Anda di halaman 1dari 101

HUKUM TATA NEGARA

(ILMU HUKUM TATA NEGARA INDONESIA)

Oleh:
Tim Pengajar Mata Kuliah
Hukum Tata Negara Fak Hukum
UNTAN
Istilah dan Pengertian HTN
Apa Istilah HTN ?

• Staatsrecht (Belanda) x Administratieverecht


• Constitutional Law (Inggris) x Administrative Law
• Droit Constitutionnel (Perancis) x Droit Administrative
• Verfassungsrecht (Jerman) x Verwaltungsrecht
• Hukum Tata Negara (Indonesia), sedangkan ilmu yang mempelajari
disebut Ilmu Hukum Tata Negara.
• Verfassungslehre / Theorie der Verfassung (Prof. Mr. Djokosoetono)
Istilah Staatsrecht (Bld), ada 2 makna

1. Staatrecht in engere zin adalah HTN dalam arti sempit,


yakni HTN suatu negara tertentu yang berlaku pada
waktu tertentu atau hukum tata negara positif dari
suatu negara tertentu.

2. Staatrecht in ruimenre zin adalah HTN dalam arti luas


mencakup HTN dalam arti sempit + HAN.
Di Inggris

• Istilah Constitional Law mempunyai makna yang sama dengan


hukum tata negara.
• Alasan penggunaan istilah Constitutional Law bahwa dalam HTN
unsur konstitusi lebih menonjol, selain itu terdapat istilah State
Law yang didasarkan atas pemikiran bahwa hukum tata negaranya
yang lebih penting.
Metode penulisan ‘tata negara’
• Jimly Assihiddqie; “Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi”, dua cara; Tata Negara (dua kata) & Tatanegara (satu
kata).
• Wirjono Projodikoro; “Azas-azas Hukum Tata Negara Di Indonesia”
(1971), & Sri Soemantri; “Perbandingan Hukum Tata Negara” (1976)
menggunakan istilah Tatanegara.
• M Solly Lubis; “Azas-azas Hukum Tata Negara” (1978),
menggunakan dua kata Tata Negara yang terpisah.
• Mengapa terjadi demikian karena dipengaruhi pola pikir bahasa belanda.
Bagaimana pengertian HTN ?
Pengertian HTN menurut para sarjana

• Mengapa diantara para ahli dan penstudi HTN dapat dikatakan tidak terdapat
rumusan yang sama tentang definisi HTN ?
• Terjadi karena selain perbedaan pandangan diantara para ahli hukum juga
dipengaruhi oleh sistem hukum pada negara yang menjadi objek kajian.
Misalnya; Anglo Saxon tradisi common law dan/atau Eropah Konstinental tradisi
civil law, sehingga membentuk paradigma hukum tersendiri.
• Hal lain begitu kuatnya paham positivisme hukum, yang memandang hukum
sama dengan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan negara atau
hukum tertulis.
Pandangan para ahli HTN
1. A. V Dicey
HTN sebagai hukum yang menunjukkan segala peraturan yang berisi secara
langsung atau tidak langsung tentang pembagian kekuasaan dan pelaksanaan
yang tertinggi dalam suatu negara (A.V Dicey, An Introduction to the Study of the
Law of Constitution, Macmillan London, 1968, hal 23)
2. Cornelis Van Vollen Hoven
HTN mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum
bawahan menurut tingkatannya. Masing-masing tingkat tersebut menentukan
wilayah lingkungan rakyat kemudian menentukan badan-badan dan fungsinya
masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta
susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut.
Pandangan para ahli HTN
3. Van Apeldoorn
HTN dalam arti luas juga mengenai hukum tata usaha negara. HTN
dalam arti sempit menunjukkan orang yang memegang kekuasaan
pemerintah dan batas-batas kekuasaan.
Untuk membedakannya dengan hukum tata usaha negara, HTN juga
disebut hukum Konstitusional atau Droit Constitutionalle karena ia
menyinggung undang-undang dasar atau tata negara
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (teori) Pradnya Paramita
Jakarta, 1968, hal 240.
Pandangan para ahli HTN
4. J. A logeman
• HTN adalah hukum mengatur organisasi negara. Negara merupakan organisasi terdiri dari
fungsi-fungsi dalam hubungan satu dengan yang lainnya, maka dalam arti yuridis negara
merupakan organisasi jabatan-jabatan.
• HTN mempelajari:
a. Pembentukan jabatan dalam suatu negara atau dalam susunan ketatanegaraan tertentu.
b. Pengangkatan pemangku jabatan atau orang yang mengadakan jabatan itu.
c. Kewajiban dan lingkup tugas para pejabat.
d. Wewenang hukumnya.
e. Bagaimana hubungan kekuasaan antar pejabat tersebut.
f. Batas-batas apakah organisasi negara dan bagian bagiannya menjalankan tugas
kewajibannya. (Soembodo Tikok, Hukum Tata Negara, Eresco, Bandung, 1988, hal 34)
Pandangan para ahli HTN
5. Wolhoff
• HTN sebagai hukum negara (staatsrecht), sebagai hukum melingkupi norma-
norma hukum yang mengatur bentuk negara, organisasi pemerintahan, susunan
dan hak kewajiban organ-organ pemerintahan, dan cara-cara menjalankan hak
kewajibannya.
• Hukum Tata Negara dibagi atas:
a. Hukum Tata Negara (Staatsrechts), yaitu norma-norma yang mengatur bentuk dan
organisasi pemerintahan, susunan dan hak kewajiban organisasi pemerintahan, dan.
b. Hukum Tata Usaha Negara (Administrative recht), yaitu norma-norma hukum
yang mengatur cara-cara menjalankan hak & kewajiban tersebut.
(G.J Wolhoff, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia (terjemahan) Timun
Emas, Jakarta, 1960, hal 9-10)
Pandangan para ahli HTN
6. Kusumadi Pudjosewojo

HTN adalah hukum yang mengatur bentuk negara dan bentuk pemerintahan, yang
menunjuk masyarakat hukum yang atasan dan bawahan, beserta tingkatannya yang
selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat
hukum itu, dan akhirnya menunjukkan alat-alat kelengkapan yang memegang kekuasaan
penguasa dari masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan
dari antara alat perlengkapan itu.

(Kusumadi Pudjosojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Djambatan, Jakarta,


1986, hal 86)
Pandangan para ahli HTNDefinisi HTN

7. Muh Kusnardi dan Hermaily Ibrahim:


 HTN sebagai kumpulan peraturan yang mengatur organisasi dari pada
negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal
dan horisontal, serta kedudukan warga negara dan hak asasi.
 Memasukan kedudukan warga negara dalam materi kajian HTN, karena
merupakan salah satu unsur penting bagi berdirinya suatu negara.
 Dalam HTN perlu dibahas tentang asas-asas dan syarat-syarat
kewarganegaraan serta perlindungan yang diberikan, yang lazim disebut
perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia.
Jimly Assiddiqie menyatakan HTN itu haruslah diartikan sebagai hukum
dan kenyataan praktek yang mengatur tentang:

1. Nilai-nilai luhur dan cita-cita kolektif rakyat suatu negara;


2. Format Kelembagaan organisasi negara;
3. Mekanisme hubungan antar lembaga negara; dan
4. Mekanisme hubungan antara lembaga negara dengan warga negara
• Lebih jauh Jimly Assidiqie merumuskan Ilmu Hukum Tata Negara sebagai cabang ilmu
hukum yang mempelajari prinsip-prinsip dan norma-norma hukum yang tertuang secara tertulis
ataupun hidup dalam kenyataan praktek kenegaraan berkenaan (1) konstitusi yang berisi
kesepakatan kolektif suatu komunitas rakyat mengenai cita-cita hidup bersama (2) institusi-
institusi kekuasaan berserta fungsi-fungsinya, (3) mekanisme hubungan antar institusi itu, serta
(4) prinsip-prinsip hubungan antara institusi kekuasaan negara dengan warga negara.
• Pendapat lain salah satunya Abu Daud Busroh dan Abubakar Busroh menyinggung
tentang kekurangan dalam merumuskan hukum tata negara, ia mengatakan,
karena luasnya ruang lingkup hukum tata negara maka dengan
cara bagaimanapun merumuskannya senantiasa masih akan
terdapat kekurangan-kekurangan.
• Malahan diantara sarjana ada yang menganggap tidak perlu memberikan rumusan
atau definisi, karena dengan kata-kata yang singkat justru sukar diperoleh makna
yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan hukum tata negara dan akhirnya
Abu Daud Busroh dan Abubakar Busroh mengatakan hukum tata negara
mengajarkan kepada kita bagaimana suatu negara disusun dan bekerja. Lagi pula
menentukan sejumlah aturan-aturan mengenai tujuan negara dan bagaimana
hubungan dengan masyarakat dimana negara itu berada serta begaimana
hubungannya dengan warga negara. (Abu Daud Busroh dan Abubakar Busroh,
Asas-Asas Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, 1985, hal.17)
PENDAPAT ANDA ?
Apa ya
HTN itu…???
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat diketahui bahwa pada
hakekatnya Hukum Tata Negara :
1. HTN itu adalah ilmu yang termasuk salah satu cabang ilmu hukum, yaitu hukum kenegaraan
yang berada diranah hukum publik;
2. Definisi HTN telah dikembangkan oleh para ahli sehingga tidak hanya, mencakup kajian
mengenai organ-organ negara, fungsi dan mekanisme hubungan antar organ-organ negara
tersebut, tetapi juga mencakup persoalan-persoalan yang terkait dengan mekanisme
hubungan antar organ-organ negara itu dengan warga negara;
3. HTN itu tidak hanya merupakan “Recht” (hukum) apalagi hanya sebagai “Wet” (norma
hukum tertulis), tetapi juga adalah “Lehre” atau Teori, sehingga pengertiannya mencakup apa
yang disebut Vervassungsrecht (Hukum Konstitusi) dan sekaligus Verfassungslehre (Teori
Konstitusi); dan
4. HTN dalam arti luas mencakup baik hukum yang mempelajari negara dalam keadaan diam
(staat in rust) maupun yang mempelajari negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging).
Bagaimana Hubungan HTN dengan ilmu Negara?
Hubungan dengan Ilmu Negara

Ilmu Negara Dasar untuk mempelajari HTN


Sifat : Sifat :
 Teoritis  Penerapan
 Umum  Tertentu
 Abstrak  Nyata
Bagaimana Hubungan HTN dengan HAN
HTN & HAN, ada perbedaan
secara prinsipil.
Tokoh : V. Vollenhoven,
Openheim, Prins
Hubungan HTN
dengan HAN
HTN & HAN, tidak ada
perbedaan secara prinsipil
hanya pertimbangan manfaat.
Tokoh : Kranenburg, Vegting
ADA PERBEDAAN
o HTN; Hukum mengenai susunan dan
kewenangan organ-organ Negara.
o HAN; Hukum yang mengatur hubungan
hukum antara penguasa dan rakyat.

V. Vollenhoven • Organ Negara tanpa HTN, seperti burung


yang lumpuh sayapnya karena tidak
mempunyai kewenangan.
• Organ Negara tanpa HAN, seperti
burung yang bebas terbang karena bebas
tanpa pembatasan.
ADA PERBEDAAN

HTN – Negara dalam keadaan diam


Openheim
HAN – Negara dalam keadaan bergerak
ADA PERBEDAAN

 HTN
Hal-hal fundamental, asas-asas dari
bangunan Negara.
Prins
 HAN
Aturan-aturan teknis
TIDAK ADA PERBEDAAN

Penganut aliran Historis utilitis HTN &


HAN tidak mungkin dibedakan secara
Kranenburg prinsipil karena perbedaannya hanya
didasarkan patas pertimbangan historis
dan utilitis
TIDAK ADA PERBEDAAN

Penganut aliran Relativisme;


Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang
prinsipiil antara HTN & HAN karena
Vegting
keduanya menyelidiki hal yang sama yaitu
Negara hanya cara pendekatannya yang
berbeda
HUBUNGAN HTN – ILMU POLITIK
• Keputusan-keputusan politik banyak berpengaruh pada HTN
• Keputusan-keputusan politik yang diterima rakyat lambat laun
menjadi kebiasaan berangsur-angsur akan menjadi bagian dari
HTN.

UU : Produk politik menjadi dasar


RUU = DPR + Pemerintahan
bagi organ Negara

HTN sebagai Rel Ilmu Politik sebagai


Sri Soematri
lokomotif
Praktek kegiatan kenegaraan dan pemerintahan yang tercakup dalam
bidang HTN & HAN
1) Legislasi dan pembentukan peraturan perundang-undangan
2) Administrasi yang berkenaan dengan kegiatan pengelolaan informasi dan
penyebarluasan informasi hukum
3) Pendidikan hukum dan pembinaan profesi hukum
4) Penyelenggaraan hukum atau pelakasanaan dalam arti penerapan hukum
oleh pelaksana yang ditentukan oleh hukum.
5) Aspek hukum kegiatan penyelenggaraan administrasi pemerintahan Negara
6) Kegiatan penegakan hukum dari penyidikan dan penuntutan hukum
7) Penyelenggaraan peradilan sampai pengambilan putusan hakim yang bersifat
tetap
8) Pelaksanaan putusan pengadilan dalam pemasyarakatan terpidana
9) Pendidikan dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat
1. Aspek perkembangan
Cakupan kegiatan
(instellingen)
kenegaraan dan
2. Pengaturan (regelendaad)
pemerintahan,
3. Pengambilan keputusan
meliputi :
4. Penyelenggaraan tugas
Tempat penerapan HTN
1) Lembaga parlemen : MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
2) Lembaga administrasi pemerintahan eksekutif vertical dan horizontal.
3) Lembga penegak hukum dari Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS),
Kepolisian, Kejaksaan, Advokat, badan-badan peradilan dan quasi peradilan
secara vertical dan horizontal.
Pengertian Sumber Hukum

• Segala yang menimbulkan


aturan-aturan yang mempunyai
Sumber Hukum kekuatan bersifat memaksa jika
dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata.
Mengapa sumber hukum menjadi penting dalam
pedoman perkembangan hukum di Indonesia ?

Karena Indonesia merupakan negara hukum dan fungsi hukum


mengatur kehidupan lndividual, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara tetap berpegang teguh pada kaidah-kaidah yang berlaku
agar tidak merugikan manusia.
Apakah Sumber Hukum dan Dasar Hukum sama ?

Sumber Hukum dan Dasar Hukum

Dasar hukum atau legal basis


Sumber hukum lebih menunjuk atau legal ground, yaitu norma
kepada pengertian tempat dari hukum yang mendasari suatu
mana asal-muasal suatu nilai atau tindakan atau perbuatan hukum
norma tertentu berasal tertentu, shg dapat dianggap sah
atau dibenarkan secara hukum.
Dalam Ilmu Hukum, Sumber
hukum dibedakan

Sumber Pengenalan Hukum;


Sumber Asal Nilai; penyebab
lahirnya aturan hukum. asal dan tempat ditemukan-
nya hukum.
(Welbron Van Hetrecht)
(Kenbron Van Hetrecht)
Pengertian Sumber Hukum dari Tinjauan Ahli Hukum

• Sumber Hukum Formil • Sumber Hukum Materiil

 Merupakan tempat memperoleh  Sumber hukum yang menentukan


kekuatan hukum isi hukum
 Pertimbangan-pertimbangan
 Sumber hukum yang dikenal hukum aspek yuridis, historis,
dalam bentuknya sosiologis, filsafat
 Contohnya : UU, PP  Contoh : Pancasila
UU No. 12 Tahun 2011; Pembentukan Peraturan Per-uu-an

• Psl 7 (1); Jenis dan hierarki Peraturan Per uu an terdiri atas:


a. UUD NRI Tahun 1945
b. Ketetapan MPR;
c. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi; dan
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
• Psl 7 (2) Kekuatan hukum Peraturan PUU sesuai dengan hierarki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
1. UU
2. Kebiasaan (Convention) dan
Sumber Hukum Adat
Formil Meliputi 3. Traktat
4. Jurisprudensi
5. Doktrin
1. UU
a. UU tidak berlaku surut (non retroaktif)
b. UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih
tinggi mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi pula
c. UU yang bersifat khusus mengesamping-kan
Asas Peraturan UU yang bersifat umum (lex specialis derogat
Perundang- lex generalis)
undangan d. UU yang berlaku belakangan membatalkan
yang terdahulu (lex posteriori derogat lex
priori)
e. UU tidak dapat diganggu gugat (erga omnes)
f. PUU sebagai sarana mencapai kesejahteraan
melalui pembaharuan (asas welvaarstaat)
UU ..

1. Jangka berlakunya sudah habis.


2. Keadaan atau hal yang diatur
itu sudah tidak ada lagi.
Suatu UU tidak
3. Dicabut oleh instansi yang
berlaku lagi
membuat.
apabila
4. Ada UU yang baru yang isinya
bertentangan dengan UU yang
berlaku
2. Kebiasaan (Convention) dan Adat

• Perbuatan manusia yang tetap


Pendapat C.S.T.
dilakukan berulang-ulang dalam
Kansil
hal yang sama.
Kebiasaan ..

• Hukum kebiasaan yang


bersifat tradisional disebut
juga hukum adat. Adalah
hukum yang dipertahankan
Apa contoh dari dan berlaku di lingkungan
hukum kebiasaan? masyarakat hukum adat
tertentu. Contoh : hukum
adat Batak, hukum adat
Jawa, dll
Kebiasaan ..

• Sama dengan UU, karena


diterima dan dijalankan.
Kekuatan hukum • Konvensi dapat menggeser
konvesi
peraturan-peraturan hukum
tertulis.
Kebiasaan ..

• Penerimaan tamu kenegaraan dengan


permadani berwarna merah
• Pidato Presiden RI setiap tanggal 16
Contoh Konvensi
Agust sidang tahunan MPR+DPR+
Ketatanegaraan RI
• Pidato Presiden RI tentang RAPBN pada
minggu pertama bulan Januari setiap
Tahun
3. Traktat

• Pada dasarnya adalah perjanjian antar dua


negara atau lebih
• Bilateral – dua negara
• Multilateral – lebih dari dua Negara
Traktat • T. Kolektif / T. Terbuka – Multilateral yang
memberikan kesempatan kepada Negara
yang semula tidak terlibat untuk masuk
dalam pihak perjanjian.
Misal : Piagam PBB
Traktat

1. Penetapan isi perjanjian oleh delegasi


masing-masing pihak. Hasil berupa Konsep
Traktat.
Tahapan 2. Persetujuan dari masing parlemen atas
Pembuatan Konsep Traktat.
suatu Traktat 3. Ratifikasi / pengesahan Konsep Traktat
yang telah disetujui oleh masing-masing
parlemen
4. Afkondiging: Pelantikan/Pengumuman.
Traktat

1. Sebagai salah satu bentuk perjanjian


mempunyai kekuatan = UU, sehingga
ditaati (Pacta Sun Servanda)
2. Sebagai UU bagi yang membuat perjanjian,
Kekuatan Hukum dalam pengertian umum dapat berderajat
mengikatnya suatu dengan hukum.
Traktat 3. Merupakan sumber hukum formil
4. Dalam menentukan isi traktat suatu Negara
harus memperhatikan kepentingan
nasionalnya di samping aturan dalam
pergaulan internasional.
4. Yurisprudensi

• Keputusan Hakim terdahulu yang sering


diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh
Yurisprudensi
Hakim kemudian, mengenai masalah yang
sama.
Yurisprudensi

1. Yurisprudensi Tetap : Keputusan hakim


yang terjadi karena rangkaian keputusan
Berdasarkan sifat serupa dan yang menjadi dasar bagi
berlakunya pengadilan untuk mengambil keputusan.
Yurisprudensi 2. Yurisprudensi tidak tetap : Keputusan
dibedakan : Hakim yang terjadi hanya dipakai sebagai
pedoman dalam mengambil sesuatu
keputusan mengenai suatu perkara serupa.
5. Doktrin

• Penyataan / Pendapat para ahli hukum


• Dalam kenyataan, banyak di ikuti orang dan
Doktrin menjadi dasar atau pertimbangan dalam
penetapan hukum, baik oleh Hakim
maupun pembentuk UU.
Sumber Hukum Formal HTN Indonesia

1. UU No. 12 Tahun 2011 jo UU 15/2019 jo


13/2022 Ttg Pembentukan PUU
Sumber
2. Konvensi dan Adat
Hukum Formal
3. Traktat
HTN Indonesia
4. Jurisprudensi.
5. Doktrin.
MEMAHAMI KONSTITUSI
NEGARA
1) Istilah Konstitusi

Istilah Bahasa Arti

Constituer Perancis

Constitution Inggris
Pembentukan
Grondwet Belanda

Verfassung Jerman
2. Konsep Konstitusi

 Konsep konstitusi berasal dari istilah “constituer”=membentuk.


Artinya : untuk pembentukan suatu negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara.
 Konstitusi : peraturan awal (dasar) mengenai pembentukan
negara.
 Istilah UUD merupakan terjemahan istilah Belanda “Grondwet”,
grond = dasar/tanah; wet =: undang-undang.
2. Konsep Konstitusi

 Pengertian konstitusi dalam praktek dapat berarti lebih luas daripada


pengertian Undang-Undang Dasar (UUD), tetapi ada juga yang
menyamakan dengan pengertian UUD.
 Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar.
 Konstitusi menurut para ahli --- K.C.Wheare : Keseluruhan sistem
ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur, atau memerintah dalam pemerintahan suatu
negara.
 Kesimpulan : Pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan tidak
tertulis, UUD merupakan konstitusi yang tertulis.
2. Konsep Konstitusi

Batasan Suatu kumpulan kaidah yang memberikan


Konstitusi pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada
para penguasa

Suatu dokumen tentang pembagian tugas

Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga negara

Suatu deskripsi tentang perlindungan HAM


3. Materi Muatan/Substansi Konstitusi

• J.G. Steenbeek;
Pada umumnya suatu konstitusi berisi tiga hal pokok :
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga
negaranya.
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat fundamental
3. Materi Muatan/Substansi Konstitusi

• Miriam Budiardjo;
Setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan mengenai :
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif, dsb
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah UUD
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
UUD
3. Materi Muatan/Substansi Konstitusi

• Sri Soemantri;
Materi muatan konstitusi:
1. Jaminan terhadap HAM dan warga negaranya.
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
3. Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamntal.
4. Nilai Konstitusi
• Karl Loewenstein;

1. Nilai Normatif
• Konstitusi diterima oleh segenap rakyat secara murni & konsekuen

2. Nilai Nominal
• Konstitusi dalam kenyataan ada pasal yang tidak berlaku lagi

3. Nilai Semantik
• Konstitusi hanya sekedar istilah saja meskipun secara hukum tetap
berlaku, sebagai alat penguasa.
5. Sifat Konstitusi
Sifat Konstitusi

a. Formil ; konstitusi tertulis, a. Tertulis


a. Flexible; elastis, diumum-
konsttitusi baru bermakna
kan dan diubah sama
jika telah berbentuk b. Tidak Tertulis – Konvensi;
dengan prosedur undang-
naskah tertulis dan Terdapat empat contoh
undang
diundangkan konstitusi tidak tertulis di
Indonesia,yaitu pidato
b. Rigid; kaku, untuk mengu-
b. Materiil ; dari segi isinya, kenegaraan, musyawarah,
bahnya melalui prosedur
berisi hal-hal yang pidato presiden di awal
panjang/ sulit
mendasar tahun, dan adat istiadat.
KEDUDUKAN KONSTITUSI
• Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaran suatu negara, yaitu :
1. Sebagai Hukum Dasar
Karena berisi aturan-aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang
mendasar dalam kehidupan suatu negara
2. Sebagai Hukum Tertinggi
Konstitusi lazimnya diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
tata hukum sehingga aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi
secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi/superior terhadap
aturan lainnya
FUNGSI KONSTITUSI
• Jimly Asshiddiqie, konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi:
a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara
dengan warga negara
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan
negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber
kekuasaan yang sah kepada organ negara
FUNGSI KONSTITUSI
f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity),
sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of
nation) serta center of ceremony
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control),
baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas
mencakup bidang sosial ekonomi
h. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaharuan masyarakat
(social engineering atau social reform)
TUJUAN KONSTITUSI
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap
kekuasaan.
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para
penguasa, serta menempatkan bagi penguasa tersebut batas-
batas kekuasaan mereka.
3. Menjamin pemenuhan hak-hak dasar warga negara.
Empat Cara Prosedur Perubahan Konstitusi
Menurut C.F. Strong

1. Dilakukan oleh pemegang kekuasaan Legislatif dengan pembatasan-


pembatasan tertentu
2. Dilakukan rakyat melalui Referendum
3. Dilakukan oleh sejumlah Negara-negara Bagian (dalam Negara
Serikat)
4. Dilakukan dalam suatu Konvensi atau dilakukan oleh Lembaga Negara
Khusus
Empat sasaran, dalam usaha mempertahankan konstitusi dengan jalan
mempersulit mengubahnya, menurut k.C. Where, yaitu :

1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang


masak, tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan
pandangannya sebelum perubahan dilakukan.
3. Agar dan ini berlaku dalam negara serikat, Kekuasaan negara serikat
dan kekuasaan negara- negara bagian tidak diubah semata-mata oleh
perbuatan-perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
4. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok minoritas seperti
kelompok minoritas bahasa atau kelompok minoritas agama atau
kebudayaan mendapat jaminan.
Prosedur & Sistem Perubahan UUD NRI
1945
• Pasal 37
1) Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah anggota MPR;
2) Setiap usul perubahan UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian
yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;
3) Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per
tiga dari jumlah anggota MPR;
4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR;
5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.****
Bagaimanakah Sejarah UUD dalam
Ketatanegaraan Indonesia?
• Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
 Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang
untuk pertama kali disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945
 Dalam tata susunan peraturan perundang-undangan negara, UUD
1945 menempati tingkat tertinggi. Menurut jenjang norma hukum,
UUD 1945 merupakan kelompok Staatsgrundgesetz atau Aturan
Dasar/Pokok Negara yang berada di bawah Pancasila sebagai
Grundnorm atau Norma Dasar
Sejarah

 Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di


Indonesia telah berlaku 3 (tiga) macam Undang-Undang Dasar dalam
empat periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4
pasal Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan, dan bagian Penjelasan
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 berlaku UUD 1949
(Konstitusi RIS). UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasa
Sejarah

c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang


terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945
• Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan
pembagian :
1. UUD 1945 yang belum diamandemen
2. UUD 1945 yang sudah diamandemen (1999, 2000, 2001, 2002)
Amandemen UUD 1945 dan Hasil-hasilnya
 Amandemen artinya perubahan
 Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan
 Istilah perubahan konstitusi mencakup dua pengertian :
a. Amandemen konstitusi
Perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau sisipan dari konstitusi yang
asli, konstitusi yang asli tetap berlaku. Sistem perubahan ini dianut oleh Amerika
Serikat, Indonesia.
b. Pembaharuan konstitusi
Perubahan yang dilakukan adalah “baru” secara keseluruhan, yang berlaku adalah
konstitusi yang baru, yang tidak ada kaitannya lagi dengan konstitusi yang lama.
Sistem ini dipakai di Belanda, Perancis, Jerman.
Amandemen

 Secara filosofis, konstitusi suatu negara dalam jangka waktu tertentu harus
diubah.
 Hal ini disebabkan perubahan kehidupan manusia, baik perubahan internal
masyarakat maupun kehidupan eksternal (luar) masyarakat berubah.
 Konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara harus senantiasa
menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
 Amandemen UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaharui
konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokrasi
 Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita
diharapkan semakin baik dan lengkap menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan
Amandemen

 Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR


pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak
tanggal 19 Oktober 1999
 Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4
(empat) kali, yaitu :
a. Amandemen Pertama – Sidang Umum MPR Tahun 1999, disahkan
19 Oktober 1999.
MPR dalam sidang umum tahun 1999 mengeluarkan putusan
mengenai UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal
dengan Perubahan Pertama
Amandemen

- Perubahan pertama atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu


putusan majelis pada tanggal 19 Oktober 1999
- Perubahan pertama ini MPR mengubah Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal
9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal
20 dan Pasal 21 UUD 1945.
- Jadi, pada perubahan pertama, yang telah diamandemen sebanyak 9
(sembilan) pasal
Amandemen

b. Amandemen Kedua – Sidang Tahunan MPR, disahkan tanggal 18 Agustus


2000
MPR dalam sidang tahunan tahun 2000 mengeluarkan putusan
mengenai UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan
Perubahan Kedua yang diambil dan ditetapkan tanggal 18 Agustus 2000.
MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B,
Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal
25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal
28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G,
Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal
36B, dan Pasal 36C UUD Republik Indonesia Tahun 1945. (25 pasal)
Amandemen

c. Amandemen Ketiga – Sidang Tahunan MPR, disahkan 10 November 2001


MPR dalam sidang tahunan tahun 2001 mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945
dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Ketiga yang diambil dan
ditetapkan tanggal 10 Nov 2001
MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 1 ayat (2) dan (3), Pasal 3 ayat (1), (3), dan
(4), Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), Pasal 7A, Pasal 7B, ayat (1),
(2), (3), (4), (5), (6), dan (7), Pasal 7c, Pasal 8 ayat (1) dan (2), Pasal 11 ayat (2) dan (3),
Pasal 17 ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22C ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 22D ayat (1), (2), (3),
dan (4), Bab VIIB, Pasal 22E ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6), Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3),
Pasal 23A, Pasal 23G ayat (1) dan (2), Pasal 24 ayat (1) dan (2), Pasal 24A ayat (1), (2), (3),
(4) dan (5), Pasal 24B ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6)
UUD Negara RI 1945
Jadi pada amandemen yang ketiga yang diamandemen sebanyak 23 pasal
Amandemen

d. Amandemen Keempat – Sidang Tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002


MPR dalam sidang tahunan tahun 2001 kembali mengeluarkan putusan
mengenai UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan
Perubahan Keempat yang diambil dan ditetapkan tanggal 10 Agustus 2002
Perubahan keempat MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 2 ayat
91), Pasal 6A ayat (4), Pasal 8 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), Pasal 16, Pasaal 23B,
Pasal 23D, Pasal 24 ayat (3), Bab XIV, Pasal 33 ayat (4) dan (5), Pasal 334 ayat
(1), (2), (3), dan (4), Pasal 37 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5), Aturan Peralihan
Pasal I, II, dan III, Aturan Tambahan Pasal I dan II UUD Negara RI 1945.
Jadi pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal
serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,


yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia adalah dilaksanakan menurut
negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)]
NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yg bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan UU. [Pasal 18B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
NKRI, yang diatur dalam undang-undang[Pasal 18B (2)**]
NKRI adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. (Pasal 25A**)

Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan. [Pasal 37 (5)****]
 MONARKI (KERAJAAN)
BENTUK
NEGARA
 REPUBLIK
 KEPALA NEGARA (KN) : MELALUI GARIS
KETURUNAN / HUBUNGAN DARAH
MONARKI
 SEBUTAN KN : BERMACAM-MACAM ISTILAH
/KERAJAAN
 MEKANISME PERGANTIAN KN : BERBAGAI
MACAM CARA SESUAI KONSTITUSI
PRAKTIK BENTUK MONARKI DI BEBERAPA NEGARA
NEGARA SEBUTAN SISTEM PERGANTIAN KN
ANAK TERTUA RAJA/ RATU BAIK
INGGRIS DAN BELANDA RAJA / RATU LAKI-LAKI/ PEREMPUAN

JEPANG KAISAR ANAK LAKI-LAKI TERTUA


BERGILIR ANTARA RAJA/ SULTAN
DARI NEGARA-NEGARA BAGIAN
MALAYSIA YANG DIPERTUAN AGONG YANG MEMBENTUK DEWAN
RAJA
 KEPALA NEGARA (KN) DIPILIH SECARA
DEMOKRATIS
REPUBLIK
 SEBUTAN KN : PRESIDEN
Apakah arti Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan ?
 Negara dengan sistem presidentil biasanya mempunyai bentuk republik dengan
Presiden sebagai Kepala Negara adalah pemimpin dari perangkat Negara pada
kementerian-kementerian sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan adalah pemimpin
dari perangkat Pemerintahan yang direpresentasi pada bidang dari kementerian.

Apakah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan sama ?


 Kepala Negara tidak sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri, sedangkan Kepala Negara adalah presiden dalam negara
republik atau raja / sultan dalam negara monarki.
BANGUNAN NEGARA

BENTUK SUSUNAN
ORGANISASI

NEGARA NEGARA /
KESATUAN FEDERASI
(UNITARY STATE) (SERIKAT)
 NEGARA BERSUSUN TUNGGAL / TIDAK ADA NEGARA
DALAM NEGARA.

 HANYA ADA SATU PEMERINTAHAN PEMERINTAH


NEGARA KESATUAN
PUSAT
(UNITARY STATE)
 DALAM PRAKTIK ADA PEMBAGIAN KEWENANGAN
DENGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI SUB SITEM
PEMERINTAHAN NASIONAL
• Menurut Fred Isjwara, Negara kesatuan adalah bentuk
kenegaraan yang paling kokoh, jika dibandingkan dengan
federal atau konfederasi. Dalam Negara kesatuan terdapat,
baik persatuan (union) maupun kesatuan (unity).
(Pengantar Ilmu Politik, 1974)
• Sedangkan Abu Daud Busroh mengutarakan, Negara kesatuan adalah
Negara yang tidak tersusun daripada beberapa Negara, seperti halnya
dalam Negara federasi, melainkan Negara itu sifatnya tunggal, artinya
hanya ada satu Negara. Tidak ada Negara di dalam Negara.
• Jadi dengan demikian di dalam Negara kesatuan itu juga hanya ada satu
pemerintahan, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan atau
wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan
pusat ini yang pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan
segala sesuatu dalam Negara tersebut
 NEGARA JAMAK TERDIRI DARI BEBERAPA NEGARA
BAGIAN (NEGARA BAGIAN DULUNYA MERUPAKAN
NEGARA BERDAULAT YANG MENGGABUNGKAN DIRI
NEGARA SERIKAT MEMBENTUK FEDERASI)
/FEDERAL

 PEMERINTAHAN : PEMERINTAH FEDERAL DAN


PEMERINTAH NEGARA BAGIAN
 Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari
persatuan negara-negara yang berdaulat, tujuannya
adalah untuk mempertahankan kedaulatan dalam
negara konfederasi.

 Konfederasi merupakan bentuk perserikatan antar


NEGARA KONFEDERASI negara merdeka berdasarkan perjanjian atau uu, mis; yg
menyangkut berbagai kebijakan bersama.

 Contoh negara serikat ada Amerika Serikat, Argentina,


Brasil, Jerman, Nepal, Nigeria, Pakistan, Somalia. Ada
pula Uni Emirat Arab, Malaysia, Kanada, Belgia,
Australia yang merupakan bentuk monarki serikat.
Sistem Pemerintahan
Sistem hubungan fungsional antar
lembaga negara dalam
Pengertian menjalankan kekuasaannya utk
mencapai tujuan bersama. -
stabilitas

SP yang dikenal 1. S P Presidensiil


didunia secara garis 2. S P Parlementer
besar 3. S P Campuran
Bentuk pemerintahan republik

• Kepala negaranya berkewajiban membentuk departemen-departemen


yang akan melaksanakan kekuasaan eksekutif dan melaksanakan undang-
undang.
• Setiap departemen akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua
menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana menteri
maka dapat disebut dewan menteri/kabinet.
• Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
• Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggungjawaban
atas kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden
merangkap jabatan sebagai perdana menteri sehingga para menteri tidak
bertanggung jawab kepada perlemen/DPR melainkan kepada presiden.
Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet presidensial adalah
Amarika Serikat dan Indonesia.
• Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan
kebijaksaan pemerintan, baik seorang menteri secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama seluruh anggota kebinet bertanggung jawab kepada
parlemen/DPR. Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet ini adalah
negara-negara di Eropa Barat.
Kabinet Ministrial dapat dibagi menjadi dua

• Kabinet Parlementer adalah suatu kabinet yang dibentuk dengan


memperhatikan dan memperhitungkan suara-suara yang ada didalam
parlemen. Jika dilihat dari komposisi (susunan keanggotaannya), kabinet
parlementer dibagi menjadi tiga, yaitu kabinet koalisi, kabinet nasional,
dan kabinet partai.
• Kabinet Ekstraparlementer adalah kebinet yang pembentukannya tidak
memperhatikan dan memperhitungkan suara-suara serta keadaan dalam
parlemen/DPR.
Sistem Pemerintahan Presidensial
• Merupakan sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh
presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif).
• Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudu-kan
sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
• Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia.
Unsur pemerintahan presidensial

• Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:


a. Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
b. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak
bisa saling menjatuhkan.
c. Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan
legislatif.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial
a. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi
dipilih langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.
b. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab
kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
c. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan
presiden tidak dipilih oleh parlemen.
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
e. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan dipilih
oleh rakyat.
f. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Indonesia adalah lima tahun.
c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena
dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial

a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan
memakan waktu yang lama.
Sistem Pemerintahan Parlementer

• Sistem pemerintahan Parlementer merupakan suatu system


pemerintahan di mana pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab kepada
parlemen.
• Dalam system pemerintahan ini, parlemen mempunyai kekuasaan yang
besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan
terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab
kepada parlemen.
• Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia.
Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer
a.Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan.
b.Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan umum.
c.Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif. Dalam
sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota
kabinet umumnya berasal dari parlemen.
d.Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen, dapat bertahan jika ada dukungan mayoritas anggota
parlemen.
e.Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana
menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam
negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Hanya berperan sebagai
symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
f. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet, maka presiden atau raja atas saran dari
perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk
membentukan parlemen baru.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

a. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi


penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan


parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar di parlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai