Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai pancasila sudah sangat sesuai dengan bangsa Indonesia. Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut staats fundamentalnorm dalam bangsa Indoneisa staats fundamentalnorm tersebut intinya tidak lain adalah pancasila. Maka pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir sumber nilai serta sumber arah penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan hukum dan pancasila merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hukum. Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatanan hukum pancasila itu dipandang sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan sebagai staats fundamentalnorm dalam negara Indonesia sebagai cita-cita hukum, pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakekat fungsi negara pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah. Dan ketetapan MPRS No. XX / MPRS / 1966 tentang sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, menyatakan bahwa pancasila merupakan sumber dari segala hukum.

BAB II PANCASILA SEBAGAI REFORMASI HUKUM


A. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum Dalam Era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pemaharuan hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahanperubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Agenda yang lebih kongkret yang diperjuangkan oleh para reformis yang paling mendesak adalah reformasi bidang hukum. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan baru, salah satu sub sistem yang mengalami kerusakan parah selama orde baru adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegakannya dirasakan semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. B. Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut staatsfundamentalnorm tersebut intinya tidak lain adalah pancasila. Maka pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan hukum, atau pancasila harus merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hukum. Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatanan hukum pancasila itu dapat dipandang sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan sebagai staatsfundamentalnorm dalam negara Indonesia. Sebagai cita-cita hukum pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, (1) sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tat cara penyusunan hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya undang-undang, permen, perda ; dan (2) sumber

material hukum, yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum (Darmodiharjo, 1996 : 206). Pancasila yang di dalamnya terkandung nilai-nilai religius, nilai hukum kodrat, nilai hukum moral pada hakikatnya merupakan suatu sumber material hukum positif di Indonesia. Dalam susunan yang hierarkhis ini pancasila menjamin keserasiaan atau tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undang baik secara vertikal maupun horisontal. Ini mengandung konsekuensi jikalau terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan norma lainnya yang secara hierarkhis lebih tinggi apabila dengan pancasila sebagai sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionaltas (unconstituonality) dan ketidaklegalan (illegality) dan karenanya norma yang lebih rendah itu batal demi hukum (Mahfud, 1999 : 59). Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangan 3 unsur (1) nilai, (2) teori (norma), dan (3) fakta atau realitas empiris (Galtung 1980 :30-33). Demikian maka upaya untuk reformasi hukum akan benar-benar mampu mengantarkan manusia ketingkatan harkat dan martabat yang tinggi sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab. C. Dasar Yuridis Reformasi Hukum Reformasi total sering disalah artikan sebagai dapat melakukan perubahan dalam bidang apapun dan degan jalan apapun. Jikalau halnya demikian maka kita kembali menjadi bangsa tidak beradab, bangsa yang tidak berbudaya masyarakat yang tanpa hukum yang menurut hobbes disebut keadaan homo homimi lupus manusia akan menjadi srigala manusia lainnya dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Oleh karena itu reformasi hukum harus konsepsional dan konstitional, sehingga reformasi hukum memiliki landasan dan tujuan yang jelas. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan negara bersifat berwayuh arti (Multi interpretable), dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat besar kepada presiden (executive heavy). Namun hendaklah dipahami secara objektif bahwa bilamana terjadi suatu amandemen atau bahkan perubahan terhadap seluruh pasal UUD 1945 maka hal itu tidak akan menyangkut perubahan terhadap pembukaan UUD 1945 , karena pembukaan UUD

1945 yang berkedudukan sebagai pokok kaidah negara fundamental, merupakan sumber hukum positif, membuat pancasila sebagai dasar filsafat negara serta terlekat pada kelangsungan hidup negara proklamasi 17 Agustus 1945. Oleh karena itu perubahan terhadap pembukaan UUD 1945 adalah suatu refolusi dan sama halnya dengan menghilangkan existensi bangsa dan negara Indonesia atau dengan perkataan lain sama halnya dengan perubahan negara Indonesia. Berdasarkan isi yang terkandung dalam penjelasan UUD 1945 pembukaan UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Secara normatif pokok-pokok pikiran tersebut merupakan suasana kebatinan dari UUD dan merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik hukum dasr tertulis UUD maupun hukum dasar tidak tertulis (convensi). Selain itu dasar yuridis pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap No.XX/MPRS/1966, yang menyatakan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai pancasila dan secara eksplisit di rinci tata urutan peraturan undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai Pancasila. Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang telah dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain, undand-undang politik tahun 1999, yaitu UU no. 2 Tahun 1999, tentang partai politik, UU No. 3 Tahun 1999, tentang pemilihan umum dan UU No. 4 tahun 1999, tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD ; undangundang pokok persehingga menghasilkan pers yang bebas dan demokratis ; undangundang otonomi daerah, yaitu meliputi UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan UU No.28 tahun 1999, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. Pada tingkat ketetapan MPR pada bulan november 1998 yang menghasilkan berbagai macam keterampilan antara lain Tap No. VIII/MPR/1998. IX/MPR/1998 tentang pencabutan referendum. D. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum Dalam suatu negara betapapun baiknya suatu peraturan perundang-undangan namun tidak disertai dengan jaminan pelaksanaan hukum yang baik niscaya reformasi perundang-

hukum akan menjadi sia-sia belaka. Pelaksanaan hukum yang baik juga harus di tunjang oleh aparat penagak hukum yang memiliki integritas sesuai dengan sumpah jabatan dan tanggung jawab moral sebagai penegak hukum. Integritas dan moralitas para aparat penegak hukum dengan sendirinya harus memiliki landasan nilai-nilai serta norma yang bersumber pada landasan filosofis negara, dan bagi bangsa Indonesia adalah filsafat negara pancasila. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah. Negara pada hakikatnya secara formal (sebagai negara hukum formal). Harus melindungi hak-hak warganya terutama hak kodrat sebagai suatu hak asasi yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa (sila I dan II). Oleh karena itu pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap dasar filosofis negara, misalnya pembungkaman demokrasi, penculikan pembatasan berpendapat, berserikat , berunjukrasa dan lain sebagainya. Reformasi pada hakikatnya untuk mengembalikan negara pada kekuasaan rakyat (sila IV). Negara adalah oleh dan untuk rakyat. Rakyat adalah asal mula kekuasaan negara. Bagi negara Indonesia kekuasaan rakyat dilakukan oleh suatu majelis yaitu majelis permusyawaratan rakyat yang dilakukan melalui suatu pemilihan umum. Oleh karena itu pelaksanaan peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada terwujudnya atas jaminan bahwa dalam suatu negara kekuasaan adalah di tangan rakyat. Setiap warga negara bersamaam kedudukannya di hukum dan pemerintahan (UUD 1945 pasal 27). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komulatif, serta keadilan ilegal. Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat , penegak hukum terutama pihak kerjasaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari pratek KKN.

E.

Pancasila sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia,

mengatakan bahwa pancasila merupakan sumber dari segala hukum. Adapun bentuk perundang-undangan Republik Indonesia menurut Uud 1945 ialah sebagai berikut : a) b) c) d) e) UUD 1945. Ketetapan MPR. Undang-undang atau peraturan pemeritah pengganti undang-undang. Peraturan Pemerintah. Keputusan Presiden. f) F. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti : peraturan menteri, instruksi menteri, dll. Pembukaan UUD 1945 Mengandung 4 Pokok Pikiran antara lain : a. b. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara persatuan adalah negara Pokok pikiran ke dua menyatakan, bahwa negara bertujuan mewujudkan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam rangka mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. c. Dalam hal ini, negara berkewajiban memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. d. Dan pokok pikiran ke tiga menegaskan, bahwa negara kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan atau perwakilan. Negara Indonesia berkedaulatan rakyat, mempunyai sistem pemerintahan demokrasi yang kita sebut demokrasi pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut berangkat dari pertanyaan tentang dasar-dasar untuk membangun Indonesia merdeka. Moral dasar yang pertama tentu saja persatuan. Pokok pikiran ini sesuai dengan paham negara persatuan (integralistik, kekeluargaan) yang kita anut yakni, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya, yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan.

BAB III KESIMPULAN


Dari pembahasan ini kami dapat menyimpulkan bahwa pancasila sebagai paradigma hukum yang di perjuangkan oleh para reformis yang paling mendesak adalah reformasi di bidang hukum. Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum dalam ilmu hukum tata negara disebut staats fundamentalnorm dalam negara Indonesia staats fundamentalnorm tersebut intinya tidak lain adalah pancasila. Pancasila di pandang sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan sebagai staats fundamentalnorm dalam negara Indonesia. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian : 1) 2) Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata Sumber metrial hukum. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum pancasila merupakan sumber dari segala hukum. Pembukaan UUD 1945 mengandung 4 (Empat) pokok pikiran sebagai berikut : cara penyusunan hukum.

a. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara persatuan adalah negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. Bahwa negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. c. Dalam hal ini negara berkewajiban memajukan kesejahteraan hukum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. d. Bahwa negara kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan / perwakilan.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Kaelan, M.S., Pendidikan pancasila, paradigma: Yogyakarta. Tasir Arafat, Undang-undang, Permata Press: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai