Oleh:
Tim Pengajar Mata Kuliah
Hukum Tata Negara Fak Hukum
UNTAN
Istilah dan Pengertian HTN
Apa Istilah HTN ?
• Mengapa diantara para ahli dan penstudi HTN dapat dikatakan tidak terdapat
rumusan yang sama tentang definisi HTN ?
• Terjadi karena selain perbedaan pandangan diantara para ahli hukum juga
dipengaruhi oleh sistem hukum pada negara yang menjadi objek kajian.
Misalnya; Anglo Saxon tradisi common law dan/atau Eropah Konstinental tradisi
civil law, sehingga membentuk paradigma hukum tersendiri.
• Hal lain begitu kuatnya paham positivisme hukum, yang memandang hukum
sama dengan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan negara atau
hukum tertulis.
Pandangan para ahli HTN
1. A. V Dicey
HTN sebagai hukum yang menunjukkan segala peraturan yang berisi secara
langsung atau tidak langsung tentang pembagian kekuasaan dan pelaksanaan
yang tertinggi dalam suatu negara (A.V Dicey, An Introduction to the Study of the
Law of Constitution, Macmillan London, 1968, hal 23)
2. Cornelis Van Vollen Hoven
HTN mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum
bawahan menurut tingkatannya. Masing-masing tingkat tersebut menentukan
wilayah lingkungan rakyat kemudian menentukan badan-badan dan fungsinya
masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta
susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut.
Pandangan para ahli HTN
3. Van Apeldoorn
HTN dalam arti luas juga mengenai hukum tata usaha negara. HTN
dalam arti sempit menunjukkan orang yang memegang kekuasaan
pemerintah dan batas-batas kekuasaan.
Untuk membedakannya dengan hukum tata usaha negara, HTN juga
disebut hukum Konstitusional atau Droit Constitutionalle karena ia
menyinggung undang-undang dasar atau tata negara
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (teori) Pradnya Paramita
Jakarta, 1968, hal 240.
Pandangan para ahli HTN
4. J. A logeman
• HTN adalah hukum mengatur organisasi negara. Negara merupakan organisasi terdiri dari
fungsi-fungsi dalam hubungan satu dengan yang lainnya, maka dalam arti yuridis negara
merupakan organisasi jabatan-jabatan.
• HTN mempelajari:
a. Pembentukan jabatan dalam suatu negara atau dalam susunan ketatanegaraan tertentu.
b. Pengangkatan pemangku jabatan atau orang yang mengadakan jabatan itu.
c. Kewajiban dan lingkup tugas para pejabat.
d. Wewenang hukumnya.
e. Bagaimana hubungan kekuasaan antar pejabat tersebut.
f. Batas-batas apakah organisasi negara dan bagian bagiannya menjalankan tugas
kewajibannya. (Soembodo Tikok, Hukum Tata Negara, Eresco, Bandung, 1988, hal 34)
Pandangan para ahli HTN
5. Wolhoff
• HTN sebagai hukum negara (staatsrecht), sebagai hukum melingkupi norma-
norma hukum yang mengatur bentuk negara, organisasi pemerintahan, susunan
dan hak kewajiban organ-organ pemerintahan, dan cara-cara menjalankan hak
kewajibannya.
• Hukum Tata Negara dibagi atas:
a. Hukum Tata Negara (Staatsrechts), yaitu norma-norma yang mengatur bentuk dan
organisasi pemerintahan, susunan dan hak kewajiban organisasi pemerintahan, dan.
b. Hukum Tata Usaha Negara (Administrative recht), yaitu norma-norma hukum
yang mengatur cara-cara menjalankan hak & kewajiban tersebut.
(G.J Wolhoff, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia (terjemahan) Timun
Emas, Jakarta, 1960, hal 9-10)
Pandangan para ahli HTN
6. Kusumadi Pudjosewojo
HTN adalah hukum yang mengatur bentuk negara dan bentuk pemerintahan, yang
menunjuk masyarakat hukum yang atasan dan bawahan, beserta tingkatannya yang
selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat
hukum itu, dan akhirnya menunjukkan alat-alat kelengkapan yang memegang kekuasaan
penguasa dari masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan
dari antara alat perlengkapan itu.
HTN
Hal-hal fundamental, asas-asas dari
bangunan Negara.
Prins
HAN
Aturan-aturan teknis
TIDAK ADA PERBEDAAN
Constituer Perancis
Constitution Inggris
Pembentukan
Grondwet Belanda
Verfassung Jerman
2. Konsep Konstitusi
• J.G. Steenbeek;
Pada umumnya suatu konstitusi berisi tiga hal pokok :
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga
negaranya.
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat fundamental
3. Materi Muatan/Substansi Konstitusi
• Miriam Budiardjo;
Setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan mengenai :
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif, dsb
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah UUD
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
UUD
3. Materi Muatan/Substansi Konstitusi
• Sri Soemantri;
Materi muatan konstitusi:
1. Jaminan terhadap HAM dan warga negaranya.
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
3. Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamntal.
4. Nilai Konstitusi
• Karl Loewenstein;
1. Nilai Normatif
• Konstitusi diterima oleh segenap rakyat secara murni & konsekuen
2. Nilai Nominal
• Konstitusi dalam kenyataan ada pasal yang tidak berlaku lagi
3. Nilai Semantik
• Konstitusi hanya sekedar istilah saja meskipun secara hukum tetap
berlaku, sebagai alat penguasa.
5. Sifat Konstitusi
Sifat Konstitusi
Secara filosofis, konstitusi suatu negara dalam jangka waktu tertentu harus
diubah.
Hal ini disebabkan perubahan kehidupan manusia, baik perubahan internal
masyarakat maupun kehidupan eksternal (luar) masyarakat berubah.
Konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara harus senantiasa
menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Amandemen UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaharui
konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokrasi
Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita
diharapkan semakin baik dan lengkap menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan
Amandemen
Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia adalah dilaksanakan menurut
negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)]
NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**]
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yg bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan UU. [Pasal 18B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
NKRI, yang diatur dalam undang-undang[Pasal 18B (2)**]
NKRI adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. (Pasal 25A**)
Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan. [Pasal 37 (5)****]
MONARKI (KERAJAAN)
BENTUK
NEGARA
REPUBLIK
KEPALA NEGARA (KN) : MELALUI GARIS
KETURUNAN / HUBUNGAN DARAH
MONARKI
SEBUTAN KN : BERMACAM-MACAM ISTILAH
/KERAJAAN
MEKANISME PERGANTIAN KN : BERBAGAI
MACAM CARA SESUAI KONSTITUSI
PRAKTIK BENTUK MONARKI DI BEBERAPA NEGARA
NEGARA SEBUTAN SISTEM PERGANTIAN KN
ANAK TERTUA RAJA/ RATU BAIK
INGGRIS DAN BELANDA RAJA / RATU LAKI-LAKI/ PEREMPUAN
BENTUK SUSUNAN
ORGANISASI
NEGARA NEGARA /
KESATUAN FEDERASI
(UNITARY STATE) (SERIKAT)
NEGARA BERSUSUN TUNGGAL / TIDAK ADA NEGARA
DALAM NEGARA.