Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

PANCASILA SEBAGAI PANDUAN PEMBENTUKAN


UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Hierarki Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia saat ini adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Menurut teori Hans Kelsen tentang hierarki norma hukum dan rantai validitas yang
membentuk piramida hukum (stufentheorie), yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya
yaitu Hans Nawiasky dengan teori yang disebut theorie von stufenufbau der
rechtsordnung. Dimana Susunan norma menurut teori tersebut, sebagai berikut:
1. Norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm) adalah norma yang
merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang
telah ada sebelum terlebih dahulu sebelum konstitusi suatu negara;
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (jormell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Berdasarkan teori tersebut A.Hamid S. Attamimi membandingkan dan menerapkannya
dalam stuktur hierarki tata hukum Indonesia yaitu:
1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
2. Staatsgrindgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap. MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.
3. Formell gesetz: Undang-undang.
4. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari peraturan
pemerintah hingga keputusan bupati atau walikota.
Penempatan Pancasila sebagai staatsfundamental norm pertama kali disampaikan oleh
Notonagoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum merupakan bintang pemandu. Posisi ini
mengharuskan pembentukan hukum posistif adalah untuk mencapai ide-ide dalam
Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Konsepsi norma dasar
Kelsen dan Nawiasky dapat disimpulkan bahwa staatsfundamentalnorm yang
dikemukakan oleh Nawiasky adalah presuposisi validitas konstitusi pertama yang
dikemukakan oleh Kelsen sebagai norma dasar. Adapun staatgrundgesetz-nya Nawiasky
adalah konstitusi dalam pandangan Kelsen.

B. MATERI MUATAN UNDANC-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Istilah materi muatan undang-undang diperkenalkan oleh A. Hamid S. Attamimi yang
berpendapat bahwa materi muatan undang-undang negara dapat ditentukan atau tidak,
tergantung pada sistem pembentukan peraturan perundang-undangan berdasarkan latar
belakang sejarah dan sistem pembagian kekuasan negaranya. Undang-Undang Negara
Indonesia ialah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Persetujuan Presiden. Kita mengetahui bahwa UUD 1945 tidak
menyebutkan apa yang menjadi materi muatan undang-undang, tetapi di dalamnya ada
petunjuk-petunjuk yang dapat kita pakai untuk mencarinya. Untuk menemukan materi
muatan undang-undang, kita dapat menggunakan tiga pedoman, yaitu:
1. Berdasarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945;
2. Berdasarkan wasasan negara berdasar atas hukum (rechtsstaat);dan
3. Berdasarkan wawasan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi
(konstitusionalisme).
Apabila kita melihat dalam Batang Tubuh UUD 1945, terdapat 44 ketentuan yang
harus diatur oleh undang-undang, yang dibagi dalam 7 ketegori yaitu: pertama, yang
diperintahkan untuk diatur dengan undang-undang tersendiri; kedua, ada yang
diperintahkan untuk diatur dalam undang-undang, meskipun tidak tersendiri; ketiga, ada
yang ditetapkan dengan undang-undang; keempat, ada yang disahkan dengan undang-
undang; kelima, ada pula hal-hal yang diberikan oleh undang-undang; keenam, ada yang
diatur berdasarkan undang-undang; dan ketujuh, ada pula yang dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang- undangan.
Berdasarkan wawasan negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) adalah rechtsstaat
yang material/sosial yang sering juga disebut dengan welfare state atau verzorgingsstaat
atau negara berdasar atas hukum modern.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan materi muatan yang harus diatur dengan
undang-undang berisi:
1. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang;
3. Pengesahan perjanjian internasional tertentu;
4. Tindak lanjut atas putusan Mahkarnah Konstitusi; dan/atau
5. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

C. SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM


1. Habitat Pancasila
Pancasila lahir pada tanggal l Juni 1945, namun habitatnya sudah dipersiapkan jauh
sebelum Indonesia merdeka yaitu sejak Dinasti Syailendra dengan prinsip gotong royong.
Pada mulanya Pancasila dirumuskan dalam Sidang BPUPKI, tanggal l Juni 1945 yang juga
disebut sebagai hari lahirnya Pancasila yang memiliki lima prinsip dasar, yaitu:
Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme, atau Perikemanusiaan; Mufakat, atau
Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian pada tanggal18 Agustus 1945 mendapat legitimasi oleh PPKI dengan
mengesahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jadi, habitat
Pancasila ialah berada pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Di samping itu, habitat Pancasila juga seluas wilayah Negara Republik Indonesia,
Pancasila digali dari hukum adat merupakan refleksi gagasan kebudayaan yang terdiri dari
nilai budaya, norma, dan aturan-aturan yang saling berkaitan satu sama lain yang
dengannya memiliki satu sistem dan sanksi.
2. Tumbuh Kembangnya Pancasila
Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 di tangan Soekarno seorang proklamator
kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Soekarno berpendapat bahwa Pancasila terdiri
dari: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme, atau Perikemanusiaan; Mufakat, atau
Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari lima
dasar tersebut, oleh Soekarno diberi nama Pancasila diperas menjadi tiga, yaitu: Sosio-
Nasionalisme, Sosio-Democratie, dan Ke-Tuhanan atau disebut Tri Sila. Kemudian
diperas menjadi satu, yaitu: Gotong Royong atau disebut Eka Sila. Secara yuridis, Pancasila
tertuang dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Alinea Keempat, yaitu: " Berdasar Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Pada tahun 1978, Pancasila dijadikan
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia melalui Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:11/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) kemudian
pada tanggal 26 Maret 1979 ditetapkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (BP7), melalui BP7 inilah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) dilaksanakan.Pada tanggal 13 November 1998 dikeluarkanya Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: XVIII/ MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:
11/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa) dan Penetapan Tentang Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara serta
mencabut TAP MPR Nomor:11/MPR/1978.
Pancasila ditegaskan sebagai dasar Negara Republik Indonesia atau dengan kata lain
Pancasila sebagai landasan Idiil dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
sebagai landasan konstitusional sebagaimana tertuang dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok
Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normal- isasi Kehidupan
Nasional sebagai Haluan Negara.

3. Menghidupkan Kembali Pancasila


Menurut Sunarjo Wreksosuhardjo, Pancasila memiliki dua arti, yaitu: arti material dan
arti formil. Pancasila dalam arti material ialah isi pengertian yang tetap daripada sila-sila
Pancasila, terlepas dari bagaimana bunyi rumusannya. lsi pengertian yang tetap dari sila-
sila Pancasila ini sudah ada lama sebelum terbentuknya negara Proklamasi 17 Agustus
1945. Pancasila dalam arti material ini terdapat di dalam kehidupan bangsa Indonesia
sepanjang masa, yaitu di dalam angan-angan. Adapun dalam arti formil ialah Pancasila
dituangkan ke dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.42 Menyoal Pancasila
dalam arti material, Panduan dasar yang dapat dijadikan pedoman pengamalan Pancasila
ialah sekurang-kurangnya memuat petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila
dari Pancasila sebanyak 36 butir. Oleh karena itu, menurut hemat pcnulis, bagaimana
menghidupkan kembali Pancasila ialah dengan menggunakan undang-undang yang
mengatur tentang penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga Pancasila dapat hidup dan bangkit kembali dari tidur panjangnnya.

D. AKAR BUDAYA BANGSA


Pancasila dipadankan dengan akar budaya bangsa oleh karena Pancasila ialah cita-cita
luhur bangsa Indonesia yang digali dari akar budaya bangsa. Kultural merupakan landasan
yang digali dari nilai- nilai luhur budaya bangsa yang sudah ada semenjak berabad-abad
lamanya di Indonesia yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
dimana kelima sila tersebut dipakai sebagai dasar filosofis-ideologis untuk mewujudkan
empat tujuan atau cita-cita ideal bernegara, yaitu: Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia; Meningkatkan kesejahteraan umum; Mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian yang abadi, dan keadilan sosial. Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa
Pancasila adalah motor penggerak kehidupan bangsa, dan sebagai akar budaya bangsa.

E. PANDANCAN HIDUP BANGSA

Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang
dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat. Tanpa memiliki pandangan hidup, maka
suatu bangsa akan merasa terus terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan
besar yang pasti timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri maupun
persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di
dunia ini. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hidup
yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di
dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat bangsa Indonesia.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya
dan kesediaan untuk mewujudkan di dalam tindakan, sikap, perilaku hidup dan kehidupan
bermasyarakat, ber- bangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia tidak dapat tidak
kristalisasi nilai-nilai tersebut adalah yang terdapat di dalam Pancasila, di mana Sila
Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan nilai inti dan nilai sumber, masing-masing
saling menjiwai dan meliputi, yang akan memberikan landasan bagi:
1. Nilai dasar kemanusiaan sebagai tolok ukur (nilai kriteria);
2. Berlaku umum dan menyeluruh bagi nilai-nilai; dan
3. Menjadi landasan kepercayaan pandangan hidup dan sikap serta perilaku.
Pancasila yang merupakan pedoman tingkah laku sehari-hari, secara gradual
terkandung dalam norma-norma fundamental (norm pokok/dasar) yang merupakan cita-
cita bangsa Indonesia yang terlukiskan dalam perjuangan atas pergerakan bangsa Indonesia
dahulu, kini dan yang akan datang. Dari sinilah kemudian dapat ditemui cita-cita bernegara
bangsa Indonesia atau disebut juga pandangan bernegara bangsa Indonesia.

F. PENGGERAK PEREKONOMIAN BANGSA


Pancasila disebut sebagai penggerak adalah karena Pancasila sebagai ruh bagi setiap
aktivitas dalam sendi-sendi kehidupan bangsa tanpa ditiupkan ruh, maka segala perbuatan
harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Dahsyatnya arus globalisasi secara sosiologis
berdampak sangat mendasar bagi penentuan arah dan pola perubahan maupun tatanan
sosial masyarakat. Dalam konteks pembangunan hukum, tugas kita bukan sekadar
menjawab bagaimana membangun sistem hukum Indonesia melainkan juga harus dapat
menempatkan posisi sekaligus menjalankan peran di tengah situasi global. Banyak langkah
awal yang sudah dicoba kerjakan oleh pemerintah untuk merespons internasionalisasi
hukum tersebut, di antaranya di sektor hukum ekonomi, pemerintah mengeluarkan
beberapa kali paket Kebijakan Regulasi dan Deregulasi.
Negara Republik Indonesia yang diwakili oleh the founding fathers Indonesia, gagasan
kedaulatan rakyat di bidang ekonomi, dirumuskan sekaligus dalam UUD 1945. Jika
gagasan gagasan ekonomi ini dirumuskan dalam Pasal 33, pasal ini dirumuskan oleh Hatta
sebagai dasar politik perekonomian dalam rangka pembangunan ekonomi selanjutnya.
Perumusannya dilakukan dengan pertimbangan terjadinya perubahan di Eropa (terutama
Belanda) di mana kapitalisme liberal berangsur-angsur lenyap dan aliran neo-
merkantilisme bertambah kuat. Menimbang hal itu, maka Hatta berpendapat bahwa
perekonomian global yang terjadi di dunia ketika itu cenderung berkembang kian jauh dari
individualisme, dan sebaliknya akan kian dekat kepada kolektivisme yang didasarkan
kepada prinsip kesejahteraan bersama. Menurut Jimly Assiddiqie, menerangkan bahwa
Pasal 33 tersebut yang menjiwai perumusan gagasan pengelolaan sumber-sumber
perekonomian rakyat dalam UUD 1945. Dinyatakan di dalamnya, perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi
yang penting dan menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai oleh negara. Hanya
cabang-cabang produksi yang tidak penting atau tidak menguasai hajat hidup rakyat banyak
saja yang dapat dikembangkan di luar kekuasaan negara. Semua sumber kekayaan yang
dikuasai oleh negara itu, baik berupa bumi, air dan kekayaan alam yang terdapat di
dalamnya, haruslah digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut
Mubiarto dan Boediono menjelaskan bahwa ekonomi Pancasila sebagai sublimasi dari
aspirasi bangsa Indonesia telah terumus dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
Lahirnya Pancasila dan UUD 1945 itu sendiri merupakan "suatu puncak prestasi
perkembangan kultural dan intelektual yang dicapai oleh bangsa Indonesia” Namun dengan
dicapainya puncak tersebut bukanlah berarti tugas selesai. Proses merumuskan dan
kemudian melaksanakan isi dari ekonomi Pancasila adalah proses yang panjang dan
berkesinambungan yang tidak berakhir dalam satu atau dua generasi saja. Proses sejarah
bangsa kita dapat ditafsirkan sebagai proses upaya bangsa dalam mencari, menyaring, dan
memantapkan isi dari Pancasila.
Berkaitan dengan sistem ekonomi Negara Republik Indonesia bersifat sosialistis
karena sebagaimana tertuang dalam Pasal33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Namun pada perjalanannya, Negara Republik Indonesia semapat
mencoba mempraktikkan sistem liberal (1950-1959), akan tetapi politik ekonominya idak
pernah stabil. Baru setelah kita kembali ke sistem ekonomi terpimpin, maka Negara
Republik Indonesia menuju ke arah yang benar. Dalam menciptakan iklim ekonomi
Pancasila, Negara Republik Indonesia merefleksikannya dalam bentuk sistem ekonomi
berbasis koperasi yang berlandaskan asas kekeluargaan pada setiap pelaku ekonomi di
negara kita. Pasal 33 ayat (1) menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Ini merupakan pegangan yang harus selalu
dipakai sebagai dasar dan selalu menjiwai tingkah laku dan hubungan ekonomi para
pelaku ekonomi. Ini berarti bahwa, baik sektor pemerintah, sektor swasta maupun sektor
koperasi sendiri, harus selalu menggunakan asas tersebut dalam menjalankan usahanya.
Apabila k.ita ingin menjadi bangsa Indonesia seutuhnya, sudah sepantasnya dalam
kondisi waras dan tidak ada paksaan menundukkan diri kepada kesepakatan para pendiri
bangsa Indonesia. Kehidupan bangsa Indonesia terkenal dengan budaya, adat istiadatnya,
dengan keragaman itu, seharusnya bangsa Indonesia harus lebih maju ketimbang bangsa
lain di dunia. Namun setelah k.ita amati bahwa Pancasila sudah menjadi sosok yang asing
di negerinya sendiri karena ketidakpedulian dan sikap tidak mau menghargai sejarah
bangsa Indonesia. Bunga Karno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang
tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri”. Bangsa yang besar ialah bangsa yang
menghargai sejarahnya dan menjadikan cermin guna membangun kehidupan yang lebih
baik sesuai dengan falsafah Negara Republik Indonesia. Di samping itu, dengan
berkembangnya zaman, maka sudah seharusnya Negara Republik Indonesia menjaga
dirinya dari ancaman pelemahan budaya Indonesia. Kita menganggap bahwa Negara
Republik Indonesia adalah negara merdeka dan berdaulat, dalam praktiknya Negara
Republik Indonesia masih di bawah pengaruh kekuasaan asing. Untuk itu, melalui
penulisan ini, Pancasila dijadikan sebagai motor penggerak kehidupan bangsa Indonesia
semoga dapat terwujud dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

Anda mungkin juga menyukai