Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

A. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945,
tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara
serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila dan
mempunyai arti yaitu panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Dengan
demikian pancasila artinya lima dasar.

B. Pengertian Sumber Hukum


Secara umum yang di maksud dengan sumber hukum adalah segala apa saja yang
menimbulkan aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi tegas yang nyata.

Sumber hukum itu di bagi dalam dua pengertian:

1. Sumber hukum dalam arti material adalah keyakinan dan perasaan hukum individu dan
pendapat umum (publik opinion) yang menentukan isi (materi) dari hukum.dengan kata lain,
perasaan dan keyakinan hukum anggota masyarkat serta pendapat umum yang amenjadi
sumber sebagai penyebab adanya hukum.

2. Sumber hukum dalam arti formal ialah sumber hukum dalam arti bentuk perumusan.
Karena bentuknya itu menyebabakan hukum berlaku umum, diketahui, ditaati. Disinilah
suatu kaidah memperoleh kwalitas sebagai kaidah hukum dan oleh yang berwenang ia
merupakan petunjuk hidup yang harus diberi perlindungan. Untuk menentapkan sutu kaidah

1
hukum yang berlaku diperlukan suatu badan yang berwenang, sehingga mengenal sumber
hukum dalam arti formal itu berati menegnal tahapan pada tingkatan badan mana suatu
kaidah hukum itu di buat.

C. Pancasila Sebagai Sumber Hukum bangsa Indonesia

Penempatan Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm pertama kali disampaikan oleh


Notonagoro (Jimly;2006). Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan
bintang pemandu. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum,
penerapan, dan pelaksanannya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.

Namun dengan penempatan Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm berarti


menempatkannya di atas Undang-undang Dasar. Jika demikian, Pancasila tidak termasuk
dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Untuk membahas permasalahan
ini dapat dilakukan dengan melacak kembali konsep norma dasar dan konstitusi menurut
Kelsen dan pengembangan yang dibuat Hans Nawiasky, serta melihat hubungan antara
Pancasila dan UUD 1945. Memang hingga kini masih terjadi polemik di kalangan ahli hukum
mengenai apakah Pancasila, atau Pembukaan UUD 1945, atau Proklamasi Kemerdekaan,
sebenarnya yang dapat disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Polemik ini mencuat ketika Muh. Yamin pada tahun 1959 menggunakan istilah
sumber dari segala sumber hukum tidak untuk Pancasila seperti yang lazim digunakan saat
ini, melainkan untuk Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang disebutnya dengan
”maha-sumber dari segala sumber hukum,”the source of the source” (Denny;2003).
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya
Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Dengan terbentuknya UU No.10
tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagaimana yang termuat
dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan
Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara,
sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila”.

2
Dardji Darmodihadjo menyebutkan, bahwa Pancasila yang sah dan benar adalah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis konstitusional dan secara objektif ilmiah. Secara
yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara yang dipergunakan sebagai dasar
mengatur menyelenggarakan pemerintahan negara. Secara objektif ilmiah karena Pancasila
adalah suatu paham filsafat, suatu philosophical way of thinking system, sehingga uraiannya
harus logis dan dapat diterima akal sehat (Natabaya;2006).

Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan


yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Selain kesatuan sila-sila
Pancasila hirarki dalam hal kuantitas juga dalam hal isi sifatnya yaitu menyangkut makna
serta hakikat sila-sila Pancasila. Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem
filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis sendiri yang
berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme,
pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia (Natabaya;2006).

D. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum

Dalam praktek ketatanegaraan,suatu konstitusi atau Undang Undang Dasar yang telah
resmi diterima oleh suatu bangsa, maka secara operasional merupakan suatu kenyataan yang
diperlukan sepenuhnya dan efektif. Dengan perkataan lain konstitusi itu dilasanakan secara
murni dan konsekuen.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 secara resmi UUD 1945 diterima oleh bangsa Indonesia dan
berlaku efektif di tanah air kita sekarang. UUD 1945 terdiri dari :

- Pembukaan

- Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.

Khususnya Pembukaaan UUD 1945 telah panjang lebar kita bahas diatas, telah
disinggung bahwa Pembukaan UUD 1945 mengandung empat pokok pikiran. Di dalam
pokok- pokok pikiran tersebut bersimpul ajaran Pancasila.

Pokok- pokok pikiran merupakan cita- cita hukum ( Rechtsidee ), yang menguasai
Hukum Dasar Negara, baik tertulis maupun tidak ditulis. Oleh karena Pembukaan itu
berintikan Pancasila, maka Pancasila merupakan pedoman, sumber dan dasar dalam
pembuatan Hukum atau Perundang- undangan. Dengan kata lain segala aturan hukum yang

3
berlaku di Indonesia, harus bersumber kepada Hukum yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu
Pancasila. Dengan demikian secara lengkap sistem hukum Indonesia, kalau kita susun secara
hirarkhi, dapat diperoleh tingkatan sebagai berikut :

- Pancasila sebagai Rechts idée ( cita- cita hukum )

- Undang- Undang Dasar 1945

- Ketetapan MPR

- Undang Undang/ Peraturan Pemerintah pengganti Undang Undang

- Peraturan Pemerintah

- Keputusan Presiden

- Peraturan- peraturan pelaksanaan lainnya, seperti :

- Peraturan Menteri

- Instruksi

- Dan lain- lainnya

Dari hirarkhi diatas dalam sistem Hukum Indonesia tingkatan UUD 1945 kebawah
merupakan sumber hukum\formal dalam Hukum. Semua sumber Hukum Formal itu
bersumber pada satu titik puncak yaitu Pancasila sebagai suatu cita- cita hukum. Kalau kita
tinjau tata aturan Peraturan Perundang- undangan Republik Indonesia dengan menempatkan
Pancasila di puncak kirarkhi dan kita coba membandingkannya dengan ajaran “ Stuffen
Theori “ dan HANS KELSEN, maka hemat penulis akan kita peroleh gambaran sebagai
berikut :

Dalam hirarkhi berbentuk piramida tersebut, Pancasila sebagai pandangan hidup dan
sebagai cita- cita hukum berada dipuncak piramida. Semua peraturan yang dibuat dan
dilaksanakan haruslah bersumber pada Pancasila, karena setiap peraturan itu hanya akan
diterima oleh rakyat kalau peraturan itu hanya akan diterima oleh rakyat kalau peraturan-
peraturan itu sesuai dengan jiwa rakyat yaitu Pancasila.

Dari gambaran tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Pancasila adalah
merupakan sumber tertib hukum di Indonesia; atau yang biasa disebutkan sebagai “ Sumber
dari segala sumber hukum “, yang menjiwai seluruh aspek kehidupan ketatanegaraan MPRS

4
No. XX/ MPRS/ 1966, tentang: Memorandum DPRGR mengenai sumber tertib hukum
Republik Indonesia.

Sumber dari tertib hukum suatu Negara, atau yang biasa disebutkan sebagai “ Sumber
dari segala sumber hukum “ adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita- cita hukum serta
cita- cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari suatu bangsa. Pandangan
hidup bangsa Indonesia ialah yang didalamnya terkandung cita- cita moral, cita- cita hukum,
watak serta jiwa bangsa ( volksgeist ) Indonesia, adalah PANCASILA.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum indonesia, yang berwujud di
dalam tertib hukumnya. Yang dimaksud dengan tertib hukum, ialah keseluruhan dari pada
peraturan-peraturan hukum, yang memenuhi syarat-syarat:

a. Kesatuan subyek yang mengadakan peraturan-peraturan hukum tersebut, yang untuk


Indonesia ialah Pemerintahan Republik Indonesia.
b. Kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan peraturan-peraturan hukum itu,
yang untuk indonesia ialah Pancasila.
c. Kesatuan waktu yang menetapkan saat berlaku peraturan-peraturan tersebut, yang
untuk indonesia ialah sejak tanggal 18 Agustus 1945.
d. Kesatuan daerah, sebagai batas wilayah berlaku bagi peraturan-peraturan tersebut,
yang untuk Indonesia ialah seluruh wilayah bekas daerah Hindia Belanda, mulai dari
Sabang sampai Merauke.

Sebagai sumber hukum disini maksudnya ialah Pancasila sebagai asal, tempat setiap
pembentuk hukum di Indonesia mengambil atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan
untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang akan
menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan di buat, serta sebagai dasar-ukuran (maatstaf),
untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-sungguh merupakan
suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.

Karena pertumbuhan kesadaran dan pengertian manusia Indonesia terhadap


kedudukan Pancasila bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat serta pengalaman-
pengalaman selama ini, maka dirasa perlu suatu pemantapan dan penertiban dalam masalah
tertib hukum indonesia. Untuk maksud tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-royong
(DPRGR), telah menyampaikan sebuah memorandum mengenai Sumber Tertib Hukum
Indonesia pada tanggal 9 Juni 1996, kepada Majelis Permusyawaratan Sementara. Adapun

5
menurut isi maksud dari memorandum tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum bagi Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

2. Dekrit 5 Juli 1959.

3. Undang-undang Dasar Proklamasi.

4. Surat perintah 11 Maret 1966.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering
disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini pancasila
merupakan suatu dasar niala serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara. Pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelengaraan Negara. Konsekuensinya selurh
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang=undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasila
merupakan kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara beserta
seluruh unsur-unsurnya.

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta
kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau
UUD maupun tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka
setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari
UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Secara yuridis-konstitusional, pancasila adalah dasar
Negara yang di gunakan sebagai dasar mengatur atau menyelenggrakan pemerintahan
Negara.

E. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

6
Kedudukan pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tersimpul dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV. Di dalamnya tertulis “… Dengan berdasar Kepada …” hal
ini secara yuridis memiliki maknasebagai dasar negara.

Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama


dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh karena itu
fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai
dengan dasar yuridis ssebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, ketetapan No
XX/MPRS/1966.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang tertuang
dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998.

Bilamana kita pahami hakikat negara adalah merupakan suatu lembaga kemanusiaan,
lahir dan batin. Maka seluruh hidup kenegaraan kebangsaan Indonesia senantiasa diliputi oleh
asas kerokhanian Pancasila. Maka seluruh kehidupan negara Indonesia yang berdasarkan
hukum positif, terselenggara dalam hubungan kesatuan dengan hidup kejiwaan yang
realisasinya dalam bentuk penyesuaian kehidupan kenegaraan dengan nilai-nilai hidup
kemanusiaan, yang tersimpulkan dalam asas kerokhanian Pancasila, yaitu kebenarab dan
kenyataan, keindahan kejiwaan, kebaikan atau kelayakan ( kesusilaan ), kemanusiaan, hakikat
manusia dan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan.

Dengan demikian konsekuensinya Pancasila asas yang mutlak bagi adanya tertib
hukum Indonesia, yang pada akhirnya harus direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggara
Negara.

Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia, atau dengan lain pekataan sebagai sumber tertib hukum Indonesia
yang tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945,
kemudian dijelmakan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana
kebatinan dari UUD 1945. Yang pada hakikatnya perlu dijabarkan dalam UUD 1945 serta
hukum positif lainnya..

Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat dirinci sebagai berikut :

7
1. Pancasila adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Sehingga
Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum yang dalam Pembukaan UUD 1945
dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memengang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi para penyelenggara negara, para
pelaksana pemerintahan. Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, karena masyarakat dan Negara Indonesia selalu
tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman serta dinamika masyarakat.
Dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara sebagai pandangan
hidup bangsa maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahkan
asas kerokhanian Pancasila.

F. Pengamalan Pancasila
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sudah seharusnya kita amalkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehari-harinya. Banyaknya pelanggaran hukum di
Indonesia baik dari penyelenggara negara ataupun rakyat Indonesia sendiri salah satu
faktornya adalah kurangnya kita memahami arti dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk memahami dan mengamalkan arti dari setiap sila Pancasila. Adapun
arti dari tiap sila Pancasila diantaranya :

Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebagai pondasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini dijadikan sebagai sila pertama karena kalimat
“Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah merupakan suatu pedoman utama untuk kita memahami
dan meyakini ajaran Tuhan. Karena kita bangsa Indonesia adalah umat yang beragama, sudah
seharusnya kita mengEsakan dan yakin kepada Tuhan kita. Dengan yakinnya kita kepada
tuhan, dan mampunya kita menjalankan lalu mengamalkan ajaranNya kita akan dapat
menjalankan sila-sila selanjutnya. Namun ketika kita tidak bisa menjalankan sila pertama ini,
kita tidak memiliki cukup iman yang bisa memperkuat kita agar tetap dalam jalan yang benar.
Banyak orang yang telah mencapai kesuksesannya namun berpaling dari Tuhannya.

8
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” adalah sebagai
manusia kita harus memiliki sikap adil dan beradab. Adil yang berarti mengakui adanya
persamaan hak dan kewajiban sesama manusia, dan Beradab yang berarti memiliki adab atau
etika dalam bertindak. Sila kedua ini sekarang mungkin belum terlaksana dengan baik.
Karena ketika manusia di tawarkan dengan sesuatu yang sangat menggiurkan dan akan sangat
menguntungkannya, dia pun akan berpaling dari keadilan dan etika beradab di bidang profesi
yang dijalankannya seperti yang banyak terjadi di Indonesia saat ini.

Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” adalah merupakan suatu sila yang
bermaksud dan bertujuan untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti walaupun berbeda tetapi tetap satu. Sila ini untuk meningkatkan rasa bangga kita
terhadap bangsa ini karena perbedaan yang sangat beragam dan indah lalu bersatunya Rakyat
Indonesia untuk memajukan dan mensejahterakan Negara Indonesia.

Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan” adalah untuk mengutamakan musyawarah sebagai
ketentuan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama. Selain itu, dalam
musyawarah kita juga harus bijaksana dalam mengambil keputusan agar setiap pihak tidak
merasa dirugikan atau merasa tidak adil dalam pengambilan keputusan tersebut.

Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” sama
seperti sila kedua, bahwa disini kita harus adil terhadap sesama dan harus saling menghargai
hak dan kewajiban antar sesama. Maksud dari “Seluruh Rakyat Indonesia” adalah keadilan
yang dibuat oleh pemerintah kepada seluruuh rakyat Indonesia tanpa membeda-bedakan
derajat mereka. Ketika seorang kaya raya yang memang bersalah, dia memang sudah
sewajarnya mendapatkan setimpal sengan kesalahan yang diperbuatnya tersebut.

G. Pemahaman Masyarakat
Pancasila disepakati sebagai sumber dari segala sumber hukum, tentunya akan
menciptakan sebuah asumsi bahwa pancasila merupakan sumber hukum yang sempurna yang
mampu menjangkau berbagai aspek. hal tersebut mengartikan bahwa kualitas akan produk
hukum kita ditentukan oleh seberapa jauh bangsa Indonesia mampu memaknai atau
memahami sumber dasarnya itu sendiri.

9
Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah semakin lama pemahaman
terhadap nilai – nila pancasila sebagi sumber hukum justru semakin memudar, oleh karena itu
sepertinya kita perlu mempelajari kembali akan nilai yang terkandung didalam pancasila.

Pengaruh masuknya budaya – budaya asing di tengah – tengah kehidupan masyarakat


yang selalu dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah merupakan salah satu penyebab semakin
terkikisnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia.

Pemahaman akan nilai atau makna yang terkandung didalam tiap sila- sila pancasila
mustinya harus dimulai sejak dini mulai dari pendidikan yang paling bawah hingga pada
tingkat pendidikan tinggi dengan tidak mendiskriminasi kajian ilmu tersebut, artinya selama
ini kajian yang menyangkut pemahaman akan pancasila masih ditempatkan pada posisi
dibawah, satu contoh misalnya pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, dari
jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi sepertinya tidak terlalu
diutamakan dan kurang mendapat perhatian baik dari kalangan pelajar maupun pengajar
sehingga tidak jarang para generasi muda yang mengabaikan dan tidak memahami akan
makna yang terkandung didalam pancasila itu sendiri.

Kekuasaan legislatif ( legislative power ) sebagai kekuasaan pembentuk undang –


undang sepertinya belum sepenuhnya menjamin akan mampu membentuk sebuah peraturan
perundang – undangan yang sempurna akan tetapi justru sebaliknya yang terjadi saat ini,
undang – undang yang di bentuk seolah – olah merupakan produk kepentingan semata
sehingga hanya berlaku relevan dalam jangka waktu tertentu saja atau relatif singkat sehingga
kembali lagi harus melakukan perubahan terhadap undang – undang tersebut.

Di dalam pembentukan undang – undang maupun peraturan yang lain tentunya tidak dapat
dipisahkan dari aspek sosiologis, yuridis, serta aspek historis, masing – masing hal tersebut
merupakan hal mendasar yang harus dijadikan landasan dan di perhatikan dalam
pembentukan maupun perumusan sebuah peraturan hukum. Khususnya dari aspek historis
perlu diperhatikan sumber hukum yang paling dasar yaitu pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum, lahirnya suatu produk hukum yang tidak mendasarkan hal tersebut
tentunya akan menimbulkan berbagai persoalan di dalam penerapanya. hal itu dikarenakan
dasar hukum tersebut menyangkut falsafah dan pandangan hidup bangsa.

10
11

Anda mungkin juga menyukai