Anda di halaman 1dari 4

1.

Teori penyeludupan hukum

Menurut pemahaman penulis, apapun yang berhubungan dan berkaitan dengan penyeludupan
hukum tersebut dan terjadi di kebanyakan masyarakat sejauh ini tidak dapat dibenarkan oleh
sistem hukum Indonesia karena tentunya sudah menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum
Indonesia. Akan tetapi pengakuan hukum dari birokrasi di Indonesia masih kurang jeli dalam
melihat kasus-kasus ini sehingga teori penyeludupan hukum tersebut masih banyak digunakan.
Apabila hal tersebut masih terus dilakukan maka masyarakat Indonesia akan terus berusaha
untuk melakukan penyeludpuan hukum tersebut karena tida adanya aturan yang jelas ataupun
ketegasan dari para dinas terkait akan kasus tersebut.

4. Perbedaan Pilihan Hukum HATAH INTERN DAN EKSTERN

HUKUM INTERN

Dalam hal ini peraturan dan keputusan hukum menunjukkan stetsel hukum mana yang berlaku.
dijelaskan mengenai kesesuaian hubungan dan peristiawa-peristiwa antara warga negara dalam
suatu negara untuk memperlihatkan titik nilai pertaliannya dengan stetsel dan kaidah hukum
tertentu. Terbagi menjadi 4 lingkungan kekuasaan : 1. Lingkungan kekuasaan waktu. 2.
Lingjungan kekuasaan ruang/ tempat. 3. Lingkungan kekuasaan pribadi atau orang. 4.
Lingkungan kekuasaan soal/permasalahan.

Contoh kasus Hukum Intern : telah tertuang pada UU pernikahan campuran pasal 6 ayat 1 bahwa
ketentuan hukum suami apabila menikah dengan warga neara Indonesia maka anaknya termasuk
warga negara asing.

HUKUM EKSTERN HPI

Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stetsel hukum mana yang
berlaku atau apa yang merupakan hukum jika hubungan dan peristiwa antar negara pada waktu
tertentu memperlihatkan titil pertaliannya dengan stetsel dan kaidah hukum dari 2 negara atau
lebih yang berbeda dari lingkungan kuasa tempat dengan kepribadian dan soal.

Contoh kasus Hukum Ekstern :

 Seorang laki2 (lampung) menikah dengan perempuan sunda, ini bukan merupakan
masalah HPI dan yang merupakan masalah hukum antar tempat jika terjadi.
 Antara Negara satu dengan Negara lain ini sudah menjadi persoalan Hukum Extern HPI.
EX  : Laki2 Indonesia kawin dengan perempuan Jerman.

5. pentingnya lembaga pilihan hukum

Pilihan hukum merupakan salah satu ajaran tersendiri di bidang teori umum HPI yang tentunya
memerlulan lembaga didalamnya karena menyinggung salah satu dari pokok persoalan utama
dari seluruh hukum perdata yang berada pada ranah internasional sehingga didalamnya terdapat
kehendak manusia yang didalam HPI tersebut juga terdapat unsur-unsur falsafa hukum dan
mengandubg beragam segisegi teori hukum praktek dan politik hukum itu sendiri.

8. a. kasus Monita dan Heng Chen sebagai bentuk dari pernikahan beda negara

Ini merupakan bentuk dari contoh kasus HPI. Hal tersebut disebabkan karena memang
memenuhi salah satu unsur HPI yaitu (Orangnya Yang Asing) Jadi didalam setiap negara
terdapat 2 kelompok hukum, yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Kelompok hukum yang berisi ketentuan-ketentuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan


nteren dalam arti semua unusur-unsur nya terdiri dari unsur2 interen
2. Kelompok hukum yang berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur & menyelesaikan
masalah-masalah yang mengandung unsure asing yang menetapkan hukum mana yang berlaku
terhadap hubungan-hubungan hukum yang tidak termasuk kelompok pertama ( inilah yang
disebut HPI )

b. penggantian status hukum saudara Monita

Dalam hal ini lex origin dari Monita sendiri tidak berubah, sebab tempat dilangsungkannya
pernikahan berada di Indonesia. namun akibat pernikahan tersebut menyebabkan perlunya
diterapkan titik pertalian atau Point of Contract karena mempertalikan fakta-falta dan keadaan-
keadaan atau peristiwa dnegan sistem tertentu. Terlebih dengan posisi paska menikah adalah
tetap bermukim di Jawa Tengah.

10. pidato prof Sudargo

Tanggung jawab besar yang diemban oleh seorang Guru Besar adalah memajukan ilmu
pengetahuan yang dipercayakan kepadanya dan memberikan manfaat ilmu tersebut bagi
masyarakat. Melalui pidato pengukuhan yang diucapkan secara terbuka, seorang Guru Besar
mengucapkanjanji bahwa ia, antara lain, akan memenuhi tanggung jawabnya secara baik.
Pemenuhan janji ini dapat ditagih secara terbuka.' Sebagai seorang Guru Besar, Prof. Gautama
telah menunaikan jaJ~inya secara bertanggungjawab.

Judul dari pidato pengukuhannya merupakan suatu bukti awal bahwa beliau kemudian
mengembangkan ilmu pengetahllan yang dipercayakan kepadanya, yakni Hukum Perselisihan
(Conjlictenrecht) atau Hukum Kollisie (Collisierecht), yang j uga dikenal sebagai Hu kum
Perdata InternasionallHPl (international privatrecht), yang mencakup hukum antargolongan atau
intergentil (intergentilrecht).

Sebagai pengenlban ilmu tersebut, Prof. Gautama mengusulkan perubahan nama bagi Hukum
Perselisihan menjadi I-lukum Antar Tata Hukum (HA TAH) Ekstern dan HA TAH Intern, yang
di dalamnya mencakup Hukum Antargolongan, Hukum Antartempat, dan Hukum Antarwaktu,
untuk menggambarkan dengan tepat permasalahan hukum yang dibahas dalam cabang ilmu
tersebut Selanjutnya beliau menuliskan buku "Hukum Antar Golongan: Suatu Pengantar" untuk
mata ku liah HA TAH (I ntern).

Menurut penulis beberapa ungkapan pidatinya masih sangat relevan. Terlebih Di bidang HPI, isu
hukum krusial dari nasionalisasi tersebut adalah ketertiban umum (ordre public) dan doktrin
tindakan negara (act of state doctrine).

DAFTAR PUSTAKA

Imam Santoso, R. Siamet. "Guru Besar dan Pidato Pengukuhan" dalam

M. Enoch Markum (Ed), Pendidikan Tinggi da/am PerspektifSejarah dan Perkembangannya di


Indonesia, Jakarta: UI Press 2007, hal. 81-87.

Gautama, Sudargo. "Prof. Djokosoetono dan Hukum Antar Tata Hukum" dalam Guru Pinandita:

Lokakarya Hukum Perdata Internasional, Jakarta: BPHN, 1984. "Putusan Terakhir Pusat
Arbitrase Mengenai Perkara Hotel Kartika Plaza" dalamP

rof. Mr. Dr. Sudargo Gautama Arbitrase Bank Dunia tentang Penanaman Modal Asing di
Indonesia dan Jurisprudensi Indonesia dalam Perkara Hukum Perdata, Bandung:
Alumni, 1994. Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi PerusahaanPerusahaan
Milik Belanda di Indonesia, Lembaran Negara No. 162 Tahun 1958.Prof Djokosoetono, SH,
Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas indonesia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai