Anda di halaman 1dari 159

S.

RODHIYAH DWI ISTINAH


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
REKOMENDASI BACAAN

1. Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi &


Konstitusionalisme Indonesia, Sekjen & Kepaniteraan MK
RI, Jakarta
2. ------------------------, 2014, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, PT Rajaagrafindo Persada, Jakarta
3. ------------------------, Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar
Demokrasi, Konstitusi Press, Jakarta
4. Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara , UI
Press , Jakarta
5. Ni’matul Huda, 2005, Hukum Tata Negara Indonesia,
Rajawali Press, Jakarta
6. B. Hestu Cipto Handoyo, 2009, Hukum Tata Negara
Indonesia, Univ. Atmajaya Yogyakarta
7. Yuniarto, Selayang Pandang Sumber-sumber Hukum Tata
Negara di Indonesia, Yogyakarta .
BAB I
ISTILAH DAN PENGERTIAN

A. Istilah Hukum Tata Negara


Istilah Hukum Tata Negara dalam bahasa Perancis dengan
istilah Droit Constitutionnel, dalam bahasa Ingris disebut
Constitusional Law, dalam bahasa Jerman dan Belanda
Hukum Tata Negara disebut Staatrecht

Dalam kepustakaan Belanda istilah Staatsrecht, mempunyai


dua arti yakni staatsrecht in ruimere zin (dalam arti luas)
staatsrecht in engere zin (dalam arti sempit).
HTN dalam arti luas yang terdiri dari HTN dalam arti sempit di
tambah dengan HAN,
HTN dalam arti sempit adalah HTN pada waktu tertentu atau
hukum tata negara positif suatu negara.
Di Inggris pada umumnya dipakai istilah constitusional Law,
untuk menunjukan arti yang sama dengan HTN. dg alasan
bahwa dalam HTN unsur konstitusi lebih menonjol, dan

istilah State law, yang didasarkan atas pertimbangan bahwa


hukum negaranya lebih penting.

Djokosoetono lebih menyukai penggunaan istilah


Verfassungslehre (Teori Konstitusi) dari pada verfassungrecht.

Istilah Verfassungslehre inilah yang nantinya akan menjadi


dasar untuk mempelajari verfassungrecht, terutama mengenai
hukum tata negara positif, yaitu hukum tata negara Indonesia.
B. Pengertian HTN

Perkataan “Hukum Tata Negara” berasal dari perkataan


“Hukum”, “Tata” dan “Negara “ yang di dalamnya
dibahas mengenai urusan penataan negara.

Tata yang terkait dengan tertib adalah order yang biasa


diterjemahkan sebagai “tata tertib”.

Tata Negara berarti sistem penataan negara, yang berisi


ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan
substansi norma kenegaraan.
Lanjut
Dengan perkataan lain ilmu hukum tata Negara dapat dikatakan
merupakan cabang ilmu hukum yang membahas mengenai:

1. tatanan struktur ketatanegaraan ,


2. mekanisme hubungan antar struktur-struktur
organ kenegaraan,
3. serta mekanisme hubungan antara struktur Negara
dengan warga negara.

• Sebagai ilmu, HTN mempunyai obyek penyelidikan dan


mempunyai metode untuk melakukan penyelidikan.
• Menurut Burkens, obyek penyelidikan HTN adalah system
pengambilan keputsan (dalam) negara, sbgmana distrukturkan
dlm hukum positif.
Lanjut
Sistem pengambilan keputusan dapat ditemukan dalam berbagai
hukum (tata negara) positif, seperti dalam UUD (konstitusi) , UU,
Peraturan Tata Tertib berbagai lembaga negara.

Contoh: pembentukan cabinet oleh pembentuk cabinet.


Setelah pembentuk cabinet (cabinet transformateur)
diangkat oleh kepala negara (Presiden, Raja/Ratu,
Kaisar,Yang Dipertuan Agung), badan tersebut
melaksanakan tugasnya menjadi obyek penyelidikan
HTN.
Pengertian hukum tata Negara terdapat perbedaan
pendapat di antara para ahli hukum tata negara.

Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh masing-


masing ahli berpendapat bahwa apa yang mereka
anggap penting yang menjadi titik berat perhatiannya.
Di bawah ini beberapa definisi hukum tata negara
menurut para ahli antara lain:

Van Apeldorn mendefinisikan:


HTN dalam arti luas juga mengenai Hukum Tata
Usaha Negara. HTN dalam arti sempit menunjukan
orang-orang yang memegang kekuasaan pemerintahan
dan batas-2 kekuasaannya.
Paul Scolten mendefinisikan:
HTN adalah hukum yang mengatur organisasi pada negara,
bahwa organisasi negara itu yang mencakup: kedudukan organ
dalam negara, hubungan hak dan kewajiban, serta tugas masing-
masing .

A.V. Dicey mendefinisikan


HTN adalah segala peraturan yang berisi secara langsung atau
tidak langsung tentang peambagian kekuasaan dan pelaksanaan
yang tertinggi dalam suatu Negara.

Logeman, mendefinisikan:
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi
Negara. Negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-
fungsi dalam hubungannya satu dengan lainnya serta
keseluruhannya, maka dalam arti yuridis negara merupakan
organisasi dari jabatan-jabatan.
Donner mendefinisikan:

HTN : merupakan kunci dan puncak dari tata hukum.

Dikatakan Puncak karena hukum tata Negara menetapkan garis


besar dari tata hukum, seperti umpamanya menetapkan apa
muatan undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan
perundangan lainnya, apa ruang lingkup kewenangan hukum.

Dikatakan Kunci, karena Hukum Tata Negara mengatur


mengenai hubungan kekuasan antara manusia yaitu antar para
anggota warga Negara di satu pihak dengan manusia-manusia
yang mengemban satu jabatan , sehingga diberikan kekuasaan itu
pada pihak lain.

.
Kusumadi Pudjosewojo, mendefinisikan:

Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur:


1. Bentuk Negara ( kesatuan/federal)
2. Bentuk Pemerintahan ( Republik/ monarchi)
3. Menunjukan masyarakat hukum atasan maupun bawahan
beserta tingkatan-tingkatannya, serta menegaskan wilayah
dari lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum
itu.
4. Alat perlengkapan ( yang memegang kekuasaan penguasa)
dari masyarakat hukum itu beserta susunan ( terdiri dari
seseorang atau sejumlah orang), wewenang, tingkatan,
hubungan dari dan antar alat perlengkapan itu .
Sudardi :
HTN adalah
seperangkat aturan yang mengatur negara sebagai organisasi
kekuasaan.
Ilmu Hukum Tata Negara adalah
ilmu yang mempelajari hukum konstitusi dari dimensi politik,
sosial dan ekonomi.
• Ilmu Negara mempelajari negara pada umumnya,
• Ilmu HTN mempelajari negara tertentu.
• Ilmu Negara mempelajari Aliran Pikir Negara dan Hukum,
teori kenegaraan, doktrin kenegaraan sejak zaman Yunani
Kuno sampai abad modern dan seterusnya.
• ILMU HTN mempelajari negara tertentu.
• HTN setiap negara mrpk penerapan aliran pikir negara dan
hukum (APNH) dari ilmu negara.
• Oleh karena itu setiap negara mempunyai HTN sendiri-
sendiri yang berbeda satu dengan negara lain.
C. Fungsi dan Ruang Lingkup Kajian HTN

HTN mempunyai fungsi: sebagai

a. Dasar hukum pembentukan SOTK NKRI (Struktur


Organisasi dan Tata Kerja)
b. Dasar hukum pembentuakn SHNI (Sistem Hukum
Nasional Indonesia)
c. Dasar hukum pembentukan sistem kesejahteraan
sosial
Ruang lingkup / Obyek kajian HTN

Prof. Mr. Belinfante


Tidak membatasi dalam hukum positif saja . artinya
yang tidak diatur dalam hukum positifpun merupakan
obyek penyelidikan ilmu hukum tata Negara.

A.M. Donner
Obyek penyelidikan ilmu hukum tata Negara adalah
penerobosan Negara dengan hukum . artinya Negara
sebagai organisasi (kekuasaan jabatan, rakyat) diterobos
oleh aneka ragam hukum.
Logeman
Ruang Lingkup HTN Indonesia

Ilmu hukum tata Negara menyelidiki hal-hal antara lain


a. Jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan
kenegaraan tertentu;
b. Siapa yang mengadakannya
c. Bagaimana cara memperlengkapi mereka dengan
pejabat-pejabat;
d. Apa yang menjadi tugasnya [lingkungan pekerjaan]
e. Apa yang menjadi wewenangnya;
f. Perhubungan kekuasaannya satu sama lain
Ruang lingkup atau obyek HTN/Ilmu HTN Sudardi
adalah Negara Republik Indonesia, dalam hal ini adalah
seperangkat aturan yang mengatur organisasi Negara Republik
Indonesia.
Seperangkat aturan HTN Indonesia meliputi :
a. Proklamasi Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang
dibacakan oleh Soekarno dan Hatta di Jakarta pada tanggal 17
Agustus 1945, merupakan Aturan Pertama;
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdiri
atas :
1. Pembukaan yang menetapkan:
a) Asal mula atau pembentukan Negara Indonesia;
b) Tujuan Negara;
c) Pembentukan pemerintahan Negara dalam susunan Negara;
d) Prinsip UUD; dan
e) Aturan Dasar atau Dasar Negara sebagai pengaturan Cita Hukum
(Rechtsidee);
2. Pasal-pasal merupakan penjabaran Dasar Negara sebagai Hukum
Dasar;
lanjut
c. Undang-Undang Organik;
d. Peraturan Perundang-Undangan di bawah Undang-Undang
Organik sebagai aturan pelaksanaannya;
e. Putusan Mahkamah Konstitusi, dan Putusan MA di bidang HTN;
f. Perjajian Internasional;
g. Konvensi Hukum Tata Negara
h. Hukum Adat di bidang HTN; dan
i. Nilai agama, budaya, alhlak mulia, dan moral.

Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang kemudian


dilaksanakan pengaturannya dengan Undang-Undang Dasar Negara
Repulik Indonesia merupakan awal pengembangan HTN/Ilmu
HTN.
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang dibacakan oleh
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia, di Jakarta, pada tanggal
17 Agustus 1945 lafalnya sebagai berikut.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia.

Hal-hal yang mengenai perpindahan kekuasaan dan lain-lain


diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Atas nama bangsa Indonesia,
SOEKARNO-HATTA
Proklamasi Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia secara
hukum merupakan Aturan Pertama.

Artinya, secara kenyataan politik maupun secara hukum sebelum


ada Hukum Nasional Indonesia yang ada adalah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Aturan Pertama berfungsi:


menetapkan dan menyatakan kepada bangsa-bangsa di dunia
bahwa:
1. telah lahir sebuah negara sebagai subyek Hukum
Internasional; dan
2. pengaturan pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Proklamasi Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia inilah yang
memfasilitasi penetapan:

1. Pembentukan Negara Republik Indonesia


2. Tujuan negara;
3. Dasar Negara merupakan Pokok-pokok pikiran yang
mewujudkan cita-cita hukum (Reichtsidee);
4. Pembangunan Sistem Hukum Nasional Indonesia; dan
5. Pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dalam rangka pencapaian tujuan Negara Republik Indonesia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, menentapkan bahwa:

“…, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan


Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, … .”, mengandung makna bahwa:
pelaksanaan Proklamasi Kebangsaan
Indonesia sebagai Aturan Pertama diatur dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Lanjutan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dektrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada
tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Susunannya sebagaimana ditetapkan dalam Pasal II Aturan


Tambahan bahwa : “Dengan ditetapkannya perubahan
Undang-Undang Dasar ini, Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan
pasal-pasal.”
D.Metode mempelajari HTN
metode yuridis dogmatis
metode yuridis sosiologis
metode yuridis histories
metode perbandingan.

E. Hubungan HTN dengan cabang ilmu lain


HTN dengan Ilmu Negara
Ilmu Negara mempelajari mengenai teori/asas-asas mengenai
Negara. Ilmu negara merupakan pengantar untuk mempelajari
HTN, HAN dan Hukum Internasional Publik. (Ilmu negara-
nilai teoritisnya) ilmu negara disebut sebagai seinwissenschaft
Lanjut
HTN mengkaji mengenai praktek /implementasi dari
teori-teori ilmu Negara dalam suatu Negara melalui
hukum. HTN merupalan Normwissenschaft

HTN dengan Ilmu Politik


Untuk mengetahui kaidah hukum yang mengataur
Negara sebagai organisasi kekuasaan dibutuhkan
ilmu politik, BARENT mengatakan :
HTN ------- kerangka tulang manusia
Politik ------- darah dan daging yang melekat
disekitarnya.
HTN dengan Ilmu Sosial lainnya

Ilmu hk yang mempelajari dan mengatur negara


sebagai organisasi tidak mungkin memisahkan diri
secara tegas dengan kehidupan masyarakat.

Menurut Wiryono Prodjodikoro: seorang sarjana


hukum, untuk memperdalam pengetahuannya dalam
bidang HTN, ada baiknya mempelajari ilmu sosial
sebagai penunjang bagi ilmu hukum tata negara
seperti; ilmu sosiologi, ilmu sejarah, ilmu ekonomi,
antropologi dsb.
Hubungan HTN dengan HAN

HTN mengatur mengenai struktur organisasi Negara, lembaga-


lembaga Negara, serta tugas dan kewenangannya.
HAN mengatur bagaimana cara menggunakan hak dan
kewajibannya serta akibat hukumnya.
OPPENHEIM mengatakan:
HTN mengatur Negara dalam keadaan diam
HAN mengatur Negara dalam keadaan bergerak

Hubungan HTN dengan Hukum Internasional Publik


Keduanya sama-sama menelaah dan mengatur mengenai
organisasi negara.
HI Publik mempelajari dan mengatur hubungan-hubungan
eksternal dari negara,
HTN berurusan dengan aspek hubungan yang bersifat internal
dalam negara
BAB II
SUMBER HUKUM HTN

A.Pengertian Sumber Hukum

Sumber hukum dlm bhs Inggris disebut dengan Source


of Law pengertian tempat dari mana asal muasal suatu
nilai atau norma tertentu berasal.

Berbeda dengan perkataan “dasar hukum” , “landasan


hukum” ataupun “payung hukum”,
yaitu norma hukum yang mendasari suatu tindakan
atau perbuatan hukum tertentu sehingga dianggap sah
atau dibenarkan secara hukum.
Dalam perspektif ilmu hukum, sumber hukum
dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu

Pertama, sumber hukum dapat diartikan sebagai asal


dan tempat ditemukannya hukum , atau sumber
pengenalan hukum (kenbron van recht) yang dikenal
dari bentuknya (sumber hukum formil)

Kedua, sumber hukum dapat diartikan sebagai asal


nilai-nilai yang menyebabkan timbulnya atau lahirnya
hukum (welbron van het recht) seperti nilai moral,
etika, hubungan sosial kemasyarakatan dsb. (sumber
hukum materiil)
Menurut E. Utrecht sumber hukum dibedakan menjadi sumber
hukum formil dan materiil.

sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang


dikenal dari bentuknya. Karena bentuknya itu
menyebabakan hukum berlaku umum, diketahui dan
ditaati, yang termasuk dalam kategori sumber hukum
formil di antaranya undang-undang, perjanjian antar
Negara, yurisprudensi, dan kebiasaan.

Sumber Hukum dalam arti materiil adalah diartikan sebagai


tempat dari mana materi hukum itu berasal, sumber hukum
materiil ini merupakan factor pembentuk hukum, seperi
hubungan social, situasi social ekonomi, pandangan
keagamaan dan kesusilaan dan lain-lain.
B. Macam-macam Sumber Hukum Tata Negara

a) Sumber hukum materiil hukum tata negara


adalah sumber hukum yang menentukan isi
kaidah hukum tata Negara.

sumber hukum yang termasuk sumber hukum materiil


adalah:

1. Dasar dan pandangan hidup bernegara.


2. Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada
saat merumuskan kaidah-kaidah HTN
Lanjut

Sumber hukum materiil menurut Jazim tidak hanya Pancasila


sebagai sumber dari segala sumber hukum negara, termasuk juga
nilai-nilai agama, nilai-nilai proklamasi, nilai-nilai
kebudayaan dan adat istiadat yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat.

Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum


negara adalah karena
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia keempat.
Sedangkan pada alenia satu sampai tiga Pembukaan UUD
1945 juga memuat pernyataan sekaligus penjabaran dari
nilai-nilai Proklamasi dan oleh karena itu Proklamasi dan
Pancasila berkedudukan sama sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara.
b) Menurut Jimly Asshiddiqie:
sumber hukum formil harus mempunyai salah satu
bentuk sebagai berikut:

1. bentuk produk legislatif atau produk regulasi


tertentu (regel)
2. bentuk perjanjian atau perikatan tertentu yang
mengikat para pihak (contract, treaty)
3. bentuk putusan hakim (Vonnis)
4. bentuk-2 putusan administrasi (beschikking) dari
kewenangan administrasi negara.
Jimly Assiddiqie menyebutkan ada tujuh macam
sumber hukum formil adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai konstitusi yang tidak tertulis.


2. UUD yang terdiri dari Pembukaan dan Pasal-2
3. Peraturan perundang-undangan
4. Yursiprudensi.
5. Konvensi Ketatanegaraan.
6. Doktrin Ilmu Hukum
7. Hukum Internasional
C. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia

1. Sejarah Pengaturan Sumber Hukum


Sejak berlakunya UUD 1945, sumber hukum dan hierarkhi
peraturan perundangan mengalami perkembangan dan
perubahan-perubahan yakni sebagai berikut:

a. Surat Presiden kepada Ketua DPR No. 2262/HK/59, hal:


Bentuk Peraturan-2 Negara, tanggal 20 agustus 1959, dan
No: 3639/HK/59, hal: Penjelasan atas bentuk
peraturan-2 Negara, tanggal 36 Nopember 1959, dan
Surat MPR kepada Presiden No 1168/U/MPR/61
tanggal 12 Mei 1961, perihal Penentuan Tata Urutan
Perundang-undangan Republik Indonesia.
b. Dalam Memorendum DPR-GR tanggal 9 Juni
1966 yang telah dikukuhkan dengan Ketetapan
MPRS No XX/MPRS/1966 dan Ketetapan
MPR No V/MPR/1973, tentang Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia.
c. Ketetapan MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan .
d. Undang-undang No 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
e. Undang-undang No 12 tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
yang sekarang masih berlaku
2. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan UU
No 12 tahun 2011

a. Pengertian Peraturan Perundang-undangan


Pasal 1 angka (2) peraturan perundangan-undangan
adalah “ peraturan yang tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum, dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
b. Sumber hukum
Pasal 2 Pancasila merupakan sumber segala sumber
hukum negara.
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan.
D. Jenis dan Hierarkhi Peraturan Perundang-
undangan

Pasal 7 ayat (1) Jenis dan hierarkhi peraturan


perundang-undangan
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. Undang-undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti
Unang-undang
4. Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Presiden,
6. Peraturan Daerah Provinsi,
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Lanjut

Pasal 8, jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI,
Menteri, Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD
Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat .

Pasal 97, menagtur mengenai jenis keputusan meliputi: Keputusan


Presiden, Keputusan Pimpinan MPR, Keputusan Pimpinan DPR,
Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan pimpinan MK, Keputusan
pimpinan Ketua BPK, Keputusan Ketua KY, Keputusan Kepala
BPK, Keputusan Gubernur BI, Keputusan Menteri, Keputusan
Kepala Badan, Keputusan Kepala Lembaga.
Tabel : Sumber Hukum Dan Jenis Hierarkhi Peraturan Perundang-undangan
berdasarkan : UU No 12 tahun 2011

Pasal 2 Pancasila merupaka sumber dari segala sumber Hukum Negara.


Pasal 3 UUD Negara RI tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan

Pasal 7 Pasl 8 Pasal 97


Jenis dan Hierarkhi Peraturan lainnya Jenis Keputusan

1. Undang-undang Dasar Peraturan MPR Keputusan Presiden,


Peraturan DPR, Keputusan Pimpinan MPR,
Peraturan DPD, Keputusan Pimpinan DPR, ,
Keputusan Pimpinan DPD,
Negara RI tahun 1945 Peraturan MA, Keputusan Pimpinan DPD,
Peraturan MK, Keputusan Ketua MA,
Peraturan KY, Keputusan Ketua MK
Peraturan BPK, Keputusan Ketua KY
2. Ketetapan MPR RI Keputusan Kepala BPK,
Peraturan BI, Keputusan Kepala Lembaga
3. UU/ Perpu
Peraturan Menteri, Keputusan Ketua Komisi,
4. Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri,
Peraturan Badan/Lembaga/ Keputusan Pimpinan DPRD Prop,
5. Peraturan Presiden komisi Keputusan Gubernur,
Peraturan DPRD Prov Keputusan Pimpinan DPRD Kab
6. Peraturan Daerah /Kota
Provinsi Peraturan Gubernur
Peraturan DPRD Kab/Kata
7. Peraturan Daerah Peraturan Bupati/Walikota
KabupatenkKota Peraturan Desa
Ajaran tentang tata urutan peraturan perundang-undangan
mengandung beberapa prinsip;

1. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi


kedudukannya dapat dijadikan landasan atau dasar hukum
bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atau
berada di bawahnya.
2. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tingkatannya harus bersumber atau memiliki dasar hukum
dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya.
3. Isi atau muatan peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
Lanjut

4. Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut,


diganti atau diubah dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi atau paling tidak dengan yang sederajad.
5. Peraturan perundang-undangan yang sejenis apabila mengatur
materi yang sama, peraturan yang terbaru harus diberlakukan
walaupun tidak dengan secara tegas dinyatakan bahwa
peraturan yang lama itu dicabut.
6. Peraturan perundang-undangan yang mengatur materi yang
lebih khusus harus diutamakan dari peraturan perundang-
undangan yang lebih umum. (Lex specialis derogat Lex
generalis)
BAB III
ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA

A.Pengertian Asas-asas HTN


Rangkaian istilah “Asas-asas Hukum Tata Negara”
memberi petunjuk bahwa materi ini merupakan pengantar
mata kuliah HTN. Oleh karena itu obyek yang akan dibahas
dalam asas-asas HTN pada dasarnya tidak berbeda dengan
obyek yang dibahas dalam HTN.

Menurut Logemann, setiap peraturan hukum pada


hakekatnya dipengaruhi oleh dua unsur penting;
1. Unsur riil karena sifatnya yang konkrit, bersumber dari
lingkungan tempat manusia itu hidup, seperti tradisi atau
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir dengan
perbedaan jenisnya;
2. Unsur idiil karena sifatnya yang abstrak, bersumber dari diri
manusia itu sendiri yang berupa akal pikiran dan perasaan.
Lanjut

Bangunan hukum yang bersumber pada perasaan


manusia disebut asas-asas hukum (beginselen),
sedangkan yang bersumber pada akal/pikiran manusia
disebut pengertian-pengertian hukum (begrippen)

Pengertian-pengertian yang terdapat dalam HTN pada


umumnya bersifat tetap,

Sedangkan asas-asasnya seringkali berubah-ubah karena


pandangan hidup masyarakat yang berbeda-beda.
Lanjut
Contoh : bangunan demokrasi dalam HTN dapat dilihat dari
segi pengertiannya maupun dari segi asasnya.

Pengertian demokrasi: suatu pemerintahan dimana


rakyat ikut memerintah baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Asas demokrasi : tergantung pandangan hidup
masyarakatnya

Asas demokrasi yang hidup di Indonesia ialah kekeluargaan untuk


mengabdi pada kepentingan bersama (keputusan lazim dilakukan
dengan musyawarah untuk mufakat). Bagi masyarakat Barat asas
demokrasi yang berlaku berbeda karena masyarakatnya yang
individualistis. (keputusannya didasarkan pada perhitungan
jumlah suara yang terbanyak).
B. Asas-asas HTN

1. Asas Pancasila
Setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu.
Oleh karena setiap negara mempunyai falsafah yang
berbeda.
Falsafah : merupakan perwujudan dari keinginan dan
watak rakyat dan bangsanya. Segala aspek
kehidupan bangsa tersebut harus sesuai dengan
falsafahnya.

Pancasila diputuskan BPUPKI sebagai dasar negara.


Dalam bidang hukum, Pancasila merupakan sumber
hukum materiil.
Pembukaan UUD 1945 mengandung empat pokok
pikiran
Pertama, “Negara melindungi segenap bangsa indonesia......dengan berdasar
atas persatuan.....”. Aliran pengertian negara persatuan

Kedua, “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”


Aliran pikiran keadilan sosial.

Ketiga : negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan


permusyawaratan perwakilan. Aliran pemikiran kedaulatan rakyat

Keempat : Negara berdasar atas ketuhanan YME menurut dasar kemanusiaan


yang adil dan beradap. Aliran pikiran negara berdasar atas Ketuhanan YME

Keempat pokok pikiran tsb merupakan pancaran dari pandangan dan dasar
falsafah negara Pancasila.
2. Asas Negara Hukum

Istilah negara hukum terjemahan langsung dari rechsstaat,


mulai populer di Eropa sejak abad XIX, dari sistem hukum
Civil Law (Roman Law) karakternya adalah Administratif

sedangkan Istilah The Rule of Law, populer dalam bukunya AV.


Dicey yang berkarakter Judicial

Konsep rechstaat dan the rule of law terdapat perbedaan meski


dalam perkembangannya terdapat saling melengkapi dan kedua
konsep mempunyai tujuan utama yaitu pengakuan dan
perlindungan HAM.
Elemen Penting dari negara hukum (rechtsstaat) (FJ.
Stahl)

- Mengakui dan melindungi HAM


- Pembagian kekuasaan
- Pemerintah berdasarkan atas UU/ asas legalitas
- Pengadilan Administrasi Negara

Elemen Penting dari negara hukum (the rule of law) A.V.


Dicey

- Supremasi Hukum
- Adanya persamaan di depan hukum
- Mengakui dan melindungi HAM
Konsep Negara Hukum yang dinamis atau konsep Negara
Hukum Material sebagaimana dirumuskan International
Comission of Jurist pada Konferensi di Bangkok pada tahun
1965 ;

1.Perlindungan konstitusional
2.Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.Adanya pemilihan umum yang bebas
4.Adanya kebebasan menyatakan pendapat
5.Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6.Adanya pendidikan kewarganegaraan

Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dengan paham


kerakyatan atau demokrasi sebab pada akhirnya, hukum yang
mengatur dan membatasi kekuasaan negara.
Penegasan Indonesia adalah negara hukum
dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
sebagai berikut:

"Negara Indonesia adalah negara hukum".

Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya


kesewenang- wenangan dan kekuasaan baik yang
dilakukan oleh alat negara maupun rakyatnya.

Dalam negara hukum, hukumlah yang memegang


komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara.
Sesungguhnya yang memimpin dalam penyelenggaraan
negara adalah hukum itu sendiri, sesuai dengan prinsip
"the rule of law, and not of man" yang sejalan dengan
pengertian 'nomocratie', yaitu kekuasaan yang dijalankan
oleh hukum,'nomos'.

Konsep Negara Hukum Pancasila

1) Ada hubungan antara Agama dan negara


2) Bertumpu pada Ketuhanan YME
3) Kebebasan beragama dalam arti positif
4) Menolak atheisme dan komunisme, adanya asas
kekeluargaan dan kerukunan
Ciri-ciri Negara Hukum Pancasila

▪Keserasian hubungan antara pemerintah


dan rakyat berdasar asas kerukunan
▪Hubungan fungsional yang proposional
antara kekuasaan-kekuasaan negara
▪Prinsip penyelesaian sengketa secara
musyawarah dan peradilan merupakan
sarana yang terakhir
▪Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Pemilik kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya dalam negara
Indonesia adalah rakyat. Pelaksanaan kedaulatan rakyat
diselenggarakan menurut prosedur konstitusional yang
ditetapkan dalam hukum dan konstitusi.

Perwujudan gagasan demokrasi memerlukan instrumen


hukum,
1. efektifitas dan keteladanan kepemimpinan,
2. dukungan sistem pendidikan masyarakat,
3. serta basis kesejahteraan sosial ekonomi yang berkembang
makin merata dan berkeadilan.
Lanjut
Pasal 1 ayat (2) mengenai Prinsip kedaulatan rakyat
(democratie) dan Pasal 1 ayat (3) kedaulatan hukum
(nomocratie) diselenggarakan secara beriringan sebagai dua
sisi mata uang yang sama.

Maka Pasal 28 I ayat (5) UUD 1945 menganut pengertian


bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang
demokratis (democratische rechstaat) :

"Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai


dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan"
Istilah Negara hukum yang demokratis terdapat
dalam Pasal 28 I ayat (5) UUD 1945,

•Konsep negara hukum yang demokratis mempunyai


dua kandungan makna, yaitu

kandungan demokrasi sebagai sebuah asas


sistem politik yang menyangkut metoda
atau cara dalam pengambilan putusan dan
kandungan hukum yang didalamnya terdapat
nilai substantif yaitu adanya penghargaan
terhadap hak konstitusional setiap warga
negara.
Dengan demikian dalam konsep negara hukum
demokrasi terkandung makna yang saling
membatasi yaitu
sebuah demokrasi yang dibatasi oleh hk
baik prosedur maupun substansinya, dan hk yg
hanya diperoleh melalui suatu proses
demokrasi.
Dua unsur ini harus disinkronkan secara sinergik.
Penonjolan demokrasi saja hanya akan
menimbulkan supremasi mayoritas dan
supremasi minoritas, sedangkan
penonjolan hukum akan menimbulkan
sistem otoriter.
4. Asas Negara Kesatuan

Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 “Negara Indonesia


ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik”.

Negara Kesatuan adalah konsepsi tentang


bentuk negara, dan

Republik adalah konsepsi mengenai bentuk


pemerintahan yang dipilih dalam kerangka
UUD 1945.
Lanjut
Dalam negara kesatuan, tanggung jawab pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap di tangan
pemerintah pusat

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan


'negara persatuan dalam arti:
1) sebagai negara yang warga negaranya erat bersatu,
yang;
2) mengatasi segala paham perseorangan ataupun
golongan yang ;
3) menjamin segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali.
5. Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Check and
Balances
Dalam UUD 1945 setelah Perubahan:
1. Kedaulatan rakyat itu ditentukan dibagikan secara horisontal
dengan cara memisahkannya (separation of power) menjadi
kekuasaan-kekuasaan yang dinisbatkan sebagai fungsi
lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling
mengendalikan satu dengan yang lain berdasarkan prinsip
checks and balances.
2. secara teoritis terjadi perubahan fundamental dalam sistem
ketatanegaraan, yaitu sistem yang vertikal hierarchis dengan
prinsip supremasi MPR menjadi horisontal fungsional
dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi
antar lembaga negara (checks and balances).
Lanjut
Aspek perimbangan kekuasaan mengenai hubungan
Presiden dan DPR, Presiden dan Mahkamah Agung
terdapat dalam perubahan Pasal 13 dan Pasal 14
UUD 1945.

Dengan adanya prinsip checks and balances ini maka


kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi bahkan
dikontrol dengan sebaik-baiknya.
BAB: IV
KONSTITUSI DAN UUD NKRI TAHUN1945

A . Konstitusi Dan Konstitusionalisme


1 . Istilah Dan Pengertian Konstitusi dan UUD

Paham Aristoreles yang membedakan istilah Politea dengan


Nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi , sedangkan Nomoi
adalah undang-undang.
Diantara kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yaitu bahwa
politea mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi.
Konstitusi dengan istilah lain Constitusion atau Verfassung
dibedakan dari UUD atau Grundgeset ,
pengertian konstutusi itu kemudian disamakan dengan UUD,
karena pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki agar semua
peraturan hk tertulis demi mencapai kesatuan hk, kesederhanaan
dan kepastian hukum.
Subhi Rajab Mahmassani mengatakan ;

Bangsa Barat menyebut Undang-undang Dasar itu Konstitusi


(Constitutio) berasal dari bahasa Latin dan dulu istilah ini
dipergunakan untuk perintah-perintah Kaisar Romawi
(Constitution Principum), kemudian ia digunakan di Itali untuk
menunjukan Undang-undang Dasar (dirritio constututionalle),
dan dari sana tersebar kata-kata konstitusi ini di berbagai negara
Eropa.

Kata “dustur” atau Undang-undang dalam bahasa Arab berasal


dari bahasa Persia yang pada asalnya berarti himpunan undang-
undang Raja, dengan perintah inilah Daulah Usmaniah
menggunakannya bagi himpunan undang-undang bagi mereka,
sedangkan untuk Undang-undang Dasar mereka menggunakan
al-Masyrutiyah , karena Raja dibatasi oleh syarat-syarat tertentu
yang tercantum di dalamnya.
Beberapa ahli hukum yang mendukung
membedakan antara konstitusi dengan UUD dan
ada yang mendukung persamaan antara konstitusi
dengan UUD.

Penganut paham yang membedakan pengertian


konstitusi dengan Undang Undang Dasar antara lain
Herman Heller dan F. Lassalle.

Pendapat Herman Heller tersebut dapatlah


disimpulkan bahwa pengertian undang-undang dasar
itu peraturan dasar yang tertulis saja. Sedangkan
konstitusi tidak hanya bersifat yuridis semata-mata,
tetapi mengandung pengertian sosiologis dan politis.
F. Lassalle dalam bukunya Uber Verfassungsweven, membagi
konstitusi dalam dua pengertian, yaitu :

1) Pengertian sosiologis atau politis (sosiulogische atau politische


begrip).
Konstitusi adalah sintesis faktor-faktor kekuatan yang
nyata (dereele machtsfactoren) dalam masyarakat. Jadi
konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan-
kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
Kekuasaan tersebut di antaranya : raja, parlemen, cabinet,
pressure groups, partai politik, dan lain-lain, itulah
sesungguhnya konstitusi;

2) Pengertian yuridis (yuridische begrip) , konstitusi adalah suatu


naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan.
Lanjut
Dari pengertian sosiologis dan politis, ternyata
Lassalle menganut paham bahwa konstitusi
sesungguhnya mengandung pengertian yang lebih
luas dari sekedar Undang Undang Dasar.
Namun dalam pengertian yuridis, Lassalle
terpengaruh pula oleh paham kodifikasi yang
menyamakan konstitusi dengan Undang Undang
Dasar.
Para penyusun Undang Undang Dasar 1945
menganut pemikiran sosiologis di atas, sebab dalam
penjelasan UUD 1945 dikatakan bahwa :“Undang
Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari
hukumnya dasar negara itu”.
Lanjut
UUD ialah hukum dasar yang tertulis, di samping
UUD itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis,
ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara, meskipun tidak tertulis”.

L.J Van Apeldoorn telah membedakan dengan jelas


antara keduanya ; grondwet (undang-undang dasar)
adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi,
constitution (konstitusi) memuat baik peraturan
tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dalam kepustakaan Belanda memang diadakan
pembedaan antara pengertian UUD dengan konstitusi.
Menurut E.C.S. Wade dalam bukunya "Constitutional Law"
UUD adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokoknya cara kerja badan-badan tersebut.

Jadi pada dasarnya setiap sistem pemerinahan diatur dalam suatu


undang-undang dasar.

Penganut paham modern yang tegas-tegas menyamakan


pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar antara lain
Sri Soemantri M,
mengartikan konstitusi sama dengan undang-undang
dasar, hal ini sesuai dengan praktek ketatanegaraan di
sebagian besar negara-negara dunia termasuk di
Indonesia.
Pendapat tersebut mengikuti pemikiran yang
disampaikan oleh James Bryce dan C.F. Strong .

James Bryce mengatakan bahwa pengertian


konstitusi dapat disederhanakan rumusannya sebagai
kerangka negara yang diorganisasi dengan dan
melalui hukum, dalam mana hukum menetapkan:

1. Pengaturan mengenai lembaga-lembaga yang


permanen;
2. Fungsi dari alat-alat perlengkapan;
3. Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan;
C.F.Strong melengkapi pendapat James Bryce yaitu
konstitusi juga dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan:

1. Kekuasaan pemerintahan (dalam arti luas);


2. Hak-hak yang diperintah;
3. Hubungan antara pemerintah dan yang diperintah
(menyangkut didalamnya masalah hak asasi
manusia)
Lanjut
Istilah Undang-undang Dasar di Indonesia merupakan terjemahan
dari istilah grondwet , yang dalam kepustakaan Belanda selain
grondwet juga dipergunakan istilah contitutie . kedua istilah
tersebut menurut Sri Sumantri mempunyai arti yang sama.

Konstitusi adalah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis,


sedangkan UUD merupakan bagian tertulis dalam konstitusi.

Walaupun demikian tidak ada konstitusi yang memasukkan semua


peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan
pemerintahan, karena konstitusi hanya memuat prinsip-prinsip
pemerintahan yang fundamental saja.

Karakteristik yang demikian agar tidak mudah diubah karena


perkembangan zaman dan masyarakat.
Konstitusi menurut Miriam Budiardjo adalah
sebagai
Suatu piagam yang menyatakan cita-2 bangsa dan
merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
Di dalamnya terdapat aturan pokok yang berkaitan
dengan kedaulatan, pembagian kekuasaan, lembaga-2
negara, cita-cita dan ideologi negara, masalah
ekonomi dsb.

Maka konstiusi adalah


himpunan peraturan-2 pokok mengenai
penyelenggaraan pemerintahan dlm suatu
masyarakat yang berkaitan dengan
organisasi negara, kedaulatan negara,
pembagian kekuasaan dsb
Lanjut
Miriam Budiardjo menyebutkan bahwa istilah
konstitusi bagi banyak sarjana politik merupakan
sesuatu yang lebih luas dari UUD , yaitu keseluruhan
dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masya-
rakat.
B. UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DALAM SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

• Naskahnya dipersiapkan oleh Dokuritzu Zyunbi Tyosa Kai


(baca: Dokuritsu Jiunbi Cosakai, diterjemahkan sebagai
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, disingkat
BPUPK) yang dibentuk pada 29 April 1945 oleh Pemerintah
Jeppang sebagai pelaksanaan janji Kemerdekaan, dilantik
pada 28 Mei 1945.

• BPUPK : 62 anggota, diketuai KRT Rajiman Wedyodiningrat


dan wakilnya Hibangase Tosio.

• Persidangan dibagi dlm 2 periode; 29 Mei – 1 Juni 1945 dan


10 Juli – 17 Juli 1945.

• Dalam kedua sidang, pembicaraan fokus pada pembentukan


sebuah NEGARA MERDEKA
Sidang Dokuritsu Junbi Cosakai

PERIODE TANGGAL POKOK BAHASAN KETERANGAN


SIDANG
I 29 Mei-1 juni Dasar Negara Prof Mr. Soepomo, Mr.
1945 Muhammad Yamin 7 Ir.
Soekarno mengajukan
pendapatnya tentang Dasar
Negara. 1 juni Soekarno
mengajukan Pancasila

Antara Sidang I 22 Juni 1945 Dihasilkan Piagam Jakarta


dan Sidang II pada 22 Juni 1945

II 10-17 Juli 1945 Antara lain ttg bentuk Disepakati wilayah negara
negara, wilayah adalah ex Hindia Belanda
negara, rancangan
UUD
C. UUD 1945 DAN PAHAM NEGARA INTEGRALISTIK

• Mr. Soepomo dalam pidato di Sidang BPUPKI 31 Mei 1945


menyatakan bahwa cita negara yang sesuai dengan Indonesia
adalah negara Integralistik.
• Negara Integralistik menurut Soepomo lebih tepat dari pada
negara individual liberalistis atau negara yang didasarkan
pada kelas sebagaimana diperlihatkan negara komunis.
• Mr Soepomo seorang ahli hukum adat, telah meyakini
bahwa kesatuan antara pemimpin dan rakyat adalah
karakter bangsa Indonesia, sebagaimana juga dijumpai di
Jerman dan Jepang.
• Pendapat Soepomo mendapat dukungan IR. Soekarno dan
anggota2 BPUPKI beretnis Jawa sedangkan,
• Hatta dan Yamin menginginkan bahwa Negara Indonesia
yang akan terbentuk tetap mengedepankan hak-hak individu,
sehingga UUD harus memuat jaminan HAM.
D. PERDEBATAN DALAM PENYUSUNAN NASKAH UUD
1945
Soepomo menyampaikan Tiga Teori (aliran) tentang Negara di
depan Sidang BPUPK pada Tanggal 31 Mei 1945:
1. Teori Individualis (Thomas Hobes, John Locke, Rouseou,
Herbert Spenser, Harold Laski) bahwa negara itu terdiri atas
dasar perseorangan. Negara ialah masyarakat hukum (legal
society) yg disusun atas kontrak seluruh individu dalam
masyarakat (masyarakat yg berdasarkan individualisme) di
negara2 Eropa dan Amerika.
2. Teori Golongan dari Negara (Class Theory) Oleh Marx, Engels
dan Lenin. Negara ialah alatnya golongan yg mempunyai
kedudukan ekonomi yg kuat untuk menindas golongan2 yg
lemah secara ekonominya.(dalam negara Kapitalis kaum Borjois
menindas kaum buruh). Oleh karenanya Marxis menganjurkan
revolusipolitik dari kaum buruh untuk merebut kekuasaan negara
agar kaum buruh dapat ganti menindas kaum burjuis.
3. Teori Integralistik (Spinosa, Adam Muler, Hegel)
• Negara ialah tdk unt menjamin kepentingan seseorang atau gol,
tetapi menjamin kepentingan rakyat seluruhnya sebagai persatuan.
Negara ialah suatu masyarakat yg integral, segala gol, bagian dan
segala anggotanya berhubungan erat satu dg yang lain dan
merupakan persatuan masyarakat yang organis.
• Aliran pikiran (Staatidee=cita negara) Negara Integralistik :
Negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya yang
mengatasi seluruh golongan-golongan dalam lapangan
apapun. Negara Integralistik – Cita Negara Kekeluargaan – Cita
Negara Persatuan
Penjelasan UUD 1945 Bahwa Teori Bernegara Bangsa Indonesia
tidak menggunakan Teori Trias Politika tetapi Menggunakan Teori
Bernegara dari bangsa Indonesia : ‘Kedaulatan (kekuasaan) itu
tidak dapat dipisah-pisahkan. Kedaulatan itu ada di tangan rakyat
yg diserahkan pelaksanaan sepenuhnya oleh MPR, yg
dilaksanakan se-hari2 oleh Presiden karena presiden sebagai
mandataris MPR.
Catatan : Dengan adanya Perubahan UUD 1945 (1999 – 2002)
Teori tentang Kekuasaan Dalam Negara menggunakan Teori Trias
Politika (pemisahan kekuasaan) dengan sistem Check and
Balances
Sehingga Perubahan UUD 1945 dapat dimaknai sebagai
perubahan Aliran Pemikiran mengenai Negara dan Hukum dari
BPUPK menjadi Aliran Pemikiran mengenai Negara dan Hukum
oleh MPR dalam Sidang antara Tahun 1999 – 2002.

Pro Kontra Negara Integralistik Soepomo


Pro :Konsep Negara Integralistik adalah pandangan asli Bangsa
Indonesia.
Contra:Konsep Negara Integralistik menjadikan UUD 1945
cenderung melahirkan kekuasaan otoriter.
Pandangan lain: Konsep Integralistik harus diletakkan dlm konteks
ruang dan waktu saat itu dimana bangsa Indonesia menolak
segala sesuatu yg bernuansa kolonial/Barat termasuk
demokrasi liberal.
UUD 1945 : Konstitusi Tertulis sementara

Pidato Ketua PPKI Soekarno 18 Agustus 1945 : UUD 1945


adalah Revolutie Gronwet, nanti kita akan memiliki UUD
yang lebih baik
Ratulangi : UUD 1945 perlu disempurnakan
Aturan Tambahan Pasal II : “Dalam enam bulan setelah
Majelis Permusyawaratan Rakyat ini terbentuk, Majelis
bersidang untuk menetapkan Undang-undang Dasar.

Tgl 2 September 1945 dibentuk kabinet pertama dibawah


tanggungjawab Presiden Soekarno. menganut sistem
presidensiil. Akan tetapi,
Tgl 14 November 1945 Pemerintah mengeluarkan Maklumat
berisi perubahan sistem kabinet dari presidensiil ke sistem
parlementer
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949
Latar Belakang:
Perang Dunia II berakhir: Jepang menjadi negara kalah perang.
Kerajaan Belanda hendak kembali menjajah dengan taktik
mendirikan negara kecil di Sumatera, Negara Indonesia Timur,
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur dsb serta melancarkan
Agresi Militer I (1947) dan Agresi II (1948)

Tgl 23 Agustus – 12 November 1949 diadakan Konferensi


Meja Bundar di The Hague (Den Haag).
Hasil Konferensi;
Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat
1. Menyerahkan kedaulatan kepada RIS yang berisi 3 hal; a)
piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda
kepada Pemerintah RIS; b) Status UNI; c) Persetujuan
perpindahan.
2. Mendirikan uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.
Undang-undang Dasar Sementara 1950
Negara RIS tidak bertahan lama. Negara RI, Negara Indonesia
Timur, dan Negara Sumatera Timur menggabungkan diri menjadi
satu wilayah Republik Indonesia.
Tgl 19 Mei 1950 Pemerintah RIS dan pemerintah RI sepakat
membentuk kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dibentuk Panitia untuk merancang UUD. UUDS resmi berlaku 17
Agustus 1950
Pasal 134 UUDS: “Konstituante bersama pemerintah menyusun
suatu UUD RI yang akan menggantikan UUDS 1950.
Pemilihan Umum 1955 : Memilih Konstituante
• Desember 1955 Pemilu memilih Konstituante untuk membentuk
UUD
•1956-1959 Konstituante bersidang untuk membuat UUD yg tetap
• Dlm kurun waktu 3 thn (1956-1959) Konstituante berhasil
merumuskan sejumlah pasal, ttp tidak bersepakat mengenai Dasar
Negara.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Presiden Soekarno menyatakan Majelis Konstituante gagal, ia


mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 : membubarkan Konstituante dan
memberlakukan kembali UUD 1945
Dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959 oleh DPR
Dituangka dalam Keputusan Presiden No. 150 Tahun 1959.

UUD 1945 Setelah Dekrit mengalami sakralisasi (era Orde


Baru) :
1. tidak boleh dirubah, walau UUD 1945 bersifat sementara.
2. Tap MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum yg dpt
mempersulit perubahan UUD 1945
3. Kekuasaan mengalami stagnasi selama 32 tahun
4. UUD 1945 yang sentralistik dan executive heavy
5. Pelanggaran berbagai HAM.
BAB V
PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Diawali Dengan Adanya Tuntutan Reformasi al;
1. Perubahan UUD 1945
2. Penghapusan Doktrin Dwi Fungsi ABRI
3. Penegakan Supremasi Hk, penghormatan HAM dan
pemberantasan KKN
4. Otonomi Daerah, desentralisasi hubungan Pusat dan Daerah
5. Mewujudkan Kebebasan Pers
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
UUD 1945 Sebelum Perubahan Terdiri atas:
Pembukaan
Batang Tubuh
-16 bab
-37 pasal
-49 ayat
-4 pasal Aturan Peralihan
-2 ayat Aturan Tambahan
Penjelasan
Latar Belakang Perubahan UUD 1945

1. Kekuasaan yang tertinggi di tangan MPR


2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden
3. Pasal-pasal yg terlalu ”luwes” shg dpt menimbulkan multi
tafsir
4. Kewenangan pada Presiden mengatur hal2 penting dengan
UU
5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara belum cukup di dukung ketentuan konstitusi

Dasar Hukum Perubahan UUD 1945

Pasal 3, Pasal 37 dan


Ketetapan MPR No. IX/MPR/1999
Tujuan Perubahan UUD 1945
Menyempurnakan aturan dasar, mengenai:
1. Tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional dan
memperkokoh NKRI berdasarkan Pancasila
2. Mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
3. Perlindungan HAM
4. Penyelenggaraan Negara secara demokratis antara lain
mmelalui pembagian kekuasaan secara tegas.
5. Hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa

Naskah yg menjadi obyek perubahan: Undang Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yg ditetapkan pada
tanggal 18 Agustusn1945 dan diberlakukan kembali pada tanggal
5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli
1959 oleh DPR sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara
Nomor 75 Tahun 1959
Proses perubahan diawali dengan adanya:

• Sidang Istimewa MPR RI 1998 : diterbitkan tiga


Ketetapan MPR
• Tiga Ketetapan tsb tidak secara langsung merubah
UUD 1945 tetapi telah menyentuh materi muatan
UUD 1945
• Tiga Ketetapan MPR tsb mendorong kehendak
melakukan perubahan UUD 1945 mulai dari
masyarakat, pemerintah , dan kekuatan sosial politik,
termasuk partai politik.
Tiga Ketetapan MPR Pada Sidang Istimewa MPR
RI 1998
1. Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan TAP MPR No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum.
2. Ketetapan MPR No. XIII/MPR/1998 tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia.
3. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang
HAM, ketetapan ini menyempurnakan ketentuan
HAM yg terdapat dalam UUD 1945, seperti Pasal
27, Pasal 28, Pasal 29 ayat (2)
Kesepakatan Dasar Perubahan UUD 1945

1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945


2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Mempertegas sistem presidensiil
4. Penjelasan UUD 1945 yg memuat hal-hal normatif, akan
dimasukkan dalam pasal-pasal
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum

Pembukaan UUD 1945 : Memuat dasar filosofis dan normatif


yg mendasari seluruh pasal dlm UUD 1945. Pembukaan
mengandung staatsidee berdirinya NKRI, tujuan negara yang
harus dipertahankan
Lanjut
Kesepakatan untuk mempertahankan NKRI didasari
pertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk yg
ditetapkan sejak awal berdirinya negara Indonesia dan
dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan
bangsa yg majemuk ditinjau dari berbagai latar
belakangnya.

Kesepakatan mempertegas sistem presidensiil


bertujuan untuk memperkukuh sistem pemerintahan yg
stabil dan demokratis yg dianut oleh Negara Republik
Indonesia dan pada tahun 1945 telah dipilih oleh para
pendiri negara.
Lanjut

Peniadaan Penjelasan dimaksudkan menghindarkan


kesulitan dlm menentukan status Penjelasan dari sisi
sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-
undangan. Penjelasan bukan produk BPUPK dan PPKI.

Perubahan dg cara adendum artinya perubahan


dilakukan dg tetap mempertahankan naskah asli dan
naskah perubahan-perubahan UUD 1945 diletakkan
melekat pada naskah asli
PERUBAHAN UUD 1945

PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGAN


Pertama (disahkan dlm Pasal 5 ayat (1), Pasal 7 ayat(1) ayat(2), Keseluruhan berisi
SU MPR-RI 19 Oktober Pasal 13 ayat (2) ayat (3), Pasal 14 ayat 16 ayat 16 butir
1999) (1) ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) ketentuan dasar
ayat (3), Pasal 20 ayat (1) s/d ayat (4),
dan Pasal 21

Kedua (disahkan dlm Mencakup 27 Pasal yg tersebar dlm 7 27 pasal tsb isinya
sidang Tahunan MPR- bab, yaitu Bab VI tentang mencakup 59 butir
RI tanggal 18 Agustus Pemerintahan Daerah, Bab VII tentang ketentuan yg
2000)
DPR, Bab IXA Tentang Wilayah mengalami
Negara, Bab X tentang Warga Negara perubahan atau
dan Penduduk, Bab XA Tentang HAM, bertambah dg
Bab XII Tentang Pertahanan dan rumusan ketentuan
Keamanan Negara, Bab XV tentang baru sama sekali
Bendera, Bahasa, Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan.
PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGAN

Ketiga (disahkan Bab I tentang Bentuk Negara dan Kedaulatan, Paling luas cakupannya
9 november 2001) Bab II tentang MPR, Bab III tentang Kekuasaan terdiri dari 7 bab, 23
Pemerintahan Negra, Bab V tentang pasal, 68 butir
Kementerian Negara , Bab VIIA tentang DPD, ketentuan/ayat. Secara
Bab VIIB tentang Pemilu, BabVIIIA tentang kuantitatif lebih besar
Badan Pemeriksa Keuangan perubahan, sec kualitatif
perubahan sangat
mendasar

Keempat Antara lain ditetapkan bahwa UUD NRI Tahun Mencakup 19 pasal
(disahkan 19 1945 sebagaimana telah dirubah dengan termasuk satu pasal
Agustus 2002) Perubahan I, II, III, IV adalah UUD NRI tahun yang dihapus
dlm Sidang 1945 yg ditetapkan pd tanggal 18 Agustus 1945
Tahunan MPR-RI dan diberlakukan kembali dengan dekrit
presiden 6 Juli 1959 serta dikukuhkan secara
aklamasi pada 22 Juli 1959
Tahun 2004 Merupakan Awal HTN Baru
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

A. Pembentukan lembaga negara Perwakilan Rakyat yaitu :


DPR, DPD dan DPRD diatur dalam UU No 22 Tahun 2004
tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan
DPRD telah diganti dengan UU No. 27 Tahun 2009 tentang
MPR, DPR, DPD dan DPRD dan terakhir dengan UU No. 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3)
B. Pembentukan Lembaga Negara Kepresidenan (Presiden dan
Wakil Presiden) yang dipilih oleh rakyat sec. langsung
berdasarkan UU No. 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden
Dan Wakil Presiden, dan terakhir dengan UU No. 42 Tahun
2008
Lanjut
C. Pengaturan Kekuasaan Kehakiman dengan UU No.
4 Tahun 2004, dan terakhir dengan UU N0. 48 Tahun
2009.

Pembentukan Lembaga Negara pelaku kekuasaan kehakiman


Yaitu :
Mahkamah Agung dengan UU No. 5 Tahun 2004 serta
Mahkamah Konstitusi dengan UU No. 24 Tahun 2003 dan
terakhir dengan UU No 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
UU No 24 Tahun 2003 beserta badan-badan peradilan yang ada
dibawah MA seperti:
Peradilan Umum,
Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan
Peradilan TUN, serta diikuti peradilan-peradilan
khusus.
Lanjut
D. Pembentukan Lembaga Negara di Daerah berupa
Pemerintahan Daerah yang terdiri atas Pemerintah Daerah
dan DPRD (Provinsi, Kabupaten/Kota) dengan UU No. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan terakhir
dengan UU N0 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
E. Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-
undang Dasar ini Pasal I Aturan Peralihan
F. Semua lembaga negara yg ada masih tetap berfungsi
sepanjang untuk melaksanakan ketentuan UUD dan belum
diadakan yg baru menurut UUD ini. Pasal II Aturan
Peralihan.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Rangka Disiplin
Berkonstitusi

• Nama Resmi Konstitusi adalah : Undang Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal II
Aturan Tambahan )
• Dengan menggunakan Istilah Perubahan bukan
Amandemen, sebagaimana digunakan dalam; BAB
XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
(Pasal 37)
• Perubahan dilakukan dengan cara addendum yaitu
naskah asli UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dibiarkan utuh sementara naskah perubahan
diletakkan (ditambahkan) setelah naskah asli.
Lanjut

• Dengan demikia naskah resmi UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 terdiri atas lima bagian :

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945
b. Perubahan Pertama UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
c. Perubahan Kedua UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
d. Perubahan Ketiga UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
e. Perubahan Keempat UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada
tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999)

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000)

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu


Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002
Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
BAB VI
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA NKRI
BERDASARKAN UUD NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945

UUD 1945 Mengatur Susunan Organisasi NKRI/SOTK dibentuk


atas unsur2 :
A.Bentuk dan Kedaulatan
B.Warga Negara dan Penduduk berikut HAM
C.Lembaga Infrastruktural Politik
D.Lembaga Suprastruktural Politik;
1. Lembaga Negara : Lingkungan Jabatan Politik
2. Lembaga/Instansi Pemerintahan : Lingkungan Jabatan
Birokrasi/Pelayanan/Administrasi/Pegawai Negeri

Pengisian jabatan dan pergantian jabatan pada dasarnya dilakukan


oleh rakyat secara langsung melalui pemilu (untuk jabatan perwakilan
rakyat DPR, DPD, DPRD) dan (Jabatan kepala/ pemerintahan
Presiden dan wapres, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala Desa)
dan secara tidak langsung artinya : pengisian jabatan yang dilakukan
dengan usulan/persetujuan/pertimbangan DPR/DPD.
A. Bentuk Negara
menyangkut Bentuk Negara Republik dan Monarki.
Bentuk negara berkisar pada pola penentuan;
•Kepala Pemerintahan dan
•Pola Pengambilan keputusan yang dilakukan didalam negara
tersebut.

Negara berbentuk Republik : apabila mekanisme


•Penentuan kepala pemerintahan negara dilaksanakan melalui
pemilihan (langsung/majelis) dengan periodesasi masa jabatan yang
telah ditentukan.
• Pengamilan keputusan dilakukan dalam sebuah forum majelis/dewan
yang mencerminkan representasi rakyat.

Negara berbentuk Monarki : apabila penentuan kepala pemerintahan


dilakukan dengan prinsip pewarisan/turun temurun.
Bangunan Negara adalah kriteria yang digunakan menyangkut
Struktur atau Susunan Negara. Titik tolaknnya tertuju pada
pembagian dan hubungan kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

Ada 3 macam Bangunan Negara


1.Negara Kesatuan : apabila hanya ada satu kekuasaan yang
berwenang untuk membuat UU yg berlaku untuk seluruh
wilayah negara yakni Pemerintah Pusat.
2. Negara Serikat (federalis) : antara Pemerintah federal dengan
Pemerintah Negara Bagian mempunyai wewenang yang
sama dalam membentuk UU. Bedanya substansi UU Federal
berlaku dan bersifat nasional dan terkait dengan kedaulatan
keluar seperti : Poitik luar negeri, Pertahanan, Moneter dan
fiskal serta peradilan.
3. Serikat Negara-negara (Konfederasi) : Gabungan beberapa
negara yg sejak semula sudah memiliki kedaulatan penuh.
Penggabungan negara tidak serta merta menghapuskan
kedaulatan dari masing-masing negara misal tetap diatas
kewenangan Pemerintah Konfederasi.
1.
BENTUK DAN KEDAULATAN Dalam UUD 1945

Pasal 1
(1)Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik
(2)Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD
(3)Negara Indonesia adalah negara hukum

Pasal 28I
(5) “ …..sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis…

Dengan demikian Negara Indonesia adalah Negara


Hukum Yang Demokratis.
BENTUK DAN KEDAULATAN 4

Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

DONES
IN

IA
Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan menurut
adalah negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
BAB IXA. WILAYAH NEGARA 34

BATAS
WILAYAH
BATAS
ZEE

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan


yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang
(Pasal 25A) **
Undang-Undang Pelaksanaan dari Pasal
25A :
• UU No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah

• UU No. 6 Tahun 1996 Tentang Perairan


Indonesia

• UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

• UU No. 24 Tahun 2009 Tentang Bendera,


Bahasa, Lambang, dan Lagu Kebangsaan
Makna Kedaulatan Rakyat

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 merumuskan : Kedaulatan


berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang Dasar. Maknanya, UUD 1945 yang
menentukan;
a.Bagian mana dari kedaulatan rakyat yang
pelaksanaannya diserahkan kepada lembaga
negara yang keberadaan, wewenang, tugas dan
fungsinya ditentukan oleh UUD 1945.
b.Bagian mana kedaulatan rakyat yang langsung
dilaksanakan oleh rakyat sendiri melalui pemilihan
umum.

Perubahan ini mengubah sistem ketatanegaraan


Indonesia dari supremasi MPR kepada sistem kedaulatan
rakyat.
“Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD dpt dijabarkan:

(a)Rakyat berdaulat dalam pengisian


jabatan dalam semua lingkungan jabatan
politik pada semua lembaga negara baik
secara langsung maupun tidak langsung.

(b)Rakyat berdaulat dalam pembentukan


hukum baik mengenai Peraturan
perundang-undangan pusat maupun
daerah (lihat Pasal 96 UU No 12
Tahun 2011)
B. Warga Negara dan Penduduk berikut HAMnya

diatur mulai Pasal 26, 27, 28 28A sampai Pasal 28J,


Pasal 29, 30, 31,33 dan 34 UUD 1945

UU Pelaksanaannya

UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan


UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan
UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan
Dalam mekanisme sistem politik yang
demokratis, selalu akan memunculkan adanya
suasana (fenomena) kehidupan politik yaitu:

1.Infra struktur politik, yakni suasana


kehidupan politik di tingkat masyarakat. Artinya
hal-hal yg bersangkutan dengan kegiatan
politik di tingkat masyarakat yang memberi
pengaruh terhadap tugas-tugas dari lembaga2
negara dalam suasana pemerintahan.
2. Supra Struktur Politik, yaitu suasana kehidupan
politik atau fenomena kehidupan politik di tingkat
pemerintahan.
Artinya hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan
lembaga-lembaga negara yang ada serta hubungan
kekuasaannya antara satu dengan yang lain.
Dua struktur politik tersebut saling berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya.
Infra struktur memberi masukan (input) yang berupa
dukungan (support) maupun tuntutan (demand) kepada
supra struktur politik, khususnya dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut kepentingan umum.
Sebaliknya supra struktur politik akan mengolah
berbagai aspirasi masyarakat untuk menjadi suatu
keputusan politik yg memiliki nilai-nilai sosiologis
dan diberlakukan di lingkungan masyarakat.
Keberadaan Infra Struktur Politik yang pada hakekatnya merupakan
manifestasi pengakuan keberadaan civil sociaty menjadi sarana
bagi keberlangsungan sistem pemerintahan yang demokratis.

Civil sociaty (AS Hikam) dapat didefinisikan: sebagai wilayah-


wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan al:
1. Kesukarelaan (voluntary)
2. Keswasembadaan (self-generating)
3. Keswayadaan (selj-suporting)
4. Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
5. Keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang
diikuti oleh warganya.
Civil sociaty memiliki tiga ciri utama;
1. Adanya kemandirian yg cukup tinggi dari individu2 dan
kelompok2 dlm masyarakat, utamanya ketika berhadapan
dengan negara,
2. Adanya ruang publik bebas sbg wahana bagi keterlibatan politik
3. Adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar ia tidak
intervensionis
C. Infra struktur Politik

Infra struktur politik ditandai dengan keberadaan 5 unsur


penunjang dlm kehidupan politik di dlm masyarakat:

(1) partai politik,


(2) golongan kepentingan (interest group) seperti ORMAS,
LSM, kelop. Profesi,
(3) Gol. Penekan (Pressure Group)
(4) Tokoh/Figur Politik maupun
(5) media massa.
Lembaga Infrastruktural Politik diatur dalam
UUD 1945:

Pasal 6A ayat (2), Pasal 22E ayat (3) dan Pasal 28

Undang-Undang Pelaksanaan :

UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik


Yang diubah dengan
UU No. 2 Tahun 211 Tentang Partai politik dan

UU No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi


Kemasyarakatan. Yang diganti dengan
UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.
Partai Politik
Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh seke
Lompok WNI secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
Untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyara
Kat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Panca
Sila dan UUD Negara RI (Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2008)

Tujuan Umum Partai Politik


a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia
b. Menjaga dan memelihara keutuhan NKRI
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
Menjunjung tinggi kedaulatan rakyat
d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesi

Tujuan Khusus Partai Politik adalah;


1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakt
2. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara;
3. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Fungsi Partai Politik
a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat agar menjadi WNI
yang sadar akan hak dan kewajibannya;
b. Penciptaan iklim yang kondusif bsgi persatuan dan kesatuan
bangsa;
c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. Partisipasi politik WNI;
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan
keadilan gender

Dengan demikian Partai politik sebagai organisasi yang secara khusus


dipergunakan untuk sarana penghubung antara rakyat dengan
pemerintah dan keberadaan partai politik sejalan dengan munculnya
faham demokrasi dan kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan
sistem ketatanegaraan.
UU Tentang Partai Politik : UU No. 2 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Pendirian Partai Politik :

Pasal 2
(1) Parpol didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 orang WNI yg telah
berusia 21 tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi.
(1a) Didaftarkan oleh paling sedikit 50 orang pendiri yang mewakili seluruh
pendiri parpol dengan akta notaris.
(1b) Pendiri dan Pengurus Parpol dilarang merangkap sebagai anggota
parpol lain.
(2) Pendirian dan pembentukan parpol menyertakan 30% keterwakilan
perempuan.
(3) Akta Notaris harus memuat AD dan ART serta kepengurusan parpol
tingkat Pusat.
(4) AD memuat paling sedikit : a) asas dan ciri parpol; b) visi dan misi parpol
c) nama, lambang dan tanda gambar parpol; d) tujuan dan fungsi parpol
e) mekanisme rekrutmen keanggotaan parpol dan jabatan politik; f) meka
nisme pemberhentian anggota parpol; g ) mekanisme penyelesaian
perselisihan internal parpol dsb.
D. Supra struktural Politik
Lembaga Negara/alat-alat perlengkapan negara
sebagai unsur supra struktur politik: terdiri dari

a) lingkungan jabatan politik yang diperoleh


karena dukungan politik dari rakyat pada
saat pemungutan suara. Terdiri dari
• Lembaga negara (Pusat) : MPR, Presiden dan
Wapres, DPR, DPD, BPK, MA dan badan-badan
peradilan yang ada dibawahnya, serta MK dan
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman TNI dan Polri, KY,
KPU. Menteri negara, LPND
• Lembaga negara di (Daerah) : Gubernur,
Bupati/Walikota, DPRD Provinsi/Kab./Kota, Kades,
BPD, dan
Lanjut
b) Lingkungan jabatan
birokrasi/pelayanan/pegawai negeri :
Sekretariat Jenderal Lembaga negara, Set.
Jen. Kementerian, Kantor kementerian
negara, Set-Daerah, Set-Wan, Dinas,
Badan/Kantor pada provinsi,
Kabupaten/Kota.
Setiap lingkungan jabatan memp. Kedudukan,
tugas, fungsi dan hub tata kerja berds. Sistem
pemerintahan negara.
Lingkungan jabatan disusun berdasarkan prinsip
‘Miskin Struktur dan Kaya Fungsi’
Keberadaan lembaga-lembaga negara yg masuk dalam
Supra Struktur Politik pada hakekatnya merupakan
bentuk pengembangan dari konsep trias politika dari
Montesquieu.

Dalam perkembangannya cabang-cabang kekuasaan


tersebut mengalami perkembangan sejalan dengan
kebutuhan untuk menampung tuntutan demokrasi.

Konsep trias politika tidak lagi mengisyaratkan bahwa


masing-masing lembaga pemegang fungsi kekuasaan
tsb terpisah satu sama lain. Dalam pelaksanaanya yang
di pisahkan itu hanyalah lembaganya, sedangkan
fungsinya dapat saling berhubungan dan saling
mendukung.
Lembaga Suprastruktural Politik Dalam UUD
1945:
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ayat (1) (2) sampai dengan
Pasal 17, dan Pasal 18, Pasal 18 A, Pasal 18 B, Pasal
19,Pasal 20, Pasal 22C, Pasal 22 D, Pasal 22 E ayat (5),
Pasal 23 D, Pasal 23 E, Pasal 24 A, Pasal 24 B, Pasal 24
C dan Pasal 25

Undang-Undang Pelaksanaan:

UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR,DPR, DPD, DPRD


UU No. 19 Tahun 2006 Tentang Wantimpres
UU No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Konstitusi
UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 5
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PUSAT
UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
kementerian badan-badan lain
KY
sentral negara yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
kehakiman
TNI/POLRI

Perwakilan Pemerintahan Daerah Lingkungan


BPK Provinsi
Provinsi Peradilan Umum
Gubernur DPRD
Lingkungan
Peradilan Agama
Lingkungan
Pemerintahan Daerah Peradilan Militer
Kabupaten/Kota
Lingkungan
Bupati/ Peradilan TUN
DPRD
Walikota

DAERA
PEMILIHAN UMUM 23

Parpol/
Gabungan Partai Politik Perseorangan
Parpol

PEMILIHAN UMUM kpu


“luber jurdil” setiap lima tahun

Presiden dan anggota anggota anggota


Wapres DPR DPRD DPD
BAB VII
KEKUASAAN NKRI BERDASARKAN UUD 1945
Merdasarkan pada pemisahan kekuasaan dan pembagian
kekuasaan Menjadi
a. Kekuasaan Pemerintahan Negara ( Pasal 4 ayat (1)
b. Kekuasaan Membentuk Undang-undang (Pasal 20 ayat (1)
c. Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 ayat (1) (2) : kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yg merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah MA dan
badan peradilan yg berada dibawahnya dan oleh sebuah MK.
d. Kekuasaan lain : yaitu kekuasaan yg dilakukan oleh :
1. MPR Pasal 2, 3,7A, 7B, 8, Pasal 37
2. KPU Pasal 22E
3. Bank Sentral, Pasal 23D dan
4. BPK, Pasal 23E, 23F dan Pasal 23G
5. KY Pasal 24 B (1)
e. Pembagian Kekuasaan Pemerintahan Negara yg dipegang oleh
Presiden dibagi dengan Daerah : Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kesatuan Masyarakat HK Adat berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Desentralisasi : Penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem NKRI

Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintahan


oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu

Tugas Pembantuan : Penugasan dari Pemerintah


kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tersebut.
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 6

DPR Presiden MA MK

Pasal 24 (1)***
Pasal 4 (1) Kekuasaan kehakiman
Pasal 20 (1)* Memegang merupakan kekuasaan
Memegang
kekuasaan yang merdeka untuk
kekuasaan pemerintahan menyelenggarakan
membentuk UU peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
I. Kekuasaan Pemerintahan Negara
Kekuasaan pemerintahan negara di pegang oleh
presiden (Pasal 4 ayat (1)). Presiden sebagai
kepala eksekutif dalam pemerintahan. Kekuasaan
eksekutif cenderung meluas, menumpuk, sulit
dikendalikan bahkan menjangkau hal-hal yang
bersifat pribadi karena hampir semua bidang
kehidupan diurus oleh pemerintah.

The macig government;


• Yang memerintah lebih sedikit dari yang di perintah
• Yang memerintah masuk dalam the ruling class
• Yang pandai belum tentu bisa memerintah
Mengapa para pendiri negara membuat sistematika
UUD 1945 Kekuasaan Pemerintahan Negara menjadi
pengaturan yang pertama dalam materi muatan UUD
1945?
Beberapa alasan;
1. BPUPKI tidak menerapkan ajaran trias politika (aliran
pikir dari Barat, tumbuh kembang dalam masyarakat
individualistis, kapitalistis, liberalistis, yang tidak sesuai
dengan masyarakat Indonesia yang bersifat komunal,
gotong royong).
2. Menurut teori bangsa Indonesia, kedaulatan itu tidak
dapat dipisah-pisahkan. Kedaulatan di tangan rakyat
dilakukan sepenuhnya oleh MPR dan sehari-hari
dijalankan oleh Presiden karena Presiden adalah
mandataris MPR (consentration of power and
responsibility upon the Presiden)
Presiden menjalankan pemerintahan dengan berpedoman pada
Undang-Undang. Menjalankan pemerintahan itu sebenarnya
menjalankan UU.

Tidak semua UU dijalankan oleh presiden mis. Ada UU yang


dijalankan oleh lembaga2 negara lain seperti UU Mahkamah
Konstitusi, UU Kejaksaan dsb.
Presiden menjalankan UU dengan Peraturan Pemerintah (PP) Pasal 5
ayat (2) UUD 1945 maksudnya Presiden siap menjalankan UU dengan
membuat peraturan pelaksananya, sumber dana, SDMnya,
perlengkapannya.

Dalam prakteknya Pelaksanaan UU itu boleh dilaksanakan langsung


dengan peraturan presiden atau setidak-tidaknya dengan Peraturan
Menteri, hal ini terjadi tanpa diatur lebih dahulu dengan PP. Peraturan
Pemerintah (PP) dapat juga dilaksanakan lebih lanjut dengan
peraturan presiden (Perpres).
Melalui UU (RAPBN) presiden dapat menguasai tugas dan pekerjaan
lembaga2 negara (mengendalikan kinerja LN) APBN berisi al: volume
dan jenis-jenis pekerjaan lembaga negara.
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 8
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden

Calon Presiden dan calon Presiden dan Wakil Presiden


Wakil Presiden harus seorang dipilih dalam satu pasangan
warga negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan Presiden/
lain karena kehendaknya Presiden dan Wakil Presiden
sendiri, tidak pernah Wakil Presiden memegang jabatan selama
mengkhianati negara, serta lima tahun, dan sesudahnya
mampu secara rohani dan dapat dipilih kembali dalam
jasmani untuk melaksanakan jabatan yang sama, hanya
tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *)
[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
⚫ memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
⚫ berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
⚫ menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
⚫ memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
⚫ memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
⚫ menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
⚫ membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
⚫ menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
⚫ mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
⚫ menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
⚫ memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
⚫ memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
⚫ memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
⚫ membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
⚫ pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
⚫ pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
⚫ hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
⚫ pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
⚫ peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
⚫ penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
⚫ pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
⚫ pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 9
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu Persyaratan Capres & Cawapres
pasangan secara langsung oleh rakyat diatur dalam Pasal 5 UU No. 42
[Pasal 6A (1)***]
Tahun 2008 Tentang Pemilihan
diusulkan partai politik atau gabungan partai politik Umum Presiden dan Wakil
peserta pemilu sebelum pemilu Presiden
[Pasal 6A (2) ***]

mendapatkan suara >50%


jumlah suara dalam pemilu Presiden
dengan sedikitnya 20% di
Pemilu setiap provinsi yang tersebar dan
di lebih dari 1/2 jumlah Wapres
provinsi
[Pasal 6A (3)***]

Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih

pasangan calon yang


memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu pasangan yang
Pemilu memperoleh
pasangan calon yang suara terbanyak
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden

Pasal 9
Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai
Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau
memperoleh 25 % (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional
dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden.
Pasal 10 (2)
Partai Politik dapat melakukan kesepakatan dengan Partai Politik lain
untuk melakukan penggabungan dalam mengusulkan Pasangan
Calon.
Pasal 11 (1)
Kesepakatan sebagaimana dimaksud Pasangan calon dalam Pasal 10
ayat (2) terdiri atas:
a.Kesepakatan antar Partai Politik;
b.Kesepakatan antara Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dan
Pasangan Calon.
Sistem Pemerintahan Parlementer dan Sistem Pemerintahan
Presidensial
Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem ini pada prinsipnya menitik beratkan pada hubungan antara organ
negara pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif.

Ciri-ciri sistem Pemerintahan Parlementer

1. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif, bahkan


antara keduanya saling tergantung satu sama lain;
2. Terdapat pemisahan jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan;
3. Eksekutif dipimpin oleh Perdana Menteri yang dipilih oleh Parlemen dari
partai politik yang menduduki kursi mayoritas di parlemen;
4. Tugas kepala negara hanya bersifat seremonial/simbolik atau personifikasi
negara, sehingga kepala negara tidak dituntut pertanggungjawaban
konstitusional apapun. Meski demikian Ia diberi wewenang menunjuk
formatur kabinet dan membubarkan kabinet ;
5. Adanya pertanggungjawaban Menteri kepada Parlemen yang
mengakibatkan parlemen dapat menjatuhkan mosi tidak percaya kepada
kabinet;
6. Eksekutif dapat pula menuntut Parlemen dibubarkan dengan mengajukan
permohonan kepada kepala negara
Sistem Pemerintahan Presidensiil
Sistem Pemerintahan Presidensiil meletakkan Presiden sebagai
pusat kekuasaan eksekutif, dan juga sebagai pusat kekuasaan
negara. Arinya presiden tidak hanya sebagai kepala pemerintahan
(chief of executive), tetapi juga sebagai kepala negara (chief of
state). Jika dalam sistem parlementer obyek utama yang
diperebutkan adalah parlemen, dalam sistem presidensiil obyek
utama yang diperebutkan adalah presiden.

Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensiil


1. Pemerintah adalah bagian yang mandiri sebagai bagian
eksekutif;
2. Penyelenggara pemerintahan adalah presiden di bantu oleh
menteri-menteri;
3. Pembentuk kabinet adalah presiden;
4. Tidak ada pertanggungjawaban pemerintahan kepada
parlemen;
5. Presiden menyelenggarakan tugas berdasarkan masa jabatan
(Fix executive)
6. Presiden dapat dijatuhkan dalam masa jabatannya apabila
dituduh dan terbukti melanggar hukum.
SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DALAM UUD
1945
1. Presiden RI memegang kekuasaan Pemerintahan menurut UUD
2. Dlm melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
wakil presiden Ps. 4 ayat (2)
3. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara Ps 17 ayat (1, 2, 3)
4. Presiden dan Wapres dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat.
5. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilu
Pasal 6A ayat (1,2)
6. Presiden dan wapres memegang jabatan selama 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yg sama, hanya
untuk satu kali masa jabatan.(Pasal 7)
7. Presiden tidak bertanggungjawab kepada MPR atau kepada DPR
8. Presiden dan/atau Wapres tidak dapat diberhentikan dlm masa
jabatannya kecuali terbukti melanggar hukum dasar negara Ps 7A,
Ps 7B
9. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR
Ps. 7C
Ada empat alasan pokok yang dijadikan referensi oleh para
pendiri bangsa dan pembentuk konstitusi memilih sistem
pemerintahan presidensial, yaitu :
1. Indonesia memerlukan kepemimpinan yang kuat, stabil, dan efektif untuk
menjamin keberlangsungan eksistensi negara Indonesia yang baru
diproklamasikan. Para pendiri bangsa meyakini bahwa model
kepemimpinan negara yang kuat dan efektif hanya dapat diciptakan dengan
memilih sistem pemerintahan presidensial dimana presiden tidak hanya
berfungsi sebagai kepala negara tetapi, sekaligus sebagai kepala
pemerintahan.
2. Karena alasan teoritis yaitu alasan yang terkait dengan cita negara
(staatsidee) terutama cita negara integralistik pada saat pembahasan UUD
1945 dalam sidang BPUPK. Sistem pemerintahan presidensial diyakini
amat kompatibel dengan paham negara integralistik.
3. Pada awal kemerdekaan presiden diberi kekuasaan penuh untuk
melaksanakan kewenangan DPR, MPR, dan DPA. Pilihan pada sistem
presidensial dianggap tepat dalam melaksanakan kewenangan yang luar
biasa itu, dan presiden dapat bertindak lebih cepat dalam mengatasi
masalah-masalah kenegaraan pada masa teransisi.
4. Merupakan simbol perlawananan atas segala bentuk penjajahan karena
sistem parlementer dianggap sebagai produk penjajahan oleh para pendiri
bangsa.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 17

anggota DPR
dapat
diberhentikan dari
anggota DPR
dipilih melalui DPR jabatannya, yang
syarat-syarat dan
pemilihan umum memegang kekuasaan
membentuk UU tata caranya
[Pasal 19 (1)**] diatur dalam
[Pasal 20 (1)*]
undang-undang
(Pasal 22B**)

Fungsi, Wewenang, dan Hak


Antara lain tentang:
⚫ memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan ⚫ pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
⚫ mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak ⚫ persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
⚫ pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
⚫ pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau
diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
⚫ persetujuan dalam menyatakan perang, membuat ⚫ pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
perdamaian dan perjanjian pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
[Pasal 11 (1) dan (2)****] ; ⚫ persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh
⚫ pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam KY [Pasal 24A (3)***] ;
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; ⚫ persetujuan pengangkatan dan pemberhentian
⚫ pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam anggota KY [Pasal 24B (3)***] ;
menerima penempatan duta negara lain
[Pasal 13 (3)*] ; ⚫ pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
[Pasal 24C (3)***] ;
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH 22

Anggota DPD dipilih dari


setiap provinsi melalui pemilu Anggota DPD dapat
[Pasal 22C (1)***] diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-
Anggota DPD dari setiap provinsi
jumlahnya sama dan jumlah
seluruh anggota DPD itu tidak
DPD syarat dan tata caranya
diatur dalam
undang-undang
lebih 1/3 jumlah
[Pasal 22D (4)***]
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH 20
Kewenangan DPD

KEWENANGAN DPD
dapat
I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi
melakukan
mengajukan membahas pertimbangan
dengan: pengawasan
• Otonomi daerah ● ● ●
• Hubungan pusat dan daerah ● ● ●
• Pembentukan dan
pemekaran serta ● ● ●
• ppenggabungan daerah
Pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ● ● ●
ekonomi lainnya
• Perimbangan keuangan
pusat dan daerah ● ● ●
• RAPBN ● ●
• Pajak ● ●
• Pendidikan ● ●
• Agama ● ●
II. Pemilihan anggota BPK ●
II.Kekuasaan Membentuk Undang-Undang
Dan Pembentukan Undang-Undang
Kekuasaan membentuk UU adalah kekuasaan membentuk hukum
tertulis dan UU merupakan salah satu jenis peraturan
perundang undangan sebagaimana diatur dalam UU No. 12
Tahun 2011.
Kekuasaan membentuk UU adalah Kekuasaan untuk memberi
makna pada tahap awal terhadap UUD.
.
UU merupakan jenis peraturan yang terpenting karena;

1. Merupakan jenis pedoman bertingkah laku bagi orang/badan


hukum perdata.
2. Pedoman bagi penyelenggaraan pemerintahan (presiden dan
lembaga2 negara lainnya).
3. UU inilah yang kemudian disebut norma hukum, sedang
peraturan dibawah UU merupakan aturan hukum
pelaksana/untuk menjalankan UU.
Terjadi kecenderungan pergeseran fungsi legislasi
ke eksekutif (dari DPR ke Presiden)

1. Tindakan presiden harus ada dasar hukumnya


2. Yang paling tahu kebutuhan negara adalah presiden
3. Banyak staf akhli/orang cerdik pandai/SDM ada di
pemerintahan dilengkapi fasilitas keuangannya
4. Pelaksanaan UU ada pada presiden dengan PP dsb;
5. Hak presiden merancang APBN menjadikan
presiden dapat mengendalikan lembaga-lembaga
negara lain.

Sehingga ada yang berpendapat bahwa teori dalam


UUD 1945 (Asli), sudah benar karena kecenderungan
dalam prakteknya presidenlah yang banyak mengajukan
RUU inisiatif.
Kebutuhan akan hukum sudah diprogram karena sudah
ada dukumen hukum yang mempersiapkan UU Yang
akan datang, seperti dalam PROLEGNAS maupun ada
dlm UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Lihat Pasal 20 ayat 1-5 UUD 1945
Hak Veto diberikan kepada Presiden karena Presiden
dapat menyatakan menolak dan keberatan untuk
melaksanakan UU (yang dipaksakan dirumuskan
dalam Pasal 20 ayat (4,5) UUD 1945

UU merupakan salah satu jenis peraturan perundang-


undangan yang pembentukannya mencakup lima
tahapan yaitu : perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan dan
pengundangan. Pasal 1 angka 1 UU No. 12 th 2011.
Perencanaan UU harus disertai dengan penyusunan
Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Undang-
undang.

Istilah-istilah
UU Sah : telah ditandatangani.
UU mengikat umum : diundangkan oleh pejabat yg
berwenang pada tempat pengundangan.
Berlaku efektif : dengan perat. Pelaksanaannya mis.
Dengan Peraturan Presiden
Berlaku sosiologis : tidak banyak pelanggarannya.
Berlaku sec. filosofis : adanya kepastian, keadilan
dan kesejahteraan
DPR Memegang Kekuasaan Membentuk Undang-
Undang (Pasal 20 ayat (1) jo Pasal 19, 20A,dan Pasal
21, 22, 22B)

Mengenai DPR diatur :


1. Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum
2. Susunan DPR diatur dengan UU. DPR bersidang sedikitnya
sekali dalam setahun;
3. DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan;
4. DPR mempunyai hak interpelasi , hak angket, dan hak
menyatakan pendapat;
5. Setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas ;
6. Anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat2 dan tata caranya diatur dengan UU
7. Tentang DPR diatur lebih lanjut dengan UU No. 8 Tahun 2012,
UU No. 17 Tahun 2014, UU No. 12 Tahun 2011
Pembentukan Undang-undang di atur dalam:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
b. Peraturan Perundang-undangan pelaksananya :

1. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


perundang-undangan;
2. Keputusan DPR No. 08/DPR RI/2005-2006 tentang Peraturan
Tata Tertib DPR RI;
3. Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Mempersiapkan RUU, Perpu, RPP, dan Rperpres, dan
4. Keputusan DPD No. 2/DPD/2004 tentang Peraturan Tata
Tertib DPD RI.
Siapa Pembentuk Undang-Undang Republik Indonesia
Pasal 20 ayat (2) merumuskan :
“Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama”

Dengan ketentuan konstitusi tersebut dapat dikatakan bahwa :

a. DPR bukan Badan Pembentuk Undang-undang (Badan Legislatif);


b. Pembentuk Undang-undang adalah DPR bersama Presiden;
c. Pengertian Undang-undang dalam arti formil adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan
persetujuan bersama Presiden;
d. Manakala terjadi revalitas politik dalam pembentukan undang-
undang, diatur;
1. Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama
untuk menjadi UU;
2. Dlm hal RUU yg telah disetujui bersama tsb tdk disahkan oleh
Presiden dlm waktu 30 hr semenjak RUU tsb disetujui, RUU
tsb. Sah menjadi UU dan wajib diundangkan.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 18
Pembentukan Undang-Undang

Dalam hal RUU


tidak disahkan
dalam waktu 30
hari, RUU tersebut
sah menjadi UU
dan wajib
mendapat diundangkan
persetujuan bersama [Pasal 20 (5)**]
DPR
RUU dibahas
memegang
oleh DPR dan
Presiden
kekuasaan mengesahkan UU
membentuk UU Presiden untuk
berhak [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 20 (1)*] mendapat
mengajukan
persetujuan
RUU
Anggota berhak bersama
[Pasal 5 (1)*]
mengajukan usul [Pasal 20 (2)*]
RUU tidak boleh
(Pasal 21*) tidak mendapat diajukan lagi
persetujuan bersama dalam
persidangan masa
itu
[Pasal 20 (3)*]
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 19
Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD

Dalam hal RUU


tidak disahkan
dalam waktu
30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU
mendapat dan wajib
DPD DPR persetujuan bersama diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
dapat mengajukan memegang
RUU yang sesuai kekuasaan RUU dibahas
membentuk oleh DPR dan
Presiden
dengan mengesahkan
kewenangannya UU Presiden untuk UU
berhak
[Pasal 22D (1)***] [Pasal 20 (1)*] mendapat [Pasal 20 (4)*]
mengajukan
persetujuan
RUU
ikut membahas Anggota bersama
[Pasal 5 (1)*]
dan memberikan berhak [Pasal 20 (2)*]
pertimbangan mengajukan tidak boleh
atas RUU yang usul RUU
sesuai dengan
tidak mendapat diajukan lagi
(Pasal 21*) persetujuan bersama dalam
kewenangannya
[Pasal 22D (2)***] persidangan
masa itu
[Pasal 20 (3)*]
III. KEKUASAAN KEHAKIMAN

Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang


merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdsk.
Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum
RI.
Kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah
kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala
campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial,
kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut dalam
UUD 1945.
Kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial
bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan rasa
keadilan rakyat Indonesia.
Pelaku Kekuasaan Kehakiman adalah :

a. Sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada


dibawahnya dalam 1) Lingkungan peradilan umum, 2)
Lingkungan peradilan agama, 3) Lingkungan peradilan militer,
4) Lingkungan PTUN, serta oleh
b.Sebuah Mahkamah Konstitusi
c.Serta Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam UU

Mahkamah Agung sebagai salah satu pelaku kekuasaan


kehakiman berwenang;
a.Mengadili pada tingkat kasasi,
b.Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU,
c.Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UU

Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak


tercela, adil, profesional dan berpengalaman di bidang hukum.
KEKUASAAN KEHAKIMAN 29
Mahkamah Agung

Calon hakim agung


Hakim agung harus
diusulkan oleh Komisi
memiliki integritas dan
Yudisial kepada DPR
kepribadian yang tidak
tercela, adil,
profesional, dan
MA untuk mendapat
persetujuan dan
ditetapkan sebagai
berpengalaman di Pasal 24A *** hakim agung oleh
bidang hukum
Umum Presiden
[Pasal 24A (2)***]
Agama [Pasal 24A (3)***]
Militer
TUN

Kewajiban dan Wewenang


1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang [Pasal
24A (1)***];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
Hak Uji Mahkamah Agung dapat dilakukan terhadap :

a.Materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari peraturan perundang-


undangan tsb yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi; (hak uji materiil)
b.Maupun terhadap prosedur pembentukan peraturan perundang-
undangan tersebut (hak uji formil)
c.Pernyataan tidak berlaku peraturan perundang-undangan sebagai hasil
pengujian dapat diambil :
1. dalam pemeriksaan tingkat kasasi,
2. maupun berdasarkan permohonan langsung kepada MA

Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan


pengadilan dlm lingkungan peradilan yg berada di bawahnya berdsk
ketentuan UU.
Pengawasan tertinggi: meliputi pengawasan internal Mahkamah
Agung terhadap semua badan peradilan dibawahnya.
Calon Hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
DPR untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sbg hakim agung oleh Presiden.

Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang:


1.Mengusulkan hakim agung, dan
2.Mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan
dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela.
Anngota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan DPR. Susunan, kedudukan, dan
keanggotaan KY diatur dengan UU. (Pasal 24B UUD
1945)
KEKUASAAN KEHAKIMAN 31
Komisi Yudisial

Anggota Komisi
Yudisial harus
mempunyai Anggota Komisi
pengetahuan dan Yudisial diangkat dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki
KY diberhentikan oleh
Presiden dengan
integritas dan Pasal 24B *** persetujuan DPR
kepribadian yang tidak [Pasal 24B (3)***]
tercela
[Pasal 24B (2)***]

Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim [Pasal 24B (1)***].
Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final :
a. Menguji UU terhadap UUD,
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD,
c. Memutus pembubaran partai politik, dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; serta
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD. (Pasal 24C ayat (1) (2) UUD 1945)

MK mempunyai sembilan orang anggota hakim konsitusi yang


ditetapkan oleh Presiden, yg diajukan masing2 tiga orang oleh MA,
tiga orang oleh DPR, dan tiga orang oleh Presiden.

Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak


tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 32
Mahkamah Konstitusi

Hakim konstitusi mempunyai


harus memiliki integritas dan sembilan orang anggota
kepribadian yang hakim konstitusi yang
tidak tercela, adil, negarawan ditetapkan oleh Presiden,
yang menguasai konstitusi
dan ketatanegaraan, serta
MK yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh MA, tiga orang
tidak merangkap sebagai oleh DPR dan tiga orang oleh
pejabat negara Presiden
[Pasal 24C (5)***] [Pasal 24C (3)***]

Wewenang dan Kewajiban


⚫ berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
⚫ wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-
Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
Kekuasaan Kehakiman diatur dalam UU No. 4 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah dengan
UU No 48 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU No 4 tahun 2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman

Berdasarkan UU tsb. Dibentuk dan atau berlaku berbagai UU :


a. UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, UU N0 3 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua atas UU N0. 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung.
b. UU No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun
1986 Tentang Peradilan Umum,
c. UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
d. UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer,
e. UU No 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara UU No 51 Tahun
2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
f. Badan-badan lain yg fungsinya berkaitan dg kekuasaan
kehakiman antara lain tentang kejaksaan, kepolisian negara.
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24, 24A, 24B, 24C dan Pasal 25

UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman


Sebagaimana telah diubah dg UU No. 48 Tahun 2009

UU No. 5 Tahun 2004 dan UU No. 24 Tahun 2003


Tentang MA Tentang MK
UU No. 3 Tahun 2009 UU No 8 Tahun 2011

UU No. 22 Tahun
UU No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
2004 tentang KY
UU No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum UU No 18 Tahun
UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama 2011 tentang
UU No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer Perub Atas UU No
UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan TUN 22 Tahun 2004
Terakhir dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang KY
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 ayat 3 UUD 1945)
antara lain :
a. UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
b. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
c. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
d. UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa.

Pembentukan Pengadilan khusus dapat dibentuk dlm


salah satu lingkungan peradilan di bawah MA yaitu Peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradila TUN
yg diatur dengan UU.
Lanjutan
Pengadilan Khusus al;

•pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan HAM,


pengadilan tindak pidana korupsi, pengadilan hubungan
industrial yg berada di lingkungan peradilan umum dan

•pengadilan pajak di lingkungan peradilan TUN.

•Pengadilan syariah Islam di Propinsi Nangroe Aceh


Darrussalam merpk pengadilan khusus dlm lingk.
peradilan agama sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan agama dan
• mrpk pengadilan khusus dlm lingk Pengadilan umum
sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan umum.

Anda mungkin juga menyukai