BAB VIII
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan oleh Soekarno - Hatta atas nama
bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, merupakan puncak proses sejarah
perjuangan untuk mencapai kemerdekaannya. Semangat untuk mencapai kemerdekaan itu
didorong oleh amanat penderitaan rakyat yang dijiwai oleh Pancasila. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, mengandung 2 (dua) aspek, yaitu:
a. Dari sudut ilmu hukum, proklamasi itu telah menghapuskan tata hukum kolonial dan
menggatinya dengan tata hukum nasional Indonesia.
b. Dari sudut politis-ideologis, proklamasi itu berarti bahwa bangsa Indonesia telah
berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
Untuk mewujudkan cita-cita proklamasi itu, pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD Negara Republik Indonesia,
yang kemudian dikenal dengan sebulan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Di dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dapat diketahui
alasan-alasan dan tujuan bangsa Indonesia mendirikan suatu negara merdeka. Tujuan itu
ialah:
1
Apabila menyebut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dimaksud
adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari:
a. Pembukaan
b. Batang tubuh, yang terdiri dari 16 bab, berisi 37 pasal, aturan peralihan yang terdiri
atas 4 pasal, dan aturan tambahan yang terdiri atas 2 ayat.
c. Penjelasan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (setelah di adakan amandemen tahun
1999, tahun 2000, tahun 2001, tahun 2002) dan perubahannya pertama, kedua, ketiga, dan
keempat, yang dimaksud adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari:
a. Pembukaan (Preambule)
b. Batang tubuh yang terdiri 16 bab, berisi 37 pasal, aturan peralihan yang terdiri atas 3
pasal dan aturan tambahan terdiri atas 2 pasal.
c. Struktur ketatanegaraan setelah perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Terdiri:
UUD
MA = Mahkamah Agung
KY = Komisi Konstitusi
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu bersifat singkat, hanya memuat 37
pasal, aturan peralihan 3 pasal dan aturan tambahan 2 pasal.
2. Hubungan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4, terdapat
kalimat sebagai berikut:
2
“... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia,
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta
dengan mewujud-kan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Dari kalimat tersebut jelaslah bahwa Pancasila adalah dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut pula “Dasar Falsafah Negara” atau
“Ideologi Bangsa dan Negara”, atau “Pandangan Hidup Bangsa”.
Sebagai dasar falsafah negara, Pancasila tidak hanya menjadi sumber tertib negara,
dasar tertib negara, tetapi juga menjadi sumber tertinggi tertib hukum, yang harus mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 10 tahun 2004, tanggal 22 Juni 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan, menetapkan ketentuan-ketentuan antara lain
sebagai berikut:
3
13. Materi muatan peraturan perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam
peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi dan hierarki peraturan
perundang-undangan.
Bahwasanya UUD bagi suatu negara hanya merupakan sebagian dari hukum dasar
negara tersebut. UUD ialah hukum dasar yang tertulis, di sampingnya berlaku pula hukum
dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara, yaitu aturan-aturan seperti itu umumya disebut “konvensi”.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis, hal ini
berarti bahwa sebagai hukum, maka:
“Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, merupakan pokok kaidah
negara yang fundamental (staats fundamental norm) dan mempunyai kedudukan tetap
terlekat pada kelangsungan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus1945, atau dengan perkataan lain Pembukaan UUD Negara
Republik Indoneisa Tahun 1945 dengan jalan hukum tidak dapat diubah”.
Pokok kaidah negara yang fundamental itu, menurut pengertian ilmiah mengandung 2
(dua) unsur mutlak, yaitu:
4
a. Dalam hal sejarah, terjadinya ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam
suatu bentuk pernyataan lahir (ijab kabul) sebagai penjelmaan kehendak pembentuk
negara.
b. Dalam hal isinya, memuat dasar-dasar negara (asas kerohanian, asas politik, dan
tujuan negara) serta memuat ketentuan diadakannya UUD. (merupakan sumber
hukum dari pada UUD).
Dalam hal ini Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memenuhi
syarat mutlak tersebut, yaitu:
a. Menurut sejarah terjadinya, pembukaan ditentukan oleh pembentuk negara yaitu oleh
PPKI yang merupakan wakil-wakil bangsa Indonesia yang berjuang menegakkan
kemerdekaan dan yang cukup mempunyai sifat representatif.
b. Isi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memuat asas
kerokhanian yaitu Pancasila, asas politik negara yaitu Negara Republik yang
berkedaulatan rakyat dan tujuan negara. Pembukaan pun memuat ketentuan
diadakannya UUD.
Memorandum DPR-GR tanggal 9 Juni 1966 yang telah ditetapkan oleh MPRS
sebagai ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, jo ketetapan MPR No. V/MPR/ 1973 dan jo
ketetapan MPR No. IX/MPR/1978, menyatakan mengenai kedudukan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut:
Berdasarkan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966, jo Tap MPR No. V/MPR/1973, jo Tap
MPR No. IX/MPR/1978 ini, jelas bahwa:
5
hasil pemilihan umum, karena mengubah isi pembukaan berarti pembubar-an negara
Republik Indonesia.
d. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan dasar dan
sumber hukum dari batang tubuhnya.
Dalam hal ini apakah MPR itu identik dengan rakyat dalam arti merupakan bentuk
“reinkarnasi rakyat atau hanya sekedar sebagai lembaga perwakilan. Sedangkan jikalau
“penjelmaan rakyat” ditafsirkan hanya sebagai “lembaga perwakilan”, maka dalam
melaksanakan seluruh aktifitasnya MPR harus tetap melaksanakan pertanggung jawaban
kepada rakyat yang diwakili. Bahkan ada kemungkinan apa yang menjadi kehendak rakyat
berbeda dengan apa yang menjadi kehendak MPR.
Dalam praktik penyelenggaraan negara, nampak jelas sekali kedua penafsiran tersebut
di atas lebih ke arah penegasan bahwa MPR sebagai “penjelmaan rakyat” itu hanya sebatas
pada fungsinya sebagai “lembaga perwakilan”.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya Tap MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum
dan UU No. 5 tahun 1985 tentang Referendum. Menurut kedua peraturan perundang-
undangan tersebut, jika MPR berkehendak untuk mengubah UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, maka MPR akan memerintahkan Presiden sebagai Mandataris MPR untuk
mengadakan referendum, yakni meminta pendapat rakyat secara langsung tentang setuju
tidaknya terhadap kehendak MPR untuk mengubah UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Isi dan makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang terdiri yaitu:
a. Alinea Pertama:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan”.
Hal ini berarti, bahwa:
(1) Bangsa Indonesia berpendirian anti penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan
peri keadilan dan peri kemanusiaan.
(2) Bangsa Indonesia berpendirian, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
(3) Bangsa Indonesia bertekat untuk merdeka (subyektif).
(4) Bangsa Indonesia bertekat akan berjuang menentang setiap bentuk penjajahan dan
mendukung kemerdekaan setiap bangsa (obyektif)
b. Alinea Kedua:
“Dan perjuanagan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur”.
6
Hal ini berarti, bahwa:
(1) Bangsa Indonesia menghargai atas perjuangan bangsanya.
(2) Bangsa Indonesia memiliki ketajaman penilaian, bahwa:
(a) Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan.
(b) Momentum yang tepat itu harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
(c) Kemerdekaan tersebut harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
c. Alinea Ketiga:
“Atas berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Hal ini berarti, bahwa:
(1) Pengukuhan atas proklamasi kemerdekaan.
(2) Motivasi spritual yang luhur, pernyataan kemerdekaan itu diberkati oleh Alloh Yang
Maha Kuasa.
(3) Ketakwaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan atas berkat
Ridhonyalah bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangannya mencapai kemerdekaan.
d. Alinea Keempat:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
UUD Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indoneisa yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyataan
Yang Di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
serta mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Hal ini berarti, bahwa:
(1) Tujuan bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan itu ialah:
a) Melindungi bangsa dan tanah air Indonesia
b) Memajukan kesejahteraan umum
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
(2) Prinsip dasar untuk mencapai tujuan itu ialah dengan menyusun kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasar kepada Pancasila.
7
6. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Didalam penjelasan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung 4 (empat) buah
pokok pikiran, yaitu:
8
B. Hubgungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. (Tertuang di dalam Penjelasan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945)
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai fungsi dan
hubungan langsung dengan batang tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechts staat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machts staat) Negara hukum ialah negara yang bekerja berdasarkan
ketentuan dasar, berdasarkan UUD, dan berdasarkan tata tertib hukum yang sesuai
dengan pendapat, kehendak, dan kepentingan umum. Dalam melaksanakan tindakan-
tindakannya negara harus dilandasi oleh hukum atau harus dipertanggung jawabkan
9
secara hukum. Tekanan hukum disini dihadapkan sebagai lawan dari kekuasaan
(macht).
Kedua kepentingan (landasan) itu harus diusahakan agar dapat dipenuhi. Adapun persyaratan
yang harus dipenuhi sebagai negara hukum ialah:
2. Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan atas konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan ketegasan bahwa cara
pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan
sendirinya juga oleh ketentuan-ketentuan dan hukum lain yang merupakan produk
konstitusional, seperti GBHN, UU, dan sebagainya.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR (die gezamte staats gewalt liegt
allein bei der majelis)
Kedaulatan rakyat dipegang MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, MPR mempunyai tugas dan wewenang yang
sangat menentukan jalannya negara dan bangsa, yaitu berupa:
a. Menetapkan UUD.
b. Menetapkan GBHN.
c. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
d. Dan sebagainya.
10
5. Menurut sistem pemerintahan Indonesia, Presiden tidak bertanggung jawab kepada
DPR. Namun Presiden harus bekerja sama dengan DPR, karena dalam hal pembuatan
UU dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Presiden
harus mendapatkan persetujuan dari DPR.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR, namun DPR pun tidak dapat menjatuhkan
Presiden, karena Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri negara, adalah
sepenuhnya wewenang Presiden. Menteri-menteri tersebut tidak bertanggung jawab
kepada DPR, tetapi kepada Presiden. Status mereka adalah sebagai pembantu
Presiden. Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa menteri-menteri negara itu
pegawai tinggi biasa, oleh karena dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-
menteri inilah yang pada kenyataannya menjalankan kekuasaan pemerintahan di
bidang masing-masing. Inilah yang disebut sistem kabinet Presidensiil.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Di atas telah dikemukakan bahwa
Presiden bertanggung jawab kepada MPR. Kecuali itu ia pun harus memperhatikan
sungguh-sungguh suara DPR. Jelas bahwa Presiden bukan diktator dan tidak bersifat
absolut. Sesuai dengan sistem ini, maka kedudukan dan peranan DPR adalah kuat
bukan saja ia, tidak dapat dibubarkan oleh Presiden, dan juga bukan saja ia memegang
wewenang memberikan persetujuan kepada Presiden dalam membentuk UU dan
menetapkan APBN, tetapi DPR adalah juga badan yang memegang pengawasan yang
efektif terhadap pemerintah.
Jadi sesuai dengan sistem ini, maka kebijaksanaan atau tindakan Presiden dibatasi
pula oleh adanya pengawasan yang efektif oleh DPR. Sistem atau mekanisme ini merupakan
sarana preventif untuk mencegah pemerosotan sistem konstitusional menjadi absolutisme.
11
Sistem “kekuasaan Presiden tidak tak terbatas” itu ditujukan pula dengan adanya
fungsi dan peranan menteri negara sebagai pembantu Presiden yang cukup besar. Di
bidangnya, menteri dianggap mengetahui seluk-beluk masalah yang dihadapinya, sehingga
“menteri mempunyai pengaruh besar terhadap Presiden dalam menentukan politik negara
yang mengenai departemen-nya”.
Dengan sistem ini, yang ingin ditonjolkan ialah bahwa menteri itu adalah juga
pemimpin negara, yang membantu Presiden agar dalam penyelenggaraan kekuasaan
pemerintah itu tetap dipegang teguh sistem pemerintahan sesuai dengan UUD negara hukum,
sistem konstitusional, sehingga dapat dicegah agar jalannya pemerintahan negara yang
terletak pada satu orang, yaitu Presiden tidak cenderung menjurus ke absolutisme.
Dalam sistem ini, sekaligus juga ingin ditekankan perlunya daya guna dan hasil guna
kerja pemerintah dengan menyatakan dalam penjelasan sebagai berikut:
Dalam kerangka inilah sistem pemerintahan negara Indonesia memiliki kabinet presidensiil.
Di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan adanya 6 (enam)
lembaga negara, yaitu:
Pasal 26 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan penjelasannya
menyatakan bahwa yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda, peranakan Tionghoa, peranakan Arab,
12
yang bertempat tinggal di Indonesia, mengaku Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap
setia kepada negara Republik Indonesia yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
Negara Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan. Ini sebagai konsekuensi prinsip
kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan.
Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum
dan pemerintahan, dan berkewajiban menjunjung hukum dan pemerintah dengan tidak ada
kecualinya. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan tidak
ada diskriminasi diantara warga negara baik mengenai haknya maupun mengenai
kewajibannya.
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
penghidupan yang layak, bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan.
Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduuk untuk berserikat dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya yang akan diatur dengan UU.
Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia adalah bersifat demokratis.
Pasal 29 ayat (1) menyatakan “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”
selanjutnya penjelasan menyatakan “ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.
Kebebasan agama adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-
hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat
manusia, sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian negara
atau bukan pemberian golongan.
13
1. Pasal 30 ayat (1) menyatakan “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
2. Pasal 30 ayat (2) menyatakan “usaha pertahanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung”.
3. Pasal 30 ayat (3) menyatakan “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas AD, AL, dan
AU sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara”.
4. Pasal 30 ayat (4), menyatakan “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”.
5. Pasal 30 ayat (5) menyatakan “Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat- syarat
keikut sertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-
hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan di atur dengan UU”.
Sesuai tujuan Negara Republik Indonesia yang tercermin dalam alinea keempat
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa pemerintah negara
Republik Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, maka:
Pasal 31 ayat (1), menetapkan “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
Pasal 31 ayat (2), menyatakan “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
Pasal 32 ayat (2) menyatakan “negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional”.
14
Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat manusia bangsa Indonesia.
I. Kesejahteraan Sosial
Pasal 33 ayat (1) menegaskan “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas kekeluargaan”. Penjelasan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
tentang demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Karena itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ini merupakan pasal yang penting dan esensial, karena pasal ini menyangkut
pelaksanaan daripada demokrasi ekonomi dan keadilan sosial. Semangat mewujudkan
keadilan sosial terpancar pula dalam pasal berikutnya yaitu pasal 34 yang mengatur bahwa
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
15