pelita
dari aturan hukum yang seharusnya merupakan IV”, Disertasi, Fakultas Pascasarjana UI, 1990, hlm. 345-
346; Maria Farida Indrarti, 2007, Ilmu Perundang-
15
Satjipto Rahardjo, 1991, Ilmu Hukum, Bandung: Citra undangan: Proses dan Teknik Pembentukannya, Yogya-
Aditya Bakti, hlm. 45. karta: Kanisius.
286 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 3 September 2010
Sementara itu, dalam hukum positif In- Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
donesia terdapat ketentuan dalam Undang-un- Undang-undang/Peraturan Pemerintah Peng-
dang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pemben- ganti Undang-undang; Peraturan Pemerintah;
tukan Peraturan Perundang-undangan,19 yang Peraturan Presiden; Peraturan Daerah, yang
membedakan ‘asas pembentukan peraturan terdiri dari: Peraturan Daerah Provinsi, Pera-
perundang-undangan’ dan ‘asas materi muatan turan Daerah Kabupaten/ Kota, dan Peraturan
peraturan perundang-undangan.’ Asas ‘pem- Desa.21 Seluruh jenis dan hirarkkhi peraturan
bentukan peraturan perundang-undangan’ yang perundang-undangan, termasuk yang paling
diatur dalam Pasal 5 UU Nomor 10 Tahun 2004 tinggi (secara khirarkhis) yaitu UUD 1945 dan
dapat disebut syarat-syarat prosedural atau yang paling rendah (secara khirarkhis) yakni
asas-asas hukum formal, meliputi: asas kejelas- Peraturan Daerah harus berdasarkan pada asas
an tujuan, asas kelembagaan atau organ pem- pembentukan dan asas peraturan perundang-
bentuk yang tepat, asas kesesuaian antara je- undangan yang dimaksud oleh Pasal 5 dan Pasal
nis dan materi muatan, asas dapat dilaksana- 6 UU Nomor 10 Tahun 2004.
kan, asas kedayagunaan dan kehasilgunaan,
asas kejelasan rumusan, dan asas keterbukaan. Menjadikan Moral (Bangsa) Sebagai Panduan
Sedangkan asas ‘materi muatan peraturan per- Pembahasan mengenai hubungan antara
undang-undangan’ yang diatur dalam Pasal 6 hukum dan moral,22 bukanlah pembicaraan
UU Nomor 10 Tahun 2004 merupakan syarat- yang baru. Hukum, bagaimanapun membutuh-
syarat substansil atau asas-asas hukum material kan moral, seperti pepatah dimasa Kekaisaran
dalam pembentukan peraturan perundang-un- Roma: Quid Leges Sine Moribus? “Apa artinya
dangan, yang terdiri atas: pengayoman; ke- undang-undang kalau tidak disertai moralitas?”.
manusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenu- Karena itu hukum selalu harus diukur dengan
santaraan; bhineka tunggal ika; keadilan; kesa- norma moral di satu sisi. Di sisi lain moral juga
maan kedudukan dalam hukum dan pemerin- membutuhkan hukum, moral akan mengawang-
tahan; ketertiban dan kepastian hukum; dan/ ngawang kalau tidak dilembagakan dalam
atau keseimbangan, keserasian, dan keselaras- masyarakat.23
an. Disebutkan bahwa Thomas Aquinas ber-
Kedua jenis asas ini, selain diatur dalam pandangan hukum positif yang adil memiliki
UU Nomor 10 Tahun 2004 untuk asas-asas per- daya ikat melalui hati nurani. Karenanya pem-
aturan perundang-undangan (tingkat) Pusat bentukan hukum yang adil haruslah menjadikan
juga diatur dalam ketentuan Pasal 137 dan moral sebagai tolok ukur. Moral bangsa harus
Pasal 138 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menjadi asas-asas hukum dan asas hukum
tentang Pemerintahan Daerah, bagi penyusunan tercermin dalam kaidah atau norma hukum.
Peraturan Daerah.20 Menurut pandangan Penulis
diaturnya ketentuan dalam Pasal 137 dan Pasal 21
Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
138 UU NO. 32 Tahun 2004 ini merupakan ‘pe- Peraturan Perundang-undangan,
22
Dibanyak kepustakaan pada awal pembahasan hukum
ngulangan’ yang tidak perlu, karena yang di- sebagai kaedah selalu dibicarakan macam-macam kaedah
maksud jenis dan hierarki peraturan per- yang ada dalam masyarakat, diantaranya kaidah keso-
panan kaedah, kesusilaan, kaedah agama dan kaedah
undangan-undangan, meliputi: Undang-Undang
hukum. Lihat misalnya dalam Purnadi Purbacaraka dan
Soejono Soekanto, 1993 Perihal Kaedah Hukum, Ban-
19
Republik Indonesia, Undang-undang Tentang Pemben- dung: Citra Aditya Bhakti, hlm. 11-27; Juga pada bab II
tukan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Hukum dan Kaidah-Kaidah Etika Lainnya pada L.J. van
Nomor 10 Tahun 2004, LN Tahun 2004 Nomor 53, TLN Apeldoorn, 1983, Inleiding tot de Studir van Het Neder-
Nomor 4389. landse Recht, Pengantar Ilmu Hukum terj Mr. Oetarid
20
Bandingkan dengan Otong Rosadi Arti Penting Program Sadino, Jakarta: Pradnya Paramita, hlm.34-52. Juga
Legislasi Daerah Bagi Pencapaian Tujuan Otonomi dalam J. Van Kant dan J.H. Beekhuis, 1990, Inleiding to
Daerah, Wacana Paramita Jurnal Hukum Univ. Lang- de Rechtwetenschap, Pengantar Ilmu Hukum terj, Mr.
langbuana, Vol. 7, No. 1, Mei 2008, hlm. 43. Juga dalam Moh. O. Masdoeki, Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan
H.M. Laica Marzuki, “Prinsip-Prinsip Pembentukan Pera- kesebelas.
23
turan Daerah”, Jurnal Konstitusi, Vol. 6 No. 4, No- K. Bertens, 2004. Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka
pember 2009, hlm. 4. Utama, hlm. 41.
Hukum Kodrat, Pancasila dan Asas Hukum Dalam Pembentukan Hukum di Indonesia 287
van tetapi merupakan keharusan untuk masa jemahan Mr. Oetarid Sadino. Jakarta:
depan Indonesia, sebagaimana yang dicita-cita Pradnya Paramita;
dalam Pembukaan UUD 1945 yakni melindungi Arjoso, Amin. dkk. 2008, Undang-undang Dasar
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah 2002 Hasil Amandeme UUD 1945: Meng-
hancurkan Bangsa Secara Ideologi, Poli-
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejah-
tik, Ekonomi & Kebudayaan, Jakarta: Ya-
teraan umum, mencerdaskan kehidupan bang- yasan Kepada Bangsaku;
sa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
Attamimi, A. Hamid S. 1990. Peranan Kepu-
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian tusan Presiden Republik Indonesia dalam
abadi dan keadilan sosial.29 Penyelenggaraan Negara: Suatu Studi
Analisis Mengenai Keputusan Presiden
Penutup yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun
Waktu Pelita I-Pelita IV”, Disertasi, Ja-
Simpulan
karta: Pascasarjana Universitas Indone-
Uraian di atas sekalipun masih summir sia;
dan dangkal berupaya untuk membuat garis
-------. 1991. Pancasila Cita Hukum dalam
besar bahwa hukum kodrat, yakni Moral Bangsa Kehidupan Hukum Bangsa Indonesia:
yang kemudian dkristalisasi menjadi cita hukum Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berba-
harus menjadi acuan penyusunan peraturan gai Bidang Kehidupan Bermasyarakat,
perundang-undangan. Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP7
Pusat;
Pancasila dengan sila-silanya, menyajikan
sejumlah panduan yang dapat dijadikan ‘dasar’ Basah, Sjachran. Perlindungan Hukum terhadap
Sikap Tindak Administrasi Negara. Orasi
penyusunan asas-asas hukum Indonesia (ter- Ilmiah Dies Natalis UNPAD. 24 September
utama asas-asas hukum substansial), yang sa- 1986. Bandung;
ngat bermanfaat bagi pembentukan hukum Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia Pus-
yang adil agar menjadi sarana yang menuntun, taka Utama;
memandu, bahkan mendorong perubahan ma- Fuller, Lon L. 1973. The Morality of Law. Revi-
syarakat (melalui) pembangunan guna men- sed edition Ninth Printing, New Haven
capai tujuan menjadi masyarakat Pancasila and London: Yale University Press;
yang diidam-idamkan sebagaimana cita-cita Indrarti, Maria Farida. 2007. Ilmu Perundang-
Proklamasi Kemerdekaan yang dirumuskan lebih undangan: Proses dan Teknik Pemben-
lajut dalam Pembukaan UUD 1945. tukannya. Yogyakarta: Kanisius;
Masyarakat Pancasila yang dimaksud ada- Kant, J. Van dan J.H. Beekhuis, 1990, Inleiding
to de Rechtwetenschap, Pengantar Ilmu
lah masyarakat yang terlindungi segenap bang-
Hukum terjemahan Mr. Moh. O. Masdoe-
sa dan seluruh tumpah darahnya, masyarakat ki. cetakan kesebelas. Jakarta: Ghalia
yang sejahtera, masyarakat yang berada dalam Indonesia;
kehidupan yang cerdas, dan yang ikut (aktif) Marzuki, Laica. “Prinsip-Prinsip Pembentukan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar- Peraturan Daerah”, Jurnal Konstitusi,
kan kemerdekaan, perdamaian abadi dan ke- vol. 6 no. 4. Nopember 2009
adilan sosial, serta dalam lindungan dan berkah Purbacaraka, Purnadi. dan Soejono Soekanto.
Tuhan Yang Maha Esa. 1993. Perihal Kaedah Hukum, Bandung:
Citra Aditya Bhakti;
DAFTAR PUSTAKA Rahardjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum. Ban-
dung: Citra Aditya Bakti;
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Perihal Undang-
undang. Jakarta: Konpress; Rosadi, Otong. “Arti Penting Program Legislasi
Daerah Bagi Pencapaian Tujuan Otonomi
Apeldoorn, L.J. van. 1983. Inleiding tot de Daerah”, Wacana Paramita Jurnal Hukum
Studir van Het Nederlandse Recht. Ter- Univ. Langlangbuana, Vol. VII, Nomor 1,
Mei 2008;
29
-------. 2010. Inkorporasi Prinsip Keadilan Sosial
Otong Rosadi, Inkorporasi Prinsip Keadilan Sosial..., op
cit., hlm. 199-201.
dalam Pembentukan Undang-undang ten-
290 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 10 No. 3 September 2010