Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum , baru
menjadi kesepakatan bangsa sejak tahun 1966 dengan ditetapkan TAP MPRS No.XX/MPRS/1966
diantaranya menetapkan.Sumber dari tertib hukum sesuatu Negara atau biasa dinyatakan sebagai
“sumber dari segala sumber hukum” adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat Negara yang bersangkutan.
Sumber dari tertib hukum RI adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
suasana kejiwaaan serta watak dari bangsa Indonesia, ialah cita-cita mengenai kemerdekaan
individu, kemerdekaan bangsa , peri-kemanusiaan,keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial,
cita-cita politik mengenai sifat bentuk dan tu- juan Negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari Budi Nurani Manusia.
Pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang meliputi suasana
kejiwaan serta watak dari bansa In- donesi. Pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama Rakyat Indonesia, menjadi dasar Negara RI, yakni
pancasila:Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian Yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
Keadilan Sosial .
3) Pancasila sebagai dasar Negara adalah asas dari hukum positif yang berlaku di NKRI,
dengan kata lain merupakan sumber dari segala sumber hukum, sebagaimana ditegaskan dalam UU
No 10 tahun 2004, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian segala
peraturan perundang-undangan Yang berlaku di NKRI harus berdasar pada Pancasila yang bersifat
final dan mengikat.
4) Pancasila sebagai dasar Negara menjiwai UUD 1945 dalam mengatur penyelenggaraan
Negara serta menata kehidupan warga Negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setiap Negara-bangsa selalu menerapkan dasar Negara bagi Negara-bangsa. Berikut dikutip pidato
Bang Karno di depan Dokuritzu Zyum- bi Tyoosakai sebagaimana dalam Lahirnya Pancasila sebagai
berikut:
Kita melihat dalam dunia ini bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan banyak di antara negeri-
negeri yang merdeka itu berdiri diatas suatu “Weltanschauung”
Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetap- kan Pancasila sebagai
“Wiltanschauung” atau dasar Negara bagi Negara bangsanya. Hal ini terbukti bahwa sejak saat itu
sila- sila yang terkand- ung dalam Pancasila selalu tercantum dalam Pembukaan atau Mukadimah
UUD yang berlaku di Negara RI.
1) Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia, menjadi common denominator atau
degrootstc gemene dan de kleinste gemene veelvoud dari adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia.
Prinsip dan nilai Pancasila telah ditetapkan dalam kehidupan keseharian tanpa disadarinya.
2) Pancasila memiliki potensi menampung kondisi dan sifat pluralis- tic bangsa. Bagi bangsa
Indonesia yang majemuk hanya pancasila yang mampu mengikat unsure-unsur bangsa menjadi
Negara Kesatuan.
3) Pancasila menjamin kebebasan warga Negara untuk beribadah menurut agama. dan
keyakinannya.
6) Pancasila memberikan jaminan terselenggaranya demokrasi dan hak asasi manusia sesuai
dengan adat dan budaya bangsa.
C. PERAN DAN FUNGSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
1) Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/ 1998, Pasal 1 menetapkan: Pancasila sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah dasar Negara Kesatuan RI harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara”
a) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai kewajiban memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD Negara RI th 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara RI (pasal 27)
Nilai yang hendak diwujudkan (diimplementasikan) dapat dilaksanakan sesuai dengan pola pikir
Pancasila. Paham nasionalisme harus mewarnai peraturan perundang-undangan sesuai dengan cita-
cita dalam Pembukaan UUD 1945.
Hasil peraturan perundangan harus sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga dapat diterapkan
secara kontektual dan actual.
Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Daeah adalah memberikan otonomi kepada
daerah dengan otonomi yang seluas-luasnya. Dengan memberikan akpmodasi terhadap kearifan lokal
(local wisdom). Daerah memiliki hak untuk bebas dalam mengembangkan daerahnya. Rambu-rambu
pada otonomi daerah adalah apabila produk hukum (perda) bertentangan dengan dasar Negara
Pancasila maka perda itu harus dicabut dan diubah serta disesuaikan dengan dasar Negara Pancasila.
Faktor yang mempengaruhi:
1) Masih adanya Pihak-pihak yang belum ikhlas atau belum memahami Pancasila. Atau
mengganti asas Pancasila dengan asas lainnya.
3) Masih kurang dipahaminya atau diabaikannya Undang-undang No 10 Tahun 2004, terlihat masih
ada kerancuan dalam penyusunaan peraturan perundang-undangan oleh anggota legislatif
4) Masih adanya kesalahan dalam memaknai kearifan local atau local wisdom di daerah, sehingga ada
perda yang terkesan eksklusivisme daerah.