PERENCANAAN
Secara teoritis, Tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak
35% dan inti sawit 7%. Tandan tersebut harus mendapat perlakuan fisika dan mekanis
dalam pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti. Pengembangan tanaman kelapa sawit
selalu disertai dengan pembangunan pabrik, yang berbeda halnya dengan pengolahan
hasil komoditi lainnya yang dapat dilakukan secara manual atau tradisional. Hal ini
disebabkan minyak sawit mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama minyak
dalam tandan dan pengolahan. Oleh sebab itu pembangunan kebun kelapa sawit tanpa
disertai dengan pengembangan pabrik adalah usaha sia – sia.
Perencanaan pabrik kelapa sawit perlu mempertimbangkan beberapa factor antara lain ;
Perhitungan Kapasitas Olah, Pemilihan Lokasi Pabrik, Rancang Bangun dan Organisasi
Pabrik.
1. KAPASITAS OLAH
Ukuran besarnya pabrik umumnya dinyatakan dengan kapasitas olah, yaitu kemampuan
pabrik untuk mengolah bahan baku atau menghasilkan produk. Kapasitas olah dinyatakan
dalam berat per satuan waktu atau volume per satuan waktu, dan untuk pabrik kelapa
sawit ( PKS ) dinyatakan dengan ton TBS/jam. Faktor yang diperhatikan dalam
pembangunan pabrik ialah :
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) dinyatakan dalam ton/ha, yang berarti jumlah
produksi TBS dari areal selama satu tahun yang menjadi bahan baku PKS .Produksi TBS
tidak sama untuk setiap bulan atau setiap tahun. Variasi produksi menjadi pertimbangan
dalam penetapan kapasitas olah pabrik.
Variasi panen setiap bulan berbeda – beda untuk setiap wilayah, hal ini karena
dipengaruhi oleh iklim, perlakuan perawatan dan jenis tanaman ( Tabel 3.1 ).
Sum- Riau Jambi Beng Sum Jawa Lam- Kali- Sul- Irian
Ut kulu Sel pung mantan Sel Jaya
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Januari 4,83 4,28 4,53 8,60 7,59 4,75 4,40 2,81 3,28 5,10
Februari 8,65 6,88 7,95 10,35 5,36 5,36 2,93 5,45 6,67 8,55
Maret 7,12 8,37 5,36 8,05 5,26 6,05 3,53 4,76 6,63 7,58
April 8,72 9,70 10,86 10,63 7,44 9,22 5,06 7,25 11,34 8,81
Mei 7,91 8,04 8,85 9,75 12,05 10,59 8,06 6,43 11,64 9,21
Juni 7,03 7,09 9,08 10,25 9,80 10,36 12,69 10,64 10,01 7,99
Juli 8,65 9,97 9,96 9,92 8,17 11,60 12,96 13,23 10,82 8,37
Agustus 8,91 8,74 7,35 4,71 8,27 8,83 12,29 11,69 8,56 7,52
September 9,28 10,76 8,82 6,49 8,69 6,80 11,68 7,12 6,94 7,81
Oktober 8,48 9,27 8,97 6,77 9,26 9,10 10,64 7,06 6,19 7,53
November 8,48 8,72 8,06 7,50 10,21 8,46 8,19 10,68 6,63 7,96
Desember 11,88 8,13 10,14 6,91 7,88 8,92 7,48 15,04 11,23 12,14
Pabrik kelapa sawit selalu diupayakan agar dapat beroperasi selama 20 jam per hari, akan
tetapi jam olah pabrik selalu lebih singkat dari jam operasi, hal ini karena jam olah
pabrik dinyatakan berdasarkan jam olah screw-press, yang dihitung sejak screw press
bekerja hingga berhenti, sedangkan jam operasi dihitung sejak fire up Boiler hingga
pabrik shut down. Disamping itu, karena sifatnya yang semi-continuous, dan apabila
dalam proses pengolahan terjadi stagnasi pada satu alat atau instalasi tertentu, maka
kejadian ini akan berakibat mengganggu pengoperasian alat di lini selanjutnya.
Berdasarkan pengalaman, jam operasi pabrik adalah sekitar 550-600 jam/bulan, yang
biasanya akan dapat dicapai pada masa panen puncak ( kira – kira selama dua bulan ).
Berdasarkan jumlah produksi dan jam olah pabrik maka dapatlah ditetapkan kapasitas
olah efektif.
LxP
Kapasitas olah efektif = Jx V = ton TBS / Jam
L : Luas areal ( ha )
P : Produksi TBS ( ton / ha )
V : Produksi tertinggi ( distribusi panen, % )
J : Jam olah ( jam / bulan )
Contoh :
Kapasitas olah efektif PKS yang akan dibangun harus mempertimbangkan jumlah
maksimum pasokan bahan baku TBS yang berasal dari kebun. Apabila luas areal kebun
adalah 5000 ha dan dengan produksi TBS ( Yield) sebesar 20 ton / ha/ tahun, dan
standar jam olah pabrik yang direncanakan ialah 550 jam / bulan, dengan distribusi panen
puncak (Peak Crop) 12,5 %
Maka perhitungan Kapasitas Olah Efektif Pabrik menjadi :
LxY
Kapasitas olah efektif = SJ x PC
Kapasitas olah efektif tersebut seharusnya dipenuhi dengan membangun PKS dengan
kapasitas olah 22,72 ton TBS / Jam, akan tetapi sebuah Pabrik tentu akan memerlukan
waktu untuk pemeliharaan mesin, alat dan bangunannya agar performancenya dapat terus
baik untuk jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, perhitungan rencana Jam Operasi
Pabrik kelapa sawit harus juga memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
pemeliharaan dan lain-lain secara lebih seksama.
Dengan demikian jam olah perlu di kalkulasi ulang untuk menetapkan Jam Operasi
Pabrik dengan formula sebagai berikut :
5000 ha x 20 ton / ha
20 ton TBS / Jam = JO x 12,5 % / bulan
JO = Jam Operasi
Yang sering menjadi masalah dan berdasarkan kenyataan yang ada, ternyata kapasitas
olah terpasang yang dibangun, jarang tercapai. Oleh sebab itu dalam perencanaan
pembangunan Pabrik, perlu diperhitungkan bahwa kapasitas olah efektif hanya dihitung
sebesar 85 % dari kapasitas terpasang, dengan rumus perencanaan PKS sebagai berikut :
LXP
Kapasitas terpasang = SJ x 100/85
Pada praktek, tidak pernah dijumpai kapasitas Pabrik 26,72 ton per jam , yang tersedia di
pasar adalah kapasitas olah pabrik sebesar 20 ton per jam atau 30 ton per jam, hal ini
merupakan sebuah upaya penyelarasan terhadap alat dan instalasi lainnya yang sudah
tersedia secara Assy di pasar.
Pertimbangan utama untuk menentukan lokasi pabrik adalah tersedianya sumber air yang
cukup. Mengapa ? Sebab untuk mengolah 1 (satu) ton TBS per jam diperlukan sekitar 1,5
ton air per jam. Selain dari itu, rencana lokasi pabrik bila memungkinkan adalah terletak
dipusat areal kebun agar relatif berjarak sama dari setiap sudut kebun hingga relatif
pabrik cepat dijangkau oleh pengangkut TBS. Namun, yang tidak kalah pentingnya
adalah perlu dipertimbangkan juga ketersediaan lokasi pembuangan air limbah yang tidak
berdekatan dengan pemukiman, dan terhindar dari gangguan alam seperti banjir dan
longsor.
1. Tersedia Sumber Air dengan Debit minimum 20 liter/detik , Tidak Pernah Kering dan
Tidak mengambil dari sumber air yang sama dengan masyarakat.
2. Lokasi Pabrik terletak sekurang-kurangnya 3 Km dari wilayah pemukiman dan tidak
terdapat kali/sungai kecil yang mengalir dari Pabrik ke Pemukiman.
3. Akses jalan keluar-masuk dari kebun menuju Pabrik dan ke Pelabuhan tidak melalui
jalan Desa.
4. Kondisi Tanah, baik Struktur Tanah maupun Topographynya tidak menimbulkan
bencana Tanah Longsor atau Banjir
5. Jarak Lokasi Pabrik terjauh dari kawasan kebun sejauh-jauhnya masih dalam radius 10
Km, dengan pertimbangan agar biaya angkut TBS masih Reasonable.
6. Tidak terlalu jauh dari Jalan Raya atau Sungai Besar untuk Pengeluaran/Pengiriman hasil
produksi CPO dan Kernel ke Pasar.
2.1 Sumber Air
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam pengoperasian pabrik yaitu sebagai air
umpan boiler untuk pembangkit tenaga dan untuk air pengolahan. Air tersebut masih
mendapat perlakuan sesuai dengan tingkat mutu air sumber. Oleh sebab itu dalam
perencanaannya perlu dipertimbangkan mutu air dan jaraknya dari lokasi pabrik.
Lokasi pabrik dipilih pada tanah yang mempunyai sifat mekanik fisik tanah yang sesuai
untuk tempat berdirinya pabrik. Biasanya dipilih tempat yang tinggi dengan tujuan agar
terhindar dari banjir dan pengaturan drainase yang lebih mudah. Berbekatan dengan
lokasi tersebut harus dimungkinkan pembangunan perumahan karyawan pabrik dan
fasilitas lainnya.
Pabrik kelapa sawit banyak menggunakan air pengolah dan air umpan boiler yaitu 1500
liter/ton TBS, yang berarti membutuhkan air 900 M³ / hari. Pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas olah 30 ton TBS / jam akan menghasilkan buangan air limbah sebanyak 360 –
400 M³ setiap harinya. Oleh sebab itu diperlukan sungai alam untuk Air Baku Boiler dan
sekaligus tempat limpahan Air Limbah yang sudah mendapat perlakuan khusus di Kolam
Limbah .
2.4 Aksesibilitas
Disamping pertimbangan Tersedianya Sumber Air yang cukup, letaknya yang sentral,
Penanganan Limbah, dan kondisi Tanah, lokasi Pabrik juga perlu memperhitungkan
kemudahan akses masuk dan keluar, terutama untuk kelancaran suplai bahan-bahan dan
suku cadang serta untuk pengiriman hasil produk ke pasar dengan lancar agar tanki
timbun tidak menjadi penuh. Akan menjadi masalah apabila lokasi pabrik yang dipilih
sudah ditangah-tengah perkebunan, namun akses masuk keluarnya melalui pemukiman
penduduk, atau harus membuat jembatan dengan bentangan yang panjang dan lain-lain.
Oleh sebab itu dalam mempertimbangkan lokasi pabrik selalu dicari lokasi yang
berpeluang lebih dekat dengan jalan raya atau dekat sungai besar untuk memudahkan
angkutan hasil produksi ke pasar.
Sumber tenaga dalam pabrik kelapa sawit digerakkan oleh Uap yang berasal dari Boiler
yang bahan bakar utamanya menggunakan serat dan cangkang yang merupakan limbah
padat Kelapa Sawit. Kebutuhan uap untuk processing tergantung dari mutu TBS dan
sistem pengolahannya.
Ketiga faktor diatas harus dipertimbangkan dalam merencanakan pabrik, agar dalam
pengoperasian pabrik kelak, sumber tenaga listrik yang berasal dari turbin uap dapat
beroperasi dengan effektif tanpa perlu di bantu oleh generator listrik yang menggunakan
bahan bakar diesel.
Kebutuhan uap untuk pengolahan paling banyak dipakai pada proses sterilisasi (
perebusan ), yakni 350 kg uap /ton TBS ( tekanan 2,8 – 3 kg / cm² ) Sedangkan pada
stasiun lainnya seperti stasiun ekstraksi, klarifikasi, fat pit, tanki timbun dan pengolahan
inti hanya 250 kg uap/ton TBS. Uap yang dipakai ini berasal dari buangan turbin uap,
oleh sebab itu stabilitas pengoperasian turbin dan boiler sangat diharapkan agar
pengolahan berhasil dengan baik. Agar sumber uap yang masuk ke sterilizer lebih stabil
maka perlu dibangun “steam accumulator” sebagai pengganti “Back Pressure Vessel”
yang berbeda untuk pabrik kapasitas 30 ton TBS / jam dengan 60 ton TBS / jam
FRASER BOILER
Manufacture - IBAE
Authorised working pressure - 270 psi
Heating surface - 616 m2
Capacity - 33,000 pph
Chimney height - 110 ft
Final temperature - 230C
Superheater - Convection 22C superheated
FRASER BOILER
Manufacture - IBAE
Authorised working pressure - 310 psi (2138 kpa)
Heating surface - 580 m2 (6451 ft2)
Capacity - 25,000 pph
Tubes - 1 1/2" OD, 603 pcs ; 2" OD, 215 pcs
Chimney height - 60 ft
Final temperature - 230C (422F)
YOSHIMINIE BOILER
TOWLER BOILER
Manufacture - Mechmar
Authorised working pressure - 328 psi (2260 kpa)
Heating surface - 647 m2
Capacity - 40,000 pph (17 ton/hr)
VICKERS BOILER
Pabrik kelapa sawit di Indonesia pada umumnya berada jauh dari kota besar, seringkali
pengembangan perkebunan kelapa sawit bahkan merupakan perintis pembangunan
wilayah, oleh sebab itu setiap pabrik yang berlokasi ditempat seperti ini harus
mempersiapkan bengkel yang mampu melakukan reparasi dan perbaikan. Bengkel kerja
tersebut dilengkapi dengan peralatan, mesin – mesin dan alat kalibrasi sedemikian rupa
agar kerusakan – kerusakan pada pabrik dapat diatasi secara mandiri sehingga stagnasi
dapat ditekan sesingkat mungkin.
Kebersihan dan kemampuan bengkel melaksanakan tugas perawatan pabrik dipengaruhi
oleh kompetensi sumber daya manusia yang diberi tanggung jawab untuk itu, oleh sebab
itu hendaknya orang – orang dipilih adalah orang yang memang memiliki keahlian
teknik.
4. ORGANISASI PABRIK
a. Organisasi PKS harus merupakan sebuah team manajemen produksi yang solid, efektif
dan efisien . Kepala pabrik adalah pimpinan manajemen dipabrik, yang dibantu oleh
beberapa asisten. Kepala pabrik bertanggung jawab kepada Plantation Manager dan
Kepala Pabrik perlu mendapat wewenang penuh secara teknis untuk mencapai misi
pabrik tersebut diatas. Kepala Pabrik juga bertanggung jawab untuk selalu melakukan
koordinasi dengan para pimpinan kebun dalam rangka pencapaian mutu produk yang
setinggi-tingginya.
4.2 Sumber Daya Manusia
Pabrik memerlukan sumberdaya manusia yang lebih terampil secara teknis hampir di
semua lini bila dibandingkan kebun, oleh karenanya, seorang Kepala Pabrik atau Manajer
PKS sebaiknya berlatar pendidikan sarjana Chemical Engineering atau sarjana
Mechanical Engineering agar problem teknik dan pengolahan dapat dipecahkan dan
memiliki kemampuan untuk memberikan pengarahan kepada bawahannya. Demikian
pula halnya dengan kepala pengolahan dan kepala bengkel, pada umumnya akan lebih
mampu bila memiliki latar belakang yang sama dengan Kepala Pabrik, dengan grade
minimal D3. Sedangkan Kepala Tata Usaha pabrik hendaknya orang yang
berpengalaman di bidang administrasi produksi dan administrasi gudang.